EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SALAK SIDIMPUAN DI TAPANULI SELATAN
TESIS
YUSRIANI NASUTION NIM. 107001028
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SALAK SIDIMPUAN DI TAPANULI SELATAN
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pertanian Pada Program Studi Agroekoteknologi
Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh :
YUSRIANI NASUTION NPM : 107001028
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM PACASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul : Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan
Nama Mahasiswa : Yusriani Nasution Nomor Induk : 107001028
Program Studi : Agroekoteknologi
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP
Ketua Anggota
Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D.
Ketua Program Studi Dekan
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS
Telah diuji pada hari : Senin
Tanggal : 11 Pebruari 2013
__________________________________________________________________
Panitia Penguji Tesis:.
Ketua : Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D.
Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, MS Dr. Ir. Lollie Agustina, P. Putri, M.Si Luthfi AM. S iregar, SP. M.Sc. Ph.D
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Agustus 1969 di Batang Angkola Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara merupakan anak tunggal dari pasangan Alm Abdul Rahim Nasution dan Alm Hj. Maslia Panggabean.
Penulis menempuh penddidikan formal yaitu SD Muhammadiyah 2 Padangsidimpuan dan lulus Tahun 1982, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri III Padangsidimpuan dan lulus Tahun 1985, dan menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri II Padangsidimpuan dan lulus pada Tahun 1988. Penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dan lulus pada Tahun 1993. Pada Tahun yang sama penulis diterima menjadi staf pengajar pada Fakultas Pertanian UGN Padangsidimpuan.
Pada Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Strata-2 di Universitas Sumatera Utara program Magister pada program studi Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian. Pada tanggal 11 Pebruari 2013, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Strata-2 di Universitas Sumatera Utara dengan judul tesis ” Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan”, di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Rahmawaty, S.Hut. M.Si. Ph.D selaku Dosen Pembimbing II.
ABSTRAK
Yusriani Nasution. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan.
Dibimbing oleh Abdul Rauf dan Rahmawaty
Penelitian “Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan”
dilakukan untuk mempertahankan maskot Sidimpuan akan salak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman salak Sidimpuan dan pemetaan lahan salak Sisimpuan sesuai kemampuan dan daya dukung lahan, melihat pengaruh faktor sifat fisik tanah terhadap produksi tanaman salak, dilaksanakan mulai Juli sampai Agustus 2012. Enam Kecamatan sebagai lokasi pada tigapuluh titik pengambilan sampel tanah dengan metode penilaian kesesuaian lahan dengan proses matching hukum minimum dan analisis regresi linear dan pemetaan kesesuaian lahan menggunakan program Sistim Informasi Geografi. Hasil penelitian dari evaluasi kesesuaian lahan aktual adalah sebanyak sepuluh lokasi yang tergolong S3 yaitu sesuai marginal dan dua puluh lokasi tergolong N yaitu tidak sesuai, sedangkan kesesuaian lahan potensial tanaman salak adalah delapan lokasi tergolong S2.tc.wa dan S2.rc.eh, duapuluh satu lokasi umumnya tergolong S3.rc.eh dan golongan N hanya pada satu lokasi yaitu N.rc.. Kesesuaian lahan potensial S2 terdiri dari Kecamatan Marancar, Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Angkola Selatan, sedangkan golongan S3 meliputi Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Angkola Selatan dan Batangtoru.
Kata kunci : Kesesuaian lahan, Salak, Kabupaten Tapanuli Selatan
Abstract
Yusriani Nasution. Land Suitability Evaluation For Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan, supervised by Abdul Rauf and Rahmawaty..
Land suitability evaluation for Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan district is important to defended Sidimpuan as Salak City . This study aimed to evaluate land suitability for Salak Sidimpuan and land suitability salak Sidimpuan map in Tapanuli Selatan, observed influence soil characteristic to the yield. There were six subdistricts at thirty samples used survey method land suitability evaluation with law of minimum matching process, Arc View Gis Program and Regression Analysis.
This result indicated that actual land suitability salak Sidimpuan were ten sites appertain marginally suitable (S3) and twenty sites appertain not suitable (N) whereas potensial land suitability were eight sites appertain moderately suitable with temperature and water availability limitation (S2.tc.wa) and moderately suitable with root zone medium and erosion hazard limitation ( S2.rc.eh ), twenty one site appertain S3 and one site only appertain not suitable with root zone medium limitation ( N.rc ). Meanwhile, Potensial land suitability S2 were consisted of Marancar, Batang Angkola and Angkola Selatan Subdistrict whereas appertain S3 included Angkola Barat and Angkola Timur, Angkola Selatan and Batangtoru Subdistricts.
Keyword : Land suitability, Salak, Tapanuli Selatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun thesis yang berjudul : “ Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Di Tapanuli Selatan”.
Selama berlangsungnya kegiatan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai fihak. Melalui lembaran ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku ketua komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik yang bersifat membangun.
2. Rahmawaty, S. Hut. M.Si. Ph.D selaku anggota komisi Pembimbing atas kesabaran, bimbingan dan motivasi yang diberikan pada penulis terutama dalam hal penulisan hingga terselesaikannya tesis ini.
3. Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, MS selaku Dosen Penguji I dan Luthfi AM. Siregar, SP. M.Sc. Ph.D selaku Dosen Penguji II atas semua masukan yang diberikan.
4. Suamiku tercinta Muhammad Asmin Nasution yang selalu mendorong, mendukung dan mendoakan penulis dan setia mendampingi penulis hingga terselesaikannya tesis ini.
5. Anak-anakku tercinta (Khairiyah, Abdillah, Rafiq dan Azis ) sebagai permata hati dan keberadaannya menjadi motivator bagi penulis.
6. Rekan-rekan mahasiswa pasca (Pak Darmadi, Sriwinaty, Idasari, Lanna, Mastiagom, Nini, Erlina dan Asri Darmansyah) dengan kebersamaannya
menyelesaikan tesis ini.
7. Kak Hj. Yuliani Hrp yang banyak membantu penulis dan memberi dukungan moril.
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua fihak yang membutuhkan.
Medan, Pebruari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Hipotesis ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Tanaman Salak dan Pengembangannya ... 5
B. Tapanuli Selatan sebagai Sentra Komoditi Salak ... 8
C. Evaluasi dan Pemetaan Klas Kesesuaian Lahan Salak ... 11
D. Aplikasi GIS dalam Evaluasi Lahan... 19
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 22
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
B. Bahan dan Alat Penelitian ... 22
C. Tahapan Penelitian... 24
D. Metode Penelitian ... 25
1. Metode Pengumpulan Data ... 25
2. Tahab Analisa Data ... 26
3. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 27
4. Analisis Regresi Linear Berganda ... 27
5. Analisis GIS Untuk Menentukan Kesesuaian Lahan ... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHAN ... 30
A. Kualitas dan karakteristik Lahan ... 30
1. Iklim ... 30
2. Tanah ... 30
B. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Pada Tiga puluh Lokasi ... 32
C. Kesesuaian Lahan Tanaman Salak ... 37
D. Karakteristik Lahan Sebagai Faktor Pembatas Dalam Evaluasi Lahan Salak ... 40
E. Hubungan Produksi dengan Persentase Kejenuhan Basa ... 43
F. Hubungan Produksi dengan kation-kation Basa ... 43
G. Hubungan Prouksi dengan Kapasitas Tukar Kation ... 44
H. Hubungan Produksi dengan C-organik ... 44
I. Hubungan Produksi dengan pH tanah ... 45
J. Hubungan Produksi dengan Kemiringan ... 45
K. Hubungan Produksi Salak dengan Karakteristik Tanah ... 45
L. Hubungan Hasil Kesesuaian Lahan dengan Hasil Analisa Regresi Linear ... 46
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 48
VI. DAFTAR PUSTAKA ... 49
VII. LAMPIRAN ... 52
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan Berdasarkan
Luas Kecamatan ... 9
2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak ... 19
3. Tingkat Bahaya Erosi... 26
4. Pengertian Tingkat Kelas Kesesuaian Lahan... 28
5. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada Tiga Puluh Lokasi ... 32
6. Hubungan Produksi Salak dengan Kation-kation Basa... 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta Wilayah Tapanuli Selatan . ... 11
2. Lokasi Penelitian Pada Beberapa Kecamatan di Tapanuli Seltan Tapanuli Selatan ... 23
3. Rangkaian Kegiatan Evaluasi Lahan dengan Enam Lokasi Penelitian ... 24
4. Lokasi Penelitian Dengan Tiga Puluh Sampel Pegamatan... 31
5. Faktor Pembatas Pada Lokasi Penelitian ... 40
6. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Salak ... 41
7. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman ... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 1 Desa Pintu
Langit Kec. Angkola Timur ... 52 2. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Lokasi T-2 Desa Huraba Kecamatan
Angkola Timur ... 52 3. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 3 Desa Huta
Ginjang Kecamatan Angkola Timur ... 53 4. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-4 Desa Sibiobio
Kecamatan Angkola Timur ... 53 5. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 5 Desa Lubuk
Raya Kecamatan Angkola Timur. ... 54 6. Penilaian Kesesuaian lahan salak Sidimpuan Lokasi T-6 Dusun
Simpang Maropat Kecamatan Angkola Timur ... 54 7. Penilaian Kesesuaian Lahan salak Sidimpuan Lokasi T- 7 Desa Lobu
Kecamatan Angkola Barat ... 55 8. Penilaian kessuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-8 Desa Sitaratoit
Sanggarudang Kecamatan Angkola Barat ... 55 9. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 9 Desa Kobun
Bungus Kecamatan Angkola Barat ... 56 10. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-10 Desa
Hutakoje Kecamatan Angkola Barat ... 56 11. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-11 Desa Huta
Lambung Kecamatan Angkola Barat ... 57 12. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 12 Desa
Desa Tobotan Sanggarudang Kecamatan Angkola Barat... . 57 13. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak sidimpuan Lokasi T- 13 Desa
Tobotan Kecamatan Angkola Barat ... 58 14. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-14 Desa Lobu
layan kecamatan ngkola Barat ... 58 15. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 15 Desa Desa
Lobu layan Lombang Kecamatan Angkola Barat ... 59 16. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-16 Desa Sitinjak
Kecamatan Angkola Barat ... 59 17. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 17 Desa
Situmbaga Kecamatan Angkola Selatan ... 60 18. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 19 Desa
Situmbaga Tonga Kecamatan Angkola Selatan ... 60 19. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-19 Desa
Sinyior Kecamatan Angkola Selatan ... 61
Lampiran Halaman 20. Penilaian kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-20 Desa
Sibongbong Kecamatan Angkola Selatan ... 61
21. Penilaian kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-21 Desa Siamporik Kecamatan Angkola Selatan ... 62
22. Penilaian Kesesuiaian Lahan salak Sidimpuan Lokasi T- 23 Desa Siamporik Dolok Kecamatan Angkola Selatan... 62
23. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-23 Desa Siamporik Lombang Kecamatan Angkola Selatan ... 63
24. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 24 Desa Marancar Kecamatan Marancar ... 63
25. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-25 Desa Pasar Sempurna kecamatan Marancar ... 64
26. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-26 Desa Mombang Boru Kecamatan Marancar ... 64
27. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-27 Kelurahan Bintuju Kecamatan Batang Angkola ... 65
28. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-28 Kelurahan Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola ... 65
29. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-29 Desa Padang Lancat Kecamatan Batangtoru ... 66
30. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-30 Desa Padang Lancat Kobun pincur Kecamatan Batangtoru ... 66
31. Tabel Rataan Tahunan Curah hujan Kecamatan Angkola Barat, Batangtoru dan Batang Angkola ... 67
32. Neraca Air dalam Penentuan Surflus dan Defisit Air ... 68
33. Tabel Hasil Analisis Tanah Lokasi Penelitian dan Erosi Tanah Pada Tiap Lokasi ... 69
34. Titik Lokasi Penelitian pada 30 lokasi di enam (6) Kecamatan ... 70
35. Rataan Produksi Salak/Ton/Tahun Pada Tiga Puluh Lokasi ... 72
36. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Hardjowigeno, 1995) ... 73
37. Peta Jenis Tanah Penelitian ... 74
38. Output Hubungan Produksi dengan Magnesium ... 75
39. Output Hubungan Produksi dengan Kalsium ... 76
40. Output Hubungan Produksi dengan Kalium ... 77
41. 4Output Hubungan Produksi dengan Natrium ... 78
42. Output Hubungan Produksi dengan Kapasitas Tukar Kation ... 79
43. Output Hubungan Produksi dengan C-organik ... 80
44. Output Hubungan Produksi dengan pH tanah ... 81
45. Output Hubungan Produksi dengan Kemiringan ... 82
Lampiran Halaman 46. Output Hubungan Produksi dengan Karakteristik Tanah ... 83 47. Gambar Pelaksanaan Penelitian ... 84
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2009, produksi salak di Indonesia mencapai 829.014 ton. Sebanyak 259.103 ton merupakan salak yang dihasilkan dari daerah Sumatera Utara. Jika angka ini dihitung dalam bentuk persen maka daerah Sumatera utara mampu menghasilkan buah salak sebanyak 31,25 % dari 829.014 ton jumlah buah salak.
Luas Kabupaten Tapanuli Selatan 4.352.86 km2 terdiri dari tiga kecamatan sebagai sentra tanaman salak. Kecamatan Angkola Barat 194.60 km2 terdiri atas 80 desa dengan ketinggian dari 0 m dpl sampai 1925 m dpl (puncak Gunung Lubuk Raya), Kecamatan Angkola Timur 192.60 km2 terdiri atas 30 desa dengan ketinggian 0 m dpl sampai 1800 m dpl dan Kecamatan Angkola Selatan 123.45km2
Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur dan Angkola Selatan. Luas pertanaman salak 13. 928 Ha dengan produksi 236. 793 ton/ tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia 15. 000 Ha. Dengan demikian jika dihitung dengan persen maka produksi salak Tapanuli Selatan 91, 39 persen dari produksi salak Sumatera utara.
terdiri atas 34 desa dengan ketinggian 0 m dpl sampai 1300 m dpl. Tapanuli Selatan merupakan lintasan pegunungan Bukit Barisan yang sebagian wilayahnya berada di pantai Barat Pulau Sumatera.
Sebagian besar petani salak yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Selatan masih menerapkan sistem budidaya tradisional. Mereka menanam tanaman semusim (seasonal crop) di sela tanaman keras (tree). Pertanian dengan sistim ini
mengandalkan sumber daya alam yang ada. Petani biasanya tidak melakukan perawatan yang intensif dan pemupukan.
Dari hasil wawancara dengan petani salak di Sidimpuan dan Tapanuli Selatan didapatkan bahwa volume produksi dan perdagangan buah salak selama ini mengalami penurunan. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah fluktuasi demand pasar luar daerah dan domestik ; kendala-kendala kualitas dan kuantitas (terutama tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan teknik penanganan budidaya tanaman dan pasca panen buah, serta kendala-kendala kontiniutas.
Sesuai dengan data BPS Padangsidimpuan tahun 2010 didapatkan bahwa produksi salak Sidimpuan Kota tahun 2006 sebanyak 6500 ton, tahun 2007 menjadi 7250 ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 7000 ton. Dengan demikian penurunan pada tahun ini sebesar 3,45 %.
Upaya mempertahankan maskot Sidimpuan akan salak dan sampai saat ini belum ada kegiatan evaluasi kesesuaian lahan maka perlu dilakukan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan salak ditujukan untuk menilai sifat tanah dan menentukan kendala utama serta alternatif pemecahannya dalam upaya meningkatkan produktifitas tanah.
Kegiatan evaluasi kesesuaian lahan salak sangat dibutuhkan pada lahan sentra tanaman salak maupun lahan lain di luar sentra salak yang mungkin bisa dikembangkan untuk budidaya tanaman salak.
B. Rumusan Masalah
Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Salak Sidimpuan (Salacca sumatrana) memiliki ciri khusus dimana buahnya berukuran lebih besar dan mempunyai rasa manis-manis asam (sepat) dan berdaging putih kemerahan dibandingkan jenis salak lainnya. Jenis salak ini mempunyai nilai komersial yang tinggi.
Permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini adalah penurunan volume produksi dan perdagangan. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adanya kendala- kendala kualitas, kuantitas dan teknik penanganan budidaya tanaman dan pasca panen buah.
Sebagian besar tanaman salak ditanam penduduk dengan pengelolaan secara tradisi turun temurun tanpa menurut aturan penanganan budidaya tanaman yang tepat dengan penggunaan lahan salak tanpa adanya input, sistim budidaya tanaman dengan tingkat kesesuaian lahan yang mungkin belum tepat terutama dari aspek kesuburan tanah, agroklimat dan ketinggian tempat.
Pengembangan kebun salak sebagai usaha untuk pemecahan masalah ini adalah dengan mengkaji tingkat kesuburan tanah dengan menganalisa sifat fisika- kimia tanahnya. Selanjutnya setelah mendapatkan data tingkat kesuburan tanahnya akan dilakukan penyusunan karakteristik lahan tanaman salak untuk evaluasi kesesuaian lahan dan pemetaan dalam meningkatkan kembali produksi tanaman salak Sidimpuan.
Kriteria penelitian kesesuaian lahan untuk tanaman mengikuti Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Balai Penelitian Tanah, 2003).
Sistim evaluasi lahan ini mengacu pada hukum minimum yaitu dengan mencocokkan
(matching) antara kualitas lahan dan persyaratan penggunaan salak. Untuk mendapatkan model, informasi dan gambaran keruangan tentang tanaman salak yang sesuai di Kabupaten Tapanuli selatan secara cepat dan akurat, maka dilakukan kegiatan Pembuatan Peta dan Analisis Kesesuaian Lahan Menggunakan Metoda GIS .C. Tujuan Penelitian
Penelitian Evaluasi kesesuaian lahan salak di Tapanuli Selatan ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengevaluasi dan memetakan lahan tanaman salak Sidimpuan sesuai kemampuan dan daya dukung lahan.
2. Melihat pengaruh faktor sifat tanah terhadap produksi tanaman salak.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian Evaluasi kesesuaian lahan salak Sidimpuan ini diharapkan sebagai berikut :
1. Merupakan langkah strategi bagi pengembangan budidaya salak untuk mendapatkan peningkatan produktifitas.
2. Tersedianya informasi yang cukup bagi berbagai fihak yang berkepentingan.
E. Hipotesis
1. Tanaman salak yang ditanam di Sidimpuan memiliki kelas kesesuaian lahan yang tergolong Sangat Sesuai (S1).
2. Pemetaan klas kesesuaian lahan salak Sidimpuan akan mendapatkan lokasi yang sesuai di luar sentra salak di Tapanuli Selatan.
3. Sifat kimia tanah memiliki hubungan yang signifikan terhadap produksi salak Sidimpuan.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Salak dan Pengembangannya
Salak termasuk famili palmae, serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren (enau), palem, pakis yang bercabang rendah dan tegak. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga buah salak dalam jumlah yang banyak (Moch, 2001).
Tanaman salak tumbuh merumpun, berbatang sangat pendek, tertutup oleh pelepah-pelepah daun, dan seluruh permukaan tanaman ditutupi duri-duri yang tajam. Siklus hidup tanaman salak tahunan (perennial), bahkan masyarakat Sibetan (Bali) menyebut tanaman salak tidak pernah tua atau disebut “ Tua-tua salak, jika rebah tanaman akan muda kembali dan berproduksi”. Hal ini menunjukkan bahwa bila tanaman salak sudah berumur tua dan produksinya menurun dapat diremajakan kembali dengan cara direbahkan, kemudian dipangkas untuk menumbuhkan tunas- tunas atau tanaman baru (Rahmat, 2003).
Daun salak tersusun roset, pelepah bersirip terputus-putus dan panjangnya sekitar 2,5 – 7 meter. Bentuknya seperti pedang, pangkal daun menyempit dan cembung. Pada bagian bawah dan tepi tangkai daun berduri tajam. Besarnya bervariasi tergantung varietasnya dan berwarna hijau (Nazaruddin dan Regina, 1992).
Tanaman salak termasuk golongan berumah dua (dioesis), karangan bunga terletak dalam tongkol majemuk yang muncul di ketiak daun, bertangkai, mula-mula tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai menjadi serupa serabut. Tongkol bunga jantan 50 - 100 cm panjangnya, terdiri atas 4-12 bulir
silindris yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm dengan banyak bunga betina 20-30 cm, bertangkai panjang terdiri atas 1-3 bulir yang panjangnya mencapai 10 cm (TKTM, 2011).
Menurut Verheij dan R.E, (1997) buah tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing dipangkalnya dan membulat di ujungnya, panjangnya 2,5-10 cm terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning coklat sampai coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah putus di ujung masing-masing sisik (Seenis, 1981). Dinding buah tengah tebal berdaging, kuning krem sampai keputihan, berasa manis, masam, atau sepat. Biji 1-3 butir, coklat sampai kehitaman, keras, 2-3 cm panjangnya.
Tanaman salak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa, bcd, Babc dan Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12bulan/ tahun). B. 8-10 bulan/tahun dan C. 5-7 bulan/ tahun. Curah hujan rata-rata 200-400 mm/ bulan.
Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah, serta membutuhkan tingkat kebasahan/kelembaban tinggi. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70% karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-30o
Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5-7,5. Kebun salak tidak tahan terhadap genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi. Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl (BPPIptek, 2010).
C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi tetapi tidak tahan genangan air (BPPIptek, 2010).
Tanaman salak akan menunjukkan penampilan tanaman yang sesuai dengan keadaan faktor lingkungan, faktor iklim, tanah dan topografi saling berkaitan mempengaruhi fungsi fisiologi dan morfologi. Salak akan tetap berusaha mendapatkan kebutuhan khususnya selama hidup, walaupun faktor-faktor yang diinginkannya ini tidak mendukung. Oleh karena itu, usaha untuk medapatkan kebutuhan khususnya ini sulit dalam lingkungan yang tidak sesuai, maka akan terjadi beberapa perubahan morfologi dan fisiologi pada tanaman salak walaupun dalam jenis yang sama dalam lingkungan yang berbeda penampilan salak dapat berbeda pula (TKTM, 2010).
Rahmat (2003) menyatakan bahwa ciri-ciri visual buah salak yang layak dipanen pada stadium matang di pohon adalah warna kulit buah bersih dan mengkilat, bila dipegang atau dipijat terasa empuk dan kulitnya tidak kasar, serta beraroma khas, bahkan kadang-kadang kelihatan retak. Disamping itu, bila sudah dikupas warna bijinya coklat kehitam-hitaman, daging buahnya kenyal atau empuk, dan duri-duri kecil buah sudah tumpul, sisik kulit luarnya sudah melebar, dan bila dipetik mudah terlepas dari tangkai buah.
Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu musim tanam adalah 15 ton per hektar, sedang masa panennya terdapat terdapat 4 musim : (1) panen raya pada bulan November, Desember dan Januari (2) panen sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli (3) panen kecil pada bulan Pebruari, Maret dan April (4) masa kosong/ istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober (BPPIptek, 2010).
Sebagai tanaman asli Indonesia, salak mempunyai masa depan yang cerah untuk dikembangkan baik untuk memenuhi pasar lokal maupun pasar luar negeri. Di
Indonesia produksi buah ini mengalami peningkatan yang tajam dari tahun 1983- 1987. Bila di tahun 1983 produksinya hanya 52.014 ton dan menurun sedikit di tahun 1984 menjadi 46.456, maka pada tahun-tahun berikutnya produksi buah salak melonjak dengan pesat. Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih banyak dari produksi tahun 1983. Akan tetapi, produksi pada tahun 1988 dan 1989 mengalami penurunan (BPPIptek, 2010).
B. Tapanuli Selatan sebagai Sentra Komoditi Salak
Kabupaten Tapanuli Selatan secara geografis berada diantara 0o58’35” – 2o07’33’ Lintang Utara dan 98’42’50” – 99o
Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan adalah ± 4.367,05 km
34’16” Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara serta Kabupaten Labuhan Batu. Sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan juga Samudera Indonesia (BPS, 2011).
2 secara administratif terdiri dari 14 kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dirinci berdasarkan luas kecamatan, jumlah desa dan jumlah kelurahan. Perincian luas wilayah Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan Berdasarkan Luas Kecamatan
No. Kecamatan Ibukota
Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan
Luas Wilayah
1 Sipirok Pasar Sipirok 34 6 557,26
2 Arse Jonggol Julu 8 2 248,75
3 Saipar Dolok Hole Sipagimbar 12 2 474,13
4 Aek Bilah Biru 12 - 327,17
5 Angkola Timur Pargarutan 13 2 286,40
6 Angkola Barat Sitinjak 12 2 194,60
7 Angkola Selatan Simarpinggan 13 4 225,31
8 Batang Angkola Pintu Padang 30 6 474,70
9 Sayurmatinggi Sayurmatinggi 18 1 376,55
10 Batang Toru Batang Toru 19 4 351,49
11 Muara Batang Toru Hutaraja 6 3 273,13
12 Marancar Pasar Marancar 11 1 86,88
13 Angkola Sangkunur Simataniari 8 2 295,00
14 Tantom Angkola Situmba 16 1 195,68
Jumlah total 212 37 4.367,05
Sumber : Data olah Bappeda Tapsel
Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan berada di ketinggian antara 0 – 2009 m di atas permukaan laut. Daerah yang berada pada ketinggian 0 meter umumnya terdapat di daerah pantai barat Tapanuli Selatan, yaitu Desa Muara Upu Kecamatan Muara Batang Toru. Untuk daerah yang berdiri pada ketinggian 2.009 meter terdapat pada Gunung Tapulomajung di Kecamatan Saipar Dolok Hole.
Topografi Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari dataran rendah, bergelombang, berbukit dan bergunung. Daerah ini dikelilingi oleh Gunung Gongonan di Kecamatan Batang Angkola, Gunung Lubuk Raya di Kecamatan Angkola Barat dan Gunung Sibual-buali di Kecamatan Sipirok.
Kondisi iklim di Tapanuli Selatan memiliki rata-rata 7 bulan basah dan 2 bulan kering serta menunjukkan pola hujan bimodal (2 periode basah dalam satu tahun). Curah hujan di Kabupaten Tapanuli Selatan cenderung tidak teratur
disepanjang tahunnya. Pada bulan Nopember terjadi curah hujan tertinggi (376,60 mm). Hari hujan terbanyak terjadi bulan Nopember yaitu 24 hari (BPS, 2011).
Iklim Tapanuli Selatan berdasarkan ketinggian daerah terdiri atas iklim dataran rendah pada ketinggian kurang dari 500 meter dari permukaan laut, sedang pada ketinggian 500-1000 meter dari permukaan laut, dan iklim dataran tinggi pada ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Untuk rata-rata temperatur di Tapanuli Selatan sebesar 28oC dengan suhu maksimum 33oC dan suhu minimum 12o
Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di kecamatan Padangsidimpuan Barat, Padangsidimpuan Timur dan Siais. Luas pertanaman salak 13.928 Ha dengan produksi 236.793 ton/ tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia 15.000 Ha. Demikian pula pertambahan luas tanam dan produksi masih positif yang berarti bahwa potensi dan kecendrungan terus meningkat (Pemkab Tapsel, 2011). Adapun daerah berbagai kecamatan di wilayah Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Peta wilayah Tapanuli Selatan pada Gambar 1.
C di daerah pegunungan.
Menurut BP2KP Tapsel (2010) bahwa potensi Wilayah Tapanuli Selatan Tahun 2010 dengan luas wilayah 381.389, luas lahan sawah 15.717, lahan kering 70.480 Ha dan luas lahan pertanian 53.231, luas tanah gambut 9.019, luas hutan 249.452.
Secara umum, mata pencaharian masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan adalah petani dan berkebun. Hasil pertanian yang terkenal adalah kopi, padi, karet, kakao, kelapa, kayu manis, kemiri, cabe, bawang merah, bawang daun dan sayur- sayuran (BP2KP, 2010).
Gambar 1. Peta Wilayah Tapanuli Selatan
C. Evaluasi dan Pemetaan Klas Kesesuaian Lahan Tanaman Salak
Evaluasi lahan merupakan suatu proses analisis untuk mengetahui potensi lahan untuk penggunaan tertentu yang berguna untuk membantu perencanaan penggunaan dan pengelolaan lahan, potensi penggunaan lahan sekarang dan
sebelumnya (Jones dkk, 1990 dalam Nasution, 2006), yang bertujuan untuk memecahkan masalah jangka panjang terhadap penurunan kualitas lahan yang disebabkan oleh penggunaannnya saat ini, memperhitungkan dampak penggunaan lahan, merumuskan aternatif penggunaan lahan dan pengelolaan yang lebih baik(Sys, 1985: Rossiter, 1994 dalam Nasution, 2006).
Jumiati (2009) menyatakan bahwa lahan dengan kemampuan tinggi diharapkan berpotensi tinggi dalam berbagai penggunaan, sehingga memungkinkan penggunaan efektif untuk berbagai macam kegiatan. Untuk mempertahankan produktifitas lahan perlu suatu cara pengelolaan yang tepat agar dapat dicapai produktifitas yang optimal dan tidak menimbulkan kerusakan pada lahan.
Kesesuaian lahan untuk tanaman pertanian pada dasarnya merupakan pencerminan kesesuaian kondisi fisik lahan terhadap peruntukan yang bersangkutan.
Diketahuinya data kesesuaian lahan dan data produksi serta produktifitas pertanian daerah penelitian akan dapat menemukenali keselarasan antara kondisi lahan dengan kemampuan berproduksinya, sehingga diketahui wilayah-wilayah yang berkontribusi positif terhadap pengusahaan tanaman pertanian maupun yang bermasalah (Anggoro, 2006).
Menurut FAO (1977) dalam Nasution (2006) bahwa kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu biasanya dievaluasi dengan menggunakan karakteristik lahan atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan. Seperti curah hujan, tekstur tanah dan ketersediaan air. Sedangkan kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang lebih kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan terhadap erosi dan bahaya banjir.
1. Karakteristik Lahan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan a. Sifat Fisika Tanah
1. Kedalaman tanah
Kedalaman tanah atau solum tanah adalah tanah yang berkembang secara genetis oleh gaya genesa tanah artinya lapisan tanah mineral dari atas sampai sedikit di bawah horizon C (Darmawidjaya, 1997).
Ketebalan tanah lapisan atas dan tanah bawah ini berkepentingan untuk usaha pertanian jangka panjang yang berkesinambungan (sustainable agriculture). Lapisan olah yakni pada ketebalan 0-20 cm mempunyai arti yang sangat penting, karena mengandung berbagai bahan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti bahan-bahan organik (humus) dan berbagai zat hara mineral. Selain itu, pada lapisan tanah tersebut hidup mikroflora dan mikrofauna atau jasad renik biologis (seperti bakteri, cacing tanag, berbagai serangga tanah) yang masing-masing dapat menguntungkan dan menyuburkan tanah (Kartasapoetra, 1990).
2. Struktur tanah
Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Yang dimaksud dengan struktur makro/struktur lapisan bawah tanah yaitu penyusunan agregat- agregat tanah satu dengan yang lainnya. Sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir-butir primer tanah ke dalam butir-butir majemuk/agregat-agregat yang satu sama lainnya dibatasi oleh bidang-bidang belah alami. Yang termasuk struktur mikro yaitu :
• Yang berkondisi remah-lepas, dapat dilihat dengan jelas (tanpa alat bantu) keadaannya tampak cerai berai, mudah digusur atau didorong ke tempat- tempat yang dikehendaki.
• Yang berkondisi remah-sedang, tanah yang demikian kondisinya cendrung tampak agak bergumpal, susunan lapisan-lapisan tanah tampak ada yang dalam keadaan agregasi atau bergumpal dan terdapat pula porus yang berlubang-lubang, memudahkan air menerobos menyerap ke dalam lapisan- lapisan tanah sebelah bawah. Keadaan yang demikian tidak begitu menyulitkan bagi pengolahan tanah untuk kepentingan usaha tani, ataupun bagi pekerjaan pemindahan tanah. (Kartasapoetra, 1987).
Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan air tanah. (Setyamidjaja, 1999).
3. Tekstur tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (2 mm- 50µ), debu (50- 2µ), dan liat (< 2µ) di dalam tanah. Di dalam segitiga tekstur terdapat 12 kelas tekstur di dalamnya yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liar berpasir, liat berdebu, dan liat. Apabila disamping kelas tekstur tersebut tanah mengandung krikil (>2 mm) sebanyak 20 -50% maka tanah disebut sangat berkrikil (Hardjowigeno, 1993).
4. Konsistensi tanah
Menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya dari luar. Penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kandungan air dari tanah yaitu apakah tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering (Hardjowigeno,1993).
5. Drainase permukaan
Adalah cara pengumpulan dan pembuangan air dari permukaan tanah. Tipe drainase ini cocok untuk daerah rendah yang menerima limpahan air dari daerah yang lebih tinggi, dan daerah-daerah yang tanah yang impermeable sehingga kapasitas melewatkan kelebihan air ke dalam profil tanahnya rendah (Hakim dkk, 1986).
6. Bahaya Erosi
Untuk memprediksi besarnya erosi dapat diketahui dengan berbagai metode seperti metode USLE, metode Wischmeier dan Smith dan metode Bouyoucos.
Metode untuk menghitung besarnya erosi tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Bouyoucos yaitu jumlah fraksi pasir ditambah fraksi debu dibagi fraksi liat menurut Zachar (1982), sebagai berikut:
E = ( Pasir + Debu) /Liat b. Sifat KimiaTanah
1. Kapasitas Tukar Kation tanah
Didefenisikan sebagai kapasitas tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation. KTK biasanya dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gram. Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menukar kation yang dijerap. Jumlah yang dijerap sering tak setara dengan yang ditukarkan. Ion-ion divalent biasanya diikat lebih kuat daripada ion-ion monovalen sehingga sulit untuk dipertukarkan (Tan, 1998).
2. pH tanah
Kemasaman tanah berakibat langsung terhadap tanaman karena meningkatnya kadar ion-ion hidrogen bebas. Tanah akan tumbuh dan berkembang dengan baik
dengan pH optimum yang dikehendakinya. Apabila pH jenis tanaman itu tidak sesuai dengan fisiologi, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Kemasaman tanah berakibat pula terhadap baik atau buruknya atau cukup kurangnya unsur hara yang tersedia, dalam hal ini pH sekitar 6,5 tersedianya unsur hara dinyatakan paling baik.
Pada pH di bawah 6,0 unsur P. Ca, Mg, Mo dinyatakan buruk sekali, pada pH rendah ketersediaan Al, Fe, Mn, Bo akan meningkat, yang dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).
3. Kejenuhan basa
Menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut.
Kejenuhan Basa (KB) = x 100%
asam kation basa
kation Jumlah
basa kation -
kation Jumlah
+ = x 100%
KTK basa ation Jumlah
Kation-kation basa umumnya merupakan hara yang diperlukan tanaman. Disamping itu basa-basa umumnya mudah tercuci, sehingga dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut bamyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur (Hardjowigeno, 1993).
4. C-organik
Kandungan C-organikdalam tanah dapat ditentukan dengan metoda pembakaran kering atau pembakaran basah. Pembakaran kering dilakukan dengan membakar contoh tanah, kemudian mengukur CO2 yang dilepaskan. Hasilnya secara kuantitatif
mengoksidasi dengan asam khromat dengan jumlah berlebihan, kemudian dilakukan titrasi terhadap kelebihan oksidan tersesbut (metode Walkley-Black). Hasilnya lebih bersifat semikuantitatif, tetapi dapat dilakukan dengan cepat dan sederhana. Nitrogen biasanya ditentukan dengan metode Kjedahl (Hardjowigeno, 1993).
Peningkatan kualitas dan kuantitas komoditas pangan antara lain dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi lahan. Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan membandingkan persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas (karakteristik lahan).
Pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan itu sendiri dapat menghambat proses bercocok tanam yang dilakukan dan pada akhirnya dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya gagal panen (Nina dkk, 2009).
Metoda Matching (pencocokan) yaitu setelah data karakteristik lahan tersedia, maka prosesnya adalah dengan cara matching (mencocokkan) antara karakteristik lahan pada setiap Satuan Peta Tanah (SPT) dengan persyaratan tumbuh/penggunaan lahan (Sofyan dkk 2007).
Menurut Sofyan dkk (2007) prosedur evaluasi lahan dengan mengunakan metode Matching dilakukan beberapa tahab, yaitu: (a) penyusunan karakteristik lahan, (b) penyusunan persyaratan tumbuh tanaman/ penggunaan lahan, (c) proses evaluasi kesesuaian lahan (matching), (d) kesesuaian lahan terpilih/ penentuan arahan penggunaan lahan untuk tanaman tahunan.
Kriteria persyaratan tumbuh tanaman salak diperoleh dari buku Kriteria Kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian terbitan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. Dasar pembagian tingkat kesesuaian lahan mengacu pada pembagian Kesesuaian lahan menurut prosedur CSR/ FAO (Susanto dkk, 2011).
Kriteria persyaratan tumbuh tanaman salak untuk komoditas pertanian menurut Pusat Peneitian Tanah dan Agroklimat Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak Persyaratan
penggunaan/
Karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc) Temperarur rerata
22 – 28 28 – 34 18 - 22
34 - 40 15 - 18
> 40
> 15 Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
1000-2000 500-1000 2000-3000
250-500 3000-4000
< 250
< 4000 Ketersediaan oksigen
(oa) Drainase
Baik-sdg Agak terhambat
Terhambat agak cepat
Sangat terhambat, Cepat Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)
Halus, agak halus, sedang
< 15
> 75
- 15 – 35
>75
Agak kasar, Sgt halus 35 – 55 50 - 75
Kasar
> 55
< 50 Gambut:
Ketebalan (cm) Kematangan
< 60 Saprik
60 – 140 Saprik, hemik
140 – 200 Hemik, fibrik
> 200
> 400 Retensi hara (nr)
Ktk liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O
C-organik (%)
> 16
> 35 6,0 – 7,0
> 1,2
16 20 – 35 4,5 – 6,0 7,0 – 7,5 0,8 – 1,2
< 20
<4,5
>7,5
<0,8 Toksisitas (xc)
Salinitas < 4 4 – 6 6 – 8 > 8
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) <15 15 – 20 20 – 25 > 25 Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfid (cm) >125 100 – 125 60 – 100 < 60 Bahaya Erosi (eh)
Lereng (5) Bahaya erosi
< 8
Sgt rendah
8 – 16 Rendah- sdg
16 – 30 Berat
> 30 Sgt berat Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 F1 F2 >F2
Penyiapan Lahan Batuan di permuk (%) Singkapan batuan (%)
<5
<5
5 – 15 5 - 15
15 – 40 15 - 25
>40
>25
Sumber : BPT, 2003
D. Aplikasi GPS dan GIS dalam Evaluasi Lahan
Global Positioning System (GPS) adalah sistem radio navigasi dan penetuan posisi dengan menggunakan satelit. Sistim ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan informasi mengenai waktu secara kontiniu. GPS terdiri dari tiga segmen utama, segmen angkasa (space segmen) yang terdiri dari satelit- satelit GPS, segmen sistem kontrol (control segmen) yang terdiri dari stasion-stasion pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segmen) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal GPS (Robinson dkk, 1995).
Sistem GPS terdiri dari 24 satelit. Konstelasi 24 satelit GPS tersebut menempati 6 orbit yang mengelilingi bumi dengan sebaran yang telah diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai probabilitas kenampakan setidaknya 4 satelit yang bergeometri baik dari setiap tempat di permukaan bumi di setiap saat. Satelit GPS mempunyai ketinggian rata-rata di atas permukaan bumi sekitar 20.200 km.
Satelit GPS memiliki berat lebih dari 800 kg, bergerak dengan kecepatan sekitar 4 km/det dan mempunyai priode 11 jam 58 menit (Wolf, 2002).
Menurut Robinson dkk (1995) konsep dasar pada penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara similtan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui.
Pada pelaksaanaan pengukuran penentuan posisi dengan GPS, pada dasarnya ada dua jenis/tipe alat penerima sinyal satelit (receiver) GPS yang dapat digunakan, yaitu : (a) Tipe Navigasi digunakan untuk penentuan posisi yang tidak menuntut ketelitian tinggi, (b) Tipe Geodetik digunakan untuk penentuan posisi yang menuntut ketelitian tinggi.
Kelebihan penentuan posisi dengan menggunakan GPS antara lain : (a) GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca, (b) GPS dapat digunakan oleh banyak orang pada waktu yang sama dan pemakaiannya tidak bergantung pada batas politik dan alam, (c) penggunaan GPS dalam penentuan posisi secara relatif tidak bergantung dengan kondisi topografis daerah survey, (d) posisi yang ditentukan dengan GPS mengacu ke datum global yang dinamakan World Geodetic System 1984 (WGS’84). Dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS
akan selalu mengacu ke datum yang sama, (e) pemakaian sistem GPS tidak dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini, (f) receiver GPS cendrung lebih kecil ukurannya, lebih murah harganya dan kualitas data yang diberikan lebih baik, (g) pengoperasian alat GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif lebih mudah dan tidak mengeluarkan biaya banyak, (h) data pengamatan GPS sukar untuk dimanipulasi (Robinson dkk, 1995).
Kegunaan dasar dari Program GIS adalah untuk mengelola informasi ruang/tempat dalam membuat kebijakan. GIS memiliki beberapa langkah, yaitu : input, manipulasi, managemen, analisis dan visualisasi. Proses GIS mempunyai tiga prinsip dasar, yaitu input data, manipulasi data, dan output data. Selanjutnya adalah diskripsi laporan singkat dari proses dasar GIS : (1) input data meliputi semua aspek transformasi perolehan data ke dalam bentuk peta. Pengamatan lapangan, jangkauan kedalam bentuk kesesuaian digital (2) penyimpanan data, data yang disimpan dan disusun berdasarkan posisi, topology, dan elemen geografi ( titik, garis, objek yang mewakili tempat pada permukaan bumi (3) manipulasi data dan analisis, analisis meliputi pembuatan variabel gabungan yang melalui proses dua kegiatan langsung spatial dan non spatial pada kesatuan sistim (4) output data mempunyai tiga tipe
yaitu; hardcopy, softcopy dan elektronik. Hardcopy adalah tampilan permanen, peta dan tabel. Softcopy digunakan untuk menyediakan interaksi operator untuk meninjau data sebelum final. Hasil analisis dapat ditunjukkan dalam bentuk peta, tabel grafik dalam variasi untuk kesesuaian bagi pengguna (Rahmawaty, 2011).
Supriadi dan Zulkifli (2007) menyatakan bahwa informasi geografis pada peta digital mengandung posisi dan bentuk setiap feature di peta. Kebanyakan vector SIG mendukung tiga objek geometrik, yaitu ; (i) point, sepasang koordinat tunggal, (ii) line, dua atau lebih point dalam susunan tertentu dan (iii) polygon, suatu area garis tertutup. Informasi tampilan pada peta digital menjelaskan bagaimana peta ditampilkan. Umumnya informasi tampilan termasuk warna, lebar dan jenis garis, cara menampilkan nama jalan atau feature lainnya serta kode warna untuk danau, taman atau feature lainnya.
Penggunaan teknologi berbasis komputer untuk mendukung perencanaan pertanian mutlak diperlukan untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan informasi dalam bentuk tabel dan keruangan. Salah satu teknologi tersebut adalah Sistim Informasi Geografi (SIG) yang memiliki kemampuan membuat model yang memberikan gambaran, penjelasan dan perkiraan dari suatu kondisi faktual (Samsuri, 2004).
II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di enam tempat di Daerah Tapanuli Selatan yaitu : Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Angkola Selatan, Kecamatan Marancar, Kecamatan Batangtoru, Kecamatan Batang Angkola. Lokasi penelitian pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Gambar 2.
Analisis sifat fisika dan kimia tanah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara di Medan. Penelitian dilakukan mulai Juni sampai Agustus 2012.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompas, Global Positioning System (GPS), altimeter, kamera, timbangan, Sofware ArcView GIS 3.2,
Software SPSS 19, peta Tapanuli Selatan, Peta Administrasi. Bahan yang diperlukan meliputi sampel tanah setiap perwakilan Kecamatan, kebun salak dan bahan dan alat untuk analisa tanah di laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Gambar 2. Lokasi Penelitian Pada Beberapa Kecamatan Di Tapanuli Selatan Batang Toru Angkola Timur
Angkola Barat Angkola Selatan Batang Angkola
C. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan seperti disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Rangkaian Kegiatan Evaluasi Lahan dengan Enam Lokasi Data dari lapangan
Masukan data
Pengolahan data
Type penggunaan lahan
Karakteristik lahan Persyaratan penggunaan Lahan
Evaluasi lahan
Peta dasar
Peta digital polygon Satuan lahan
Peta digital kesesuaian lahan
D. Metode Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Satuan contoh ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu berdasarkan pada keperluan serta tujuan pembuatan peta dan analisis kesesuaian lahan yang nantinya memungkinkan untuk digunakan di enam Kecamatan. Untuk mendapatkan unsur keterwakilan data di tiap enam kecamatan maka sample ditempatkan pada masing-masing enam kecamatan di Tapanuli selatan.
Pelaksanaan kegiatan lapang ini pertama-tama dengan membagi setiap lokasi penelitian menjadi beberapa bagian satuan petak kebun. Dari enam Kecamatan diperoleh sebanyak tiga puluh titik lokasi pengambilan sampel tanah.
Contoh tanah diambil dari tiga puluh titik pengeboran sekaligus diadakan pengamatan morfologi lahan yang meliputi lereng, permukaan batuan dan batuan singkapan, ketersediaan oksigen dan media perakaran.
Data produksi tanaman salak diambil pada setiap Satuan Petak Tanah pada masing-masing Kecamatan. Data produksi dihitung dengan meenimbang berat buah salak setiap musim panen dengan lima sampel pohon salak setiap lokasi.
Analisa laboratorium meliputi analisa kimia dan analisa fisika tanah seperti tekstur tanah, KTK, Ca (dd), Mg (dd), Na (dd), K (dd), C-organik dan tekstur tanah.
Bahaya erosi dapat dihitung berdasarkan Metoda Bouyoucos (Zachar, 1982) yaitu jumlah fraksi pasir ditambah fraksi debu dibagi fraksi liat, sebagai berikut:
E = ( Pasir + Debu ) / liat
Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun)
Sangat ringan (sr) < 0,15
Ringan (r) 0,15 - 0,9
Sedang (s) 0,9 - 1,8
Berat (b) 1,8 - 4,8
Sangat berat ( sb) >4,8
Sumber : BPT Bogor, 2003
2. Tahab Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kriteria tingkat kesuburan tanah menurut puslittan (1995), dan diinterpretasikan ke dalam kelas kesesuaian lahan untuk tanaman salak menurut sys et al (1993) dan puslittan (1995).
Selanjutnya mengkaji kelas kesesuaian lahan untuk tanaman salak yang dikaitkan dengan cara pengelolaan tanah.
Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses selanjutnya adalah evaluasi lahan yang ditentukan dengan cara matching (mencocokkan) antara karakteristik lahan pada setiap lokasi dengan persyaratan tumbuh tanaman salak.
Hasil penilaian berupa klas dan sub klas kesesuaian lahan dari tanaman yang dinilai ditentukan oleh faktor pembatas terberat, faktor pembatas tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih tergantung dari karakteristik lahannya (Sofyan dkk, 2007).