• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS HAK CIPTA ATAS KARYA SENI PENGGEMAR (FAN ART) SEBAGAI KARYA DERIVATIF BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS HAK CIPTA ATAS KARYA SENI PENGGEMAR (FAN ART) SEBAGAI KARYA DERIVATIF BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS HAK CIPTA ATAS KARYA SENI PENGGEMAR (FAN ART) SEBAGAI KARYA DERIVATIF BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

ATIKA RAHMASARI SIREGAR NIM : 150200581

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

ABSTRAK

Tinjauan Yuridis Hak Cipta Atas Karya Seni Penggemar (Fan Art) sebagai Karya Derivatif Berdasarkan Undang – Undang No.28 Tahun 2014 Tentang

Hak Cipta

Atika Rahmasari Siregar

Prof. Ok Saidin, SH, M.Hum

Syamsul Rizal, SH, M.Hum

Karya intelektual sepatutnya diberikan penghormatan, ketika karya tersebut telah diwujudkan kedalam bentuk yang nyata, maka karya tersebut mendapatkan perlindungan hak cipta, yakni hak bagi seorang pencipta untuk mengekspoitasi hasil karyanya. Karya derivatif yang merupakan hasil karya baru dari karya yang diciptakan berdasarkan atas karya yang sudah ada sebelumnya, merupakan suatu bentuk ciptaan yang dilindungi oleh Undang – undang hak cipta.

Permasalahannya apabila seorang penggemar yang menciptakan suatu gambar berdasarkan suatu ciptaan asli dengan keahlian, kemampuan dan imajinasinya, bagaimana status hukum hasil karyanya?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hukum hasil karya seni penggemar (fan art) yang dihasilkan berdasarkan suatu karya yang ia gemari menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif yang bersifat deskriptif kualitatif, yakni pendekatan dengan menelaah peraturan perundang – undangan di Indonesia yang berlaku dan penilitian kepustakaan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa status hukum karya seni penggemar (fan art) bersifat tidak pasti. Fan art termasuk dalam kategori jenis ciptaan yang dilindungi dalam Undang – Undang Hak Cipta, termasuk dalam ciptaan di bidang seni ruupa bentuk gambar (baik yang dibuat dengan media kertas maupun digital) dan merupakan karya turunan (derivative) karena merupakan karya yang didasarkan atas suatu karya yang sudah ada sebelumnya.

Fan art tidak menjadi sebuah pelanggaran sepanjang karya tersebut tidak melanggar hak ekonomi dan hak moral dari karya asli penciptanya. Dan untuk menggunakan hak ekonomi dari karya asli, seorang fan artist wajib mendapatkan izin pencipta atau pemegang hak cipta.

Kata kunci : Hak Cipta, Karya derivatif, fan art

)Mahasiswa FH USU

) Dosen Pembimbing I FH USU

) Dosen Pembimbing I FH USU

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan dan kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini. Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa bahwa dalam menyelesaikan studi untuk mencapai gelar kesarjanaan USU untuk menyusun skripsi, dalam hal ini penulis memilih judul “Tinjauan Yuridis Hak Cipta Atas Karya Seni Penggemar (Fan Art) sebagai Karya Derivatif Berdasarkan Undang – Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesmpurnaan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk mendekati kesempurnaan isi didalam skripsi ini.

Selama penulis menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan,penulis ingin mengucapkan terimaksih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun yang tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripi ini, khusunya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan

2. Prof. Dr. H.Budiman Ginting, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Perdata

7. Bapak Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing I, yang memberikan petunjuk dan bimbingannya pada penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

8. Bapak Syamsul Rizal, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II, yang memberikan petunjuk dan bimbingannya pada penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

9. Bapak Zulkifli, SH. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan dan nasihat terkait perkuliahan kepada penulis.

10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berdedikasi dalam memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingannya kepada penulis, serta segenap Staff/Petugas Akademik Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

11. Kepada Keluarga Besar penulis, Ayahanda H.Kasto Siregar, Ibunda tercinta Hj. Hotnida Sari Harahap, dan juga kepada abang – kakak saya, bang Bas, bang Dani, Kak Ros, Kak Risna, Kak Intan dan Kak Irma, serta orang tua kedua saya udak Wildan dan ujing Aisyah, yang telah memberi dukungan serta nasehat kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

12. Kepada sahabat – sahabat seperjuangan yang telah menemani empat tahun asam manis kehidupan perkuliahan penulis di Fakultas Hukum, Kimiko, Anggi, Ira, Melfitha, Risma, Ica, Veby dan Anis.

13. Kepada sahabat – sahabat terdekat penulis, Kiky, Lita, Andika, Aiy, Tara, Grace, dan Rifaldi, yang telah memberikan dukungan dan doanya kepada penulis.

14. Yang terakhir untuk para pencipta karya seni, khususnya karya seni penggemar, teruslah berkarya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu penulis seraya meminta maaf. Akhir kata, besar harapan penulis kepada semua pihak untuk memberikan saran dan kritik yang membangun, agar penulis dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik dikesempatan mendatang.

Medan, Juli 2019 Penulis,

Atika Rahmasari Siregar

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penulisan ... 9

D. Manfaat Penulisan ... 9

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

G. Keaslian Penulisan ... 14

H. Tinjauan Pustaka ... 14

BAB II TINJAUAN YURIDIS HAK CIPTA FAN ART BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA A. Eksistensi Fan Art (Karya Seni Penggemar) ... 27

B. Fan Art Sebagai Suatu Ciptaan Menurut Undang – Undang Hak Cipta... 32

(7)

C. Fan Art Berdasarkan Jenis Ciptaan Yang Dilindungi Oleh Undang – Undang... 36

BAB III HUBUNGAN PENCIPTA ASLI DAN PENCIPTA KARYA SENI PENGGEMAR (FAN ART) ATAS KARYA DERIVATIF

A. Karya Asli (Karya Original) ... 45 B. Karya Derivatif ... 51 C. Hubungan Karya Cipta Asli dan Fan Artist Sebagai Pencipta Karya

Derivatif ... 56

BAB IV PELANGGARAN FAN ARTIST TERHADAP HAK – HAK KARYA PENCIPTA ASLI

A. Hak Moral dan Hak Ekonomi ... 63 B. Kaitan Hak Moral Pencipta Asli atas Karya Fan Art ... 71 C. Pelanggaran Fan Artist terhadap Hak Cipta Karya Pencipta Asli ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 80 B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Poster Official film Venom ... 31

Gambar 1.2. Fan art Venom oleh Adithya Zulkarnaen ... 31

Gambar 1.3. Poster Official film Spiderman:Far From Home ... 31

Gambar 1.4 Fan art Spiderman oleh Adithya Zulkarnaen ... 31

Gambar 1.5 Fan art tokoh novel Harry Potter oleh Hanifiana Kartikasari... 42

Gambar 1.6. Ilustrasi Tokoh Akaashi dari Komik Haikyuu Karya Haruichi Furudate ... 44

Gambar 1.7. Tokoh Akaashi berdasarkan Anime Adaptasi Komik Haikyuu ... 44

Gambar 1.8. Fan art Tokoh Akaashi oleh fan artist Mint.tan ... 44

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada dasarnya memiliki bakat untuk menciptakan atau menghasilkan suatu karya dari hasil daya pikir maupun kemampuannya. Karya yang dihasilkan dapat berupa karya dibidang pengetahuan, karya tulis, seni, sastra dan lainnya. Oleh karena karya yang dihasilkan dari daya pikir dan keampuan diri sendiri tersebut nantinya akan digunakan maupun dimanfaatkan secara luas oleh orang banyak, ataupun karena karya tersebut bisa saja adalah objek dari mata pencaharian seseorang, maka perlu dilakukan perlindungan dan pengaturan hukumnya.

Pengaturan dan perlindungan mengenai hasil karya ataupun buah pikiran kita berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). HKI adalah kekayaan pribadi yang dapat dimiliki dan diperlakukan sama dengan bentuk – bentuk kekayaan lainnya.1 Banyak hal yang dapat dilindungi oleh HKI, termasuk novel, karya seni, fotografi, musik, rekaman suara, film, piranti lunak dan piranti keras komputer, situs internet, desain untuk barang – barang yang diproduksi secara massal, makhluk hidup hasil rekayasa genetika, dan obat – obatan baru, rahasia dagang, pengetahuan teknik, karakter serta merk.

1 Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt dan Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Penerbit PT. Alumni, Asian LawGroup Pty Ltd, Bandung, 2011, hal 3

(10)

HKI dibangun sebagai instrumen hukum yang berbasis etika pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak atas kreasi intelektual yang diberikan sebagaimana lazimnya hak milik yang mempunyai nilai ekonomi. Sejauh menyangkut pengakuan dan penghargaan, yang diperlukan adalah sikap apresiasi yang membentuk etika dan budaya hukum dalam lingkungan kehidupan masyarakat.

Selanjutnya jaminan perlindungan yang harus disediakan oleh negara, yaitu sistem hukum HKI. Dalam tatanan hukum seperti itu, konsep monopoli diakui dan dikukuhkan dalam kepemilikan individu. Monopoli yang dimaksud ialah hak untuk mengontrol penggunaan HKI dengan melarang orang lain memanfaatkan karya intelektualnya, terutama manfaat ekonominya yang melekat.2

John Locke, seorang filsuf Inggris terkemuka abad ke-18, pada awalnya berbicara tentang right to intellectual (hak kekakayaan intelektual) timbul sebagai konsekuensi logis dari orang yang bekerja. Pencipta, pengarang, inventor atau apapun istilahnya sama seperti pekerja, sebagai imbalan atas pekerjaannya kepada mereka diberi upah. Royalti yang diterima Pencipta atau pengarang adalah upah karya intelektualnya. Intellectual property (kekayaan intelektual) dirumuskan sebagai hak, yang bersifat pribadi, sehingga timbul gagasan untuk melindunginya. Setiap karya manusia harus dihargai dan mendapat hak milik dalam arti umum, yakni hak milik sebagai hak asasi. Kekayaan intelektual sudah menjadi miliknya dan tidak boleh dirampas begitu saja oleh orang lain.3

2 Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta, 2011,hal 3

3Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia:Tinjauan khusus Hak Cipta Lagu,Neighbouring Rights, dan Collecting Society Penertbit PT Alumni, Bandung, 2008, hal 52

(11)

Alasan yang paling mendasar untuk HKI atas karya – karya yang telah diciptakan adalah, bahwa seseorang yang telah mengeluarkan usaha untuk menghasilkan suatu ciptaan, memiliki suatu hak alami yang mendasar dan untuk mengontrol apa yang telah ia ciptakan. Hal ini juga sesuai dengan Pasal 27 (2) Deklarasi Hak Asasi Manusia se-Dunia, yang menyatakan 4: “Setiap orang berhak untuk memperoleh perlindungan atas keuntungan-keuntungan moril maupun material yang diperoleh sebagai hasil karya ilmiah, kesusasteraan atau kesenian yang diciptakannya.”

Dari pengaturan diatas dapat dikatakan bahwa pencipta berhak mendapatkan perlindungan keuntungan, baik moral maupun materil dari ciptaannya. Maka apabila ada penggunaan ciptaan tanpa pengetahuan pencipta dan memberikan dampak kerugian, patut untuk dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya. Hal ini juga sesuai dengan Pasal 1365 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang berbunyi : “setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatan – perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya”.

Terlebih lagi apabila tidak ada perlindungan atas karya yang telah diciptakan, orang lain akan dengan bebas meniru ataupun menjual karya – karya mereka, para pencipta tidak akan mendapatkan keuntungan berupa uang atas kerja kerasnya dalam menghasilkan ciptaan, hal ini hanya akan membuat semangat para pencipta dalam menghasilkan suatu ciptaan menurun. Dan akhirnya memutuskan untuk tidak menciptakan atau menghasilkan karya. Jika hal ini terjadi maka akan sedikit

4 Tim Lindsey, Op.Cit hal 13

(12)

kemajuan di bidang teknologi maupun seni. Bakat dari orang – orang yang dapat mengahasilkan karya di bidang sastra, musik dan karya seni rupa akan tersia – siakan.

Untuk mencegah adanya kerugian bagi pencipta, perlu rasanya ada aturan yang mengatur perlindungan bagi karya ciptaan mereka yang dianggap sebagai suatu harta kekayaan.

Oleh karena itu setiap karya ataupun ciptaan yang telah dihasilkan pencipta patut diakui, dihargai dan dilindungi. Pengakuan dan penghormatan suatu karya dari seorang pencipta dibangun dari sikap moral dan etika kita sebagai pengguna atau orang yang memanfaatkan karya mereka dengan tidak menimbulkan kerugian, memanfaatkan tanpa izin dan selalu membubuhkan nama pencipta pada karya yang digunakan. Sedangkan perlindungan atas karya ciptaannya difasilitasi dengan peraturan hukum hak cipta.

Peraturan hak cipta di Indonesia diatur dalam Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang kemudian telah mengalami beberapa perubahan dan telah diundangkan dengan Undang – Undang yang terbaru yaitu Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC)

Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, hak cipta adalah hak ekslusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

Dikatakannya suatu ciptaan adalah setiap hasil karya cipta dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,

(13)

kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk yang nyata.5 Dari pengertian tersebut diakui bahwa hak cipta lahir sejak saat ciptaan selesai diwujudkan dalam bentuk nyata. Pengertian diwujudkan mengandung makna dapat dibaca, didengar atau dilihat sesuai dengan bentuk ciptaan.

Perlindungan yang diberikan UUHC berupa hak ekslusif yakni hak yang hanya diperuntukkan bagi pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta6. Kemudian UUHC juga memberikan hak moral yakni berupa perlindungan citra dan integritas dari pencipta. Adapun hak moral meliputi hak pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan dan hak pencipta untuk melarang orang lain mengubah ciptaannya, termasuk judul ataupun anak judul ciptaan.7.

Arti Pencipta pada Undang – Undang Hak Cipta disebutkan dalam Pasal 1 angka (2) yaitu, adalah seseorang atau beberapa orang yang secara sendiri – sendiri atau bersama – bersama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.

Dalam Pasal 40 UUHC yang nantinya akan dibahas lebih lanjut dalam bab tertentu, menyebutkan ciptaan – ciptaan yang dilindungi, ciptaan tersebut menjadi ruang lingkup dalam hak cipta. Begitu luasnya cakupan atau ruang lingkup hak cipta, hal ini terus berkembang sesuai perkembangan zaman, begitu juga mengenai pengaturannya.

Perkembang zaman juga telah mempengaruhi sendi – sendi kehidupan masyarakat, baik dalam hal interaksi maupun budaya termasuk pada pola kehidupan

5 Pasal 3 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

6 Penjelasan Pasal 4 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

7Henry Soelistyo, Op.Cit., hal 47

(14)

masyarakat di Indonesia. Berkembangnya zaman juga mengakibatkan masuknya era globalisasi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Lebih mudahnya masyarakat memperoleh informasi melalui berbagai media yang tersedia, dengan itu mudah pula lah untuk masuknya budaya luar atau Budaya Populer (Pop Culture) kedalam pola kehidupan masyarakat Indonesia.

Budaya populer adalah budaya yang lahir atas keterkaitan dengan media.

Artinya, media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan menyerapnya dan menjadikannya sebagai sebuah bentuk kebudayaan. Populer yang dibicarakan disini tidak terlepas dari perilaku konsumsi dan determinasi media massa terhadap publik yang bertindak sebagai konsumen. (Strinati. 2007: 40). Dengan kata lain, budaya populer lahir atas kehendak media (ideologi kapitalistik) dan perilaku konsumsi masyarakat. Media berperan sebagai penyebar informasi yang mempopulerkan suatu produk budaya. Akibatnya, apapun yang diproduksi oleh media akan diterima oleh publik sebagai suatu nilai (budaya) bahkan menjadi kiblat panutan masyarakat.8

Budaya Populer yang akan dibahas oleh Penulis dalam skripsi ini adalah mengenai budaya luar yang tengah popular di kalangan masyarakat, terutama para kaum muda yang dengan mudahnya mengakses infomasi dunia, yakni mengenai fangirl. Fangirl adalah sebutan untuk seorang penggemar perempuan (fanboy untuk lelaki) yang menggemari atau memiliki antusias tinggi terhadap sesuatu atau seseorang, seperti penyanyi, band, tim olahraga, karakter fiksi dalam buku, film, dan lainnya. Tak jarang para penggemar menunjukkan antusiasmenya dalam berbagai

8 Farid Hamid, Media dan Budaya Populer, Komunika,Vol.15, No.1, 2012, hal 11

(15)

bentuk, seperti mempromosikan objek kegemaran mereka dalam bentuk kegiatan kreatif, fan labor/ fan work, seperti menulis fiksi penggemar (fan fiction), membuat produk baru yang terinspirasi dari gambar kegemarannya (fan merchandise), dan membuat meme atau menggambar karya penggemar (fan art).

Berkaitan dengan kegiatan kreatif yang dilakukan oleh penggemar, tak sedikit para penggemar yang memiliki bakat dalam bidang menggambar gambaran yang terinspirasi dari kegemarannya (fan artist). Selain hanya karena antusias terhadap hal yang digemari terkadang hasil karya mereka ditunjukkan ataupun diperjual belikan dalam penyelenggaraan festival, seperti festival budaya Jepang yang pernah diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, maupun festival atau acara lain. Kemudian juga banyak fan artist yang menggugah hasil karya mereka ke media sosial, sebagai bentuk dukungan mereka kepada pelaku seni/idola.

Di era perkembangan teknologi dan informasi, khususnya dalm bidang internet, fan art biasa dipublikasikan dalam situs komunitas online untuk pembuat – pembuat seni, seperti DevianArt.

Namun, faktanya karya yang dihasilkan fan artist, bukanlah karya original, melainkan berupa karya yang terinspirasi dari pelaku seni yang mereka gemari. Maka fan artist bukanlah pemilik hak cipta ataupun pemegang hak cipta yang berhak memperoleh nilai ekonomis tanpa adanya izin dari Pencipta asal yakni pelaku seni yang digemari, yang menjadi inspirasi mereka. Dapat dikatakan karya fan artist merupakan bentuk lain dari karya pencipta asli, namun idenya adalah milik pencipta asli. Contohnya, seorang penulis terkenal JK Rowling, memiliki hak cipta atas buku seri Harry Potter. Segala hal yang terdapat didalam buku, baik karakter, istilah –

(16)

istilah dunia imajinasi dalam buku adalah milik JK Rowling dan timnya. Kemudian seorang penggemar yang juga memiliki keahlian menggambar, mewujudkan salah satu tokoh pada buku dalam bentuk gambar, dan tak sedikit fan artist menjadikan karyanya kedalam bentuk sebuah produk unik yang akan diperjual-belikan, seperti mug, gantungan kunci,poster dan lain sebagainya.

Contoh di atas merupakan karakterisasi dan modifikasi karya asli yang dibuat berdasarkan kreativitas dan keahlian penggemar, mereka membuat fan art atas dasar kecintaan/kegemaran mereka pada bacaan buku Harry Potter. Apakah hal tersebut diperbolehkan atau sah dalam perundangan – undangan di Indonesia? Lalu bagaimanakah hak cipta dari hasil karya seni penggemar tersebut?

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Yuridis Hak Cipta Atas Karya Seni Penggemar (Fan art) sebagai Karya Derivatif Berdasarkan Undang – Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tinjauan yuridis hak cipta fan art sebagai karya derivatif berdasarkan Undang – Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta?

2. Bagaimanakah hubungan pencipta asli dengan pencipta hasil karya peni penggemar (Fan art)?

3. Bagaimana bentuk pelanggaran fan artist terhadap hak – hak pencipta karya asli?

(17)

C. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mencapai tujuan yang mengacu kepada judul, yakni:

1. Untuk mengetahui status hukum (legalitas) dari fan art berdasarkan Undang – Undang Hak cipta

2. Untuk mengetahui hubungan dari Pencipta Asli maupun Pencipta karya derivatif (turunan)

3. Untuk mengetahui hak – hak yang dimiliki Pencipta Asli dan Pencipta Karya Seni Penggemar

D. Manfaat Penulisan

Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

Adapun manfaat penulisan ini,

- Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu pada umumnya mengenai Hak Kekayaan Intelektual, khususnya dibidang hak cipta yang menyangkut karya derivatif (turunan), yakni karya yang sudah ada sebelumnya diubah, dipersingkat, dirombak, ditransformasi, atau diadaptasi menjadi suatu karya yang baru.

- Secara praktis, diharapkan agar penulisan ini dapat digunakan sebagai acuan bagi para pihak, baik itu para pencipta asli, pencipta karya derivatif

(18)

(turunan) maupun para fan artist yang menghasilkan karya seni penggemar, dalam rangka mengambil kebijakan terkait dengan hak cipta.

E. Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu proses, yaitu rangkaian langkah – langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan tertentu. Langkah – langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan – kesimpulan yang tidak meragukan.9

Dilakukannnya penelitian dalam penulisan ini agar terhindar dari suatu penilaian bahwa penulisan skripsi dibuat dengan sembarangan dan tanpa didukung dengan data yang lengkap. Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Dari judul yang dibahas dari penelitian ini, maka penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi – situasi atau kejadian – kejadian.10 Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menelaah dan menganalisa peraturan perundang – undangan yang berlaku yang

9 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian”, Rajawali Pres, Jakarta, 2013 , hal 11.

10 Ibid, hal 76.

(19)

kemudian dihubungkan dengan teori hukum yang berkaitan dengan hak cipta pada umumnya dan hak cipta atas hasil karya seni penggemar (fan art) pada khususnya. Analisis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui status hukum dari hasil karya seni penggemar (fan art) menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

2. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penulisan, maka penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yuridis normatif, yaitu mengkaji mengenai penerapan peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan permasalahan, yaitu Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014. Kemudian penelitian didukung dengan bahan sekunder, yaitu berupa buku – buku, jurnal ilmiah, artikel yang berhubungan dengan bahan hukum dari permasalahan dalam penelitian ini.

3. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :

1.) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat, seperti peraturan perundang – undangan, dan putusan HKIm. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagai bahan hukum primer.

2.) Bahan Hukum Sekunder

(20)

Bahan hukum sekunder diartikan sebagai bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus. Bahan sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah buku – buku yang berkaitan, jurnal hukum dan internet.

3.) Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang mndukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Penulisan penelitian ini dilakukan dengan tehnik pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan (library research), yakni mengumpulkan bahan – bahan seperti buku – buku, jurnal hukum serta karya ilmiah yang berkaitan di bidang hak kekayaan intelektual, hak cipta, kamus umum, dan kamus hukum.

5. Analisis Data

Dalam penulisan penelitian ini, analisis data dimulai dengan mengidentifikasi hukum positif di bidang hak cipta, dan peraturan perundang – undangan lainnya yang berkaitan dengan hak cipta karya seni. Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan nantinya akan

(21)

dituangkan dalam bentuk uraian logis sistematis, kennudian dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, selanjutnya ditarik kesimpulan secara deduktif, yakni kesimpulan dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.

F. Sistematika Penelitian

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan setiap bab memiliki sub-bab, yang disusun secara sistematis agar dapat diperoleh suatu kesatuan pembahasan yang saling berhubungan antara satu bab dan bab lainnya dan memudahkan pemahaman akan isi dari penelitian.

Adapun gambaran isi dari skripsi ini secara sistematis disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, perumusahan masalah, tujuan dan manfaaat penulisan, metode penelitian serta keaslian dari penulisan .

BAB II TINJUAN YURIDIS HAK CIPTA FAN ART

BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Pada bab ini akan diuraikan tentang eksistensi karya fan art dan menjelaskan fan art sebagai ciptaan, dan termasuk dalam kategori jenis ciptaan yang dilindungi pada bidang seni.

BAB III HUBUNGAN ANTARA PENCIPTA ASLI dengan

PENCIPTA KARYA SENI PENGGEMAR SEBAGAI ATAS DERIVATIF

Pada bab ini akan diuraikan mengenai karya yang dikatakan karya asli yang dilindungi, pengertian karya derivatif dan

(22)

kategori suatu ciptaan menjadi karya derivatif, serta hubungan pencipta karya cipta asli dan fan artist

BAB IV PELANGGARAN FAN ARTIST TERHADAP HAK – HAK PENCIPTA KARYA ASLI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hak ekslusif yang dimiliki oleh pencipta asli, kaitan hak moral pencipta asli atas karya derivatif, serta mengenai bentuk pelanggaran yang dilakukan fan artist terhadap karya orisinil pencipta asli.

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang dikemukakan dalam penulisan, dan juga berisi saran sebagai solusi maupun lagkah – langkah yang perlu ditempuh dalam upaya penegakan hukum hak cipta.

G. Keaslian Penulisan

Setelah diperiksa pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Hukum, tidak ditemukan judul Tinjauan Yuridis Hak Cipta Atas Karya Seni Penggemar (Fan art) Seebagai Karya Derivatif Berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

H. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum tentang Hak Cipta a) Sejarah Hak Cipta di Indonesia

Term atau frase hak cipta berasal dari terminologi asing yaitu, copyrights dalam bahasa Inggris atau auteurrecht dalam bahasa Belanda. Hak cipta merupakan hak yang diperoleh pencipta atas hasil karya ciptaannya. Berupa hak untuk mengumumkan ataupun memperbanyak ciptaannya.

(23)

Gagasan bahwa pengaranglah yang berhak atas hak memperbanyak karya tulisnya kemudian diatur dalam statute of Anne tahun 1710. Statute of Anne berisi ketentuan tentang hak eksklusif seorang pengarang sebagai pemilik hak yang memiliki kebebasan untuk mencetak karya tulisnya11. Statute of Anne merupakan undang – undang hak cipta pertama di dunia dan besar pengaruhnya dalam sejarah perkembangan hak cipta Karena untuk pertama kalinya seorang pengarang diakui secara sah bahwa ia pemegang hak eksklusif atas karya tulisnya12

Kemudian dengan berkembangnya jaman penggunaan istilah copyright dikembangkan untuk melindungi bukan hanya si pencipta di bidang karya tulis atas buku ciptannya, melainkan juga melindungi karya yang diciptakan dalam bidang drama, musik, artistic work, fotografi dan lain-lain serta penciptanya.

Secara yuridis formal, Indonesia diperkenalkan dengan masalah hak cipta pada tahun 1912, yaitu pada saat diundangkannya Auteurswet (Wet van 23 September ). Setelah 70 tahun berlakunya Auter Wet 1912, maka lahirlah Undang – Undang Hak Cipta No. 6 Tahun 1982 yang sekaligus mencabut produk hukum Hindia Belanda tersebut diatas. Adapun alasan pencabutan tersebut menurut konsiderans UU No.6 Tahun 1982 adalah tidak sesuai lagi dengan cita – cita hukum nasional Indonesia.13

11 Edy Damian, Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional, Undang – Undnag Hak Cipta 1997 dan Perlindungannya terhadap Buku serta Perjanjian Penerbitannya, PT.Alumni, Bandung, 2002, hal 50

12 Ibid, hal 50

13 Kesowo Bambang, Pengantar Umum Mengenai HaKI di Indonesia, Makalah, Jogjakarta, 1994, hal 10

(24)

Setelah lima tahun berlaku, UU No.6 Tahun 1982 direvisi, dikarenakan tindak pidana yang berlaku dalam undang – undang tersebut adalah tindak pidana delik aduan, jadi pengeak hukum tidak berani bertindak kalau tidak ada pengaduan dari yang berkepentingan. Undang – undang direvisi dan melahirkan UU No.7 tahun 1987, dengan tidak mencabut UU No.8 Tahun 1982. Perubahan dan penambahan menyangkut jangka perlindunga waktu, memasukan program computer sebagai hak cipta yang dilindungi, besarnya ancaman pidana terhadap pelanggaran hak cipta serta merubah status tindak pidana dari deli aduan menjadi delik pidana biasa sesuai dengan UU. No. 8 Tahun 1987 tentang KUHAP.14

Setelah mengalami beberapa kali perubahan dalam peraturan perundang – undangan mengenai hak cipta, sejauh ini Indonesia telah mengundangkan 5 peraturan perundangan – undnagan mengenai hak cipta, yakni:

1) Undang – undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982 (1982-1987) 2) Undang – undang Hak Cipta Nomor 7 Tahun 1987 (1987-1997) 3) Undang – undang Hak Cipta Nomor 12 Tahun 1997 (1997-2002) 4) Undang – undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 (2002-2014) 5) Undang – undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 (2014-sekarang) Indonesia telah ikut serta dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pekbentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan temtamg Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual), selanjutnya disebut

14 Umar Hasan dan Suherm, Perlindungan Hukum terhadap Hak Cipta Menurut Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002, Jurnal Ilmu Hukum, hal 5

(25)

TRIPs, melalui Undang – Undnag Nomor 7 Tahun 1994. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and Literart Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO), selanjutnya disebut WCT, melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.15

Konvensi Internasional yang mengatur hak cipta dalam bidang seni dan sastra adalah Berne Convention (Konvensi Berne) dengan objek perlindungannya adalah segala karya – karya sastra dan seni yang meliputi segala hasil bidang sastra, ilmiah, dan kesenian. Dengan demikian, penulis juga akan merujuk peraturan yang ada pada Konvensi Berne.

Hal yang terpenting dalam Konvensi Berne terdapat pada Pasal 5.

Menurut pasal ini para pencipta akan menikmati perlindungan sama seperti yang diperoleh mereka dalam Negara sendiri atau perlindungan yang diberikan olehkonvensi ini. Dengan kata lain, para pencipta yang merupakan warga Negara dari salah satu Negara yang terikat dalam konvensi ini memperoleh kenikmatan perlindungan di negara- negara yang teragabung dalam union ini.16

b) Hak Cipta Sebagai Bagian Hak Kekayaan Intelektual

Karya intelektual yang dihasilkan oleh manusia selanjutnya diakui sebagai kekayaan, hal ini berarti ada konsep kepemilikan dan kebendaan yang terkandung didalamnya. Dikaitkan dengan pendapat Locke di atas, maka ditegaskan bahwa hak

15 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015 hal 165

16 OK Saidin, Op.Cit., hal338

(26)

atas hasil kerja manusia, termasuk hasil kerja intelektual merupakan hak milik dari penghasil karya intelektual. Menggunakan kalimat berbeda dapat dikatakan bahwa kekayaan merupakan pengakuan atas adanya milik seseorang. Sejalan dengan hal ini, Locke mengatakan bahwa manusia memiliki hak alamiah yang eksklusif atas tubuhnya, demikian pula manusia memiliki hak eksklusif atas apa yang dihasilkan tubuhnya.17

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik pengertian bahwa segala hal yang telah tubuh kita hasilkan termasuk hal yang dihasilkan oleh akal pikiran kita yang dapat dikategorikan kedalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra atau sebagai suatu karya intelektual, maka hasil tersebut adalah hak milik kita, harta benda milik kita karna kita lah yang menghasilkannya.

Pengakuan bahwa kekayaan intelektual merupakan benda. Oleh karenanya atas kekayaan intelektual tersebut melekat hak yang dinamakan hak kebendaan.

Apabila dikategorikan menurut sifatnya, hak kekakyaan intelektual merupakan benda tidak berwujud, karena kekayaan intelektual merupakan hak. Sesuai dengan ajaran hukum kodrat, pemilik HKI memiliki keleluasan dan kebebasan untuk bertindak bebas terhadap benda mliknya, dalam hal ini karya intelektual yang dihasilkannya.18

Hal penting yang harus diingat adalah kekhususan HKI terkait sifatnya yang merupakan benda tidak berwujud. Kepemilikan atas benda berwujud tidak berarti juga memiliki benda tidak berwujud yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, keberadaan HKI dalam suatu benda membatasi keleluasaan tindakan pemilik benda

17 Sony Keraf, Hukum Kodrat dan Teori Hak Milik, Kanisius, Yogyakarta 1997, hal15

18 Indirani Wauran-Wicaksono, Hak Kekayaan Intelektual Sebagai Benda:Penelusuran Dasar Perlindungan HKI di Indonesia, Vol. 9, No. 2, hal138

(27)

berwujud atas miliknya. Sebagai contoh, seseorang memiliki benda tidak berwujud berupa buku, tidak berarti ia memiliki hak cipta sebagai benda tidak berwujud yang terkandung dalam buku tersebut. Artinya, pemilik buku tidak dapat menggandakan dan menjual buku tersebut tanpa ijin dari pemilik hak cipta atas buku tersebut.19

HKI adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Itu pada satu sisi, disisi lain adaptasi dari kerja emosional. Hasil kerja dalam bentuk abstrak yang dikenal dengan rasa perpaduan dari hasil kerja rasional dan emosional itu melahirkan sebuah karya yang disebut karya intelektual. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial. Benda tidak terwujud. Misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Menurut ahli biologi otak kananlah yang berperan untuk menghayati kesenian, berhayal, menghayati kerohanian, termasuk juga kemampuan melakukan sosialisasi dan mengendalikan emosi. Fungsi ini disebut sebagai fungsi nonverbal, metaforik, intuituif, imajinatif dan emosional. Spesialisasinya bersifat intuitif, holistik dan mampu memproses informasi secara simultan.20 Kemampuan otak untuk menulis, berhitung, berbicara, mengingat fakta dan menghubungkan berbagai fakta menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi, disebut juga sebagai fungsi preposisi verbal linguistik, logis dan analistis yang merupakan pekerjaan belahan otak kiri.21

Hasil kerja otak tersebutlah yang merupakan suatu karya intelektualitas karna telah dihasilkan melalui suatu pemikiran yang dilakukan secara rasional, secara

19 Ibid hal139

20 OK Saidin, Op.Cit., hal10

21 Ibid, hal11

(28)

logika maupun secara emosional. Tidak semua orang dapat mengerahkan kerja otaknya untuk menghasilkan suatu karya secara maksimal. Hanya orang yang mampu mempekerjakan pemikiran otaknya dan menghasilkan suatu hasil berupa karya sajalah yang dapat memiliki hak atas kekayaan intelektual. Kekayaan intelektual yang dimaksud ialah hasil karya pemikirannya, karena karya tersebut merupakan hasil pemikiran otaknya sendirinya. Dan dengan mengembangkan hasil pemikirannya kemudian menuangkan kedalan suatu bentuk atau wujud nyata sehingga menjadi suatu ciptaan.

Hasil kreatifitas intelektual manusia tersebut dalam perkembangannya menumbuhkan kebutuhan lain, yaitu kebutuhan untuk memperoleh perlindungan.

Kebutuhan akan adanya perlindungan merupakan hal yang wajar sebagai penghormatan agar hasil kreatifitasnya diakui, dihormati, serta dapat dipertahankan dari pihak lain dari tindakan melawan hak – haknya. Dalam konteks hukum, hukum meberikan perlindungan terhadap seniman dan karyanya yang lahir dari sebuah proses penciptaan; daya intelektual, kasa dan rasa sang seniman22.

Hak cipta merupakan istilah hukum untuk menyebut atau menamakan hasil kreasi atau karya cipta manusia dalambidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni, hak cipta (copty right) bertujuan untuk melindungi karya seni yang diciptakan oleh para seniman, dan karya – karya yang tidak diketahui penciptanya hak ciptanya berada di tangan Negara.23

22 Budi Santoso, Dekonstruksi Hak Cipta, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang, 2008 hal

23 Ibid,

(29)

Setiap karya memiliki hak, yakni hak cipta bagi penciptanya. Hak tersebut bertujuan untuk melindungi karya ciptaan serta mendorong apresiasi dan membangun sikap masyarakat untuk dapat menghargai hasil ciptaan dari seseorang.

Kelahiran hak cipta diawali dari sebuah ide atau gagasan. Gagasan muncul dari kreativitas olah pikir, dengan menggunakan kecerdasan intelektual dan kecerdasann emosional yang dimiliki oleh manusia. Dua kecerdasan intelektual tersebut menghasilkan karya berupa ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan.

Karya dalam bentuk ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusastraan dapat diwujudkan dalam bentuk nyata yang dilindungi sebagai hak kekayaan berupa benda berwujud (benda materiil) sedangkan gagasan atau ide yang melatar belakangi kelahiran benda berwujud itu dilindungi sebagai hak kekayaan immaterial. Itulah disebut sebagai Hak Kekayaan Intelektual, bukan bendanya yang dilindungi tetapi ide atau gagasannya.24

Dalam hukum perdata, pengaturan tentang hak kekayaan immaterial (hak kekayan yang objek haknya adalah benda tidak berwujud) dapat dilihat dalam Pasal 503KUHPerdata dan Pasal 504 KUHPerdata yang dihubungkan dengan Pasal 449 KUHPerdata yang menyatakan bahwa benda adalah tiap barang dan tiap hak yang dapat menjadi objek dari hak milik, dan kemudian membagi benda kedalam dua pembagian, yakni benda yang bertubuh (berwujud) dan yang tidak bertubuh (tidak berwujud) serta benda bergerak dan benda tidak bergerak. Maka dapat ditarik makna bahwa hak cipta dapat dikategorikan ke dalam benda tidak berwujud dan benda bergerak. Ketentuan ini juga dapat ditemui dalam Pasal 16 ayat (1) UUHC.

24OK Saidin, Op.Cit., hal 209

(30)

Benda materiil yang dalam terminologi Pasal 449 KUHPerdata dirumuskan sebagai “barang” (benda berwujud). Dalam terminologi hak cipta, yang dilindungi adalah benda immaterial atau benda tidak berwujud yang dalam terminologi Pasal 449 KUHPerdata adalah hak yang dapat menjadi objek harta kekayaan yang merupakan hasil dari ide atau gagasan yang bersumber dari kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual manusia.25

c) Unsur - Unsur Hak Cipta

Dalam membahas hak cipta, kita perlu mengetahui pengertian mengani unsur – unsur yang terkait dengan hak cipta, yakni seperti ciptaan, pencipta, hak cipta dan pemegang hak cipta. Pengertian unsur – unsur dalam hak cipta tersebut telah dirumuskan dalam Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Pencipta merupakan subjek hak cipta. Menurut Pasal 1 ayat (2) UUHC pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secarra sendiri – sendiri atau bersama – sama mengahsilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Dan pengertian pemegang hak cipta diatur pada ayat (4), yang menyatakan bahwa pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang ,emery,a hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.

Menurut UUHC ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengeathuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

25 Ibid, hal211

(31)

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa ciptaan sebagai hasil karya pencipta yang menunjukkan ciptaan itu bentuknya konkret dan tidak abstrak. Artinya hasil karya cipta harus dapat ditunjukkan nyata kepada orang lain. Hasil karya cipta sebagi bukti wujud dari ciptaan si pencipta. Ciptannya harus bersifat asli, nukan merupakan tiruan dari ciptaan orang lain. Pencipta harus dapat membuktikan hasil karya ciptanya berasal dari ciptaannya sendiri teruatama apabila terjadi sengketa26

Hak cipta dalam UUHC berarti hak ekslusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa emngurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Hak cipta dapat dibagi atas dua jenis. Pertama, hak cipta bersifat orisinil (asli) dan kedua, hak ciptabersifat derivatif (turunan). Hak cipta bersifat orsinil memberi hak atau wewenang kepada pencipta yang sebenarnya, seperti kepada seorang pengarang buku, puisi, lagu, dan jenis hak cipta lainnya, sedangkan hak cipta yang bersifat derivatif muncul dari pemegang hak cipta yang orisinil seperti, melalui hibah, wasiat, pewarisan, dan pembelian.

2. Karya turunan (Derivative Works) dalam Hak Cipta

Hak cipta yang dilindungi dalam UUHC terbagi menjadi 2 jenis. Hak cipta yang bersifat asli (orisinil) yang diatur dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) terkecuali, huruf n dan huruf o. Ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf n dan huruf o termasuk dalam ciptaan bersifat derivative. Karya derivatif adalah karya yang didasarkan dari satu

26 Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal 8

(32)

atau lebih karya yang telah ada sebelumnya, seperti terjemahan, aransemen music, dramtisasi, fictionalization, film, rekaman suara, reproduksi sni ringkasan, kondensasi atau bentuk perubahan lain dari suatu karya yang ditransformasi atau diadaptasi.

Derivative work merupakan karya baru yang lahir berdasarkan pada karya yang ada sebelumnya, melahirkan adanya hak adaptasi yang merupakan hak untuk menciptakan karya derivative. Hak adaptasi ini memberikan kemudahan sekaligus menimbulkan permasalahan berkaitan dengan peredaaran komunikasi online melalui internet. Dimana karya – karya asli semakin mudah untuk diubah, dimodifikasi atau dihubungkan dengan karya lain secara digital.27

Perubahan – perubahan karya asli menjadi karya derivativebisa berupa revisi dari karya yang asli, terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau dapat pula berupa suatu karya yang disusunn, diubah atau diadopsi menjadi bentuk lain. Seperti misalnya film berdasarkan cerita novel, mengubah film hitam putih menjadi berwarna, versi revisi dari sebuah software.28

Pasal 40 ayat (1) UUHC menyebutkan ciptaan – ciptaan yang mendapat perlindungan hak cipta, yakni berupa ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Ciptaan yang tergolong dalam derivative work terdapat pada Pasal 40 ayat (1) huruf n sedangkan poin lainnya merupakan ciptaan asli dan kompilasi.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 40 ayat (2) karya derivatif mendapat perlindungan hak cipta sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengirangi hak cipta atas ciptaan asli.

27 Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, hal 30

28 Ibid.

(33)

Mengenai masa berlaku hak ekonomi, perlindungan hak atas ciptaan asli berlaku seumur hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Sedangkan yang tergolong dalam derivative work menurut Pasal 59 ayat (1) huruf (g) UUHC yaitu yang melindungi karya terjemahan, adaptasi, aransemen, modifikasi dari karya lain dan hasil transformasi berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.

3. Tinjauan Umum Karya Seni Penggemar (Fan art)

Fan art berasal dari bahasa Inggris, yakni Fan yang berarti penggemar dan Art yang berarti seni. Fanart bisa didefinisikan sebagai sebuah karya seni berupa gambar yang dibuat oleh seseorang, di mana gambar tersebut menyerupai atau merujuk pada suatu tokoh atau karakter tertentu yang sudah ada sebelumnya. Tokoh atau karakter tersebut bisa berasaldari komik, film, atau video game29

Gambar fanart tidak sama persis dengan tokoh atau karater asli yang ditiru, tetapi menyerupai. Sebab dalam seni menggambar, antara satu orang dengan orang lain memiliki aliran menggambar yang berbeda. Termasuk pula seseorang yang membuat gambar fan art, pada umumnya memiliki aliran menggambar tersendiri.

Aliran menggambar inilah yang nantinya membedakan tokoh atau karakter dari gambar fanart dengan tokoh atau karakter dari gambar asli. Gambar fanart juga boleh dikreasikan seunik mungkin. Fanart yang baik adalah yang menyerupai tokoh atau

29 https://bentangpustaka.com/fanart-apa-sih-2/ diakses pada tanggal 23 Juni 2019, pukul 23:07wib

(34)

karakter asli, dikreasikan secara unik dan imajinatif, tanpa menghilangkan cerminan dan sifat asli tokoh aau karakter yang digambar.30

Karya fan art termasuk dari bagian dari karya seni rupa. Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

Begitu jugalah hasil karya fan art diciptakan, dengan memiliki unsur – unsur garis, bidang, bentuk, warna, dan lainnya dalam membentuk gambar suatu tokoh atau karakter.

Dalam UUHC, perlindungan ciptaan karya seni, terdapat pada Pasal 40 ayat (1) huruf (f) yang terdiri dalam beberapa bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase. Karya fan art termasuk dalam karya seni rupa berupa gambar, karena pada umumnya para fan artist menciptakan fan art dengan menggambar sketsa yang kemudian disempurnakan dengan unsur – usur warna. Dalam penjelasannnya yang dimaksud dengan gambar antara lain motif, diagram, sketsa, logo, unsur – unsur warna dan bentuk huruf indah.

30 Ibid,

(35)

BAB II

Tinjauan Yuridis Hak Cipta Fan art berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

A. Eksistensi Fan art (Karya Seni Penggemar)

Karya seni penggemar atau dalam bahasa Inggris disebut dengan kata fan art adalah sebuah karya seni yang dihasilkan oleh penggemar suatu karya fiksi dapat berasal dari serangkaian karakter atau aspek lain dari karya tersebut. Fan art dapat dilihat dalam berbagai bentuk selain lukisan dan gambar, Fan artist31 juga dapat membuat spanduk, avatar, desain grafis atau animasi berbasis web, kolase foto, poster, menulis ulang kutipan artistik dari suatu karya atau menanmpilkan ulang suatu karakter secara artistic dalam konteks baru atau dalam konteks yang masih berkaitan dengan karya aslinya.

Di Amerika Serikat dan negara – negara Barat lainnya, fan art dalam arti modern berawal dari setidaknya pada tahun 60an dan 70an. Fan art hal yang lazim dalam fandom32 Star Terk dan Star Wars (suatu acara tv karya fiksi ilmiah). Acara TV lainnya, seperti Starsky & Hutch, The Professionals, Beauty and the Beast, dan serial TV tahun 80an dan awal 90-an lainnya memiliki kehadiran fan art yang nyata.

31 Sebutan untuk seorang pencipta fan art

32 Suatu komunitas (sekelompok orang) yang tertarik dan menikmati suatu cerita atau suatu karya asli (seperti komik, novel, film). Fandom mengacu pada komunitas berbasis penggemar yang didedikasikan untuk hobi atau minat teramsuk terahdap film, buku, music, komik, dan sumber lainnya.

(36)

Fan art juga diciptakan berdasarkan buku – buku yang sangat popular seperti The Lord of the Rings33.

Pada dasarya, fan art digunakan sebagai istilah bagi karya seorang seniman yang tidak dipekerjakan secara professional atau mengejar karir di bidang seni, tetapi hanya menciptakan karya berdasarkan hal atau topik yang ia senangi. Jenis fan art ini biasanya ditemukan dalam genre seperti fantasi dan fiksi ilmiah yang mengadakan konvensi dan jenis pertemuan kecil lainnya, bersama dengan majalah amatir yang disebut “fanzine”, dimana hasil karya fan art dapat dibagikan ke sesame penggemar34. Dengan kata lain seseorang tersebut menciptakan suatu karya seni berdasarkan hal yang ia gemari hanya karna ia adalah seorang penggemar bukan sebagai orang yang bergerak professional di bidang seni.

Awalnya fan art hanya berbasis garis dan tinta, seni garis sederhana, karena hanya itu yang paling mudah direproduksi sebelum mesin – mesin modern tersedia.

Semenjak teknologi mesin pencetak semakin canggih, hal ini mempermudah Fan artist (seniman penggemar) untuk mengahsilkan karya seni gambar pensil dengan lebih detail dan menghasilkan karya dengan lukisan yang lebih berwarna. Dan ketika teknologi komputer semakin maju dan internet mulai berperan dalam fandom, fanzine menjadi kurang penting dalam dunia fandom, Seniman penggemar dapat membagikan karya mereka secara langsung secara online melalui situs web, forum, ahli – ahli mempublikasikannya di fanzine atau menampilkannya di konvensi. Mereka yang

33 https://fanlore.org/wiki/History_of_Fanart, dikases pada tanggal 19 April 2019, pukul 2:57wib

34 http://www.spacial-anomaly.com/what-is-fan-art/, dikases pada tanggal 19 April 2019, pukul 3:16wib

(37)

tidak memiliki keterampilan menggambar dapat menghasilkan fan art melalui kompter dengan menggunakan program editing seperti Photoshop, memanipulasi foto untuk membuat gambar baru dan ilustrasi karakter favorit mereka.35

Fan art bukan semata – mata merupakan reproduksi dari karya asli. Fan art diciptakan oleh para seniman fan art atau penggemar sebagai bentuk apresiasinya sebagai penggemar kepada pencipta asli. Terlebih lagi kepada fan artist yang menciptakan fan art berdasarkan karakter dari suatu novel, yang pada dasarnya tidak memiliki visualisasi. Dengan menciptakan fan art tokoh tersebut, fan artist mengasah keterampilannya sekaligus berbagi mengenai visualisasi tokoh kepada sesama pembaca. Mereka menggunakan imajinasi berdasarkan deskripsi tokoh dari cerita untuk dan memvisualisasikan tokoh kedalam bentuk gambar.

Fan art adalah salah satu bentuk keaktifan fans sebagai hasil menikmati konten media popular. Mereka tidak hanya menerima dan menikmati, namun juga mengolah dan memproduksinya ke dalam bentuk gambar yang dikreasikan sesuai keterampilan yang mereka miliki. Fan art merupakan suatu karya yang popular dikalangan fans, meskipun diciptakan oleh para seniman amatir yang bukan bergerak di bidang seni, namun memiliki keterampilan untuk menghasilkan suatu karya gambar. Semenjak semakin majunya teknologi internet, kepopuleran fan art juga mengalami perkembangan.

Fan art dapat dipublikasikan secara lebih luas dan interaktif. Telah banyak situs yang memfalisitasi fan artist untuk dengan mudah membagikan atau menampilkan hasil karyanya. Beberapa diantaranya adalah devianat.com, fanart.tv, dan tak jarang

35 Ibid,

(38)

juga fan artist membagikan karyanya lewat media sosial mereka sendiri. Selain membagikan hasil fan art nya secara online dalam beberapa situs, fan artist juga sering ikut serta mendistribusikan hasil fan art nya dalam acara festival. Seperti yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara, dimana para fan artist menampilkan hasil karyanya. Kemudian ada juga kegiatan tahunan Comic Frontier (Comifuro)36 di Jakarta.

Bahkan juga terdapat ajang kompetisi yang dilaksanakan berdasarkan hasil fan art dari seorang penggemar. Salah satunya adalah kompetisi fan art Internasional berdasarkan film Venom37 yang diselenggarakan oleh Sony & Talenthouse (salah satu platform Creative di Amerika Serikat) dan bekerjasama dengan Venom Movie, dengan Tom Hardy, pemain film sebagai juri. Salah satu penggemar film tersebut, Adhitya Zulkarnaen asal Indonesia berhasil menjadi salah satu pemenang dari 3.600 karya yang ikut berkompetisi. Adhitya merupakan penggemar komik – komik Amerika, terutama komik Marvel.38

36 Comic Frontier (Comifuro) adalah event eksibisi yang diharapkan menjadi tempat menyalurkan minat dan bakat pembuat karya kreatif indipenden. Partisipan dapat menyebarkan karyanya secara langsung dengan cara berjualan dan bertemu dengan orang yang memiliki minat yang sama.

37 Venom adalah sebuah tokoh anti-hero yang muncul dalam komik – komik terbitan Marvel Comics

38https://today.line.me/id/pc/article/Fanart+Asal+Indonesia+Menangkan+Kompetisi+Film+Ven om-VZvxnJ, diakses pada tanggal 20 April 2019, pukul 4:29wib

(39)

Gambar 1.1. Gambar 1.2.

Poster Official film Venom Fan art Venom

oleh Adithya Zulkarnaen

Sumber: IMDb (internet) Sumber: Akun media sosial Adithya

Kemudian.di tahun ini Adithya juga memenangkan kontes menggambar poster hasil karya fan art untuk promosi dalam rangka tayangnya film Spiderman: Far From Home, yang sedang gencar – gencarnya tahun ini dalam dunia perfilman.

Kemenangannya ini telah membuahkan hadiah uang tunai sebesar 2.000 USD atau sekitar 28,3 juta rupiah. Tidak hanya itu, hasil karyanya juga akan dipromosikan di berbagai media yang berhubungan dengan pihak SONY dan Marvel, berikut promosi di media sosial.39

Gambar 1.3. Gambar 1.4

Poster Official film Fan art Film Spiderman: Far

Spiderman: Far From Home From Home oleh Adithya Zulkarnaen

Sumber: IMDb (internet) Sumber: Akun media sosial Adithya

39 https://www.voaindonesia.com/a/ilustrator-asal-malang-menang-kontes-gambar-poster-film- spiderman-far-from-home/4975260.html, diakses pada tanggal 9 Juli 2019, pukul 2;13 wib

(40)

B. Fan art sebagai Karya Cipta Menurut Undang - Undang Hak Cipta Undang – Undang Hak cipta memberikan pengertian mengenai ciptaan, yakni bahwa Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. 40

Dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa ciptaan merupakan suatu karya yang berasal dari diri pencipta sendiri, baik yang terjadi karena mendapatkan inspirasi dari orang lain atau suatu hal, terjadi karena pikiran ataupun imajinasi luas yang dimiliki pencipta, maupun suatu karya yang dihasilkan berdasarkan kemampuan, kecekatan, keterampilan, atau keahlian pencipta dalam suatu hal. Namun hal tersebut dibatasi, sepanjang karya – karya tersbut termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan, seni maupun sastra, barulah dapat dikatakan sebagai suatu ciptaan.

Untuk dapat dikatakan sebagai suatu ciptaan, suatu karya harus benar – benar merupakan buah dari kreativitas pencipta yang dihasilkan dari pengorbanan waktu, tenaga berikut ketereampilannya, biaya serta pemikiran intelektualnya. Seluruh kontribusi ini tadi memberi ciri yang bersifat khas dalam bentuk ciptaan. Tes kualifikasi ini relevan untuk membedakannya dengan benda – benda yang merupakan hasil karya intelektual manusia. Kualifikasi sebagai ciptaan tidak mempersoalkan besar kecilnya tenaga, maupun panjang pendeknya waktu yang dihabiskan untuk mewujudkan ciptaan. Kualifikasi juga mempermasalahkan tingkat keterampilan dan kualitas pemikiran, termasuk kreativitas ide pencipta. Kualifikasi hanya membedakan

40 Pasal 1 Ayat (3) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(41)

status seluruh karya ke dalam kelompok ciptaan dan nonciptaan. Yang dimaksud nonciptaan adalah benda – benda yang tersedia di alam raya yang bukan buatan manusia. Selain itu yang juga tidak termasuk dalam kuaifikasi ciptaan adalah jenis – jenis karya intelektual yang menjadi objek paten, desain industri, dan bidang – bidang HKI lainnya. 41

Pengertian ciptaan yang terdapat didalam UUHC, juga menyatakan bahwa ciptaan dapat juga berupa karya “yang dihasilkan atas..., kemampuan,…

kecekatan,… keterampilan,…atau keahlian…”. Berarti suatu karya yang dihasilkan pencipta berdasarkan kesanggupan atau kecekatan pencipta untuk menghasilkan suatu karya, dan juga memiliki kecekatan, kecepatan (ketangkasan) dalam mengerjakan sesuatu hal dapat dikategorikan sebagai suatu ciptaan, serta suatu karaya yang didasarkan keterampilan, yakni kesanggupan untuk memakai bahasa untuk menanggapi secara betul stimulus lisan atau tulisan, menggunakan pola gramatikal dan kosakata secara tepat, menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain, dan sebagainya. Atau karya yang dibuat atas suatu kemahiran dalam suatu ilmu (kepandaian, pekerjaan).

Unsur – unsur yang diisyaratkan dalam suatu karya agar menjadi ciptaan yang dilindungi hak cipta dipenuhi oleh karya fan art. Karya fan art merupakan karya yang terinspirasi dari suatu karya yang sudah ada sebelumnya, dengan pikiran dan imajinasi dari fan artist, ia sebagai penggemar mengalihwujudkan karya asli dari idolanya kedalam bentuk seni gambar, dengan kemampuan, keterampilan serta

41 Henry Soelistyo, Op.Cit., hal56

(42)

keahliannya dalam menggambar, mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, tekstur dan warna.

Kemudian, ia tuangkan kedalam media yang dapat dilihat oleh mata dan dirasakan dengan rabaan dengan kata lain, diekpresikan dalam bentuk nyata, bukan hanya sekedar sketsa semata. Misalnya seseorang penggemar dari tokoh novel Harry Potter karya J.K.Rowling, mengilustrasikan tokoh Harry dalam bentuk gambar (dua dimensi) berdasarkan hasil imajinasinya sendiri, dibantu dengan hasil pendeskripsian karakter Harry didalam novel.

Selain unsur – unsur tersebut, juga terdapat 3 (tiga) unsur yang harus dipenuhi oleh suatu karya agar mendapat perlindungan hak cipta, yakni Standart of Copyright’s Ability42, yang meliputi originality (keaslian), creativity (kreativitas) dan Fixation (perwujudan nyata). Telah dikatakan dalam bab sebelumnya bahwa keaslian bukan menyiratkan kebaruan, hal tersebut menyiratkan bahwa yang bersangkutan tidak meniru dari orang lain, melainkan perwujudan gagasan atau ide yang berasal dari diri dan pikiran pencipta sendiri. Dalam kasus karya fan art, fan artist tidak meniru dari karya asli idolanya, melainkan mengadaptasi ataupun merubah bentuk hasil karya original kedalam bentuk karya yang ia imajinasikan sendiri, dan menghasilkan ciptaan tersebut berdasarkan keterampilan dan keahliannya.

Demikian juga dalam kasus karya fan art yang diciptakan berdasarkan suatu gambar atau visualisasi yang telah ada, karya tetap fan artist tersebut tetap memiliki keaslian, karena ia telah merubah format ciptaan menjadi format berdasarkan

42 Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta (Copyright’s Law), PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hal 80

(43)

imajinasinya, tidak meniru ataupun menjiplak karya aslinya. Misalnya, seorang penggemar film Naruto yang memvisualisasikan karakter Naruto berdasarkan film, telah terlihat jelas bagaimana bentuk visual karakter Naruto dengan ciri khas rambut oranye dan ikat kepala serta mengenakan seragam klannya. Seorang fan artist menggambarkan karakter Naruto dengan visual yang sama berambut oranye serta mengenakan ikat kepala, namun merubah formatnya kedalam bentuk gambar berwarna maupun tidak dengan keterampilan dan keahliannya sendiri. Begitulah cara fan artist membuktikan keaslian karyanya.

Dalam unsur kreativitas disyaratkan bahwa ciptaan harus benar – benar berasal dari pencipta yang dibentuk dengan cipta, karsa, dan rasa manusia. Kreativitas juga mempermasalahkan tingkat keterampilan dan kualitas pemikiran, termasuk kreativitas ide pencipta. Dalam karya fan art dibutuhkan keahlian menggambar agar penampilan visual dari karakter terlihat menarik, dibutuhkan pemikiran dan ide yang kreatif untuk menambahkan detail pada tiap gambar, seperti latar gambar serta campuran warna yang digunakan untuk membuat gambar semakin menarik.

Walaupun tak jarang fan artist menggunakan media teknologi seperti computer dalam menggambar fan art , namun dalam kondisi tersbut karya fan art tidak dihasilkan oleh komputer dan program. Komputer dan program hanya berperan sebagai media bagi fan artist untuk menyalurkan keahliannya, layaknya pensil, kertas gambar, kuas dan kanvas.

Unsur perwujudan nyata merupakan konsep bentuk material yang merujuk pada suatu ciptaan sebagai tujuan perlindungan hak cipta, karena hak cipta melindungi ciptaan dalam bentuk nyata atau ekspresinya dalam bentuk material

Gambar

Gambar 1.1.            Gambar 1.2.
Gambar 1.5. Fan art tiga karakter dalam novel seri Harry Potter   karya Hanifiana Kartikasari (hanimade.studio)
Gambar 1.6.  Gambar 1.7.  Gambar 1.8.

Referensi

Dokumen terkait