• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu proses, yaitu rangkaian langkah – langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan tertentu. Langkah – langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan – kesimpulan yang tidak meragukan.9

Dilakukannnya penelitian dalam penulisan ini agar terhindar dari suatu penilaian bahwa penulisan skripsi dibuat dengan sembarangan dan tanpa didukung dengan data yang lengkap. Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Dari judul yang dibahas dari penelitian ini, maka penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi – situasi atau kejadian – kejadian.10 Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menelaah dan menganalisa peraturan perundang – undangan yang berlaku yang

9 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian”, Rajawali Pres, Jakarta, 2013 , hal 11.

10 Ibid, hal 76.

kemudian dihubungkan dengan teori hukum yang berkaitan dengan hak cipta pada umumnya dan hak cipta atas hasil karya seni penggemar (fan art) pada khususnya. Analisis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui status hukum dari hasil karya seni penggemar (fan art) menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

2. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penulisan, maka penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yuridis normatif, yaitu mengkaji mengenai penerapan peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan permasalahan, yaitu Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014. Kemudian penelitian didukung dengan bahan sekunder, yaitu berupa buku – buku, jurnal ilmiah, artikel yang berhubungan dengan bahan hukum dari permasalahan dalam penelitian ini.

3. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :

1.) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat, seperti peraturan perundang – undangan, dan putusan HKIm. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagai bahan hukum primer.

2.) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder diartikan sebagai bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus. Bahan sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah buku – buku yang berkaitan, jurnal hukum dan internet.

3.) Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang mndukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Penulisan penelitian ini dilakukan dengan tehnik pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan (library research), yakni mengumpulkan bahan – bahan seperti buku – buku, jurnal hukum serta karya ilmiah yang berkaitan di bidang hak kekayaan intelektual, hak cipta, kamus umum, dan kamus hukum.

5. Analisis Data

Dalam penulisan penelitian ini, analisis data dimulai dengan mengidentifikasi hukum positif di bidang hak cipta, dan peraturan perundang – undangan lainnya yang berkaitan dengan hak cipta karya seni. Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan nantinya akan

dituangkan dalam bentuk uraian logis sistematis, kennudian dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, selanjutnya ditarik kesimpulan secara deduktif, yakni kesimpulan dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.

F. Sistematika Penelitian

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan setiap bab memiliki sub-bab, yang disusun secara sistematis agar dapat diperoleh suatu kesatuan pembahasan yang saling berhubungan antara satu bab dan bab lainnya dan memudahkan pemahaman akan isi dari penelitian.

Adapun gambaran isi dari skripsi ini secara sistematis disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, perumusahan masalah, tujuan dan manfaaat penulisan, metode penelitian serta keaslian dari penulisan .

BAB II TINJUAN YURIDIS HAK CIPTA FAN ART

BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Pada bab ini akan diuraikan tentang eksistensi karya fan art dan menjelaskan fan art sebagai ciptaan, dan termasuk dalam kategori jenis ciptaan yang dilindungi pada bidang seni.

BAB III HUBUNGAN ANTARA PENCIPTA ASLI dengan

PENCIPTA KARYA SENI PENGGEMAR SEBAGAI ATAS DERIVATIF

Pada bab ini akan diuraikan mengenai karya yang dikatakan karya asli yang dilindungi, pengertian karya derivatif dan

kategori suatu ciptaan menjadi karya derivatif, serta hubungan pencipta karya cipta asli dan fan artist

BAB IV PELANGGARAN FAN ARTIST TERHADAP HAK – HAK PENCIPTA KARYA ASLI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hak ekslusif yang dimiliki oleh pencipta asli, kaitan hak moral pencipta asli atas karya derivatif, serta mengenai bentuk pelanggaran yang dilakukan fan artist terhadap karya orisinil pencipta asli.

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang dikemukakan dalam penulisan, dan juga berisi saran sebagai solusi maupun lagkah – langkah yang perlu ditempuh dalam upaya penegakan hukum hak cipta.

G. Keaslian Penulisan

Setelah diperiksa pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Hukum, tidak ditemukan judul Tinjauan Yuridis Hak Cipta Atas Karya Seni Penggemar (Fan art) Seebagai Karya Derivatif Berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

H. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum tentang Hak Cipta a) Sejarah Hak Cipta di Indonesia

Term atau frase hak cipta berasal dari terminologi asing yaitu, copyrights dalam bahasa Inggris atau auteurrecht dalam bahasa Belanda. Hak cipta merupakan hak yang diperoleh pencipta atas hasil karya ciptaannya. Berupa hak untuk mengumumkan ataupun memperbanyak ciptaannya.

Gagasan bahwa pengaranglah yang berhak atas hak memperbanyak karya tulisnya kemudian diatur dalam statute of Anne tahun 1710. Statute of Anne berisi ketentuan tentang hak eksklusif seorang pengarang sebagai pemilik hak yang memiliki kebebasan untuk mencetak karya tulisnya11. Statute of Anne merupakan undang – undang hak cipta pertama di dunia dan besar pengaruhnya dalam sejarah perkembangan hak cipta Karena untuk pertama kalinya seorang pengarang diakui secara sah bahwa ia pemegang hak eksklusif atas karya tulisnya12

Kemudian dengan berkembangnya jaman penggunaan istilah copyright dikembangkan untuk melindungi bukan hanya si pencipta di bidang karya tulis atas buku ciptannya, melainkan juga melindungi karya yang diciptakan dalam bidang drama, musik, artistic work, fotografi dan lain-lain serta penciptanya.

Secara yuridis formal, Indonesia diperkenalkan dengan masalah hak cipta pada tahun 1912, yaitu pada saat diundangkannya Auteurswet (Wet van 23 September ). Setelah 70 tahun berlakunya Auter Wet 1912, maka lahirlah Undang – Undang Hak Cipta No. 6 Tahun 1982 yang sekaligus mencabut produk hukum Hindia Belanda tersebut diatas. Adapun alasan pencabutan tersebut menurut konsiderans UU No.6 Tahun 1982 adalah tidak sesuai lagi dengan cita – cita hukum nasional Indonesia.13

11 Edy Damian, Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional, Undang – Undnag Hak Cipta 1997 dan Perlindungannya terhadap Buku serta Perjanjian Penerbitannya, PT.Alumni, Bandung, 2002, hal 50

12 Ibid, hal 50

13 Kesowo Bambang, Pengantar Umum Mengenai HaKI di Indonesia, Makalah, Jogjakarta, 1994, hal 10

Setelah lima tahun berlaku, UU No.6 Tahun 1982 direvisi, dikarenakan tindak pidana yang berlaku dalam undang – undang tersebut adalah tindak pidana delik aduan, jadi pengeak hukum tidak berani bertindak kalau tidak ada pengaduan dari yang berkepentingan. Undang – undang direvisi dan melahirkan UU No.7 tahun 1987, dengan tidak mencabut UU No.8 Tahun 1982. Perubahan dan penambahan menyangkut jangka perlindunga waktu, memasukan program computer sebagai hak cipta yang dilindungi, besarnya ancaman pidana terhadap pelanggaran hak cipta serta merubah status tindak pidana dari deli aduan menjadi delik pidana biasa sesuai dengan UU. No. 8 Tahun 1987 tentang KUHAP.14

Setelah mengalami beberapa kali perubahan dalam peraturan perundang – undangan mengenai hak cipta, sejauh ini Indonesia telah mengundangkan 5 peraturan perundangan – undnagan mengenai hak cipta, yakni:

1) Undang – undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982 (1982-1987) 2) Undang – undang Hak Cipta Nomor 7 Tahun 1987 (1987-1997) 3) Undang – undang Hak Cipta Nomor 12 Tahun 1997 (1997-2002) 4) Undang – undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 (2002-2014) 5) Undang – undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 (2014-sekarang) Indonesia telah ikut serta dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pekbentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan temtamg Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual), selanjutnya disebut

14 Umar Hasan dan Suherm, Perlindungan Hukum terhadap Hak Cipta Menurut Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002, Jurnal Ilmu Hukum, hal 5

TRIPs, melalui Undang – Undnag Nomor 7 Tahun 1994. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and Literart Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO), selanjutnya disebut WCT, melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.15

Konvensi Internasional yang mengatur hak cipta dalam bidang seni dan sastra adalah Berne Convention (Konvensi Berne) dengan objek perlindungannya adalah segala karya – karya sastra dan seni yang meliputi segala hasil bidang sastra, ilmiah, dan kesenian. Dengan demikian, penulis juga akan merujuk peraturan yang ada pada Konvensi Berne.

Hal yang terpenting dalam Konvensi Berne terdapat pada Pasal 5.

Menurut pasal ini para pencipta akan menikmati perlindungan sama seperti yang diperoleh mereka dalam Negara sendiri atau perlindungan yang diberikan olehkonvensi ini. Dengan kata lain, para pencipta yang merupakan warga Negara dari salah satu Negara yang terikat dalam konvensi ini memperoleh kenikmatan perlindungan di negara- negara yang teragabung dalam union ini.16

b) Hak Cipta Sebagai Bagian Hak Kekayaan Intelektual

Karya intelektual yang dihasilkan oleh manusia selanjutnya diakui sebagai kekayaan, hal ini berarti ada konsep kepemilikan dan kebendaan yang terkandung didalamnya. Dikaitkan dengan pendapat Locke di atas, maka ditegaskan bahwa hak

15 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015 hal 165

16 OK Saidin, Op.Cit., hal338

atas hasil kerja manusia, termasuk hasil kerja intelektual merupakan hak milik dari penghasil karya intelektual. Menggunakan kalimat berbeda dapat dikatakan bahwa kekayaan merupakan pengakuan atas adanya milik seseorang. Sejalan dengan hal ini, Locke mengatakan bahwa manusia memiliki hak alamiah yang eksklusif atas tubuhnya, demikian pula manusia memiliki hak eksklusif atas apa yang dihasilkan tubuhnya.17

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik pengertian bahwa segala hal yang telah tubuh kita hasilkan termasuk hal yang dihasilkan oleh akal pikiran kita yang dapat dikategorikan kedalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra atau sebagai suatu karya intelektual, maka hasil tersebut adalah hak milik kita, harta benda milik kita karna kita lah yang menghasilkannya.

Pengakuan bahwa kekayaan intelektual merupakan benda. Oleh karenanya atas kekayaan intelektual tersebut melekat hak yang dinamakan hak kebendaan.

Apabila dikategorikan menurut sifatnya, hak kekakyaan intelektual merupakan benda tidak berwujud, karena kekayaan intelektual merupakan hak. Sesuai dengan ajaran hukum kodrat, pemilik HKI memiliki keleluasan dan kebebasan untuk bertindak bebas terhadap benda mliknya, dalam hal ini karya intelektual yang dihasilkannya.18

Hal penting yang harus diingat adalah kekhususan HKI terkait sifatnya yang merupakan benda tidak berwujud. Kepemilikan atas benda berwujud tidak berarti juga memiliki benda tidak berwujud yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, keberadaan HKI dalam suatu benda membatasi keleluasaan tindakan pemilik benda

17 Sony Keraf, Hukum Kodrat dan Teori Hak Milik, Kanisius, Yogyakarta 1997, hal15

18 Indirani Wauran-Wicaksono, Hak Kekayaan Intelektual Sebagai Benda:Penelusuran Dasar Perlindungan HKI di Indonesia, Vol. 9, No. 2, hal138

berwujud atas miliknya. Sebagai contoh, seseorang memiliki benda tidak berwujud berupa buku, tidak berarti ia memiliki hak cipta sebagai benda tidak berwujud yang terkandung dalam buku tersebut. Artinya, pemilik buku tidak dapat menggandakan dan menjual buku tersebut tanpa ijin dari pemilik hak cipta atas buku tersebut.19

HKI adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Itu pada satu sisi, disisi lain adaptasi dari kerja emosional. Hasil kerja dalam bentuk abstrak yang dikenal dengan rasa perpaduan dari hasil kerja rasional dan emosional itu melahirkan sebuah karya yang disebut karya intelektual. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial. Benda tidak terwujud. Misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Menurut ahli biologi otak kananlah yang berperan untuk menghayati kesenian, berhayal, menghayati kerohanian, termasuk juga kemampuan melakukan sosialisasi dan mengendalikan emosi. Fungsi ini disebut sebagai fungsi nonverbal, metaforik, intuituif, imajinatif dan emosional. Spesialisasinya bersifat intuitif, holistik dan mampu memproses informasi secara simultan.20 Kemampuan otak untuk menulis, berhitung, berbicara, mengingat fakta dan menghubungkan berbagai fakta menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi, disebut juga sebagai fungsi preposisi verbal linguistik, logis dan analistis yang merupakan pekerjaan belahan otak kiri.21

Hasil kerja otak tersebutlah yang merupakan suatu karya intelektualitas karna telah dihasilkan melalui suatu pemikiran yang dilakukan secara rasional, secara

19 Ibid hal139

20 OK Saidin, Op.Cit., hal10

21 Ibid, hal11

logika maupun secara emosional. Tidak semua orang dapat mengerahkan kerja otaknya untuk menghasilkan suatu karya secara maksimal. Hanya orang yang mampu mempekerjakan pemikiran otaknya dan menghasilkan suatu hasil berupa karya sajalah yang dapat memiliki hak atas kekayaan intelektual. Kekayaan intelektual yang dimaksud ialah hasil karya pemikirannya, karena karya tersebut merupakan hasil pemikiran otaknya sendirinya. Dan dengan mengembangkan hasil pemikirannya kemudian menuangkan kedalan suatu bentuk atau wujud nyata sehingga menjadi suatu ciptaan.

Hasil kreatifitas intelektual manusia tersebut dalam perkembangannya menumbuhkan kebutuhan lain, yaitu kebutuhan untuk memperoleh perlindungan.

Kebutuhan akan adanya perlindungan merupakan hal yang wajar sebagai penghormatan agar hasil kreatifitasnya diakui, dihormati, serta dapat dipertahankan dari pihak lain dari tindakan melawan hak – haknya. Dalam konteks hukum, hukum meberikan perlindungan terhadap seniman dan karyanya yang lahir dari sebuah proses penciptaan; daya intelektual, kasa dan rasa sang seniman22.

Hak cipta merupakan istilah hukum untuk menyebut atau menamakan hasil kreasi atau karya cipta manusia dalambidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni, hak cipta (copty right) bertujuan untuk melindungi karya seni yang diciptakan oleh para seniman, dan karya – karya yang tidak diketahui penciptanya hak ciptanya berada di tangan Negara.23

22 Budi Santoso, Dekonstruksi Hak Cipta, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang, 2008 hal

23 Ibid,

Setiap karya memiliki hak, yakni hak cipta bagi penciptanya. Hak tersebut bertujuan untuk melindungi karya ciptaan serta mendorong apresiasi dan membangun sikap masyarakat untuk dapat menghargai hasil ciptaan dari seseorang.

Kelahiran hak cipta diawali dari sebuah ide atau gagasan. Gagasan muncul dari kreativitas olah pikir, dengan menggunakan kecerdasan intelektual dan kecerdasann emosional yang dimiliki oleh manusia. Dua kecerdasan intelektual tersebut menghasilkan karya berupa ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan.

Karya dalam bentuk ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusastraan dapat diwujudkan dalam bentuk nyata yang dilindungi sebagai hak kekayaan berupa benda berwujud (benda materiil) sedangkan gagasan atau ide yang melatar belakangi kelahiran benda berwujud itu dilindungi sebagai hak kekayaan immaterial. Itulah disebut sebagai Hak Kekayaan Intelektual, bukan bendanya yang dilindungi tetapi ide atau gagasannya.24

Dalam hukum perdata, pengaturan tentang hak kekayaan immaterial (hak kekayan yang objek haknya adalah benda tidak berwujud) dapat dilihat dalam Pasal 503KUHPerdata dan Pasal 504 KUHPerdata yang dihubungkan dengan Pasal 449 KUHPerdata yang menyatakan bahwa benda adalah tiap barang dan tiap hak yang dapat menjadi objek dari hak milik, dan kemudian membagi benda kedalam dua pembagian, yakni benda yang bertubuh (berwujud) dan yang tidak bertubuh (tidak berwujud) serta benda bergerak dan benda tidak bergerak. Maka dapat ditarik makna bahwa hak cipta dapat dikategorikan ke dalam benda tidak berwujud dan benda bergerak. Ketentuan ini juga dapat ditemui dalam Pasal 16 ayat (1) UUHC.

24OK Saidin, Op.Cit., hal 209

Benda materiil yang dalam terminologi Pasal 449 KUHPerdata dirumuskan sebagai “barang” (benda berwujud). Dalam terminologi hak cipta, yang dilindungi adalah benda immaterial atau benda tidak berwujud yang dalam terminologi Pasal 449 KUHPerdata adalah hak yang dapat menjadi objek harta kekayaan yang merupakan hasil dari ide atau gagasan yang bersumber dari kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual manusia.25

c) Unsur - Unsur Hak Cipta

Dalam membahas hak cipta, kita perlu mengetahui pengertian mengani unsur – unsur yang terkait dengan hak cipta, yakni seperti ciptaan, pencipta, hak cipta dan pemegang hak cipta. Pengertian unsur – unsur dalam hak cipta tersebut telah dirumuskan dalam Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Pencipta merupakan subjek hak cipta. Menurut Pasal 1 ayat (2) UUHC pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secarra sendiri – sendiri atau bersama – sama mengahsilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Dan pengertian pemegang hak cipta diatur pada ayat (4), yang menyatakan bahwa pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang ,emery,a hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.

Menurut UUHC ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengeathuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

25 Ibid, hal211

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa ciptaan sebagai hasil karya pencipta yang menunjukkan ciptaan itu bentuknya konkret dan tidak abstrak. Artinya hasil karya cipta harus dapat ditunjukkan nyata kepada orang lain. Hasil karya cipta sebagi bukti wujud dari ciptaan si pencipta. Ciptannya harus bersifat asli, nukan merupakan tiruan dari ciptaan orang lain. Pencipta harus dapat membuktikan hasil karya ciptanya berasal dari ciptaannya sendiri teruatama apabila terjadi sengketa26

Hak cipta dalam UUHC berarti hak ekslusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa emngurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Hak cipta dapat dibagi atas dua jenis. Pertama, hak cipta bersifat orisinil (asli) dan kedua, hak ciptabersifat derivatif (turunan). Hak cipta bersifat orsinil memberi hak atau wewenang kepada pencipta yang sebenarnya, seperti kepada seorang pengarang buku, puisi, lagu, dan jenis hak cipta lainnya, sedangkan hak cipta yang bersifat derivatif muncul dari pemegang hak cipta yang orisinil seperti, melalui hibah, wasiat, pewarisan, dan pembelian.

2. Karya turunan (Derivative Works) dalam Hak Cipta

Hak cipta yang dilindungi dalam UUHC terbagi menjadi 2 jenis. Hak cipta yang bersifat asli (orisinil) yang diatur dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) terkecuali, huruf n dan huruf o. Ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf n dan huruf o termasuk dalam ciptaan bersifat derivative. Karya derivatif adalah karya yang didasarkan dari satu

26 Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal 8

atau lebih karya yang telah ada sebelumnya, seperti terjemahan, aransemen music, dramtisasi, fictionalization, film, rekaman suara, reproduksi sni ringkasan, kondensasi atau bentuk perubahan lain dari suatu karya yang ditransformasi atau diadaptasi.

Derivative work merupakan karya baru yang lahir berdasarkan pada karya yang ada sebelumnya, melahirkan adanya hak adaptasi yang merupakan hak untuk menciptakan karya derivative. Hak adaptasi ini memberikan kemudahan sekaligus menimbulkan permasalahan berkaitan dengan peredaaran komunikasi online melalui internet. Dimana karya – karya asli semakin mudah untuk diubah, dimodifikasi atau dihubungkan dengan karya lain secara digital.27

Perubahan – perubahan karya asli menjadi karya derivativebisa berupa revisi dari karya yang asli, terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau dapat pula berupa suatu karya yang disusunn, diubah atau diadopsi menjadi bentuk lain. Seperti misalnya film berdasarkan cerita novel, mengubah film hitam putih menjadi berwarna, versi revisi dari sebuah software.28

Pasal 40 ayat (1) UUHC menyebutkan ciptaan – ciptaan yang mendapat perlindungan hak cipta, yakni berupa ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Ciptaan yang tergolong dalam derivative work terdapat pada Pasal 40 ayat (1) huruf n sedangkan poin lainnya merupakan ciptaan asli dan kompilasi.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 40 ayat (2) karya derivatif mendapat perlindungan hak cipta sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengirangi hak cipta atas ciptaan asli.

27 Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, hal 30

28 Ibid.

Mengenai masa berlaku hak ekonomi, perlindungan hak atas ciptaan asli berlaku seumur hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Sedangkan yang tergolong dalam derivative work menurut Pasal 59 ayat (1) huruf (g) UUHC yaitu yang melindungi karya terjemahan, adaptasi, aransemen, modifikasi dari karya lain dan hasil transformasi berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.

3. Tinjauan Umum Karya Seni Penggemar (Fan art)

3. Tinjauan Umum Karya Seni Penggemar (Fan art)

Dokumen terkait