• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum tentang Hak Cipta a) Sejarah Hak Cipta di Indonesia

Term atau frase hak cipta berasal dari terminologi asing yaitu, copyrights dalam bahasa Inggris atau auteurrecht dalam bahasa Belanda. Hak cipta merupakan hak yang diperoleh pencipta atas hasil karya ciptaannya. Berupa hak untuk mengumumkan ataupun memperbanyak ciptaannya.

Gagasan bahwa pengaranglah yang berhak atas hak memperbanyak karya tulisnya kemudian diatur dalam statute of Anne tahun 1710. Statute of Anne berisi ketentuan tentang hak eksklusif seorang pengarang sebagai pemilik hak yang memiliki kebebasan untuk mencetak karya tulisnya11. Statute of Anne merupakan undang – undang hak cipta pertama di dunia dan besar pengaruhnya dalam sejarah perkembangan hak cipta Karena untuk pertama kalinya seorang pengarang diakui secara sah bahwa ia pemegang hak eksklusif atas karya tulisnya12

Kemudian dengan berkembangnya jaman penggunaan istilah copyright dikembangkan untuk melindungi bukan hanya si pencipta di bidang karya tulis atas buku ciptannya, melainkan juga melindungi karya yang diciptakan dalam bidang drama, musik, artistic work, fotografi dan lain-lain serta penciptanya.

Secara yuridis formal, Indonesia diperkenalkan dengan masalah hak cipta pada tahun 1912, yaitu pada saat diundangkannya Auteurswet (Wet van 23 September ). Setelah 70 tahun berlakunya Auter Wet 1912, maka lahirlah Undang – Undang Hak Cipta No. 6 Tahun 1982 yang sekaligus mencabut produk hukum Hindia Belanda tersebut diatas. Adapun alasan pencabutan tersebut menurut konsiderans UU No.6 Tahun 1982 adalah tidak sesuai lagi dengan cita – cita hukum nasional Indonesia.13

11 Edy Damian, Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional, Undang – Undnag Hak Cipta 1997 dan Perlindungannya terhadap Buku serta Perjanjian Penerbitannya, PT.Alumni, Bandung, 2002, hal 50

12 Ibid, hal 50

13 Kesowo Bambang, Pengantar Umum Mengenai HaKI di Indonesia, Makalah, Jogjakarta, 1994, hal 10

Setelah lima tahun berlaku, UU No.6 Tahun 1982 direvisi, dikarenakan tindak pidana yang berlaku dalam undang – undang tersebut adalah tindak pidana delik aduan, jadi pengeak hukum tidak berani bertindak kalau tidak ada pengaduan dari yang berkepentingan. Undang – undang direvisi dan melahirkan UU No.7 tahun 1987, dengan tidak mencabut UU No.8 Tahun 1982. Perubahan dan penambahan menyangkut jangka perlindunga waktu, memasukan program computer sebagai hak cipta yang dilindungi, besarnya ancaman pidana terhadap pelanggaran hak cipta serta merubah status tindak pidana dari deli aduan menjadi delik pidana biasa sesuai dengan UU. No. 8 Tahun 1987 tentang KUHAP.14

Setelah mengalami beberapa kali perubahan dalam peraturan perundang – undangan mengenai hak cipta, sejauh ini Indonesia telah mengundangkan 5 peraturan perundangan – undnagan mengenai hak cipta, yakni:

1) Undang – undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982 (1982-1987) 2) Undang – undang Hak Cipta Nomor 7 Tahun 1987 (1987-1997) 3) Undang – undang Hak Cipta Nomor 12 Tahun 1997 (1997-2002) 4) Undang – undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 (2002-2014) 5) Undang – undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 (2014-sekarang) Indonesia telah ikut serta dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pekbentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan temtamg Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual), selanjutnya disebut

14 Umar Hasan dan Suherm, Perlindungan Hukum terhadap Hak Cipta Menurut Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002, Jurnal Ilmu Hukum, hal 5

TRIPs, melalui Undang – Undnag Nomor 7 Tahun 1994. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and Literart Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO), selanjutnya disebut WCT, melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.15

Konvensi Internasional yang mengatur hak cipta dalam bidang seni dan sastra adalah Berne Convention (Konvensi Berne) dengan objek perlindungannya adalah segala karya – karya sastra dan seni yang meliputi segala hasil bidang sastra, ilmiah, dan kesenian. Dengan demikian, penulis juga akan merujuk peraturan yang ada pada Konvensi Berne.

Hal yang terpenting dalam Konvensi Berne terdapat pada Pasal 5.

Menurut pasal ini para pencipta akan menikmati perlindungan sama seperti yang diperoleh mereka dalam Negara sendiri atau perlindungan yang diberikan olehkonvensi ini. Dengan kata lain, para pencipta yang merupakan warga Negara dari salah satu Negara yang terikat dalam konvensi ini memperoleh kenikmatan perlindungan di negara- negara yang teragabung dalam union ini.16

b) Hak Cipta Sebagai Bagian Hak Kekayaan Intelektual

Karya intelektual yang dihasilkan oleh manusia selanjutnya diakui sebagai kekayaan, hal ini berarti ada konsep kepemilikan dan kebendaan yang terkandung didalamnya. Dikaitkan dengan pendapat Locke di atas, maka ditegaskan bahwa hak

15 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015 hal 165

16 OK Saidin, Op.Cit., hal338

atas hasil kerja manusia, termasuk hasil kerja intelektual merupakan hak milik dari penghasil karya intelektual. Menggunakan kalimat berbeda dapat dikatakan bahwa kekayaan merupakan pengakuan atas adanya milik seseorang. Sejalan dengan hal ini, Locke mengatakan bahwa manusia memiliki hak alamiah yang eksklusif atas tubuhnya, demikian pula manusia memiliki hak eksklusif atas apa yang dihasilkan tubuhnya.17

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik pengertian bahwa segala hal yang telah tubuh kita hasilkan termasuk hal yang dihasilkan oleh akal pikiran kita yang dapat dikategorikan kedalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra atau sebagai suatu karya intelektual, maka hasil tersebut adalah hak milik kita, harta benda milik kita karna kita lah yang menghasilkannya.

Pengakuan bahwa kekayaan intelektual merupakan benda. Oleh karenanya atas kekayaan intelektual tersebut melekat hak yang dinamakan hak kebendaan.

Apabila dikategorikan menurut sifatnya, hak kekakyaan intelektual merupakan benda tidak berwujud, karena kekayaan intelektual merupakan hak. Sesuai dengan ajaran hukum kodrat, pemilik HKI memiliki keleluasan dan kebebasan untuk bertindak bebas terhadap benda mliknya, dalam hal ini karya intelektual yang dihasilkannya.18

Hal penting yang harus diingat adalah kekhususan HKI terkait sifatnya yang merupakan benda tidak berwujud. Kepemilikan atas benda berwujud tidak berarti juga memiliki benda tidak berwujud yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, keberadaan HKI dalam suatu benda membatasi keleluasaan tindakan pemilik benda

17 Sony Keraf, Hukum Kodrat dan Teori Hak Milik, Kanisius, Yogyakarta 1997, hal15

18 Indirani Wauran-Wicaksono, Hak Kekayaan Intelektual Sebagai Benda:Penelusuran Dasar Perlindungan HKI di Indonesia, Vol. 9, No. 2, hal138

berwujud atas miliknya. Sebagai contoh, seseorang memiliki benda tidak berwujud berupa buku, tidak berarti ia memiliki hak cipta sebagai benda tidak berwujud yang terkandung dalam buku tersebut. Artinya, pemilik buku tidak dapat menggandakan dan menjual buku tersebut tanpa ijin dari pemilik hak cipta atas buku tersebut.19

HKI adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Itu pada satu sisi, disisi lain adaptasi dari kerja emosional. Hasil kerja dalam bentuk abstrak yang dikenal dengan rasa perpaduan dari hasil kerja rasional dan emosional itu melahirkan sebuah karya yang disebut karya intelektual. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial. Benda tidak terwujud. Misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Menurut ahli biologi otak kananlah yang berperan untuk menghayati kesenian, berhayal, menghayati kerohanian, termasuk juga kemampuan melakukan sosialisasi dan mengendalikan emosi. Fungsi ini disebut sebagai fungsi nonverbal, metaforik, intuituif, imajinatif dan emosional. Spesialisasinya bersifat intuitif, holistik dan mampu memproses informasi secara simultan.20 Kemampuan otak untuk menulis, berhitung, berbicara, mengingat fakta dan menghubungkan berbagai fakta menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi, disebut juga sebagai fungsi preposisi verbal linguistik, logis dan analistis yang merupakan pekerjaan belahan otak kiri.21

Hasil kerja otak tersebutlah yang merupakan suatu karya intelektualitas karna telah dihasilkan melalui suatu pemikiran yang dilakukan secara rasional, secara

19 Ibid hal139

20 OK Saidin, Op.Cit., hal10

21 Ibid, hal11

logika maupun secara emosional. Tidak semua orang dapat mengerahkan kerja otaknya untuk menghasilkan suatu karya secara maksimal. Hanya orang yang mampu mempekerjakan pemikiran otaknya dan menghasilkan suatu hasil berupa karya sajalah yang dapat memiliki hak atas kekayaan intelektual. Kekayaan intelektual yang dimaksud ialah hasil karya pemikirannya, karena karya tersebut merupakan hasil pemikiran otaknya sendirinya. Dan dengan mengembangkan hasil pemikirannya kemudian menuangkan kedalan suatu bentuk atau wujud nyata sehingga menjadi suatu ciptaan.

Hasil kreatifitas intelektual manusia tersebut dalam perkembangannya menumbuhkan kebutuhan lain, yaitu kebutuhan untuk memperoleh perlindungan.

Kebutuhan akan adanya perlindungan merupakan hal yang wajar sebagai penghormatan agar hasil kreatifitasnya diakui, dihormati, serta dapat dipertahankan dari pihak lain dari tindakan melawan hak – haknya. Dalam konteks hukum, hukum meberikan perlindungan terhadap seniman dan karyanya yang lahir dari sebuah proses penciptaan; daya intelektual, kasa dan rasa sang seniman22.

Hak cipta merupakan istilah hukum untuk menyebut atau menamakan hasil kreasi atau karya cipta manusia dalambidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni, hak cipta (copty right) bertujuan untuk melindungi karya seni yang diciptakan oleh para seniman, dan karya – karya yang tidak diketahui penciptanya hak ciptanya berada di tangan Negara.23

22 Budi Santoso, Dekonstruksi Hak Cipta, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang, 2008 hal

23 Ibid,

Setiap karya memiliki hak, yakni hak cipta bagi penciptanya. Hak tersebut bertujuan untuk melindungi karya ciptaan serta mendorong apresiasi dan membangun sikap masyarakat untuk dapat menghargai hasil ciptaan dari seseorang.

Kelahiran hak cipta diawali dari sebuah ide atau gagasan. Gagasan muncul dari kreativitas olah pikir, dengan menggunakan kecerdasan intelektual dan kecerdasann emosional yang dimiliki oleh manusia. Dua kecerdasan intelektual tersebut menghasilkan karya berupa ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan.

Karya dalam bentuk ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusastraan dapat diwujudkan dalam bentuk nyata yang dilindungi sebagai hak kekayaan berupa benda berwujud (benda materiil) sedangkan gagasan atau ide yang melatar belakangi kelahiran benda berwujud itu dilindungi sebagai hak kekayaan immaterial. Itulah disebut sebagai Hak Kekayaan Intelektual, bukan bendanya yang dilindungi tetapi ide atau gagasannya.24

Dalam hukum perdata, pengaturan tentang hak kekayaan immaterial (hak kekayan yang objek haknya adalah benda tidak berwujud) dapat dilihat dalam Pasal 503KUHPerdata dan Pasal 504 KUHPerdata yang dihubungkan dengan Pasal 449 KUHPerdata yang menyatakan bahwa benda adalah tiap barang dan tiap hak yang dapat menjadi objek dari hak milik, dan kemudian membagi benda kedalam dua pembagian, yakni benda yang bertubuh (berwujud) dan yang tidak bertubuh (tidak berwujud) serta benda bergerak dan benda tidak bergerak. Maka dapat ditarik makna bahwa hak cipta dapat dikategorikan ke dalam benda tidak berwujud dan benda bergerak. Ketentuan ini juga dapat ditemui dalam Pasal 16 ayat (1) UUHC.

24OK Saidin, Op.Cit., hal 209

Benda materiil yang dalam terminologi Pasal 449 KUHPerdata dirumuskan sebagai “barang” (benda berwujud). Dalam terminologi hak cipta, yang dilindungi adalah benda immaterial atau benda tidak berwujud yang dalam terminologi Pasal 449 KUHPerdata adalah hak yang dapat menjadi objek harta kekayaan yang merupakan hasil dari ide atau gagasan yang bersumber dari kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual manusia.25

c) Unsur - Unsur Hak Cipta

Dalam membahas hak cipta, kita perlu mengetahui pengertian mengani unsur – unsur yang terkait dengan hak cipta, yakni seperti ciptaan, pencipta, hak cipta dan pemegang hak cipta. Pengertian unsur – unsur dalam hak cipta tersebut telah dirumuskan dalam Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Pencipta merupakan subjek hak cipta. Menurut Pasal 1 ayat (2) UUHC pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secarra sendiri – sendiri atau bersama – sama mengahsilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Dan pengertian pemegang hak cipta diatur pada ayat (4), yang menyatakan bahwa pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang ,emery,a hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.

Menurut UUHC ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengeathuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

25 Ibid, hal211

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa ciptaan sebagai hasil karya pencipta yang menunjukkan ciptaan itu bentuknya konkret dan tidak abstrak. Artinya hasil karya cipta harus dapat ditunjukkan nyata kepada orang lain. Hasil karya cipta sebagi bukti wujud dari ciptaan si pencipta. Ciptannya harus bersifat asli, nukan merupakan tiruan dari ciptaan orang lain. Pencipta harus dapat membuktikan hasil karya ciptanya berasal dari ciptaannya sendiri teruatama apabila terjadi sengketa26

Hak cipta dalam UUHC berarti hak ekslusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa emngurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Hak cipta dapat dibagi atas dua jenis. Pertama, hak cipta bersifat orisinil (asli) dan kedua, hak ciptabersifat derivatif (turunan). Hak cipta bersifat orsinil memberi hak atau wewenang kepada pencipta yang sebenarnya, seperti kepada seorang pengarang buku, puisi, lagu, dan jenis hak cipta lainnya, sedangkan hak cipta yang bersifat derivatif muncul dari pemegang hak cipta yang orisinil seperti, melalui hibah, wasiat, pewarisan, dan pembelian.

2. Karya turunan (Derivative Works) dalam Hak Cipta

Hak cipta yang dilindungi dalam UUHC terbagi menjadi 2 jenis. Hak cipta yang bersifat asli (orisinil) yang diatur dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) terkecuali, huruf n dan huruf o. Ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf n dan huruf o termasuk dalam ciptaan bersifat derivative. Karya derivatif adalah karya yang didasarkan dari satu

26 Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal 8

atau lebih karya yang telah ada sebelumnya, seperti terjemahan, aransemen music, dramtisasi, fictionalization, film, rekaman suara, reproduksi sni ringkasan, kondensasi atau bentuk perubahan lain dari suatu karya yang ditransformasi atau diadaptasi.

Derivative work merupakan karya baru yang lahir berdasarkan pada karya yang ada sebelumnya, melahirkan adanya hak adaptasi yang merupakan hak untuk menciptakan karya derivative. Hak adaptasi ini memberikan kemudahan sekaligus menimbulkan permasalahan berkaitan dengan peredaaran komunikasi online melalui internet. Dimana karya – karya asli semakin mudah untuk diubah, dimodifikasi atau dihubungkan dengan karya lain secara digital.27

Perubahan – perubahan karya asli menjadi karya derivativebisa berupa revisi dari karya yang asli, terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau dapat pula berupa suatu karya yang disusunn, diubah atau diadopsi menjadi bentuk lain. Seperti misalnya film berdasarkan cerita novel, mengubah film hitam putih menjadi berwarna, versi revisi dari sebuah software.28

Pasal 40 ayat (1) UUHC menyebutkan ciptaan – ciptaan yang mendapat perlindungan hak cipta, yakni berupa ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Ciptaan yang tergolong dalam derivative work terdapat pada Pasal 40 ayat (1) huruf n sedangkan poin lainnya merupakan ciptaan asli dan kompilasi.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 40 ayat (2) karya derivatif mendapat perlindungan hak cipta sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengirangi hak cipta atas ciptaan asli.

27 Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, hal 30

28 Ibid.

Mengenai masa berlaku hak ekonomi, perlindungan hak atas ciptaan asli berlaku seumur hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Sedangkan yang tergolong dalam derivative work menurut Pasal 59 ayat (1) huruf (g) UUHC yaitu yang melindungi karya terjemahan, adaptasi, aransemen, modifikasi dari karya lain dan hasil transformasi berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.

3. Tinjauan Umum Karya Seni Penggemar (Fan art)

Fan art berasal dari bahasa Inggris, yakni Fan yang berarti penggemar dan Art yang berarti seni. Fanart bisa didefinisikan sebagai sebuah karya seni berupa gambar yang dibuat oleh seseorang, di mana gambar tersebut menyerupai atau merujuk pada suatu tokoh atau karakter tertentu yang sudah ada sebelumnya. Tokoh atau karakter tersebut bisa berasaldari komik, film, atau video game29

Gambar fanart tidak sama persis dengan tokoh atau karater asli yang ditiru, tetapi menyerupai. Sebab dalam seni menggambar, antara satu orang dengan orang lain memiliki aliran menggambar yang berbeda. Termasuk pula seseorang yang membuat gambar fan art, pada umumnya memiliki aliran menggambar tersendiri.

Aliran menggambar inilah yang nantinya membedakan tokoh atau karakter dari gambar fanart dengan tokoh atau karakter dari gambar asli. Gambar fanart juga boleh dikreasikan seunik mungkin. Fanart yang baik adalah yang menyerupai tokoh atau

29 https://bentangpustaka.com/fanart-apa-sih-2/ diakses pada tanggal 23 Juni 2019, pukul 23:07wib

karakter asli, dikreasikan secara unik dan imajinatif, tanpa menghilangkan cerminan dan sifat asli tokoh aau karakter yang digambar.30

Karya fan art termasuk dari bagian dari karya seni rupa. Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

Begitu jugalah hasil karya fan art diciptakan, dengan memiliki unsur – unsur garis, bidang, bentuk, warna, dan lainnya dalam membentuk gambar suatu tokoh atau karakter.

Dalam UUHC, perlindungan ciptaan karya seni, terdapat pada Pasal 40 ayat (1) huruf (f) yang terdiri dalam beberapa bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase. Karya fan art termasuk dalam karya seni rupa berupa gambar, karena pada umumnya para fan artist menciptakan fan art dengan menggambar sketsa yang kemudian disempurnakan dengan unsur – usur warna. Dalam penjelasannnya yang dimaksud dengan gambar antara lain motif, diagram, sketsa, logo, unsur – unsur warna dan bentuk huruf indah.

30 Ibid,

BAB II

Tinjauan Yuridis Hak Cipta Fan art berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

A. Eksistensi Fan art (Karya Seni Penggemar)

Karya seni penggemar atau dalam bahasa Inggris disebut dengan kata fan art adalah sebuah karya seni yang dihasilkan oleh penggemar suatu karya fiksi dapat berasal dari serangkaian karakter atau aspek lain dari karya tersebut. Fan art dapat dilihat dalam berbagai bentuk selain lukisan dan gambar, Fan artist31 juga dapat membuat spanduk, avatar, desain grafis atau animasi berbasis web, kolase foto, poster, menulis ulang kutipan artistik dari suatu karya atau menanmpilkan ulang suatu karakter secara artistic dalam konteks baru atau dalam konteks yang masih berkaitan dengan karya aslinya.

Di Amerika Serikat dan negara – negara Barat lainnya, fan art dalam arti modern berawal dari setidaknya pada tahun 60an dan 70an. Fan art hal yang lazim dalam fandom32 Star Terk dan Star Wars (suatu acara tv karya fiksi ilmiah). Acara TV lainnya, seperti Starsky & Hutch, The Professionals, Beauty and the Beast, dan serial TV tahun 80an dan awal 90-an lainnya memiliki kehadiran fan art yang nyata.

31 Sebutan untuk seorang pencipta fan art

32 Suatu komunitas (sekelompok orang) yang tertarik dan menikmati suatu cerita atau suatu karya asli (seperti komik, novel, film). Fandom mengacu pada komunitas berbasis penggemar yang didedikasikan untuk hobi atau minat teramsuk terahdap film, buku, music, komik, dan sumber lainnya.

Fan art juga diciptakan berdasarkan buku – buku yang sangat popular seperti The Lord of the Rings33.

Pada dasarya, fan art digunakan sebagai istilah bagi karya seorang seniman yang tidak dipekerjakan secara professional atau mengejar karir di bidang seni, tetapi hanya menciptakan karya berdasarkan hal atau topik yang ia senangi. Jenis fan art ini biasanya ditemukan dalam genre seperti fantasi dan fiksi ilmiah yang mengadakan konvensi dan jenis pertemuan kecil lainnya, bersama dengan majalah amatir yang disebut “fanzine”, dimana hasil karya fan art dapat dibagikan ke sesame penggemar34. Dengan kata lain seseorang tersebut menciptakan suatu karya seni berdasarkan hal yang ia gemari hanya karna ia adalah seorang penggemar bukan sebagai orang yang bergerak professional di bidang seni.

Awalnya fan art hanya berbasis garis dan tinta, seni garis sederhana, karena hanya itu yang paling mudah direproduksi sebelum mesin – mesin modern tersedia.

Semenjak teknologi mesin pencetak semakin canggih, hal ini mempermudah Fan artist (seniman penggemar) untuk mengahsilkan karya seni gambar pensil dengan lebih detail dan menghasilkan karya dengan lukisan yang lebih berwarna. Dan ketika teknologi komputer semakin maju dan internet mulai berperan dalam fandom, fanzine menjadi kurang penting dalam dunia fandom, Seniman penggemar dapat membagikan karya mereka secara langsung secara online melalui situs web, forum, ahli – ahli mempublikasikannya di fanzine atau menampilkannya di konvensi. Mereka yang

33 https://fanlore.org/wiki/History_of_Fanart, dikases pada tanggal 19 April 2019, pukul 2:57wib

34 http://www.spacial-anomaly.com/what-is-fan-art/, dikases pada tanggal 19 April 2019, pukul 3:16wib

tidak memiliki keterampilan menggambar dapat menghasilkan fan art melalui kompter dengan menggunakan program editing seperti Photoshop, memanipulasi foto

tidak memiliki keterampilan menggambar dapat menghasilkan fan art melalui kompter dengan menggunakan program editing seperti Photoshop, memanipulasi foto

Dokumen terkait