• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2009 sampai dengan November 2010 dengan lokasi pengambilan sampel ikan belida dan pengamatan kualitas perairan di Sungai Kampar Prov. Riau. Sebagai pembanding, juga dilakukan pengambilan sampel ikan belida di Sungai Indragiri Hilir (Provinsi Riau), Sungai Penyak (Provinsi Bangka Belitung), Sungai Mahakam (Provinsi Kalimantan Timur) dan Sungai Barito (Kalimantan Selatan) untuk keperluan analisa genetika populasi. Penelitian secara keseluruhan terdiri atas:

1. Penelitian biologi populasi ikan belida berdasarkan karakter marka molekuler,

morfologi dan fluktuasi asimetri. Analisa marka molekuler berdasarkan gen daerah

kontrol mtDNA dan gen sitokrom b mtDNA, analisisnya dilakukan di laboratorium

Ekologi Molekuler, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Analisis morfologi dan fluktuasi asimetri dilakukan di Laboratorium Hidrobiologi, Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang.

2. Penelitian kebiasaan makanan ikan belida. Analisisnya dilakukan di Laboratorium

Biologi Makro I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Hidrobiologi, Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang.

3. Penelitian biologi reproduksi ikan belida. Analisisnya dilakukan di Laboratorium

Biologi Makro I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Hidrobiologi, Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang.

4. Penelitian pertumbuhan ikan belida. Analisisnya dilakukan di Laboratorium

Hidrobiologi, Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang.

5. Penelitian kondisi lingkungan. Analisisnya dilakukan di lima stasiun Sungai Kampar

(in-situ) dan di Laboratorium Kimia, Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang.

20

Prosedur Penelitian

a. Lokasi dan Jumlah Sampel

Pengambilan sampel ikan belida dilakukan di Sungai Kampar, Sungai Indragiri Hilir (Provinsi Riau), Sungai Penyak (Provinsi Bangka Belitung), Sungai Mahakam (Provinsi Kalimantan Timur) dan Sungai Barito (Kalimantan Selatan) (Gambar 7). Pengamatan bioekologi ikan belida terkait dengan aspek makanan, pertumbuhan, reproduksi dan parameter lingkungan dilakukan di Sungai Kampar Provinsi Riau (Gambar 8). Lokasi penelitian dibagi menjadi 5 stasiun, yaitu:

Stasiun I : Waduk Kutopanjang (koordinat 00019’5,39” LU, 100044’3,79” BT). Stasiun ini merupakan stasiun yang terletak di Sungai Kampar Kanan (bagian hulu) yang memiliki tipe perairan waduk. Lokasi yang dipilih adalah daerah sekitar Batu Bersurat.

Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive, tempat banyak dijumpai ikan belida.

Stasiun II : Teso (koordinat 00003’2,34” LU, 101023’2,71” BT). Anak Sungai Kampar Kiri, merupakan stasiun yang terletak di Sungai Kampar kiri, bagian hulu Sungai Kampar.

Stasiun III : Langgam (koordinat 00015’4,69” LU, 101042’4,55” BT). Langgam terletak di bagian tengah Sungai Kampar, merupakan pertemuan antara Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan. Stasiun ini memiliki berbagai tipe perairan, seperti: sungai utama, anak sungai dan danau rawa.

Stasiun IV : Rantau Baru (koordinat 00017’1,06” LU, 101048’1,22” BT). Stasiun ini terletak di Sungai Kampar utama, pada zona tengah mendekati hilir. Rantau Baru telah dipengaruhi pasang surut air laut.

Stasiun V : Kuala Tolam (koordinat 00019’3,10” LU, 102011’2,60” BT). Kuala Tolam merupakan stasiun penelitian yang terletak di zona hilir Sungai Kampar. Perairan Kuala Tolam memiliki banyak vegetasi tepian dengan perairan yang bersifat asam.

21

Keterangan:

1. Kampar 3. Penyak 5. Mahakam

2. Indragiri Hilir 4.Barito

Gambar 7. Lokasi pengambilan sampel ikan belida

Gambar 8. Lokasi pengambilan sampel ikan belida dan pengamatan kualitas lingkungan di Sungai Kampar

22

Ikan belida ditangkap dengan menggunakan lukah, sempirai, serok, pancing dan

bubu. Identifikasi ikan belida menggunakan kunci identifikasi berdasarkan Kottelat et al.

(1993; 1997). Pengambilan sampel untuk aspek kajian biologi populasi dilakukan sepanjang tahun 2009 dan 2010. Pengambilan sampel ikan belida untuk aspek kajian makanan, pertumbuhan dan reproduksi dilakukan setiap tiga bulan sekali selama tahun 2009 yaitu bulan Mei, Agustus dan November 2009 dan untuk tahun 2010 dilakukan pengambilan sampel setiap bulan dari bulan Februari 2010 sampai dengan November 2010. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan setiap tiga bulan sekali dimulai dari bulan Mei 2009 sampai dengan November 2010 yang mewakili musim hujan dan musim kemarau. Aspek kajian, objek yang dikaji dan daftar sampel yang digunakan dalam penelitian, terlihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Aspek kajian, objek yang dikaji dan daftar sampel yang digunakan dalam penelitian

Aspek Kajian Objek yang dikaji Lokasi Jumlah Keterangan Marka Gen 1. Waduk Kutopanjang 10 ekor Pengambilan molekuler Daerah kontrol 2. Teso 11 ekor sampel :

mtDNA 3. Langgam 10 ekor tahun 2010 4. Rantau Baru 10 ekor

5. Kuala Tolam 10 ekor 6. Sungai Barito 1 ekor 7. Sungai Indragiri 1 ekor 8. Sungai Penyak 1 ekor

54 ekor

Sitokrom b 1. Waduk Kutopanjang 3 ekor Pengambilan

mtDNA 2. Langgam 2 ekor sampel :

3. Rantau Baru 3 ekor tahun 2010 4. Sungai Indragiri Hilir 3 ekor

5. Sungai Mahakam 4 ekor

15 ekor

Morfologi ikan belida 1. Waduk Kutopanjang 16 ekor Pengambilan 2. Teso 13 ekor sampel :

3. Langgam 12 ekor sepanjang tahun 4. Rantau Baru 37 ekor 2009-2010 5. Kuala Tolam 17 ekor

6. Sungai Barito 10 ekor ikan putak 7. Sungai Musi 9 ekor

114 ekor

Fluktuasi ikan belida 1. Waduk Kutopanjang 16 ekor Pengambilan

Asimetri 2. Teso 14 ekor sampel :

3. Langgam 12 ekor sepanjang tahun 4. Rantau Baru 25 ekor 2009-2010 5. Kuala Tolam 17 ekor

23

Lanjutan tabel..

Aspek Jenis Lokasi Jumlah Keterangan

Makanan ikan belida 1. Waduk Kutopanjang 37 ekor Pengambilan 2. Teso 20 ekor sampel :

3. Langgam 38 ekor sepanjang tahun 4. Rantau Baru 32 ekor 2009-2010 5. Kuala Tolam 49 ekor

176 ekor

Pertumbuhan ikan belida 1. Waduk Kutopanjang 49 ekor Pengambilan 2. Teso 159 ekor sampel :

3. Langgam 107 ekor sepanjang tahun 4. Rantau Baru 109 ekor 2009-2010 5. Kuala Tolam 94 ekor

507 ekor

Reproduksi ikan belida 1. Waduk Kutopanjang 16 ekor Pengambilan 2. Teso 15 ekor sampel :

3. Langgam 16 ekor sepanjang tahun 4. Rantau Baru 26 ekor 2009-2010 5. Kuala Tolam 24 ekor

97 ekor

b. Biologi Populasi

b.1 Aspek Molekuler

Pengambilan dan penanganan ikan sampel

Pengambilan sampel ikan dilakukan sepanjang tahun 2009 dan 2010 pada lima stasiun pengambilan sampel dengan menggunakan alat pancing, lukah, serok dan sempirai yang dibantu oleh nelayan setempat (Lampiran 2). Lima stasiun pengambilan sampel di Sungai Kampar tersebut adalah Waduk Kutopanjang, Teso, Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam (Gambar 8 dan Lampiran 1). Sebagai pembanding dilakukan pengambilan sampel ikan belida dari Sungai barito (Prov. Kalimantan Selatan), Sungai Indragiri Hilir (Prov. Riau), Sungai Penyak (Prov. Bangka Belitung) dan Sungai Mahakam (Prov. Kalimantan Timur) (Gambar 7). Ikan sampel diambil secara acak dengan jumlah sampel untuk pengamatan molekuler berkisar antara 1 sampai 11 specimen pada setiap lokasi.

Setiap specimen yang terpilih, dilakukan koleksi darah dan sebagian otot (kurang

lebih berukuran 1 x 1 cm), selanjutnya dimasukkan atau disimpan dalam vial tube yang

telah berisi alkohol absolut 99%. Vial tube diberi kode dan asal specimen, untuk

24

otot hanya digunakan sekali untuk setiap specimen dan langsung dibuang. Vial tube

hanya berisi darah atau otot dari hanya satu specimen sampel. Selanjutnya vial tube

dibawa ke laboratorium untuk dilakukan ekstraksi dan isolasi mtDNA.

Ekstraksi dan isolasi mtDNA

Isolasi DNA dilakukan menggunakan Genomic DNA mini kit for blood (Geneaid)

yang dimodifikasi. Sel-sel darah ikan belida yang disimpan dalam alkohol 70% dicuci dengan air destilata dua kali kemudian disuspensikan dalam bufer STE (NaCl 1M, Tris- HCL 10mM, EDTA 0.1mM, pH 8) hingga volume 350µl. Sel-sel darah dilisis dengan

SDS 1% dan proteinase K 0.125 mg/ml pada suhu 55oC selama 1 jam sambil dikocok

pelan. Metode ekstraksi DNA selanjutnya mengikuti petunjuk Genomic DNA mini kit for

fresh blood (Geneaid).

Amplifikasi dan visualisasi fragmen mtDNA

Amplifikasi sebagian fragmen D-Loop mtDNA menggunakan primer L-15 940- Thr (Forward): 5'-AAG GTG TAA TCC GAA GAT TG-3' dan CR-H (reverse): 5'-TAA

CGA ACT TAT GTA CGA CG-3') (Takagi et al. 2006). Sedangkan primer yang

digunakan untuk mengamplifikasi fragmen lengkap gen cytochrome b (1140) adalah:

L15930 (forward): 5΄-CTT CGA TCT TCG rTT TAC AAG-3΄. H14724 (reverse): 5΄-

TGA TAT GAA AAA CCA TCG TTG-3΄ dari Lavoue and Sullivan (2004).

Komposisi reaksi PCR dilakukan dengan volume akhir 50 µl terdiri atas sampel

DNA 5 µl, DW steril 16 µl, primer masing-masing 2 µl dan Taq ready mix 25 µl. Reaksi

PCR dilakukan menggunakan mesin thermocycler BIOER dengan kondisi sebagai

berikut: tahap pradenaturasi 95°C selama 10 menit, tahap kedua yang terdiri dari 35 siklus yang masing-masing mencakup tahap denaturasi 94°C selama satu menit, penempelan

primer (annealing) pada suhu 48°C (42°C untuk gen sitokrom b) selama satu menit,

pemanjangan (extension) pada suhu 72 °C selama 1,5 menit dan tahap terakhir yaitu

pemanjangan akhir (final extension) pada suhu 72 °C selama 7 menit. Produk PCR diuji

menggunakan PAGE 6% dalam bufer 1x TBE (10 Mm Tris-HCL, 1 M asam borat, dan EDTA 0.1 Mm) yang dijalankan pada kondisi 200 Mv selama 30 menit. Selanjutnya DNA diwarnai dengan pewarnaan sensitif perak.

25

Perunutan produk PCR

Produk PCR di atas gel poliakrilamid yang berukuran sesuai dengan desain primer

dimurnikan dengan metode agarose-gel-cutting yang diikuti dengan spin-coloumn DNA

extraction from gel. Produk PCR yang sudah dimurnikan dijadikan cetakan dalam PCR for sequencing dengan menggunakan pasangan primer yang sama dengan ampilfikasi

awal. Pekerjaan ini dilakukan di First Base DNA Sequencing Service Singapura. Ilustrasi

pekerjaan dalam tahapan analisis mtDNA terlihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Tahapan analisis DNA secara ringkas

Analisa data

Hasil perunutan nukleotida diedit secara manual berdasarkan kromatogram. Runutan nukleotida yang sudah diedit kemudian saling disejajarkan antara bagian

forward dan reverse menggunakan Clustal W yang tertanam dalam MEGA 4.0 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis) (Tamura et al. 2007).

» Analisa filogeni

Analisis filogeni Neighbour Joining (NJ) dilakukan menggunakan MEGA 4.0

(Tamura et al. 2007), berdasarkan model substitusi nukleotida Kimura-2-paramater

26

» Keragaman haplotipe

Keragaman haplotipe dianalisa berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Nei

(1987), dilakukan menggunakan Arlequin v1.1 (Excoffier et al. 2005) yaitu :

H=N(1-Σxi²)

(N-1)

X = Frekuensi haplotipe dalam populasi N = Jumlah sampel

» Keragaman nukleotide

Keragaman nukleotide dianalisa berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Nei

(1987), dilakukan menggunakan Arlequin v1.1 (Excoffier et al. 2005) yaitu :

π= ∑fifjPij

fi = Frekuensi haplotipe ke i

fj = Frekuensi haplotipe ke j

Pij = Perbedaan sekuense diantara dua haplotipe

» Jarak genetik

Jarak genetik dianalisa berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Nei (1987),

dilakukan menggunakan MEGA 4.0 (Tamura et al. 2007) yaitu :

D=- Ln I I = Jab

√JaiJbi

i = Haplotipe ke i

ai = Frekuensi haplotipe ke –i dari populasi A

bi = Frekuensi haplotipe ke –i dari populasi B

Jaibi = Perkalian frekuensi haplotipe ke i dari populasi A dan frekuensi haplotipe ke-I pada populasi B

jb ja adalah rata-rata Ja, jb untuk semua haplotipe

» Kostruksi network haplotipe

Identifikasi haplotipe dan kontruksi network haplotipe berdasarkan NETWORK 4.5.1.6 (Polzin and Daneshmand 2004).

27

» Analisa struktur genetik

Analisa keterpisahan genetik populasi ikan belida di Sungai Kampar, Prov. Riau dilakukan menggunakan hierarki analisa varian molekular (AMOVA) yang tertanam

dalam paket program Arlequin v1.1 (Excoffier et al. 2005). Struktur analisisnya sama

dengan F-statistik konvensional, namun diaplikasikan untuk haplotipe mitokondria.

Perbedaan nyata untuk besaran Fst disimpulkan dari distribusi nul yang dibangun dari

alokasi acak haplotipe untuk mensimulasi populasi yang memiliki jumlah sama seperti populasi aslinya. Nilai probabilitas dihitung dengan 10.000 uji permutasi yang menjamin memiliki kurang dari 1% perbedaan (Nei 1987). Untuk mengeksplorasi hipotesis tentang adanya struktur genetik ikan belida, tingkat perbedaan yang nyata dari alternatif

kelompok populasi di analisa menggunakan Fst berpasangan dari perbedaan mutasi

diantara haplotipe. Analisa keterpisahan genetik antar populasi dilakukan berdasarkan perbedaan molekular dengan AMOVA, frekuensi haplotipe diantara populasi dan besaran keragaman genetik.

b.2 Aspek Morfologi ( Morfometrik dan Meristik)

Pengambilan sampel ikan

Pengambilan sampel ikan dilakukan sepanjang tahun 2009 dan 2010 pada lima stasiun pengambilan sampel dengan menggunakan alat pancing, lukah, serok dan sempirai yang dibantu oleh nelayan setempat (Lampiran 2). Lima stasiun pengambilan sampel di Sungai Kampar tersebut adalah Waduk Kutopanjang, Teso, Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam (Gambar 8 dan Lampiran 1). Sebagai pembanding dilakukan pengambilan sampel ikan belida dari Sungai barito (Prov. Kalimantan Selatan), Sungai Indragiri Hilir (Prov. Riau), Sungai Penyak (Prov. Bangka Belitung) dan Sungai Mahakam (Prov. Kalimantan Timur) (Gambar 7). Ikan sampel diambil secara acak dengan jumlah sampel untuk pengamatan morfologi berkisar antara 10-50 specimen pada setiap lokasi.

Penanganan dan pengukuran ikan sampel

Sampel ikan belida utuh selanjutnya disebut carcass, ditandai (tagging) dituliskan

kode dan lokasi asal spesimen dengan menggunakan dymo machine; contohnya LG 001.

28

bertahap pada larutan alkohol 5% (10 menit), 10%(10 menit), 20% (10menit), 40% (10 menit) dan penyimpanan akhir dalam larutan alkohol 75%.

Pengukuran karakter morfologis secara morfometrik dilakukan dengan meletakkan ikan uji pada posisi kepala menghadap ke kiri dan sirip dibiarkan alami.

Pengukuran karakter morfometrik spesimen dilakukan dengan menggunakan digital

caliper yang memiliki ketelitian sampai 0.10 mm, sedangkan karakter meristik dilakukan penghitungan manual dibantu kaca pembesar. Metode pengukuran dengan menggunakan

manual digital calliper adalah metode yang sampai saat ini paling banyak digunakan

dalam studi morfologi, paling tidak terdapat 31 dari 42 studi tentang subjek ini yang telah dipublikasikan (Schaeffer 1991).

Karakter morfometrik yang diukur meliputi 18 titik pengukuran pada tubuh ikan belida, yaitu:

1. Panjang standar, ditulis SL (Standard Length), diukur dari anterior mulut atau bibir

atas (premaxilla) sampai ke bagian tengah atau pelipatan sirip caudal; dinyatakan

dalam mm.

2. Panjang operkulum kedua, ditulis DSO (Distance to Second Operculum), diukur dari

ujung bagian kepala terdepan sampai dengan operculum kedua; dinyatakan dalam %SL.

3. Panjang hidung, ditulis SNL (Snout Length), diukur dari ujung bagian kepala terdepan

sampai dengan lubang hidung; dinyatakan dalam %SL.

4. Lebar kepala, ditulis HW (Head Width ), merupakan jarak lurus terbesar antara kedua

keping tutup insang pada kedua sisi kepala; dinyatakan dalam %SL.

5. Lebar interorbital, ditulis IOW (Interorbital Width), Jarak lurus antara kedua mata;

dinyatakan dalam %SL.

6. Panjang rahang atas, ditulis UJM (Upper Jaw Mouth), diukur dari ujung terdepan

mulut bagian atas sampai dengan ujung terbelakang tulang rahang atas; dinyatakan dalam %SL.

7. Panjang rahang bawah, ditulis LJM (Lower Jaw Mouth), diukur dari ujung terdepan

mulut bagian bawah sampai dengan ujung terbelakang tulang rahang bawah; dinyatakan dalam %SL.

29

8. Panjang operkulum pertama, ditulis DFO (Distance to First Operculum), merupakan

panjang pectoral; dinyatakan dalam %SL.

9. Diameter mata, ditulis ED (Eye Diameter), merupakan panjang garis tengah rongga

mata; dinyatakan dalam %SL.

10.Panjang pre-pectoral, ditulis PPEL (Prepectoral Fin Length), diukur dari ujung

terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terdepan dari sirip pectoral; dinyatakan dalam %SL.

11.Panjang pre-pelvic, ditulis PPVC (Prepelfiv Length), diukur dari ujung terdepan mulut

sampai dengan pangkal sirip ventral; dinyatakan dalam %SL.

12.Panjang pre-sirip anal, ditulis PPAL (Pre-Anal Length), diukur dari ujung terdepan

mulut sampai dengan pangkal sirip anal; dinyatakan dalam %SL.

13.Panjang diagonal, ditulis DL (Diagonal Length), diukur dari pangkal sirip anal sampai

dengan pangkal sirip dorsal; dinyatakan dalam %SL.

14.Lebar badan, ditulis BW (Body Width), merupakan jarak paling lebar sisi kanan dan

kiri ikan; dinyatakan dalam %SL.

15.Panjang sirip pektoral, ditulis PFL (Pectoral Fin Length), diukur dari ujung sirip

pectoral dengan pangkal sirip pectoral; dinyatakan dalam %SL.

16.Panjang anus, ditulis AL (Anus Length), diukur dari ujung sirip ventral sampai dengan

pangkal sirip ventral; dinyatakan dalam %SL.

17.Panjang sirip dorsal, ditulis DFL (Dorsal fin Length), diukur dari ujung sirip dorsal

sampai dengan dasar sirip dorsal; dinyatakan dalam %SL.

18.Tinggi kepala, ditulis HD (Head Depth), diukur dari garis tegak antara pangkal kepala

bagian atas sampai dengan pangkal kepala bagian bawah; dinyatakan dalam %SL. Penghitungan karakter meristik, yaitu:

1. Jumlah duri-duri pada bagian ventral di dekat kepala, ditulis NVS (Number of Ventral

Spines).

2. Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip anal, ditulis NAF

30

3. Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip pectoral, ditulis

NPF (Number of Pectoral Fin).

4. Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip dorsal, ditulis NDF

(Number of Dorsal Fin).

Pengukuran karakter morfometrik dan meristik ikan belida pada 22 karakter morfologis pada bagian sisi sebelah kiri tubuh ikan, terlihat pada Gambar 10.

Analisa data morfologi

Sebelum melakukan analisis, data dari hasil pengukuran morfometrik setiap karakter dibagi dengan panjang standar (SL) dan dinormalisasi dengan trasformasi log (x + 1). Selanjutnya data morfometrik dan meristik dianalisis dengan pendekatan analisis

multivariabel yang didasarkan pada Analisis diskriminan (Discriminant Analysis)

berdasarkan Fisher (1936). Analisa diskriminan dilakukan dengan menggunakan paket program Statistica versi 6.0.

Metode analisa diskriminan digunakan untuk mendapatkan peta sebaran populasi

ikan sampel dengan nilai kesamaan (index of similarity) di dalam dan di luar kelompok.

Analisa diskriminan juga digunakan untuk menentukan variabel yang dapat membedakan terhadap pembentukan kelompok populasi menggunakan suatu fungsi diskriminan.

Persamaan fungsi diskriminan (Fisher 1936), yaitu : Zjk = a + W1X1k + W2X2k + ... + WnXnk

Keterangan:

Zjk = Diskriminan skore dari fungsi diskriminan j dan objek k

a = intersep

Wi = Koefisien diskriminan untuk variabel bebas i

31

32

b.3 Aspek Fluktuasi Asimetri

Pengambilan sampel ikan

Pengambilan sampel ikan dilakukan sepanjang tahun 2009 dan 2010 pada lima stasiun pengambilan sampel dengan menggunakan alat pancing, lukah, serok dan sempirai yang dibantu oleh nelayan setempat (Lampiran 2). Lima stasiun pengambilan sampel di Sungai Kampar tersebut adalah Waduk Kutopanjang, Teso, Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam (Gambar 8 dan Lampiran 1). Ikan sampel diambil secara acak dengan jumlah sampel untuk pengamatan morfologi berkisar antara 10-30 specimen pada setiap lokasi.

Penanganan dan penghitungan karakter asimetri

Sampel ikan belida utuh selanjutnya disebut carcass, ditandai (tagging)

dituliskan kode dan lokasi asal spesimen dengan menggunakan dymo machine;

contohnya LG 001. Sampel yang sudah ditandai selanjutnya di diawetkan dengan cara

direndam secara bertahap pada larutan alkohol 5% (10 menit), 10% (10 menit), 20% (10menit), 40% (10 menit) dan penyimpanan akhir dalam larutan alkohol 75%.

Organ tubuh berpasangan yang diamati dan dihitung adalah jumlah jari-jari sirip dada, diameter mata dan jumlah tapis insang pada lengkung insang bagian luar (Gambar 11). Untuk melakukan penghitungan tersebut, terlebih dahulu lembar insang terluar, sirip dada dan diameter mata, dipisahkan dari bagian tubuh ikan dengan cara memotong dari pangkal tanpa merusak lembar insang terluar, sirip dada dan diameter mata ikan. Penghitungan bagian sebelah kiri dan bagian sebelah kanan organ-organ tersebut dilakukan dibawah mikroskop binokuler. Hasil penghitungan rigi tapis insang pada lembar insang terluar, jari-jari sirip dada dan diameter mata, selanjutnya

digunakan untuk menghitung nilai fluktuasi asimetri, baik besaran (magnitude)

33

Keterangan :

1. Rigi tapis insang pada lembar insang terluar

2. Jari-jari sirip dada

3. Diameter mata

Gambar 11. Karakter fluktuasi asimetri yang diamati

Analisa data fluktuasi asimetri

Fluktuasi asimetri ikan belida diestimasi menggunakan formula (Leary et al.1983) :

FAm = ∑(L-R) dan N

FAn = ∑ Z N

Keterangan :

FAm = Fluktuasi asimetri magnitude (besaran) Fan = Fluktuasi asimetri number (bilangan)

L = Jumlah organ sisi kiri

R = Jumlah organ sisi kanan

Z = Jumlah asimetri untuk ciri meristik tertentu.

N = Jumlah sampel 3 2

1

1 1

34

c. Makanan

Pengambilan sampel ikan

Pengambilan sampel ikan dilakukan setiap tiga bulan sekali pada tahun 2009 yaitu pada bulan Mei, Agustus dan November yang mewakili musim kemarau (Mei dan Agustus) dan musim hujan (November). Pada tahun 2010 dilakukan koleksi sampel setiap bulan mulai dari bulan Februari sampai dengan November 2010. Pengambilan sampel ikan dilakukan pada lima stasiun pengambilan sampel dengan menggunakan alat pancing, lukah, serok dan sempirai yang dibantu oleh nelayan setempat (Lampiran 2). Lima stasiun pengambilan sampel di Sungai Kampar tersebut adalah Waduk Kutopanjang, Teso, Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam (Gambar 8 dan Lampiran 1).

Ikan yang tertangkap diukur panjang total dan beratnya. Panjang total diukur dengan menggunakan penggaris yang dimulai dari bagian ujung kepala sampai bagian paling ujung dari sirip ekor, sedangkan berat ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 1 gram. Selanjutnya ikan dibedah dengan menggunakan gunting bedah mulai dari anus menuju bagian atas perut secara horisontal sampai bagian belakang sirip perut dan menuju ke dasar perut. Bagian bawah perut dibuka sehingga organ-organ dalam dapat dilihat dan jenis kelamin dapat ditentukan dengan melihat struktur morfologis gonadnya. Saluran pencernaan dipisahkan dari organ lainnya dan dimasukkan ke dalam botol sampel untuk diawetkan dengan formalin 4%. Sampel ini dibawa ke laboratorium untuk dianalisis di Laboratorium Biologi Makro I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Hidrobiologi, Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang.

Identifikasi Jenis-jenis Makanan

Identifikasi jenis-jenis makanan dilakukan di Laboratorium Biologi Makro I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Hidrobiologi, Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang. Saluran pencernaan ikan yang telah diawetkan, dipisahkan terlebih dahulu antara usus dan lambungnya. Usus ikan yang telah dipisahkan, diukur panjangnya dengan menggunakan penggaris.

Untuk mengetahui jenis-jenis makanan yang dimakan oleh ikan belida, dilakukan hal sebagai berikut: melakukan pembedahan lambung untuk mengambil isinya dan meletakkannya pada cawan petri. Selanjutnya mengelompokkan berdasarkan jenisnya dan melakukan pengukuran volume masing-masing kelompok

35

tersebut. Pengukuran volume dilakukan menggunakan gelas ukur, dengan cara mengisi gelas ukur dengan aquades sampai 1 ml, memasukkan jenis makanan yang telah dikelompokkan ke dalam gelas ukur dan mencatat penambahan volume yang dihasilkan. Pengukuran volume ini dilakukan pada setiap kelompok jenis makanan, untuk kemudian mengakumulasi volume total semua kelompok makanan dan menghitung persentase masing-masing kelompok jenis makanan. Jenis organisme yang terdapat pada saluran pencernaan diidentifikasi berdasarkan Needham and Needham (1962). Untuk memperjelas tampilan, organisme tersebut diamati dibawah mikroskop.

Analisa Makanan Ikan Belida

» Indeks Bagian Terbesar

Indeks bagian terbesar (Index of Preponderance) dihitung dengan

menggunakan rumus perhitungan menurut Natarajan and Jhingran in Effendie (1979)

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

IPi = Indeks bagian terbesar jenis organisme makanan ke-i

Vi = Persentase volume jenis organisme makanan ke-i

Oi = Persentase frekuensi kejadian jenis organisme makanan ke-i

Indeks bagian terbesar (Index of Preponderance) makanan dihitung untuk

mengetahui persentase suatu jenis organisme makanan tertentu terhadap semua organisme makanan yang dimanfaatkan oleh ikan. Jika nilai IP > 40 % maka

organisme tersebut dikategorikan sebagai makanan utama, sedangkan IP antara 4 – 40

% maka organisme tersebut dikategorikan sebagai makanan pelengkap dan jika nilai IP < 4% maka organisme tersebut dikategorikan sebagai makanan tambahan.

» Luas Relung Makanan

Analisis luas relung makanan dilakukan untuk melihat proporsi sumberdaya makanan yang dimanfaatkan oleh ikan tersebut. Luas relung dihitung menggunakan

36

Keterangan :

Bi = Luas relung makanan kelompok ikan ke-i

Pij = Proporsi organisme makanan ke-i yang dimanfaatkan oleh kelompok ikan ke-i Pada perhitungannya diperlukan suatu standarisasi agar nilai luas relung yang

Dokumen terkait