PECAHAN SISWA KELAS V SD
B. Metode Penelitian Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematika pada materi pecahan yang diujikan pada siswa SD kelas IV
45
Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh siswa Sekolah Dasar Negeri yang bersekolah di 575 Sekolah Dasar di kota Bandung.
Sampel
Sampel dipilih dari siswa kelas IV yang bersekolah di 575 Sekolah Dasar Negeri di kota Bandung.
Teknik Sampling
Pengambilan sampel
menggunakan teknik random
sampling. Menurut Taniredja dan
Mustafidah (2012: 35) “Teknik
random sampling disebut juga acak, serampangan, tidak pandang bulu/ tidak pilih kasih, objektif, sehingga seluruh elemen populasi mempunyai kesempatan untuk jadi sampel
penelitian”. Jadi teknik random
sampling dilakukan agar semua populasi subjek memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel subjek. Alasan dipilih teknik
pengambilan sampel random
sampling karena pada tingkat sekolah dasar, penerimaan peserta didik tidak didasarkan pada nilai tertentu.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data mengenai kemampuan berpikir kritis materi pecahan pada siswa kelas IV menggunakan tes pilihan ganda dengan 4 pilihan jawab.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah 20 soal tes pilihan ganda mengenai materi pecahan. Materi pecahan pada tes hasil belajar terdiri dari beberapa indikator yaitu:
1.Mengenal arti pecahan sebagai perbandingan sebagian dengan keseluruhan,
2.Memahami berbagai bentuk
pecahan,
3.Operasi penjumlahan dan
pengurangan,
4.Menjumlah dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan,
5. Pemecahan masalah sehari – hari yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan pecahan,
6. operasi perkalian dan pembagian. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data secara deskriptif. Data tes hasil belajar akan dicari tingkat kesulitan pada masing-masing indikator pada materi pecahan dan tiap jenis kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Tingkat kesulitan (TK) dapat dihitung menggunakan rumus:
... (1) Dengan:
TK = Tingkat Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang
menjawab benar, 1 soal tertentu JS = Jumlah Siswa yang peserta tes
Menurut Arikunto (2012: 223) besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal
dengan indeks kesukaran 0,0
menunjukkan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan soal terlalu mudah. Berikut klasifikasi tingkat kesukaran
menurut Witherington (dalam
Susetyo, 2011: 154)
Tabel 1. Klasifikasi tingkat kesukaran
Rentang Klasifikasi
0,00 ≤ P ≤ 0,24 Sukar
0,25 ≤ P ≤ 0,74 Sedang
0,75 ≤ P ≤ 1,00 Mudah
Berdasar tabel 1.klasifikasi tingkat kesukaran diatas, maka
kemampuan siswa dapat
diklasifikasikan seperti pada tabel 2 di bawah.
46
Tabel 2. Klasifikasi kemampuan siswa Rentang TK Kemampuan 0,00 ≤ P ≤ 0,24 Sukar Rendah 0,25 ≤ P ≤ 0,74 Sedang Sedang 0,75 ≤ P ≤ 1,00 Mudah Tinggi
Jika tingkat kesulitan masuk dalam kategori sukar, maka kemampuan siswa dalam mengerjakan soal tersebut rendah. Jika tingkat kesulitan masuk dalam kategori sedang, maka kemampuan siswa dalam mengerjakan soal tersebut sedang dan jika tingkat kesulitan masuk dalam kategori mudah, maka
kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal tersebut tinggi. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Berdasar hasil tes yang telah dikerjakan siswa diperoleh:
1. Tingkat kesulitan soal matematika siswa kelas IV materi pecahan (tabel 3)
2.Tingkat kesulitan soal kemampuan berpikir kritis matematika (tabel 4) 3.Tingkat kesulitan soal kemampuan
berpikir kritis matematika pada
materi pecahan (tabel 5)
Tabel 3. Tingkat kesulitan soal matematika siswa kelas V materi pecahan
Indikator Tingkat
Kesulitan
Nomor soal Mengenal arti pecahan sebagai perbandingan
sebagian dengan keseluruhan
0,768 1
Memahami berbagai bentuk pecahan 0,770 2,3
Memahami berbagai bentuk pecahan 0,602 4
Menjumlah dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan
0,422 5,6,7,8,9,10 Pemecahan masalah sehari – hari yang melibatkan
penjumlahan dan pengurangan pecahan
0,459 11,12,13,14 operasi perkalian dan pembagian 0,459 15,16,17,18,19,20
Tabel 3 merupakan tabel tingkat kesulitan yang menunjukkan kemampuan siswa berdasar hasil tes mengenai materi pecahan. Tingkat kesulitan tertinggi adalah 0,770
mengenai indikator memahami
berbagai bentuk pecahan. Tingkat kesulitan terendah adalah 0,422 mengenai indikator menjumlah dan
mengurangkan berbagai bentuk
pecahan. Rerata tingkat kesulitan pada materi pecahan adalah 0,58.
Tabel 4. Tingkat kesulitan soal kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis Tingkat Kesulitan Nomor soal Pemahaman matematik 0,605 1,7,14,15 Pemecahan masalah matemtik 0,566 4,6 Penalaran matematik 0,498 11,16,18 Koneksi matematik 0,551 2,9,13 Komunikasi matematik 0,423 17,20 Berpikir kritis 0,417 8,10
47 matematik
Berpikir kreatif matematik
0,594 3,19
Tabel 4 menunjukkan tingkat
kesulitan yang menunjukkan
kemampuan siswa berdasar
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tingkat kesulitan tertinggi adalah
0,605 mengenai kemampuan
pemahaman matematik. Tingkat
kesulitan terendah adalah 0,234
mengenai kemampuan berpikir
reflektif matematik. Rerata
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi pecahan adalah 0,486
Tabel 5. Tingkat kesulitan soal kemampuan berpikir kritis matematika pada materi pecahan Mengen al arti pecahan Memaha mi berbagai bentuk pecahan Operasi penjumlaha n dan penguranga n Menjumlah dan mengurangka n berbagai bentuk pecahan Pemecahan masalah sehari – hari yang melibatkan penjumlaha n dan penguranga n pecahan Operasi perkalian dan pembagia n Pemahama n matematik 1 (0,768) 7 (0,594) 14 (0,591) 15 (0,468) Pemecaha n masalah matematik 4 (0,602) 6 (0,529) Penalaran matematik 11 (0,510) 16, 18 (0,492) Koneksi matematik 2 (0,812) 9 (0,305) 13 (0,535) Komunikasi matematik 17, 20 (0,423) Berpikir kritis matematik 8, 10 (0,417) Berpikir kreatif matematik 3 (0,728) 19 (0,459) Berpikir reflektif matematik 5 (0,269) 12 (0,199) Pembahasan
Berdasar Hasil Penelitian diketahui bahwa:
Deskripsi kemampuan siswa kelas
V materi pecahan. Berdasar
klasifikasi tingkat kesulitan menurut Witherington,rerata tingkat kesulitan untuk indikator-indikator pada materi pecahan adalah 0,58 dan masuk
dalam klasifikasi sedang. Jadi siswa SD kelas V memiliki kemampuan sedang dalam mengerjakan soal- soal materi pecahan.
Tingkat kesulitan pada Indikator Mengenal arti pecahan sebagai perbandingan sebagian dengan keseluruhan (0,768) dan memahami berbagai bentuk pecahan (0,770)
48
masuk dalam klasifikasi mudah. Jadi siswa SD kelas V memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan soal pecahan pada dua indikator tersebut (33,33%).
Tingkat kesulitan pada Indikator
Operasi penjumlahan dan
pengurangan (0,602), Menjumlah dan mengurangkan berbagai bentuk
pecahan (0,422), Pemecahan
masalah sehari – hari yang
melibatkan penjumlahan dan
pengurangan pecahan (0,459), dan operasi perkalian dan pembagian (0,459) masuk dalam klasifikasi sedang. Jadi siswa SD kelas V memiliki kemampuan yang sedang dalam mengerjakan soal pecahan pada empat indikator tersebut (66,67%).
Deskripsi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas V
Berdasar klasifikasi tingkat
kesulitan menurut
Witherington,rerata tingkat kesulitan untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa kelas V adalah 0,486 dan masuk dalam klasifikasi sedang. Jadi siswa SD kelas V memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan kategori sedang.
Tingkat kesulitan untuk
kemampuan pemahaman matematik (0,605), pemecahan masalah matematik (0,566), penalaran matematik (0,498), koneksi matematik (0,551), komunikasi matematik (0,423), berpikir kritis matematik (0,417), dan berpikir kreatif matematik (0,594) masuk dalam klasifikasi sedang. Jadi kemampuan siswa kelas V SD mengenai 7 jenis kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kategori sedang (87,5%).
Tingkat kesulitan untuk
kemampuan berpikir reflektif matematik (0,234) masuk dalam
klasifikasi sukar. Jadi kemampuan siswa kelas V SD mengenai jenis kemampuan berpikir tingkat tinggi berpikir reflektif termasuk kategori rendah (12,5%).
Analisis kemampuan berpikir tingkat tinggi pada tes hasil belajar materi pecahan, diperoleh hasil sebagai berikut: Tingkat kesulitan soal nomor 1 untuk mengukur kemampuan berpikir pemahaman
matematik dengan indikator
mengenal arti pecahan (0,768), dan soal nomor 2 untuk mengukur
kemampuan koneksi matematik
dengan indikator memahami
berbagai bentuk pecahan (0,812) masuk dalam kategori mudah. Jadi
siswa kelas V SD memiliki
kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan soal nomor 1 dan 2 (10%).
Tingkat kesulitan soal nomor 3
untuk mengukur kemampuan
berpikir kreatif matematik dengan
indikator Memahami berbagai
bentuk pecahan (0,728), soal nomor 4 untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematik
dengan indikator Memahami
berbagai bentuk pecahan (0,602), soal nomor 5 untuk mengukur kemampuan Berpikir reflektif
matematik dengan indikator
Menjumlah dan mengurangkan
berbagai bentuk pecahan (0,269), soal nomor 6 untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematik dengan indikator
Menjumlah dan mengurangkan
berbagai bentuk pecahan (0,529), soal nomor 7 untuk mengukur
kemampuan Pemahaman
matematik dengan indikator
Menjumlah dan mengurangkan
berbagai bentuk pecahan (0,594), soal nomor 8 dan 10 untuk
49
kritis matematik dengan indikator
Menjumlah dan mengurangkan
berbagai bentuk pecahan (0,417), soal nomor 9 untuk mengukur
kemampuan Koneksi matematik
dengan indikator Menjumlah dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan (0,305), soal nomor 11
untuk mengukur kemampuan
Penalaran matematik dengan
indikator Pemecahan masalah
sehari – hari yang melibatkan
penjumlahan dan pengurangan
pecahan (0,510), soal nomor 13
untuk mengukur kemampuan
Koneksi matematik dengan indikator Pemecahan masalah sehari – hari yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan pecahan (0,535), soal
nomor 14 untuk mengukur
kemampuan Pemahaman
matematik dengan indikator
Pemecahan masalah sehari – hari yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan pecahan (0,591), soal
nomor 15 untuk mengukur
kemampuan Pemahaman
matematik dengan indikator operasi perkalian dan pembagian (0,468), soal nomor 16 dan 18 untuk mengukur kemampuan Penalaran matematik dengan indikator operasi perkalian dan pembagian (0,492), soal nomor 17 dan 20 untuk mengukur kemampuan Komunikasi matematik dengan indikator operasi perkalian dan pembagian (0,423), dan soal nomor 19 untuk mengukur
kemampuan Berpikir kreatif
matematik dengan indikator operasi perkalian dan pembagian (0,459) masuk dalam kategori seang. Jadi
siswa kelas V SD memiliki
kemampuan yang sedang dalam mengerjakan soal nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 dan 20 (85%).
Tingkat kesulitan soal nomor 12
untuk mengukur kemampuan
berpikir reflektif matematik dengan
indikator Pemecahan masalah
sehari – hari yang melibatkan
penjumlahan dan pengurangan
pecahan (0,199) masuk dalam kategori sukar. Jadi siswa kelas V SD memiliki kemampuan yang rendah dalam mengerjakan soal nomor 12 (5%).
D. Kesimpulan
Rerata kemampuan
mengerjakan tes hasil belajar siswa kelas V mengenai materi pecahan berada pada klasifikasi sedang (0,58). Kemampuan mengerjakan tes hasil belajar siswa kelas V mengenai materi pecahan berada pada klasifikasi tinggi untuk 2 (33,33%) indikator. Kemampuan mengerjakan tes hasil belajar siswa kelas V mengenai materi pecahan berada pada klasifikasi sedang untuk 4 (66,67%) indikator.
4.1.2.Rerata tingkat kesulitan untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa kelas V berada pada klasifikasi sedang (0,486). 87,5% atau 7 kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika berada pada klasifikasi sedang. 12,5% atau 1 kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika berada pada klasifikasi rendah.
2 soal (10%) soal menunjukkan kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi dalam mengerjakan tes hasil belajar materi pecahan berada pada klasifikasi tinggi. 17 soal (85%) soal menunjukkan kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi dalam mengerjakan tes hasil belajar materi pecahan berada pada klasifikasi sedang. 1
50
kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi dalam mengerjakan tes hasil belajar materi pecahan berada pada klasifikasi rendah. Saran: Siswa kelas V SD perlu pembiasaan dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan berpikir tingkat tinggi
Metode pengajaran yang
mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi juga perlu dilakukan saat proses belajar pembelajaran. E. Daftar Pustaka
Ali, Mohammad. (2011). Memahami Riset Perilaku dan Sosial. Bandung. Pustaka Cendekia Utama
Anderson & Karthwohl. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran, dan assessmen revisi taksonomi Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Standar Nasional
Pendidikan. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006. Jakarta: CV Catur Tamajaya.
OECD. (2006). PISA 2015: PISA
results in focus.
https://www.oecd.org/pisa/pisa -2015-results-in-focus.pdf. (diakses 6 Januari 2017). Sumarmo, Utari. (2013). Berpikir
dan Disposisi Matematik Serta Pembelajarannya. Kumpulan Makalah pada Universitas
Pendidikan Indonesia.
Bandung.
Susetyo, Budi. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar dengan Teori
Ujian Klasik dan Teori Respon Butir. Bandung. CV Cakra. Suwarto. (2011). Teori Tes Klasik
dan Teori Tes Modern.
Widyatama, 20(1), hal 69-78.
Diunduh dari
http://ejurnal.veteranbantara.ac .id/index.php/widyatama/article /download/99/90
51