• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing ( Guided Discovery )

3. Metode Penemuan Terbimbing ( Guided Discovery )

Banyak sekali metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains khususnya fisika, contohnya eksperimen, diskusi, inquiry, discovery,

problem solving, dan masih banyak lagi. Guru harus pandai-pandai memilih metode mana yang cocok/sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat terlibat secara langsung agar siswa tidak merasa bosan. Pemilihan berbagai variasi pendekatan pembelajaran, strategi dan metode yang sesuai dengan situasi pembelajaran baik dari aspek guru maupun siswanya, merupakan sebuah upaya untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dan tercapainya tujuan pembelajaran yang direncanakan. Sebagai contoh dalam

pembelajaran sains khususnya fisika akan lebih menarik dan menyenangkan, apabila tidak hanya menggunakan metode ceramah saja. Dalam penelitian ini, akan coba digunakan salah satu metode pembelajaran yang menarik yaitu metode penemuan terbimbing (guided discovery). Selain merupakan contoh metode pembelajaran yang menarik, penemuan terbimbing (guided discovery) juga merupakan salah satu contoh penerapan pembelajaran yang konstruktivisme.

a. Pengertian Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)

Penemuan terbimbing (guided discovery) merupakan salah satu macam bentuk/tipe dari metode penemuan (discovery). Discovery

adalah model pembelajaran dimana guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk “menemukan sesuatu sendiri”, karena dengan menemukan sendiri siswa dapat mengerti secara lebih dalam (Suparno, 2007:72). Penemuan (discovery) merupakan metode belajar berbasis pencarian dan penyelidikan. Menurut Bruner (dalam Suparno, 2007:72), pembelajaran discovery adalah pendekatan kognitif dalam pembelajaran di mana guru menciptakan situasi sehingga siswa dapat belajar sendiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip. Siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya. Jadi, dalam discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh terlibat pada

persoalan-persoalannya, menemukan prinsip-prinsip atau jawaban lewat percobaan.

Penemuan terbimbing (guided discovery) merupakan model pembelajaran dimana guru membimbing siswa dalam tujuan untuk menemukan konsep-konsep baru. Dalam model penemuan terbimbing (guided discovery), guru tidak membiarkan siswa sendiri dalam menemukan konsep tetapi guru memberikan bimbingan dan langkah-langkah untuk memecahkan masalah yang ada sampai siswa menemukan konsep yang dicari.

b. Proses Discovery

Dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan”, Suparno (2007:73) menjelaskan tentang proses yang ada dalam metode discovery

meliputi: 1) Mengamati

Pada tahap ini siswa diminta mengamati gejala atau persoalan yang sedang dihadapi.

2) Menggolongkan

Setelah melakukan kegiatan pengamatan langkah berikutnya siswa mengklasifikasikan hal-hal apa saja yang ditemukan dalam pengamatan sehingga menjadi lebih jelas.

Pada proses ini siswa diajak untuk memperkirakan mengapa gejala itu bisa terjadi atau mengapa persoalan itu terjadi.

4) Mengukur

Siswa melakukan pengukuran terhadap persoalan yang diamati untuk memperoleh data yang lebih akurat yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan.

5) Menguraikan atau menjelaskan

Siswa dibantu untuk menjelaskan atau menguraikan dari data pengukuran yang dilakukan.

6) Menyimpulkan

Pada proses akhir siswa diminta mengambil kesimpulan dari data yang didapatkan.

c. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Discovery

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode

discovery yaitu sebagai berikut (Suparno, 2007:74) : 1) Persoalan/permasalahan diajukan oleh guru.

Pada langkah ini, guru mengajukan persoalan/permasalahan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

2) Siswa memecahkan persoalan/permasalahan tersebut.

Setelah persoalan diajukan guru, siswa diminta untuk memecahkan persoalan/permasalahan tersebut bisa secara sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok. Untuk memecahkan persoalan yang ada diperlukan proses seperti: mengamati, menggolongkan,

memprediksi, mengukur, menguraikan atau menjelaskan, dan menyimpulkan.

3) Konsep baru dijelaskan.

Pada langkah berikutnya, guru meminta siswa menyampaikan hasil pemecahan persoalan yang mereka kerjakan. Apabila ada konsep baru yang perlu ditambahkan, guru harus menambahkannya sehingga pengertian siswa akan semakin lengkap.

Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:22) mengenai garis besar prosedur pelaksanaan pembelajaran discovery, yaitu sebagai berikut :

1) Stimulation : guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca ataupun mendengarkan uraian yang membuat persoalan.

2) Problem statement : guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi berbagai persoalan.

3) Data collection : siswa melakukan proses pengumpulan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber atau melakukan uji coba sendiri, dll.

4) Data prossesing: pengolahan, pengacakan, pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan data pada tingkat kepercayaan tertentu.

5) Verification atau pembuktian : pembuktian dari hipotesis atau pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan informasi yang telah ada.

6) Generalization : berdasarkan hasil verifikasi, siswa menarik kesimpulan atau genaralisasi tertentu

d. Macam-macam Metode Discovery

Weimer mengidentifikasi adanya 6 tipe discovery (dalam Suparno, 2007:74), yaitu sebagai berikut:

1) Discovery

Discovery merupakan model pembelajaran yang menuntut seseorang menemukan sesuatu (pengetahuan) sendiri. Dalam menemukan prosesnya bebas tidak ada langkah-langkah khusus, yang terpenting adalah orang menemukan sesuatu hukum, prinsip, atau pengertian sendiri.

2) Discovery teaching

Discovery teaching merupakan model mengajar dengan cara menemukan sesuatu. Model ini lebih digunakan guru untuk mengajar siswa dengan cara penemuan.

3) Inductive discovery

Inductive discovery merupakan model penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif, yaitu mulai dari pengamatan banyak data kemudian disimpulkan. Proses penemuannya lengkap seperti proses pada metode ilmiah.

4) Semi-inductive discovery

Semi-inductive discovery juga merupakan model penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi prosesnya tidak lengkap seperti pada

inductive discovery. Ketidaklengkapan bisa terdapat pada data yang diambil hanya sedikit, dapat pula prosesnya yang disederhanakan, dll.

5) Unguided or pure discovery atau discovery murni

Unguided or pure discovery atau discovery murni merupakan model penemuan dengan langkah siswa diberi persoalan, kemudian siswa harus memecahkan sendiri persoalan tersebut dengan sedikit sekali petunjuk guru.

6) Guided discovery

Guided discovery merupakan model penemuan dengan langkah-langkah guru memberikan persoalan pada siswa untuk dipecahkan, dan guru memberikan petunjuk serta arahan bagaimana memecahkan persoalan itu. Artinya dalam memecahkan persoalan tersebut siswa mendapat bimbingan dari guru.

e. Keuntungan Belajar dengan Menggunakan Metode Discovery

Menurut Bruner ada beberapa keuntungan dari penggunaan metode discovery dalam belajar fisika antara lain sebagai berikut (Bruner, dalam Trowbridge & Bybee, 1996: 177, dalam Suparno 2007: 75):

Siswa hanya akan dapat mengembangkan pikirannya dengan berpikir menggunakan pikirannya sendiri. Dengan model discovery

pikiran siswa digunakan dan dilatih untuk memecahkan persoalan. 2) Mengembangkan motivasi instrinsik

Dengan menemukan sendiri dalam discovery siswa merasa puas secara intelektual. Kepuasan ini merupakan penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih menguatkan untuk terus mau menekuni sesuatu.

3) Belajar menemukan masalah

Untuk terampil dalam menemukan sesuatu, diperlukan sebuah praktik karena hanya lewat praktik itu siswa mampu menemukan sesuatu. Discovery ini adalah praktik menemukan sesuatu yang dapat memperkaya siswa dalam penemuan hal-hal yang lain di kemudian hari.

4) Ingatan lebih tahan lama

Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat akan yang dipelajari; dan sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan lama tidak mudah dilupakan.

5) Melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri. 6) Discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi

C. Perpindahan Kalor

Kalor dapat berpindah dari benda yang memiliki suhu tinggi ke benda yang memiliki suhu lebih rendah. Perpindahan kalor dapat terjadi secara langsung maupun dengan perantara. Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi (pancaran).

Dokumen terkait