• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan Teman dan Sekolah Terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan Teman dan Sekolah Terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor"

Copied!
291
0
0

Teks penuh

(1)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi ”Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan Teman dan Sekolah Terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, 6 Juni 2006

(2)

TULISAN INI DIDEDIKASIKAN UNTUK SEMUA PELAJAR

DI KOTA BOGOR PADA KHUSUSNYA DAN

DI INDONESIA PADA UMUMNYA

TULISAN INI JUGA DIDEDIKASIKAN UNTUK

ANAK, SUAMI, DAN KELUARGA

(3)

ABSTRAK

HERIEN PUSPITAWATI. Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan Teman dan Sekolah terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor. Dibimbing oleh UJANG SUMARWAN, RATNA MEGAWANGI, dan PANG S ASNGARI.

Perkembangan ilmu dan teknologi telah mempengaruhi kehidupan keluarga baik secara positif maupun negatif. Salah satu pengaruh negatif berhubungan dengan tekanan ekonomi keluarga yang selanjutnya berpengaruh terhadap gaya pengasuhan yang akhirnya berdampak pada perilaku kenakalan remaja.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor keluarga dan lingkungan teman terhadap perilaku kenakalan remaja. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk : (1) Menganalisis secara umum permasalahan umum pelajar dan sekolah, keadaan umum sarana dan prasarana sekolah dan titik-titik rawan dan matriks tawuran pelajar di Kota Bogor; (2) Mengetahui karakteristik contoh, dan keadaan sosial- ekonomi keluarganya; (3) Mengkaji pengaruh keadaan sosial-ekonomi keluarga dan pengasuhan anak serta lingkungan teman terhadap kenakalan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Tehnik Industri (SMK-TI) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor; (4) Menganalisis pengaruh hubungan diadik dalam keluarga terhadap outcome psiko-sosial pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Tehnik Industri (SMK-TI) di Kota Bogor; (5) Menganalisis pengaruh komunikasi keluarga, lingkungan teman dan sekolah terhadap kenakalan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Tehnik Industri (SMK-TI) di Kota Bogor; dan (6) Merumuskan strategi kebijakan sebagai implikasi hasil penelitian terhadap model pencegahan dan penanggulangan terpadu kenakalan pelajar di Kota Bogor.

(4)

Berdasarkan laporan dari kepala sekolah/ pembina SMK-TI diketahui bahwa permasalahan Umum sekolah dan pelajar yang Umumnya terjadi adalah minimnya keuangan SPP, minimnya sarana sekolah, kurangnya koordinasi antara pihak orangtua siswa dengan pihak sekolah, kurangnya disiplin siswa, kurangnya motivasi siswa untuk belajar, seringnya terjadi tawuran antar para siswa dari berbagai sekolah di Kota Bogor, dan kesulitan siswa untuk mendapatkan angkutan Umum untuk berangkat dan pulang sekolah.

Hasil studi mendukung Hipotesis Umum 1 (Artikel ke-1) bahwa “Tekanan ekonomi keluarga berpengaruh secara tidak langsung pada kenakalan pelajar melalui gaya pengasuhan yang dilakukan orangtua terhadap anak remajanya.” Hasil studi juga mendukung Hipotesis Umum 2 (Artikel ke-1) bahwa “Gaya pengasuhan merupakan variabel mediator antara karakteristik sosio-ekonomi keluarga dengan outcome pelajar.” Hasil penelitian ini juga menyetujui untuk mendukung Hipotesis Umum 3 (pada Artikel ke-1) bahwa “Keterikatan hubungan dengan teman berpengaruh secara langsung terhadap perilaku kenakalan pelajar baik SMK-TI dan SMU.”

Apabila contoh yang dianalisis adalah khusus pelajar SMK-TI yang berjumlah 550 pelajar (173 pelajar sekolah negeri atau 34.45%, dan 377 pelajar sekolah swasta atau 68.55%), maka hasil menunjukkan bahwa indikator-indikator psiko-sosial remaja terdiri atas keadaan psikologi (penghargaan diri, emosi/stres, dan kecerdasan emosi) dan perilaku sosialnya (perilaku agresifitas dan perilaku kenakalan baik Umum dan kriminal). Hasil penelitian mendukung Hipotesis Umum 4 (Artikel ke-2) bahwa “Hubungan diadik yang baik antara orangtua dan remaja akan meningkatkan keadaan psikologi remaja.” Hasil penelitian mendukung Hipotesis Umum 5 (Artikel ke-2) bahwa “Hubungan diadik dalam keluarga yang baik berpengaruh terhadap penurunan perilaku agresif dan nakal.”

(5)
(6)

ABSTRACT

HERIEN PUSPITAWATI. The Impacts of Family, Peer Groups, School

Environment Factors toward High School Students Delinquencies in Bogor City.

Under guidance and supervision of UJANG SUMARWAN, RATNA

MEGAWANGI, dan PANG S ASNGARI.

The developments of economic and technology have affected family lifes positively and negatively. One of the negative effects relates to family economic

pressures that later of affecting parenting styles and finally produce juvenile

delinquencies.

The purpose of this study is to examine the influence of family factor and

peer environment to teenagers delinquencies. The objectives of this study are: (1) To describe the general problems of schools and students, the conditions of

facilities and infrastructures, and the matrix of fightings and its place among

students in Bogor, (2) To explain the socio-economics characteristics of

respondents and their families, (3) to analyze the relationships between family

sosio-economic conditions, parenting, and peer groups of all respondents toward

the adolescents’ delinquencies, (4) to examine the influence of dyadic

interactions and adolescents’ psycho-social outcomes including teenagers

delinquencies, (5) to analyze the influences of communications between parents

and adolescents and the relationships with friends and school toward

adolescent’s agresiveness and delinquency behaviors, and (6) to form

recommendations related to strategic planning as implications of study findings

toward the model of prevention and rehabilitation of adolescents’ delinquencies in

Bogor.

The study was conducted in 2001-2003 at four technical high schools

(three private schools, and one state school) and one general high school (a

private school) in Bogor. The samples used in this study were 667 students (550

students from state schools and 117 students from private schools or if divided

into sex then consists of 540 boys and 127 girls). The sampling method applied

was simple random sampling among second graders.

Based on the reports from the principals and teachers, the general

(7)

fees, the minimum conditions of schools’ facilitations, lack of coordinations

between parents and schools, lack of students disciplines, lack of students

motivation, high frequency of student’s fightings and violence, and the difficulty of

students getting transportation to and from school.

The study confirms General Hypothesis 1 (Article 1) that “Family

economic pressures influence adolescents’ delinquencies indirectly through

parenting practices.” The study also confirms General Hypothesis 2 (Article 1)

that “Parenting practices variable is a mediator variable between family socio-

economic characteristics and adolescents’ outcomes.” Finally, it is found that

adolescents’ delinquencies are influenced directly by peer’s relations, parenting,

and emotional quotient (General Hypothesis 3 in Article 1).

If the respondents used only from the technical high schools, then the

total respondent used were 550 students (173 students from state schools and

377 students from private schools). The study finds out that indicators of

adolescents’ psycho-social outcomes consist of psychological conditions

(esteem, emotional intelligent, and stress), and social behaviors (aggressiveness

and delinquencies behaviors, both type of common and crimes). It is found that

psychological outcomes of adolescents are influenced directly by dyadic

interactions among family members.

The study confirms General Hypothesis 4 (Article 2) that “Warmly dyadic

interaction between parents and adolescent will affect the increased of quality of

adolescents’ psychology conditions.” In other words, dyadic interactions and the

quality of relationships among family members would firm the stability of

psychological conditions of adolescents ( in terms of the ability of knowing self,

control emotions, positive attitudes, self esteem, and self confidence to do

something) . The study also confirms General Hypothesis 5 (Article 2) that

“Good dyadic interactions within family will influence the decreased of

agresiveness and delinquency behaviors.” It is found out that the stability of

psychological conditions would decrease the behaviors of adolescents’

agresiveness and delinquency.

In general, the study finds out that there are competions between the

influenced of parents relative to the influence of peer groups toward adolescents’

behaviors with its own degree of influence. It is proved that both parents and

friends influence together on adolescents’ delinquency behaviors and academic

(8)

high degree of relationships between adolescents and their troubled friends will

influence the increased of adolescents’ agresiveness and delinquent behaviors.”

The study also confirms General Hipothesis 6 (Article 3) that “Communications

within family will influence the decreased of adolescents’ agresiveness and

delinquent behaviors and increased the adolescents’ academic achievements .”

Finally, the study recommends the actions of increased coordinations among

schools, regional government, national government, families, NGOs, and

academics to act a model of participative coordinations in preventing

adolescents’ delinquencies through a Community Based Education (CBE)

approah that involving all components in community.

(9)

© Hak cipta milik Herien Puspitawati, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

(10)

Judul Disertasi : Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan Teman dan Sekolah Terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor. Nama : Herien Puspitawati

NRP : GMK 995135

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc. Ketua

Dr. Ir. Ratna Megawangi, M.Sc. Prof. Dr. Pang S. Asngari Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana dan Sumberdaya Keluarga

Prof . Dr. Ir. Ali Khomsan, MS Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas RahmatNya maka tulisan ini akhirnya terwujud. Penelitian ini dilakukan pada seluruh SMK-TI di Kota Bogor dengan fokus kepada lima Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Waktu pelaksanaan penelitian mulai pra-survei sampai data cleaning adalah 42 bulan yang terbagi dalam beberapa tahapan. Sumber dana penelitian berasal dari berbagai pihak, mulai dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti), Departemen Pendidikan Nasional (melalui beasiswa BPPS, dan Penelitian Kajian Wanita tahun 2001 dan 2003), Kementerian Pemberdayaan Perempuan tahun 2004, dan SIDA (Swedish International Development Coorporation Agencies) tahun 2003 dan 2004 serta Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia-IPB tahun 2005 serta beberapa donatur seperti PT. Indofood dan Indonesia Heritage Foundation.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang se tinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang membantu baik secara teknis maupun saran profesional serta bantuan finansial hingga tulisan ini terwujud. Secara spesifik, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Penguji Luar

1) Ibu Prof. Dr. Meutya Hatta, Menteri Pemberdayaan Perempuan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan-Republik Indonesia,

2) Bapak Ace Suryadi, PhD, Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional-Republik Indonesia,

(2) Rektor Institut Pertanian Bogor, Bapak Prof.Dr.Ir. Ahmad Ansori Mattjik, MSc,

(3) Dekan Sekolah Pascasarjana-IPB, Ibu Prof Dr. Sjafrida Manuwoto, MSc, atas perijinan dan pembinaan selama peneliti menjadi mahasiswa,

(4) Dekan Fakultas Pertanian-IPB, Bapak Prof.Dr.Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr, (5) Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Bapak Dr.Ir. Hardinsyah, MS,

(12)

(7) Ibu Dr.Ir. Suprihatin Guhardja, MS selaku dosen penguji tertutup pada tanggal 3 April 2006, atas saran-saran penyempurnaan,

(8) Ibu Dr.Ir. Euis Sunarti, MS sebagai pemimpin sidang ujian tertutup pada tanggal 3 April 2006, mewakili Ketua Departemen GMSK-IPB,

(9) Ketua Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) periode yang lalu Bapak Prof.Dr.Ir. Hidayat Syarief, MS; Ibu Dr.Ir. Amini Nasoetion, MS; Bapak Dr. Ir. Hardinsyah, MS; Bapak Dr. Ir. Drajat Martianto, MS dan Ibu Dr.Ir. Diah K Pranadji, MS, atas semua jasa dan bantuan dalam mendidik saya secara profesional,

(10) Bapak Dr.Ir. Hartoyo, M.Sc, selaku Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia-IPB atas bantuan fasilitas dan finansialnya,

(11) Ibu Dr.Ir. Evi Damayanti, MS selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia-IPB,

(12) Para senior saya Ibu Dr.Ir. Aida Vitayala Hubeis, MS; Ibu Dr Clara M Kusharto, MSc; Ibu Ir. Emmy Karsin, MS; Bapak Dr. Hertomo Heroe (Staf Ahli di Kementerian Pemberdayaan Perempuan-RI); Ibu Dr.Ir. Ani Madanijah, MS; dan Bapak Prof.drh. Dondin Sajuthi, MST. PhD.

(13) Bapak Dr.Ir. Budi Suharjo, MS atas masukan model-model analisis SEM, (14) Para pelajar SMK-TI dan SMU yang menjadi contoh pada penelitian ini,

dan para pelajar lain di Kota Bogor yang terkena rasia senjata tajam atas bantuan informasi kehidupan pelajar,

(15) Para pelajar SMK-TI se Kota Bogor sebanyak 150 siswa yang mengikuti pesantren Kilat (Sanlat) di Pesantren Al Umm, Ciawi, Bogor pada 2-5 November 2001,

(16) Para pelajar yang berada di sel Polresta Bogor atas bantuan informasi saat di wawancara,

(17) Semua Kepala Sekolah dan Guru Pembina SMK-TI di Kota Bogor atas bantuan data dan informasinya,

(18) Para Kepala Sekolah dan Guru Pembina SMK-TI N2, KN, YK, P2, dan SMU P4 di Kota Bogor atas bantuan teknis pengambilan data dan informasi yang sangat berguna bagi penelitian ini,

(13)

dan Ibu Lusi Saptiningsih, SH selaku Kadit Binmas Polsekta Bogor Utara atas perijinan, informasi dan data yang diberikan untuk penelitian ini dan atas fasilitas yang diberikan selama melakukan rasia senjata tajam berkeliling Kota dan Kabupaten Bogor selama tahun 2001-2002,

(20) Seluruh anggota Satgas SMK-TI se Kota Bogor atas bantuan dalam pengumpulan data dan informasi,

(21) Para penjual warung di sekitar sekolah atas bantuan informasi tentang senjata tajam yang disimpan oleh pelajar,

(22) Pesantren Al-Umm atas informasi pesantren kilat (sanlat) anak-anak bermasalah di Kota Bogor,

(23) Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti), Departemen Pendidikan Nasional (melalui beasiswa BPPS, dan Penelitian Kajian Wanita), Kementerian Pemberdayaan Perempuan atas bantuan finansialnya,

(24) Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) atas bantuan finansialnya,

(25) Ibu Dr. Ir. Ratna Megawangi, M.Sc selaku Direktur Indonesia Heritage Fundation (IHF) atas bantuan finansialnya dalam menyediakan alat media dokumentasi,

(26) Ms. Inger Walin dari Lulea University, Sweden dan SIDA (Swedish International Development Coorporation Agencies) atas bantuan finansialnya dan kesempatan untuk seminar di Lulea University- Sweden dan di Philippines dalam rangka mendapatkan input-input perbaikan disertasi,

(27) Ibu Dr.Ir. Endang S. Sunaryo, M.Sc, dari Indofood atas bantuan finansial dalam menyediakan souvenir bagi seluruh responden penelitian,

(28) Teman-teman sekolega di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) (Dik Tutik, Melly, Mbak Diah, Retno, Bu Emmi, Bu Tien, Dik Euis, Mega, Netty, Mbak Istiq, Mbak Lilik, Pak Jem-Jem, Mas Yok, Bang Ujang), dan di Gizi Masyarakat (GM) (Mbak Yayuk, Mbak Lilik, Bu Clara, Bu Ani, Bu Ami, Dodik, Mety, Mbak Evy, Dik Drajat, Pak Hardin), atas dorongan moril agar penulis senantiasa bermotivasi tinggi,

(14)

(30) Para Pegawai Dept. IKK (Mbak Id, Bu Titin, Bu Itoh, Bu Yeti, Mas Gandi, Pak Harjo, Pak Cahyadi, Dedi, dan Mas Itok) dan Dept. GM (Bu Yati, Popon, Bu Omi, Bu Yuli, Mas Rena) atas bantuan menyemangati,

(31) Suami tercinta, Bapak Dr.Ir. Ma’mun Sarma, MS.,MEc yang selalu memberikan dorongan, memotivasi, memberikan bantuan moril, material, tenaga dan waktu serta menunjukkan pengertian dan toleransi yang sangat luar biasa dalam segala hal,

(32) Anak semata wayang tersayang, Cinthyarindi Tiffani Lestari yang senantiasa selalu menyemangati, menyayangi, dan pengertian kepada situasi penulis setiap saat,

(33) Orangtua tercinta, Bapak dan Ibu Slamet Priyadi serta Nenek tersayang Mbah Bibit Sriyati atas do’a restu, bantuan semangat, dan pehatian serta kasih sayang di waktu penulis masih kecil,

(34) Almarhumah ibu mertua, yaitu Ibu Hj Maimunah dan Almarhum ayah mertua Bapak H Mohammad Sarma,

(35) Adik-adik kandung: Nunik, Edi, Naning, dan Eva atas bantuan moril,

(36) Adik dan kakak ipar (Ang Jur, Nung, Arofah, Ang Yung) atas bantuan moril, (37) Para asisten lapang yang sekaligus anak bimbingan atas bantuannya

dalam mengumpulkan data primer dan sekunder di lapangan, a. Shinta Dewi, Nrp A 05497004 , lulus tahun 2003,

b. Susanti Widiana, Nrp A 05497027, lulus tahun 2002, c. Nani Sumarni, Nrp A 05497034, lulus tahun 2002, d. Kunarti, Nrp A 05499016 , lulus tahun 2004, e. Siti Widianti, Nrp A 05499049 , lulus tahun 2004,

(38) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan langsung maupun tidak langsung

Akhirnya, penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah, dan ketidaksempurnaan adalah milik penulis sebagai manusia. Untuk itu penulis memohon maaf apabila ada kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam tulisan ini. Terima kasih sekali lagi penulis ucapkan untuk semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan disertasi ini.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 10 November 1962 sebagai putri sulung dari pasangan Bapak Slamet Priyadi dan Ibu Nanik Roemiati. Penulis mulai menempuh sekolah formal di Sekolah Dasar Milik Asing di SD Ta-Chung Malang pada tahun 1969 dan menamatkan pendidikan sekolah dasar di SDN Belakang Loji I Malang pada tahun 1974. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditamatkan pada tahun 1977 di SMPN 2 Malang, sedangkan pendidikan Sekolah Menengah Atas ditamatkan pada tahun 1981 di SMAN 5 Malang. Selama menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas, penulis pernah mendapatkan beasiswa Supersemar selama dua tahun pada tahun 1979-1981. Di luar aktivitas belajar, penulis pernah mendapat penghargaan Juara 1 menari tradisional Jawa Timur “Tarian Remo” pada tahun 1980 se Kota Malang.

Penulis mulai menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak tahun 1981 melalui jalur Perintis II (tanpa tes). Penulis memilih Program Studi Agribisnis pada Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian pada tahun 1982. Selama menempuh pendidikan tinggi di IPB, penulis mendapat beasiswa Ikatan Dinas (ID) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan selama tiga tahun, yaitu tahun 1982-1985, yang diharuskan untuk menjadi staf pengajar dan bersedia ditempatkan di perguruan tinggi manapun di Indonesia. Kuliah di IPB ditamatkan oleh penulis pada bulan Desember tahun 1985 dan akhirnya penulis ditempatkan untuk menjadi staf pengajar di IPB mulai bulan Januari tahun 1986 sampai sekarang.

Pada tahun 1989, penulis mendapatkan beasiswa dari Bank Dunia atau International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) Loan 2636

(16)

jawab mengolah dan menyajikan data penelitian longitudinal (1986-1998) pada penelitian Iowa Youth and Family Project (IYFP).

Penulis sempat terdaftar sebagai PH.D student pada Department of Sociology, College of Agriculture, Iowa State University pada tahun 1996 dan sudah menyelesaikan semua persyaratan kuliah (courses) minus prelim dan penelitian. Karena alasan keluarga, maka penulis transfer ke Institut Pertanian Bogor pada tahun 1999 dan registrasi di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Pekerjaan tambahan diluar akademis yang pernah penulis lakukan di USA untuk memperkuat pengalaman hidup dan ketrampilan hidup meliputi baby- sitter dan housekeeper selama dua tahun (1993-1994), buruh petik pucuk tanaman jagung (detasseling corn) pada Pioneer Hy-Bred Company di musim panas 1993, memperbaiki buku-buku koleksi spesial dan kuno pada Iowa State University Lybrary dan pengantar koran serta yellow-pages di waktu luang.

Beberapa beasiswa lainnya yang pernah penulis terima meliputi: (1) Penerima International Student Fund Award, dari Iowa Home Economics Association (IHEA), USA, pada tahun 1990; (2) Penerima Von-Tungeln Award, dari Dept. of Sociology, Iowa State University, USA, pada tahun 1997; (3) Penerima beasiswa dari SIDA (Swedish International Development Cooperation Agency) untuk menghadiri International Training of Women in Management Fase ke-1 selama sebulan di Lulea University-Lulea, Sweden, pada bulan Oktober-November 2002, dan Fase ke-2 selama seminggu di Manila, Philippines pada Oktober 2003.

Beberapa penghargaan dan keanggotaan profesional yang pernah penulis terima meliputi: (1) Keanggotaan pada Iowa Home Economics Association (IHEA), di tahun 1990; (2) Keanggotaan pada American Home Economics Association (AHEA), di tahun 1990; (3) Keanggotaan sebagai Honorary member of Kappa Omicron Nu (National Home Economics Honor Society), Iowa State University, USA, di tahun 1990; (4) Keanggotaan pada American Sociological Association (ASA), di tahun 1996-1998; dan (5) Keanggotaan sebagai Honorary member of Alpha Kappa Delta (AKD), Dept. of Sociology, Iowa State University, USA di tahun 1996-1998.

(17)
(18)

Halaman

DAFTAR TABEL... xxi

DAFTAR GAMBAR ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN... xxv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Masalah Penelitian ... 3

Tujuan Penelitian... 6

Manfaat Penelitian ... 7

Batasan Penelitian ... 8

Sistematika Penulisan Disertasi... 9

TINJAUAN PUSTAKA... 11

Keluarga ... 11

Pendekatan Teori ... 24

Remaja dan Lingkungan... 37

Outcome Remaja... 42

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS UMUM... 55

Kerangka Berpikir ... 55

Hipotesis Umum Penelitian ... 57

METODE PENELITIAN... 60

Tempat Dan Waktu Penelitian... 60

Prosedur Pemilihan Contoh... 61

Desain dan Cara Pengumpulan Data ... 67

Manajemen dan Kontrol Kualitas Data... 70

Pengolahan dan Analisis Data ... 70

KEADAAN DAN PERMASALAHAN UMUM PELAJAR DAN SEKOLAH ... 85

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 85

Keadaan Umum Prasarana dan Sarana Sekolah ... 85

Permasalahan Umum Sekolah... 88

Permasalahan Umum Pelajar ... 90

KARAKTERISTIK CONTOH DAN KELUARGANYA... 105

Karakteristik Contoh ... 105

Karakteristik Keluarga Contoh... 106

Keadaan Ekonomi Keluarga Contoh ... 110

Tujuan dan Harapan Hidup Contoh ... 115

Keadaan Gizi Contoh... 118

Prestasi Belajar contoh... 120

(19)

Pengalaman Masa Kecil Contoh... 124

ARTIKEL 1: PENGARUH KEADAAN SOSIAL-EKONOMI KELUARGA DAN PENGASUHAN ANAK SERTA LINGKUNGAN TEMAN TERHADAP KENAKALAN PELAJAR SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS SMK-TI dan SMU DI KOTA BOGOR... 125

Faktor – faktor yang Berpengaruh pada Kenakalan Pelajar : Analisis MANCOVA... 137

Faktor – faktor yang Berpengaruh pada Kenakalan Pelajar : Analisis SEM... 141

Pembahasan... 146

Simpulan ... 156

Daftar Pustaka ... 157

ARTIKEL 2: PENGARUH HUBUNGAN DIADIK DALAM KELUARGA DAN PSIKO-SOSIAL TERHADAP KENAKALAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEHNIK INDUSTRI (SMK-TI) DI KOTA BOGOR... 163

Karakteristik Contoh dan Keluarga ... 174

Hubungan Diadik Antara Orangtua dan Anak ... 176

Keadaan Outcome Psikososial Pelajar ... 179

Kenakalan Pelajar ... 184

Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Outcome Pelajar... 187

Indikator-indikator Psikososial Pelajar : Analisis SEM... 195

Validitas Kons trak Hubungan Diadik dalam Keluarga dan Outcome Psikologi dan Perilaku Sosial Pelajar: Analisa SEM... 197

(20)

Pembahasan... 202

Simpulan ... 207

Daftar Pustaka ... 207

ARTIKEL 3: PENGARUH KOMUNIKASI KELUARGA, LINGKUNGAN TEMAN DAN SEKOLAH TERHADAP KENAKALAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEHNIK INDUSTRI (SMK-TI) DI KOTA BOGOR ... 215

Abstrak... 215

Abstract... 216

Pendahuluan... 216

Tujuan Penelitian ... 217

Manfaat Penelitian ... 218

Metode Penelitian ... 218

Hasil ... 222

Karakteristik Contoh dan Keluarganya ... 222

Komunikasi dan Kebersamaan antara Orangtua Dan Contoh ... 226

Perilaku Agresif Contoh ... 228

Kenakalan Pelajar ... 229

Nilai Rapor Contoh... 232

Interaksi Contoh dan Lingkungannya ... 233

Pengaruh Komunikasi dalam Keluarga dan Lingkungan Teman dan Sekolah terhadap Kenakalan Pelajar dan Prestasi Pelajaran... 244

Pembahasan... 251

Simpulan ... 256

Daftar Pustaka ... 257

PEMBAHASAN UMUM... 263

IMPLIKASI HASIL PENELITIAN TERHADAP MODEL PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERPADU KENAKALAN PELAJAR ... 283

Pemecahan Masalah ... 283

Model Pencegahan dan Penanggulangan Terpadu Kenakalan Pelajar ... 290

KETERBATASAN CAKUPAN PENELITIAN ... 300

SIMPULAN DAN SARAN... 303

Simpulan ... 303

Saran... 306

DAFTAR PUSTAKA ... 308

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Penjelasan Jumlah Contoh berdasarkan Proses Pengambilan Contoh .. 66

2. Total Contoh yang Digunakan dalam Penelitian Berdasarkan Sekolah... 67

3. Rasio Jumlah Guru dan Murid ... 87

4. Matriks Tawuran Antar Pelajar SMK Se Kota Bogor... 100

5. Sebaran Contoh Berdasarkan Umur (n=667) ... 105

6. Sebaran Contoh Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga (n=667) ... 106

7. Sebaran Contoh Berdasarkan Status Keluarga (n=667) ... 107

8. Sebaran Contoh Berdasarkan Umur ayah (n=667) ... 107

9. Sebaran Contoh Berdasarkan Umur Ibu (n=667) ... 108

10. Sebaran Contoh Berdasarkan Pendidikan Ayah (n=667) ... 109

11. Sebaran Contoh Berdasarkan Pendidikan Ibu (n=667) ... 109

12. Sebaran Contoh Berdasarkan Pekerjaan Ayah (n=667) ... 110

13. Sebaran Contoh Berdasarkan Pekerjaan Ibu (n=667)... 110

14. Sebaran Contoh Berdasarkan Pendapatan Keluarga Per Bulan (n=667)... 111

15. Sebaran Contoh Berdasarkan Uang Saku Per Bulan (n=667) ... 113

16. Sebaran Contoh Berdasarkan Sarana Belajar di Rumah (n=667) ... 115

17. Sebaran Contoh Berdasarkan Status gizi dan Jenis Kelamin (n=667) ... 120

18. Sebaran Contoh Berdasarkan Rata-rata Nilai Raport Selama Dua Semester (n=667)... 121

19. Sebaran Responden Berdasarkan Hasil yang Dicapai Saat ini (n=667) ... 123

20. Hasil Analisis MANCOVA (Multivariate of Covariance) Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kenakalan Pelajar (n total 667; n SMK-TI = 540; n SMU = 127). ... 139

(22)

22. Hasil Analisis ANOVA Model Regresi Berbagai Model

dalam Penelitian (n=550) ... 188

23. Hasil Analisis MANCOVA (Multivariate of Covariance) Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kenakalan Pelajar (n total 550; n negeri = 173 ; n swasta = 377)... 190

24. Hasil Regresi Logistik Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kenakalan Kriminal (1= rendah; 2= tinggi) (n= 550) ... 192

25. Hasil Dekomposisi Efek Gambar 4 (Pengaruh Faktor Keluarga dan Psikologi Pelajar terhadap Kenakalan Pelajar, n= 550) ... 202

26. Sebaran contoh Berdasarkan Rata-Rata Nilai Rapor ... 233 27. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Agresifitas dan Kenakalan(n=550) 244 28. Hasil Dekomposisi Efek Gambar 24 (Pengaruh Komunikasi, Lingkungan

Teman dan Sekolah Terhadap Kenakalan Pelajar dan Nilai Pelajaran (n= 550)... 247 29. Hasil Regresi Logistik Faktor-faktor yang Berpengaruh pada

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Hubungan anak dengan lingkungannya ... 14 (Model Ekologi dari Bronfenbrenner, 1979)

2. Kerangka konseptual faktor-faktor yang mempengaruhi

kenakalan pelajar ... 59 3. Peta Kota Bogor berikut titik-titik rawan tawuran

(lingkaran merah disilang /cross)... 96 4. Model analisis lengkap (a completely analytical model)

faktor- faktor yang mempengaruhi kenakalan pelajar (n=667)... 133 5. Model lengkap faktor-faktor yang mempengaruhi

kenakalan pelajar (n=667) ... 144 6. Kerangka berpikir faktor-faktor yang mempengaruhi

outcome psiko-sosial pelajar remaja ... 171 7. Model analisa pengaruh faktor keluarga dan psiko-sosial

terhadap kenakalan pelajar (n= 550) ... 173 8. Validitas konstruk hubung an diadik dan kualitas

hubungan dalam keluarga (n= 550) ... 194 9. Validitas konstruk outcome psiko-sosial anak (n=550)... 196 10. Validitas konstruk hubungan dalam keluarga dan

outcome psikologi dan perilaku sosial pelajar (n=550) ... 198 11. Model pengaruh faktor keluarga dan psiko-sosial

terhadap kenakalan pelajar (n=550)... 200 12. Kerangka berpikir keterkaitan perilaku sosial dan prestasi belajar... 221 13. Kerangka analisa model pengaruh faktor keluarga, lingkungan

teman dan sekolah terhadap kenakalan pelajar dan nilai pelajaran ... 223 14 Pengaruh komunikasi dan lingkungan teman &

sekolah terhadap perilaku agresif dan kenakalan (n=550) ... 246 15. Model pengaruh komunikasi, lingkungan teman dan sekolah

(24)

16. Persamaan regresi linear sederhana pengaruh keterikatan contoh dengan teman pada kelompok

komunikasi orangtua & anak yang baik dan yang kurang baik... 251 17. Rekomendasi terhadap strategi pencegahan

kenakalan pelajar di kota bogor

berdasarkan hasil-hasil penelitian ... 288 18. Rekomendasi terhadap strategi pencegahan

kenakalan pelajar di kota bogor

berdasarkan analisis swot ... 289

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Jenis dan cara pengumpulan data ... 323 2. Batasan Operasioanal ... 326 3. Cara pengukuran variabel-variabel penelitian... 330 4. Manajemen dan kontrol kualitas data ... 332 5. Pengujian kualitas variabel-variabel

penelitian (kenormalan, kehomogenan,

reliabilitas dan validasi isi... 340 6. Konsistensi internal dan

validasi konstruk... 345 7. Hasil analisis uji beda t pada berbagai

variabel penelitian untuk

artikel 1 (SMK-TI dan SMU) ... 371 8. Kontrol kualitas data melalui

validasi variabel penelitian pada

artikel 1 (SMK-TI dan SMU) ... 372 9. Hasil analisis uji beda t pada berbagai

variabel penelitian untuk

artikel 2 (SMK-TI Negeri dan Swasta) ... 373 10. Kontrol kualitas data melalui

validasi variabel penelitian pada

artikel 2 (SMK-TI Negeri dan Swasta) ... 374 11. Hasil analisis uji beda t pada berbagai

variabel penelitian untuk

artikel 3 (SMK-TI Negeri dan Swasta) ... 375 12. Kontrol kualitas data melalui

validasi variabel penelitian pada

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai dan era globalisasi total yang akan terjadi pada tahun 2020 mendatang. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan tersebut adalah dengan mempersiapkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang paripurna, handal dan berbudaya dengan sebaik-baiknya.

Disamping menghadapi dua tantangan besar di atas, Bangsa Indonesia juga menghadapi dampak krisis ekonomi nasional yang berkepanjangan. Dampak krisis ekonomi ini juga terjadi pada generasi muda Indonesia dengan bukti semakin banyaknya permasalahan yang terjadi sejak tahun 1997. Masalah generasi muda yang semakin dirasakan adalah terjadinya degradasi atau kemerosotan moral yang ditandai dengan semakin meningkatnya kuantitas dan kualitas kenakalan remaja dan terjadinya transisi atau perubahan nilai-nilai individu ke arah negatif yang ditandai dengan semakin hilangnya sopan santun, rasa hormat dan kasih sayang terhadap sesama.

(27)

sebagai warga negara, semakin membudayanya nilai ketidakjujuran, dan semakin meningkatnya rasa kebencian dan saling curiga. Merujuk tanda-tanda tersebut, maka telah nyata bukti di lapangan bahwa keadaan remaja, khususnya di kota-kota besar, menghadapi kerusakan yang signifikan

Dalam kurun waktu kurang dari satu dasawarsa terakhir, kenakalan pelajar dirasakan semakin menunjukkan trend yang amat memprihatinkan dan kecenderungan membahayakan. Salah satu media massa (Republika, 25 Agustus 2001) mencatat bahwa sepanjang tahun 1999, jumlah tawuran pelajar di DKI Jakarta mencapai 96 kasus yang melibatkan 1036 pelajar. Data sampai dengan bulan Juli 1999 menunjukkan jumlah korban yang meliputi korban meninggal mencapai 22 orang, luka berat 52 orang, dan luka ringan 53 orang. Adapun kerugian fisik seperti rusaknya bangunan ataupun kendaraan sebanyak 13 unit. Selanjutnya diinformasikan oleh pihak Kepolisian Resort Kota (Polresta) Bogor bahwa pada tahun 2000-2002 terjadi kasus-kasus kenakalan pelajar yang meliputi tindakan penganiayaan dan kekerasan serta membawa senjata tajam sebanyak 28 kasus, tindakan pengrusakan bangunan/kendaraan umum sebanyak enam kasus, dan membawa/ mengkonsumsi narkoba sebanyak lima kasus.

(28)

minuman keras, dan menyebarkan gambar-gambar porno serta membawa senjata tajam (Kandel 1990; Faw 1975; Mulyono 1995).

Kenakalan pelajar merupakan suatu penyimpngan yang disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor pribadi/ individu atau internal diri, faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama (Willis 1994), misalnya hubungan antara orang tua dan anak (Brian 1993), lingkungan sekolah (Tambunan 2001), maupun faktor lingkungan sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku seorang anak misalnya media elektronik (Syibromalisasi 2001; Mulyono 1995). Dinyatakan bahwa faktor lingkungan sosial atau pergaulan ditandai dengan bergabungnya pelajar dengan teman-teman sebayanya yang memperkenalkan “nilai-nilai baru” yang dapat menyebabkan krisis pada remaja karena cenderung membawa masalah-masalah bagi remaja itu sendiri (Syibromalisasi 2001; Gunarsa dan Gunarsa 1995).

Masalah Penelitian

Gary S Becker dalam bukunya The Essence of Becker menyatakan bahwa kualitas mutu modal manusia (the quality of human capital) tergantung pada investasi yang diberikan melalui pendidikan individu baik pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan non formal (Schwartz 1991). Di Indonesia, secara tertulis disebutkan bahwa “tujuan pendidikan nasional adalah membentuk pribadi yang berbudi luhur, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berkemampuan dan mempunyai ketrampilan dasar untuk pendidikan selanjutnya dan untuk bekal hidup” (Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Bogor 2001). Namun sayangnya dalam dasawarsa terakhir ini kenyataan menunjukkan hal yang sangat jauh dari yang diharapkan.

(29)

Berikut ini disajikan beberapa fakta tentang kenakalan pelajar yang dikumpulkan dari berbagai sumber baik dari pihak kepolisian maupun pihak sekolah:

(1) Berdasarkan informasi Tambunan (2001) bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, sering terjadi tawuran pelajar. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tercatat adanya 157 kasus perkelahian pelajar pada tahun 1992; 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar pada tahun 1994; 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain tahun 1995; 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri pada tahun 1998; korban meninggal 37 pelajar pada tahun 1999.

(2) Sepanjang tahun 1998 di DKI Jakarta terdapat 230 kasus perkelahian pelajar yang melibatkan sebanyak 1924 siswa dengan jumlah korban, meninggal sebanyak 17 orang. Tindak lanjut dari kejadian tersebut adalah pembinaan terhadap 1768 orang pelajar, dengan perincian 80 siswa diantaranya diproses secara hukum dan 76 siswa diajukan ke penuntut umum. Informasi tambahan adalah bahwa selama kurun waktu 1995-1996 di DKI Jakarta tercatat sebanyak 810 kejadian kenakalan pelajar yang kira-kira merupakan 71 persen dari kejadian kenakalan pelajar di tingkat nasional (Republika, 20 Agustus 1999).

(3) Berdasarkan data dari Polresta Bogor diketahui bahwa pada tahun 2000 terjadi 18 kasus kenakalan pelajar yaitu meliputi tawuran pelajar sebanyak enam kasus, pengrusakan oleh pelajar sebanyak empat kasus dan penganiayaan oleh pelajar sebanyak delapan kasus; sedangkan sampai dengan bulan Agustus 2001 terjadi tujuh kasus yang meliputi tawuran pelajar, pengrusakan oleh pelajar, penganiayaan oleh pelajar, narkoba dan bawa lari gadis (Polresta Tahun 2000-2001),

(4) Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran pada saat Pesantren Kilat (Sanlat) Sekolah Menengah Kejuruan Tehnologi Indonesia (SMK- TI) se Kota Bogor di Pondok Pesantren AI-Umm, Ciawi Bogor dari tanggal 2-5 November 2001 dinyatakan bahwa selama bulan Agustus 2001 sudah terjadi empat korban meninggal dari anak SMK- TI yang berkelahi di dua lokasi di Kota Bogor dan dua lokasi di sekitar Kota Bogor, (5) Pada tanggal 23 Agustus 2001 terjadi perkelahian pelajar di Kota Bogor yang

(30)

belasan siswa SMK lainnya. Korban lainnya adalah seorang siswa SMK (16 tahun) yang mengalami luka di pergelangan tangannya (Republika, Sabtu 25 Agustus 2001),

(6) Pada tanggal 4 September 2001 terjadi perkelahian 13 pelajar dari SMK Swasta di Kota Bogor dengan membawa berbagai senjata dan bom molotov sehingga ditangkap oleh Polresta Bogor (Polresta Bogor 2001),

(7) Salah satu penelitian mengenai masalah narkoba dan kenakalan remaja di Jakarta Selatan membuktikan bahwa dari 100 pelajar yang melakukan tawuran di jalanan, 67 persen diantaranya dipicu oleh keagresifannya karena menggunakan narkoba yang diperoleh dengan cara yang mudah, yaitu diberi oleh temannya sendiri (Republika 24 September 1999),

Berbagai fakta di atas menunjukkan adanya kenakalan pelajar yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Lokasi Kota Bogor yang berada di pintu gerbang Jakarta membawa konsekuensi terhadap perkembangan masyarakatnya, termasuk pengaruh perubahan gaya hidup dan permasalahan remaja ibukota yang terbawa ke Bogor. Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran (Dinas P & P) Kota Bogor mendesak aparat hukum agar menyelesaikan kasus tawuran antar pelajar secara hukum karena sudah mengarah kepada tindakan kriminal yang dilakukan oleh orang dewasa.

Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya faktor keluarga dari remaja yang bersangkutan yang merupakan fondasi primer bagi perkembangan anak (Kartono 1986). Remaja yang berasal dari keluarga tidak harmonis yang diwujudkan dengan keadaan seringnya terjadi pertengkaran antara ayah dan ibu, kurangnya kasih sayang orangtua terhadap anaknya, kurangnya hubungan (bonding) antara orangtua dan remaja, dan kurangnya komunikasi antar anggota keluarga akan menyebabkan seorang remaja terlibat berbagai tindak kenakalan (Faw 1975; Conger 1977; Syibromalisasi 2001).

Berdasarkan permasalahan di atas, maka beberapa pertanyaan riset yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(31)

(2) Bagaimana proses terjadinya kenakalan pada seorang individu? Tahapan perbuatan dan tindakan anak yang bagaimana sehingga menjurus kepada kenakalan?,

(3) Lingkungan teman yang bagaimana yang mendorong seorang individu menjadi nakal?,

(4) Adakah kecenderungan adanya dampak negatif dari kenakalan pelajar terhadap prestasi belajar?.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas merupakan landasan untuk membuat suatu kajian tentang faktor-faktor yang menyebabkan tejadinya kenakalan pelajar. Satu hal yang menarik untuk dikaji adalah seberapa besar kontribusi dari sistem keluarga, lingkungan teman dan lingkungan sekolah terhadap kenakalan pelajar.

Penelitian ini difokuskan pada kajian terhadap sistem keluarga dengan menganalisis segala peraturan dan kebiasaan yang ada yang meliputi hubungan antara orangtua dan anak, pengasuhan yang dilakukan orangtua terhadap anak, keadaan sosial ekonomi keluarga yang mungkin menjadi keterbatasan keluarga dalam berinteraksi satu dengan lainnya, dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Penelitian ini melihat segi pembinaan dan pendidikan pelajar yang didapatkan di sekolah yang mungkin dapat berpengaruh terhadap tingkat kenakalan pelajar. Kajian tentang hubungan antar sesama teman yang dapat berpengaruh terhadap tingkat kenakalan pelajar juga dilakukan. Terakhir, penelitian ini juga mengkaji kebiasaan makan, kebiasaan mengkonsumsi narkoba dan alkohol serta status gizi remaja.

Tujuan Penelitian

Mengingat semakin besarnya masalah yang dihadapi oleh para pelajar, maka studi ini secara umum bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara faktor keluarga, lingkungan teman dan sekolah dengan kenakalan pelajar. Secara khusus, studi ini bertujuan untuk:

(1) Menganalisis secara umum permasalahan umum pelajar dan sekolah, keadaan umum sarana dan prasarana sekolah dan titik-titik rawan dan matriks tawuran pelajar di Kota Bogor,

(2) Mengetahui karakteristik contoh, dan keadaan sosial- ekonomi keluarganya. (3) Mengkaji pengaruh keadaan sosial-ekonomi keluarga dan pengasuhan anak

(32)

Kejuruan Tehnik Industri (SMK-TI) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) di Kota Bogor,

(4) Menganalisis pengaruh hubungan diadik dalam keluarga terhadap outcome psiko-sosial pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Tehnik Industri (SMK-TI) di Kota Bogor,

(5) Menganalisis pengaruh komunikasi keluarga, lingkungan teman dan sekolah terhadap kenakalan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Tehnik Industri (SMK-TI) di Kota Bogor, dan

(6) Merumuskan strategi kebijakan sebagai implikasi hasil penelitian terhadap model pencegahan dan penanggulangan terpadu kenakalan pelajar di Kota Bogor.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi semua pihak yang memperhatikan kaum remaja sebagai penerus bangsa, baik itu pihak Departe-men Pendidikan Nasional (Depdiknas), para orangtua pelajar maupun masyarakat luas. Disamping itu, diharapkan agar hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada Depdiknas dalam mengantisipasi dan menanggulangi kenakalan pelajar di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

(33)

tentang resiko melakukan hubungan seksual, dan tips pengasuhan yang baik serta perkembangan psikologi sosial.

Penelitian disertasi dengan topik kenakalan pelajar ini lebih menganalisis dari tinjauan studi Ilmu keluarga yang diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu keluarga (family studies) di Institut Pertanian Bogor pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Teori-teori yang digunakan sebagai pendekatan dalam menganalisis kenakalan remaja pada disertasi ini adalah gabungan antara Teori Sosiologi Keluarga (seperti Teori Struktural Fungsional, Teori Sistem/ Ekologi/Ekosistem), dan Teori Psikologi Perkembangan (Perkembangan Psiko-sosial).

Batasan Penelitian

Secara umum pengumpulan data sekunder dan wawancara kepada kepala sekolah dilakukan pada seluruh SMK-TI yang berada di Kota Bogor yang jumlahnya sebanyak 15 sekolah dan satu kepala sekolah SMU. Adapun fokus penelitian dilakukan pada empat SMK- TI dan satu SMU saja dengan pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang tersedia.

Berdasarkan informasi Dinas Pendidikan dan Pengajaran (Dinas P & P) Kota Bogor, dikatakan bahwa sebagian besar (sekitar 80%) pelajar SMK-TI bertempat tinggal di Kabupaten Bogor dan berasal dari keluarga dengan status-sosial ekonomi menengah ke bawah. Oleh karena itu contoh SMK-TI didominasi oleh pelajar yang berasal dari luar Kota Bogor dengan mobilitas tinggi. Batasan berikutnya berkaitan dengan tahapan pada pengumpulan data primer, yang semua jawaban berdasarkan laporan pelajar sendiri (self-report) sebagai responden dan sekaligus sebagai contoh. Hanya beberapa dari contoh saja baik laki-laki maupun perempuan, yang dikonfirmasi jawabannya dengan jawaban orangtua (multi-reporter).

(34)

berkaitan dengan tawuran dan perkelahian. Sebagai konsekuensi pendekatan jenis kenakalan yang berawal dari tawuran, maka jenis sekolah yang banyak diambil sebagai contoh adalah Sekolah Menengah Tehnik Industri (SMK-TI) atau STM. Konsekuensi selanjutnya dari pengambilan STM sebagai wadah pelajar, maka mayoritas contoh berjenis kelamin laki-laki.

Penelitian ini tertarik untuk melibatkan aspek gender pada kenakalan pelajar agar mempunyai pembanding jenis kelamin yang lengkap. Untuk itu dipilih secara purposif Sekolah Menengah Umum (SMU) yang bermasalah dengan mengambil contoh pelajar perempuan saja secara random dari populasi yang ada di sekolah tersebut. Sistematika “Random Sampling” ini mempunyai konsekuensi perbedaan dua populasi penelitian, yaitu populasi pelajar SMK-TI yang mayoritas laki-laki dan populasi pelajar SMU yang mayoritas perempuan.

Di dalam pengembangan kesimpulan, secara sistematik populasi dibedakan berdasarkan tipe atau asal sekolah, yaitu SMK-TI dan SMU. Namun, data juga menunjukkan bahwa secara umum pelajar SMU baik laki-laki maupun perempuan relatif tidak terlibat kenakalan dalam bentuk perkelahian/ tawuran atau bentuk kenakalan lainnya dibandingkan dengan pelajar SMK-TI, kalaupun ada perkelahian, itupun dengan frekuensi yang relatif rendah. Data juga menunjukkan bahwa contoh perempuan yang bersekolah di SMK-TI (10 orang) mempunyai karakteristik kenakalan dan personalitas yang berbeda dibandingkan dengan contoh perempuan yang bersekolah di SMU (117 orang). Dengan demikian, untuk membuktikan Hipotesis 4 sampai Hipotesis 7, maka data yang dipakai adalah contoh dari populasi pelajar SMK-TI saja karena dikawatirkan menimbulkan systematic random sampling error.

Sistematika Penulisan Disertasi

Secara umum penulisan disertasi ini merujuk pada “Pedoman Penyajian Karya Ilmiah” yang disusun oleh Gunawan et al. (2004) diterbitkan oleh IPB Press. Tata cara penulisan yang meliputi anatomi karya ilmiah, format penulisan, kebahasaan, dan kepustakaan mengikuti pedoman yang ditentukan IPB. Secara khusus, sistematika penulisan disertasi merujuk pada buku pedoman tersebut Lampiran 22 (Halaman 150) yang menyajikan contoh daftar isi untuk disertasi pola beberapa judul yang merupakan artikel jurnal ilmiah.

(35)
(36)

TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga

Keluarga dan Lingkungan serta Perannya dalam Pembangunan Sumberdaya Manusia

Keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan, adopsi (UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10; Khairuddin 1985; Landis 1989; Day et al. 1995; Gelles 1995; Ember dan Ember 1996; Vosler 1996). Menurut U.S. Bureau of the Census Tahun 2000 keluarga terdiri atas orang-orang yang hidup dalam satu rumahtangga (Newman dan Grauerholz 2002; Rosen (Skolnick dan Skolnick 1997). Berdasarkan keputusan New York State Court, keluarga termasuk juga keluarga gay yang telah hidup bersama selama sepuluh tahun; menurut Benson (1971) merupakan institusi yang sentimental.

Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin 1995), keluarga merupakan suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas keluarga). Definisi lain menurut Settels (Sussman dan Steinmetz 1987), keluarga juga diartikan sebagai suatu abstraksi dari ideologi yang memiliki citra romantis, suatu proses, sebagai satuan perlakukan intervensi, sebagai suatu jaringan dan tujuan/peristirahatan akhir. Lebih jauh, Frederick Engels dalam bukunya The Origin of the Family, Private Property, and the State, yang mewakili pandangan radikal menjabarkan keluarga mempunyai hubungan antara struktur sosial-ekonomi masyarakat dengan bentuk dan isi dari keluarga yang didasarkan pada sistem patriarkhi (Ihromi 1999).

(37)

sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga, dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989; BKKBN 1992).

Ditambahkan oleh Pitts yang dikutip oleh Kingsbury dan Scanzoni (Boss et al. 1993) bahwa tujuan dari terbentuknya keluarga adalah sebagai suatu struktur yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anggotanya dan untuk memelihara masyarakat yang lebih luas. Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 1994 menyebutkan delapan fungsi yang harus dijalankan oleh keluarga tersebut meliputi fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan nonfisik yang terdiri atas fungsi keagamaan, sosial, budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi , sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan (BKKBN 1996). Menurut United Nation (1993) fungsi keluarga meliputi fungsi pengukuhan ikatan suami istri, prokreasi dan hubungan seksual, sosialisasi dan pendidikan anak, pemberian nama dan status, perawatan dasar anak, perlindungan anggota keluarga, rekreasi dan perawatan emosi, dan pertukaran barang dan jasa. Menurut Mattensich dan Hill (Zeitlin et al. 1995) fungsi pemeliharaan fisik sosialisasi dan pendidikan, akuisisi anggota keluarga baru melalui prokreasi atau adopsi, kontrol perilaku sosial dan seksual, pemeliharaan moral keluarga dan dewasa melalui pembentukan pasangan seksual, dan melepaskan anggota keluarga dewasa. Selanjutnya Rice dan Tucker (1986) menyatakan bahwa fungsi keluarga juga meliputi fungsi ekspresif, yaitu memenuhi kebutuhan emosi dan perkembangan anak termasuk moral, loyalitas dan sosialisasi anak, dan fungsi instrumental yaitu manajemen sumberdaya keluarga untuk mencapai berbagai tujuan keluarga melalui prokreasi dan sosialisasi anak dan dukungan serta pengembangan anggota keluarga

(38)

stabil dan berada dalam masa transisi menuju keseimbangan yang baru (Khairuddin 1985).

Bronfenbrenner (Bronfenbrenner 1981; Santrock dan Yussen 1989), Deacon dan Firebaugh (1988), Melson (1980), Holman (1983), Klein dan White (1996) menyajikan model pandangan dari segi ekologi dalam mengerti proses sosialisasi anak-anak. Model tersebut menempatkan posisi anak atau keluarga inti pada pusat di dalam model yang secara langsung dapat berinteraksi dengan lingkungan yang berada di sekitarnya, yaitu lingkungan mikrosistem (the microsystem) yang merupakan lingkungan terdekat dengan anak berada, meliputi keluarga, sekolah, teman sebaya, dan tetangga. Lingkungan yang lebih luas disebut lingkungan mesosistem (the mesosystem) yang berupa hubungan antara lingkungan mikrosistem satu dengan mikrosistem yang lainnya, misalnya hubungan antara lingkungan keluarga dengan sekolahnya, dan hubungan antara lingkungan keluarga dengan teman sebayanya. Lingkungan yang lebih luas lagi disebut dengan lingkungan exosystem yang merupakan lingkungan tempat anak tidak secara langsung mempunyai peranan secara aktif, misalnya lingkungan keluarga besar (extended family) atau lingkungan pemerintahan. Akhirnya lingkungan yang paling luas adalah lingkungan makrosistem (the macrosystem) yang merupakan tingkatan paling luas yang meliputi struktur sosial budaya suatu bangsa secara umum .

(39)

Anak

Keluarga Sekolah

Klp

Agama Tetangga

SISTEM MIKRO

SISTEM EKSO

SISTEM MAKRO

Teman Tetangga

Mass Media

Pelayanan Hukum

Pelayanan Sosial KeluargaLuas

SISTEM MESO

Gambar 1. Hubungan anak dengan lingkungannya (Model ekologi dari Bronfenbrenner, 1981)

(40)

Megawangi (1994) menjelaskan bahwa keluarga dijabarkan sebagai suatu sistem yang diartikan sebagai suatu unit sosial dengan keadaan yang menggambarkan individu secara intim terlibat untuk saling berhubungan timbal balik dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya setiap saat dengan dibatasi oleh aturan-aturan di dalam keluarga. Sistem ekologi juga menganalisis keterkaitan antara keluarga dan lingkungan dalam melihat perubahan budaya, seperti peran ganda ibu, tren perceraian, dan efek perceraian dalam pengasuhan (Harris dan Liebert 1992).

Berkaitan dengan keluarga dan lingkungannya, Coleman (Fukuyama 2000), seorang ahli sosiologi, membawa istilah modal sosial atau social capital pada aspek pendidikan dan pengasuhan anak. Modal sosial didefinisikan sebagai suatu set sumberdaya yang diwariskan dalam hubungan keluarga dan organisasi sosial masyarakat di sekitarnya yang sangat berguna untuk perkembangan kognitif dan sosial anak-anaknya. Fukuyama (2000) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara keluarga dengan modal sosialnya. Keluarga merupakan landasan unit kerjasama sosial dengan melibatkan orangtua, ayah dan ibu, untuk bekerja bersama dalam berkreasi, melakukan sosialisasi, dan mendidik anak-anaknya.

Komunikasi, Interaksi dan Pengasuhan Orangtua terhadap Remaja

(41)

Di dalam mengaitkan antara komunikasi dan interaksi, berikut ini diuraikan beberapa pendapat para ahli. Dalam pendekatan Ilmu Sosiologi, hubungan antar manusia harus didahului oleh kontak dan komunikasi. Hubungan antara manusia ini kemudian saling mempengaruhi antar satu dengan yang lainnya melalui pengertian yang diungkapkan, informasi yang dibagi, semangat yang disumbangkan, yang semua pesannya membentuk pengetahuan. Model interaksi dari proses komunikasi juga menunjukkan perkembangan peran (role development), pengambilan peran (role-taking) dan pengembangan diri sendiri (development of self) karena manusia berkembang melalui interaksi sosialnya. Komunikasi manusia tersebut juga terjadi dalam suatu konteks budaya tertentu dan mempunyai batas-batas (boundaries) tertentu (Ruben 1988; Liliweri 1997).

Aplikasi komunikasi dalam keluarga berkaitan dengan fokus pemahaman diri dari para anggota keluarga. Model-model interaksi dalam keluarga memberikan pengertian baru tentang family sharing dan memberikan penekanan yang lebih besar pada tindakan sosial keluarga (Liliweri 1997).

Teori yang digunakan dalam pendekatan komunikasi adalah teori sistem dengan konsep yang memperkenalkan organisasi, sirkularitas, keutuhan, interdependensi antar elemen-elemen sistem, keseimbangan dan perubahan, serta interaksi (Ruben 1988; Hinde dan Hinde 1988). Untuk itu, Sroufe dan Fleeson menyatakan bahwa komunikasi juga digunakan dalam melihat interdependensi antar anggota keluarga dengan mengganti konsep organisasi menjadi keluarga (Hinde dan Hinde, 1988).

(42)

semakin kuat akibat peningkatan teknologi komunikasi di era informasi dan globalisasi (Susanto-Sunario 1995).

Komunikasi dan interaksi dalam keluarga adalah bagian dari proses sosialisasi anak yang dilakukan oleh orangtua. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam proses sosialisasi ini, yaitu: pola perilaku yang disosialisasikan, agen yang berpartisipasi dalam proses sosialisasi (termasuk orangtua, anak, teman, guru, program televisi), dan tehnik serta pelaksanaan dari proses sosialisasi (Kalish dan Collier 1981; Eshleman 1991). Lebih jauh Kreppner dan Lerner (Zeitlin 1995) mengemukakan pendapat bahwa keluarga merupakan suatu sistem yang menekankan pada dimensi interaksi keluarga, suatu seri dari interaksi timbal balik dua arah (dyadic interactions), dan juga gabungan dari interaksi antar semua sub kelompok keluarga (dyadic, triadic, tetradic), dan suatu sistem hubungan internal yang menyangkut dukungan sosial, dan hubungan intergenerasi.

Pengasuhan. Dalam melihat konsep pengasuhan anak, beberapa

pendapat para ahli diuraikan sebagai berikut. Cowan dan Cowan (Skolnick dan Skolnick 1997) menyatakan ada lima domain dalam kehidupan keluarga, yang meliputi perubahan identitas dan kehidupan pribadi, pergeseran dalam peran dan hubungan dalam perkawinan, pergeseran dalam peran dan hubungan tiga generasi, perubahan peran dan hubungan di luar keluarga, dan peran dan hubungan baru dalam pengasuhan. Berbicara mengenai pengasuhan, ditemukan adanya korelasi antara pengasuhan dengan kemampuan kontrol diri anak. Dengan kata lain dinyatakan bahwa perilaku anak-anak dipengaruhi oleh perlakuan orangtua terhadap dirinya. Orangtua yang menerapkan pengasuhan dengan gaya permisif akan menyebabkan kurangnya kemampuan kontrol diri pada diri anak-anak, dan sebaliknya. Adapun pengasuhan anak dan kurangnya kontrol diri pada anak-anak dapat disebabkan oleh faktor-faktor lainnya seperti kecenderungan genetik, kemiskinan atau lingkungan sosial dan sejarah keluarga (Santrock dan Yussen 1989).

(43)

menyoroti segi pelimpahan kekuasaan antara orangtua dan anak yang kemudian dikelompokkan ke dalam tiga gaya pengasuhan yang meliputi gaya pengasuhan demokratis, permisif dan otoriter. Adapun perilaku orangtua dan tingkah laku anak pada masing-masing gaya pengasuhan adalah sebagai berikut:

(1) Gaya pengasuhan demokratis,

(a) Perilaku orangtua lebih menekankan pada aturan yang cukup tegas, tidak menyerah pada coercion, menunjukkan rasa tidak senang dalam menghadapi perilaku anak yang tidak baik, menunjukkan rasa senang dan mendukung bila anak melakukan sesuatu yang baik, peraturan dikomunikasikan dengan jelas, hangat, responsif terhadap kebutuhan anak, dan mengharapkan kematangan anak dan perilaku mandiri pada anak sesuai dengan usia anak,

(b) Perilaku anak adalah mandiri, memiliki kontrol diri dan percaya diri yang kuat, berhubungan baik dengan teman sebaya, mampu mengatasi stres, berminat pada suatu atau situasi baru, bersifat kooperatif dengan orang-orang dewasa, penurut/patuh, punya tujuan dan berorientasi pada prestasi,

(2) Gaya pengasuhan permisif,

(a) Perilaku orangtua adalah tidak memaksakan peraturan, tidak mengkomunikasikan dengan jelas peraturan, menyerah pada paksaan/rengekan/tangisan anak, penerapan disiplin tidak konsisten, tidak menuntut anak untuk mandiri, menerima tingkah laku anak yang buruk, dan relatif memberikan kehangatan,

(b) Perilaku anak adalah impulsif-agresif, tidak patuh pada orangtua, kurang mandiri, kurang berorientasi pada prestasi, kurang mampu mengontrol diri, bersifat berkuasa, kurang mempunyai tujuan, dan kurang melibatkan diri dalam mengikuti pelajaran,

(3) Gaya pengasuhan otoriter,

(44)

(b) Perilaku anak adalah penakut, pencemas, menarik diri, mudah terpengaruh mood, menjengkelkan, licik, kurang adapif, mudah curiga pada orang lain, mudah mengalami stres, dan kurang mempunyai tujuan.

Berbeda dengan Baumrind, seorang ahli bernama Schaefer (Hughes dan Noppe 1985) menyoroti dimensi pengasuhan dari perpaduan baik sisi tingkatan afeksi maupun sisi kekuasaan (power) yang dijabarkan ke dalam dua dimensi yang kontinyu yaitu cinta (hangat, diterima, dan diakui) versus kekasaran (dingin, ditolak, dan tidak diakui), dan otonomi (bebas dan fleksibel) versus kontrol (posesif dan rigid). Hampir sama dengan Schaefer, Rohner (1986) dalam bukunya the Warmth Dimension menyebutkan pola pengasuhan yang terdiri atas: (1) Kehangatan kasih sayang orang tua (parental acceptance) yang meliputi dua ekspresi yaitu secara fisik (seperti memeluk, mencium, membelai, dan tersenyum) dan secara verbal (memuji, mengatakan hal-hal yang menyenangkan), dan (2) penolakan orang tua (parental rejection) yang meliputi sikap: (a) kekerasan dan agresi (hostility dan agression) dengan ciri memukul, menendang, mendorong, mengutuk, meremehkan dan memberi kata-kata kasar, (b) sikap tidak peduli dan melalaikan (indifference dan neglect) dengan ciri ketidakmampuan orangtua secara fisik dan psikologis dalam memenuhi kebutuhan anaknya, dan mengabaikannya, dan (c) penolakan (unindifference rejection) dengan ciri tidak dicintai, tidak diinginkan dan penolakan orangtua tanpa adanya indikator yang jelas secara verbal maupun fisik.

Rosemond (2005) dalam bukunya “Family Building: The 5 Fundamentals of Effective Parenting” menjelaskan lima prinsip dari pengasuhan yang meliputi prinsip-prinsip mengenai; (1) Keluarga bukan anak; (2) Disiplin dan komunikasi bukan konsekuensi, juga kepemimpinan bukan hubungan; (3) Menghargai orang lain, bukan penghargaan diri yang tinggi; (4) Perilaku dan moral, bukan ketrampilan, dan (5) Tanggung jawab, bukan prestasi yang tinggi. Benson (1971) menjabarkan hubungan antara orangtua dan anak yang terwujud dalam pengasuhan meliputi pemeliharaan, pembinaan, disiplin, membantu, mencintai dan menghargai, dan melepaskan anak-anak.

(45)

remaja; menjadi partner remaja, berbagi tugas antara orangtua dan anak, mampu berkomunikasi dengan rasa menghargai dan mencintai melalui cara yang dimengerti remaja; mampu menikmati remaja dan meluangkan waktu bersama secara mutual; mampu untuk memecahkan masalah, konflik dan kesalahpahaman; dan mampu untuk menerima diri sendiri serta menyadari bahwa tidak ada orangtua yang sempurna.

Hurlock (1973) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keadaan di rumah, dan pengaruh keadaan di rumah terhadap outcome remaja diuraikan. Disebutkan bahwa Iklim dan suasana rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu meliputi afeksi, respon kerjasama dan toleransi antar anggota keluarga seperti saling pengertian, konflik antar anggota, konflik nilai, kebersamaan, kontrol orangtua, hubungan perkawinan, perpecahan keluarga, besar dan komposisi keluarga, campur tangan orang luar, status sosial-ekonomi, aspirasi dan pekerjaan orangtua, dan konsep peranan keluarga. Selanjutnya, keadaan rumah yang dipenuhi oleh suasana kehangatan (warmth) keluarga atau keadaan psikologis di lingkungan remaja akan mempengaruhi perkembangan dan kepribadian remaja dalam menyesuaikan dengan lingkungannya.

(46)

Seorang ayah di negara Barat dengan tegas mendidik anak laki-lakinya mengenai bagaimana membedakan hal-hal yang salah atau benar dan lebih memperhatikan kesuksesan anak laki-lakinya dibandingkan dengan anak perempuannya. Adapun perhatian ibu lebih kepada makanan daripada hal yang lainnya dan memberikan kenyamanan bagi anak laki-lakinya dibandingkan dengan anak perempuannya. Lebih jauh disebutkan bahwa bonding antara ayah dan anak perempuannya adalah selamanya dan tidak dapat terpisahkan meskipun sudah menikah, artinya anak perempuan akan tetap menjadi anak perempuan bagi ayahnya. Bahkan seorang anak perempuan dapat menjadi sumber kebahagiaan yang lebih tinggi bagi ayahnya dibandingkan dengan anak laki-lakinya, dan sebaliknya seorang anak perempuan mungkin akan membuat ayahnya menangis dibandingkan dengan anak laki-lakinya (Alam 1995).

(47)

Pengasuhan Anak, Pembagian Tugas antar Orangtua dan Persepsi Gender serta Outcome Anak

Beberapa penelitian melaporkan hal yang sama tentang pembagian tugas antara suami dan istri, yaitu:

(1) Hasil penelitian Hartoyo et al. (2003) pada keluarga miskin di Kota Bogor melaporkan bahwa hampir enam dari sepuluh responden (Ibu) mengungkapkan tentang persepsi kekuatan (power) antara suami istri dalam keluarga adalah seimbang antara suami dan istri, bahwa suami dan istri saling melengkapi dalam melakukan kegiatan sehari-hari di rumah tangga, (2) Hasil penelitian BKKBN di Jawa Timur dan Manado menjelaskan bahwa

sekitar 50 persen ibu menyatakan bahwa pengasuhan anak adalah tugas ibu dan sekitar 40 persen menyatakan bahwa pengasuhan anak adalah tanggung jawab ayah dan ibu. Hal ini masih menunjukkan bahwa peran pengasuhan anak lebih condong kepada peran ibu (Megawangi 1999), (3) Padahal untuk mencapai perkembangan anak yang optimal perlu keterlibatan

ayah dalam pengasuhan. Ayah mempunyai tanggung jawab yang sama dengan ibu dalam pengasuhan sehingga anak dapat mencapai perkembangan fisik, komunikasi, kognisi dan sosial secara optimal. Meski demikian tetap ada pembagian peran ayah dan ibu sesuai kodrat dan gender. Pengasuhan yang dilakukan ayah terhadap anak lebih banyak melibatkan aktifitas fisik, sedangkan pengasuhan ibu cenderung melibatkan aktifitas verbal (Nurhaena 1995),

(4) Hasil penelitian Kesuma (2001) di Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa peran ayah dalam pengasuhan mempunyai pengaruh nyata pada tingkat perkembangan sosial anak,

(5) Hasil penelitian Hartoyo et al. (2003) pada keluarga miskin di Kota Bogor dan hasil penelitian Tambingon (1999) melaporkan bahwa pembagian kerja aktivitas domestik sebagian besar dilakukan oleh ibu, seperti perawatan fisik anak, mendampingi anak belajar, pemeliharaan rumahtangga, menyediakan makanan dan lain-lain,

(6) Ditegaskan oleh penelitian Sukesih (2001) bahwa pembagian kerja aktivitas publik di sektor ekonomi sebagian besar dilakukan oleh suami, sedangkan aktivitas sosial kemasyarakatan dilakukan oleh kedua suami dan istri.

(48)

(1) Hetherington & Parke (1986) menyatakan bahwa cara pengasuhan pada anak selain ditentukan oleh faktor keluarga, juga dipengaruhi oleh faktor anak. Setiap anak tidak dapat diperlakukan sama karena adanya perbedaan karakteristik, misalnya perbedaan jenis kelamin. Biasanya anak laki-laki diharapkan oleh keluarganya menjadi anak yang gagah dan berani. Sedangkan anak perempuan diharapkan menjadi anak yang manis dan feminim,

(2) Hasil penelitian Kandoli (2000) menyatakan bahwa :

(a) Pada etnik Jawa, pola asuh efektif dan pola asuh disiplin terhadap anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki. Sedangkan pola asuh kognitif, pola asuh makan dan pola asuh bermain terhadap anak laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan anak perempuan,

(b) Di Minahasa ditemukan tidak adanya perbedaan pola asuh kognitif, afektif dan asuh bermain pada laki-laki dan perempuan. Tetapi terdapat perbedaan pola asuh makan yang diberikan pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan,

(3) Hasil penelitian Hartoyo et al. (2003) menyatakan bahwa pola asuh makan (membiasakan dan memberi makan, menghargai bila anak makan dengan

baik) dan pola asuh lingkungan HOME (tanggap rasa dan kata, penerimaan terhadap perilaku anak, pengorganisasian lingkungan anak, penyediaan untuk anak, keterlibatan pengasuhan dan variasi asuh) pada anak perempuan lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki.

Berdasarkan beberapa penelitian tentang persepsi gender dan nilai anak, didapatkan hasil bahwa:

(1) Hasil penelitian Hartoyo et al. (2003) melaporkan bahwa nilai anak pada keluarga miskin di Kota Bogor tahun 2001-2002 adalah sama antara laki-laki dan perempuan, hal ini terbukti dari pengakuan 88 persen responden (ibu) yang memberikan perhatian sama pada anak laki-laki dan perempuan,

(49)

Berbagai penelitian membahas mengenai hubungan pengasuhan dan outcome anak dan menyimpulkan bahwa:

(1) Hubungan yang akrab/erat disertai dengan pemberian rasa aman pada anak akan membantu anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya sampai anak mencapai masa remaja (Doyle dan Morretti 2000); anak akan cepat responsive terhadap kebutuhan hidupnya, sehingga akan mempermudah anak dalam mengeksplorasi lingkungan dan menyesuaikan diri serta meningkatkan kemampuan rasa ‘mastery’ dalam dunianya (Paterson, Pryor dan Field 1995) untuk dan terhindar dari masalah-masalah kesehatan mental seperti rasa stres, depresi, marah-marah, dan masalah perilaku-perilaku negatif dan kesopanan (Nada-Raja, McGee dan Stanton 1992) dan terhindar dari rasa kesepian (Kerns dan Stevens 1996),

(2) Sebaliknya, anak yang mengalami kelangkaan dukungan dan perlindungan dari orang tuanya, mengalami ketidakkonsistenan dalam pengasuhan akan menjadikan anak tidak responsif terhadap kebutuhannya, tidak merasa aman, dan merasa gelisah (Booth 1991).

Pendekatan Teori

Teori Struktural-Fungsional dan Teori Sistem: Landasan Pendekatan dalam Studi Keluarga

Pendekatan teori sosiologi struktural-fungsional biasa digunakan oleh Spencer dan Durkheim yang menyangkut struktur (aturan pola sosial) dan fungsinya dalam masyarakat (Skidmore 1979; Spencer dan Inkeles 1982; Turner 1986; Schwartz dan Scott 1994; Macionis 1995; Winton 1995) dan pada kehidupan sosial secara total (McQuarie 1995). Penganut pandangan teori struktural-fungsional melihat sistem sosial sebagai suatu sistem yang seimbang, harmonis dan berkelanjutan. Konsep struktur sosial meliputi bagian-bagian dari sistem dengan cara kerja pada setiap bagian yang terorganisir.

Gambar

Gambar 1.  Hubungan anak dengan lingkungannya                     (Model ekologi dari Bronfenbrenner, 1981)
Gambar 2.  Kerangka konseptual faktor-faktor yang                     mempengaruhi  kenakalan pelajar
Tabel 1.  Penjelasan  jumlah contoh berdasarkan proses pengambilan contoh
Tabel 2.  Total contoh yang digunakan dalam penelitian berdasarkan sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

On toisaalta totta, että lapsi suhtautuu kaikkiin kehonosiinsa samalla tavalla ja ne myös täytyy kaikki nimetä tasa-arvoisesti, mutta kuitenkin olisi myös tärkeää opettaa

Tujuan magang ini adalah adalah untuk melakukan melakukan perancangan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk menevaluasi pengendalian internal Hotel JW Marriott dalam

 Kedua, penjaminan proyek KPBU Jalintim Riau antara Direktur Utama PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (Persero) Muhammad Wahid Sutopo dengan Direktur PT Adhi Jalintim Riau

Menurut suijono pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang strategi dalam pembentukan mq anusia yang seutuhnya yang cerdas, 1 berakhlak berbakti pekerti dan sehat

Perawat memberikan edukasi kepada klien mengenai teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi untuk mengurangi nyeri. Sehingga ketika klien sedang merasa nyeri, klien

Selain menggunakan sebuah pernyataan new untuk meng-instantiate array, Anda juga dapat mendeklarasikan, membangun, kemudian memberikan sebuah nilai pada

Jadi, dari dunia penyiaran massa TV analog di masa lalu, sejumlah kecil penyedia isi dan kepemirsaan televisi linear di rumah, kita kini harus berurusan dengan dunia digital

Keluarga dengan tingkat pengetahuan keuangan yang lebih tinggi akan bijak dalam perilaku keuangannya karena memiliki pemahaman lebih terhadap masalah