• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian tentang identifikasi komponen kimia kulit dan kayu pohon sengon yang dimakan X. festiva ini dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan selama dua bulan. Analisis kandungan bagian pohon sengon yang dimakan X. festiva dilakukan pada bulan April sampai bulan Juni 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan penelitian untuk analisis bagian pohon sengon yang dimakan X. festiva adalah berupa serbuk gerek yang menempel pada permukaan kulit batang pohon sengon, serbuk gerek yang menempel di dalam kulit batang sengon, dan bagian kayu gubal yang utuh (tidak diserang). Bahan kimia yang digunakan untuk analisis kandungan selulosa, hemiselulosa, holoselulosa, zat pati dan protein pada bagian pohon sengon adalah sodium klorit (NaClO2) kristal, asam asetat

(CH3COOH) glasial, asam asetat 10 %, larutan NaoH 17,5 %, larutan NaOH 8 %

dan air destilata.

Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah erlenmeyer 250 ml, pengaduk kaca, pipet volume, water bath, glass filter, timbangan, oven dan alat tulis.

3.3 Cara Pelaksanaan Penelitian

Pengamatan serangan X. festiva dilakukan pada tanaman sengon milik

rakyat di daerah Jasinga, Bogor. Tanaman sengon yang ada tidak terlalu luas ( ± 1 ha) dan pada saat pemeriksaan pada awal bulan April 2010 hanya ada dua batang

pohon sengon yang terserang X. festiva. Kedua batang pohon sengon yang

terserang itu digunakan untuk bahan penelitian ini. Dari batang pohon sengon yang terserang tersebut diambil 1) serbuk gerek yang menempel pada permukaan kulit batang, 2) serbuk gerek yang menempel di dalam kulit batang, 3) bagian kulit batang yang terserang (di dalamnya ada kerusakan kayu), 4) bagian kulit

batang yang tidak terserang (di dalamnya tidak ada kerusakan kayu) dan 5) bagian kayu gubal yang utuh (tidak diserang). Semua bagian pohon tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap untuk segera dianalisis di laboratorium pada keesokan harinya. Analisis yang dilakukan terdiri dari:

1. Kandungan selulosa, hemiselulosa, zat pati dan protein pada kayu utuh

2. Kandungan selulosa, hemiselulosa, zat pati dan protein pada serbuk gerek yang menempel pada permukaan kulit batang

3. Kandungan selulosa, hemiselulosa, zat pati dan protein pada serbuk gerek yang menempel di bagian dalam kulit batang yang terserang

4. Kandungan zat pati dan protein pada bagian kulit batang yang terserang 5. Kandungan zat pati dan protein pada bagian kulit batang yang tidak terserang.

a b

c d

Gambar 7 Bagian pohon yang diambil untuk analisis kandungan kimia. Keterangan: (a) serbuk gerek pada permukaan kulit batang; (b) sisa kulit luar yang tidak dimakan; (c) kayu gubal; (d) sisa kulit yang tidak dimakan (kiri) dan yang belum dimakan (kanan).

21

3.4 Analisis Komponen Kimia Kayu

Untuk mengetahui kandungan kimia kayu pada bagian pohon tersebut, dilakukan analisis komponen kimia kayu. Analisis komponen kimia kayu yang dilakukan meliputi penetapan kadar holoselulosa (Browning, 1967), kadar α selulosa, kadar selulosa dan hemiselulosa yang diperoleh dari perhitungan kadar holoselulosa dan α selulosa dilanjutkan dengan penetapan kadar pati dan protein.

3.4.1 Analisis kadar holoselulosa

Sampel kayu bebas ekstraktif ekuivalen 2 g berat kering ditempatkan dalam erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 100 ml air destilata, 1 g sodium klorit dan satu ml asam asetat glasial. Panaskan dengan water bath pada suhu 80ºC. Jaga agar permukaan air dalam water bath lebih tinggi dari permukaan larutan dalam erlenmeyer. Tambahkan 1 g sodium klorit dan 0,2 ml asam asetat setiap interval pemanasan selama 1 jam, dan penambahan dilakukan sebanyak 4 kali. Saring sampel dengan menggunakan glass filter, cuci dengan menggunakan air panas. Tambahkan 25 ml asam asetat 10%, lalu dicuci dengan air panas hingga bebas asam. Sampel dioven pada suhu 105 ± 3ºC hingga beratnya konstan, dinginkan dan timbang. Perhitungan % kadar holoselulosa dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Holoselulosa, % = (A/B) × 100. Keterangan: A; berat holoselulosa, (g) dan B; berat kering kayu, (g).

3.4.2 Analisis kadar α-Selulosa

Timbang sebanyak 1,5 g holoselulosa dan tepatkan dalam gelas piala 200 ml. Tambahkan 75 ml NaOH 17,5 % lalu aduk hingga serbuk terbasahi merata. Bilas pengaduk dengan 25 ml NaOH 17,5 % . Biarkan pada suhu 25 ± 0,2ºC selama 30 menit. Tambahkan 100 ml air destilata dan biarkan selama 30 menit berikutnya. Saring dengan menggunakan cawan saring dan bilas dengan air. Bilas dengan asam asetat 10 % sebanyak tiga kali, lalu bilas lagi dengan air hingga bebas asam. Keringkan dalam oven pada suhu 105 ± 3ºC hingga beratnya konstan, dinginkan dan keringkan. Perhitungan % kadar α-selulosa dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

α-Selulosa, % terhadap selulosa = (A/B) × 100. Keterangan: A; berat α

Kadar Selulosa, % = % Holoselulosa × % α-Selulosa Kadar Hemiselulosa, % = % Holoselulosa - % Selulosa.

3.4.3 Analisis kandungan pati

Timbang sampel ± 5 gram ke dalam erlenmeyer 500 ml, basahi dengan 10 ml alcohol 96% dan bubuhi 200 ml HCl (1:11). Setelah 1 jam ekstrak disaring dan dienap tuangkan dengan aquades dingin (usahakan ampas/residu jangan banyak yang masuk penyaring). Ampas/residu dimasukkan lagi ke dalam Erlenmeyer, bubuhi 30 ml HCL 3 % dan didihkan/refluks (dengan menggunakan kondensor) selama 1 jam, dinginkan. Setelah dingin dibubuhi indikator Phenol Phtalein dan netralkan dengan NaOH 4N. Bilaskan seluruhnya dalam labu takar tertentu (misalnya labu takar 100 ml), tepatkan isinya kemudian saring. Pipetkan 10 ml larutan sampel, 25 luff + batu didih ke dalam Erlenmeyer 250 ml, lalu didihkan selama 10 menit (memakai pendingin tegak), dinginkan. Setelah dingin bubuhi 15 ml Kl 20%, 25 ml H2SO4 4N, kemudian titrasi dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0,1N (tio 0.1N) dengan indikator amylum 2% (buat penetapan blanko).

3.4.4 Analisis kandungan protein

Timbang sampel ± 0.3 gram, tambahkan ± 1.5 gram katalis Selenium Mixture. Masukkan ke dalam labu Kjeldahl ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat. Didestruksi sampai warna larutan menjadi hijau-kekuningan-jernih. Dinginkan selama ± 15 menit. Tambahkan 300 ml aquades, kemudian dinginkan kembali. Tambahkan 100 ml NaOH 40 % (teknis), kemudian dinginkan kembali. Hasil destilasi ditampung dengan 10 ml H2SO4 0.1 N yang sudah ditambah 3 tetes indikator campuran Methylen Blue dan Methylen Red. Titrasi dengan NaOH 0.1 N sampai terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru-kehijauan. Tetapkan penetapan blanko: pipet 10 ml H2SO4 0.1 N dan ditambahkan 2 tetes indikator PP, titrasi dengan NaOH 0.1 N.

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait