• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian

Dalam dokumen YUSRIANI NASUTION NIM (Halaman 41-48)

1. Metode Pengumpulan Data

Satuan contoh ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu berdasarkan pada keperluan serta tujuan pembuatan peta dan analisis kesesuaian lahan yang nantinya memungkinkan untuk digunakan di enam Kecamatan. Untuk mendapatkan unsur keterwakilan data di tiap enam kecamatan maka sample ditempatkan pada masing-masing enam kecamatan di Tapanuli selatan.

Pelaksanaan kegiatan lapang ini pertama-tama dengan membagi setiap lokasi penelitian menjadi beberapa bagian satuan petak kebun. Dari enam Kecamatan diperoleh sebanyak tiga puluh titik lokasi pengambilan sampel tanah.

Contoh tanah diambil dari tiga puluh titik pengeboran sekaligus diadakan pengamatan morfologi lahan yang meliputi lereng, permukaan batuan dan batuan singkapan, ketersediaan oksigen dan media perakaran.

Data produksi tanaman salak diambil pada setiap Satuan Petak Tanah pada masing-masing Kecamatan. Data produksi dihitung dengan meenimbang berat buah salak setiap musim panen dengan lima sampel pohon salak setiap lokasi.

Analisa laboratorium meliputi analisa kimia dan analisa fisika tanah seperti tekstur tanah, KTK, Ca (dd), Mg (dd), Na (dd), K (dd), C-organik dan tekstur tanah.

Bahaya erosi dapat dihitung berdasarkan Metoda Bouyoucos (Zachar, 1982) yaitu jumlah fraksi pasir ditambah fraksi debu dibagi fraksi liat, sebagai berikut:

E = ( Pasir + Debu ) / liat

Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun)

Sangat ringan (sr) < 0,15

Ringan (r) 0,15 - 0,9

Sedang (s) 0,9 - 1,8

Berat (b) 1,8 - 4,8

Sangat berat ( sb) >4,8

Sumber : BPT Bogor, 2003

2. Tahab Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kriteria tingkat kesuburan tanah menurut puslittan (1995), dan diinterpretasikan ke dalam kelas kesesuaian lahan untuk tanaman salak menurut sys et al (1993) dan puslittan (1995).

Selanjutnya mengkaji kelas kesesuaian lahan untuk tanaman salak yang dikaitkan dengan cara pengelolaan tanah.

Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses selanjutnya adalah evaluasi lahan yang ditentukan dengan cara matching (mencocokkan) antara karakteristik lahan pada setiap lokasi dengan persyaratan tumbuh tanaman salak.

Hasil penilaian berupa klas dan sub klas kesesuaian lahan dari tanaman yang dinilai ditentukan oleh faktor pembatas terberat, faktor pembatas tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih tergantung dari karakteristik lahannya (Sofyan dkk, 2007).

3. Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk melihat hubungan antara masing-masing karakteristik tanah dengan produksi tanaman dikaji dengan menggunakan analisa regresi sederhana dengan menggunakan Software SPSS 19. Adapun faktor sifat tanah sebagai variabel bebas yaitu : pH tanah, C-organik, Kejenuhan Basa, KTK dan Persentase Lereng.

Model linear yang diasumsikan pada analisis ini adalah : Y= a + b X

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas yaitu faktor sifat tanah terhadap produksi tanaman sebagai variabel tak bebas.

Software yang digunakan untuk menganalisi data ini adalah SPSS 19. Adapun faktor sifat tanah dapat terdiri satu atau lebih dari karakteristik lahan yang diamati.

Model linear yang diasumsikan pada analisis ini adalah : Y= a + b1X1 + b2X2 + ...b5X5 Keterangan :

.

Y : Produksi Salak

A : Intercep

X1

X

: pH tanah

2

b

: Kejenuhan Basa

1, b2, b3

Selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mencari hubungan antara peubah bebas terhadap produksi salak yang dinyatakan dalam persentase, yang kemudian dilanjutkan dengan uji beda nyata dari Koefisien korelasi (R

, ... : Koefisien regresi,

2) (Anshori dan I Made, 2006).

5. Analisis GIS Untuk Menentukan Kesesuaian Lahan

Data-data hasil analisis tanah di atas dimasukkan ke dalam database peta sebagai atribut yaitu sifat fisika tanah, sifat kimia tanah, komoditas tanaman salak yang paling sesuai, sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan (S1 , S2 , S3

Tabel 4. Pengertian Tingkat Kelas Kesesuaian Lahan

dan N ), seperti disajikan pada Tabel 4.

Tingkat Kelas Keterangan

Kelas S1, sangat sesuai Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunan secara berkelanjutan

Kelas S2, cukup sesuai Lahan mempunyai faktor pembatas, yang akan berpengaruh terhadap produktifitas, memerlukan tambahan masukan (input), biasanya dapat diatasi petani sendiri

Kelas S3, sesuai marginal Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, berpengaruh terhadap produktifitas, memerlukan masukan yang lebih banyak dari S2, memerlukan modal tinggi, petani tidak mampu mengatasinya.

Kelas N, tidak sesuai Lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi

Sumber : (BPT, 2003)

Peta kesesuaian lahan ini kemudian ditumpangtindihkan dengan peta administrasi sehingga akan diperoleh peta kesesuaian lahan berdasarkan wilayah administrasi. Analisis kesesuaian lahan ini menggunakan software Arcview GIS.

Meode yang digunakan untuk membuat polygon adalah dengan menggunakan sistim Buffer yaitu fungsi perkiraan (proximity). Zona buffer adalah suatu daerah yang mempunyai lebar tertentu yang digambarkan di sekeliling satu elemen atau lebih atau di bagian suatu kawasan yang mempunyai jarak tertentu.

Untuk mengaplikasikan fungsi ini, bisa dilakukan dengan : (a) memilih menu Theme

→ create buffers, (b) Setelah itu akan muncul kotak dialog “ create buffers “,

(c) dalm kotak dialog ini ada tiga pilihan sesuatu yang akan user analisis. Disini user memilih sebuah theme. User akan membuat area dimana area tersebut berjarak 2500 m, (d) langkah selanjutnya pada box at specified distance ketik 2500 dan pada unit distance pilih meter, next, (e) kotak dialog berikutnya, user diperintahkan untuk memilih membuat buffer di dalam area, di dalam dan di luar area atau hanya di luar area saja. User memilih di luar saja dan finish (Prahasta, 2009).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kualitas dan Karakteristik Lahan

1. Iklim

Data iklim selama 10 tahun (2001-2010) diperoleh dari BPP Kecamatan Angkola Barat, BPP Huta Holbung Batang Angkola dan PTPN-3 Kebun Batang Toru, meliputi data curah hujan bulanan dan hari hujan bulanan setiap tahunnya.

Data ini dianggap dapat mewakili data iklim untuk semua lokasi pada enam (6) Kecamatan yaitu Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Batang Toru, Marancar, Angkola Selatan dan Batang Angkola. Lokasi penelitian dengan tiga puluh titik sampel pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4. Data curah hujan dan jumlah hari hujan bulanan selama 10 tahun mulai dari 2001 – 2010 terdapat pada Lampiran 31 dan Neraca air pada Lampiran 32.

2. Karakteristik Lahan

Dari hasil pengamatan di lapangan, analisis tanah yang dilakukan pada kedalaman 0 cm – 20 cm diperoleh data karakteristik lahan sebanyak 30 (tiga puluh) lokasi untuk berbagai kemiringan untuk masing-masing desa. Dari tiga puluh titik lokasi tersebut ada yang merupakan daerah sentra salak dan yang bukan sentra salak.

Dari hasil evaluasi lahan baik yang sentra maupun yang bukan sentra salak telah didapatkan lahan yang tergolong kesesuaian lahan potensial S2 dan S3 untuk tanaman salak berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan laboratorium, dengan kemiringan lahan yang bervariasi dari 0- 100 %. Jenis tanah bervariasi, seperti Kecamatan Marancar adalah Humitropepts, Angkola Barat umumnya adalah Tropudults, Peta Jenis Tanah dapat dilihat pada Lampiran 37.

Gambar 4. Lokasi Penelitian Dengan Tiga Puluh Titik Sampel Pengamatan

N

Dalam dokumen YUSRIANI NASUTION NIM (Halaman 41-48)

Dokumen terkait