• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

B. Metode Penemuan Terbimbing

J. Bruner merupakan tokoh yang mempopulerkan model belajar penemuan. Model ini melibatkan keaktifan siswa dalam memahami konsep - konsep, sedangkan guru hanya mendorong siswa agar memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan konsep - konsep untuk diri mereka sendiri.

Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, sehingga belajar dengan penemuan akan memberikan hasil yang paling baik. Lebih lanjut Bruner mengatakan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.

Menurut Herman Hudojo, menemukan berarti menghasilkan sesuatu untuk pertama kali dengan menggunakan imajinasi, pikiran, atau eksperimen. Penemuan dalam belajar matematika berarti kegiatan menghasilkan suatu ide matematika, suatu aturan, atau suatu cara penyelesaian masalah untuk pertama kali. Ide matematika yang ditemukan pertama kali oleh siswa akan lebih dipahami dan diingat. Maka dari itu, penemuan digunakan sebagai salah satu metode dalam belajar matematika. Lebih lanjut, Herman Hudojo menyebutkan metode penemuan sebagai suatu cara penyampaian topik - topik matematika sedemikian hingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola - pola atau struktur - struktur matematika melalui serentetan pengalaman - pengalaman belajar yang lampau. Dengan metode penemuan terbimbing diharapkan siswa secara aktif terlibat di dalam menemukan suatu prinsip dasar sendiri, ia akan memahami konsep lebih baik, ingat lebih lama dan akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mampu menggunakannya ke dalam konteks yang lain, serta membawa anak ingin mengetahui lebih lanjut hubungan - hubungan yang lain.

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Discovery (penemuan) terpimpin / terbimbing, yaitu pelaksanaan discovery yang dilakukan atas petunjuk dari guru. Dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ketitik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.

Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak dalam Satrio Wahono (2012), model penemuan terbimbing digunakan untuk mengajarkan konsep (kategori dengan karakteristik - karakteristik yang sama) dan generalisasi (hubungan antar konsep). Beberapa generalisasi dianggap berlaku bagi semua kasus dan secara umum disebut prinsip atau hukum. Generalisasi lainnya secara manasuka diturunkan oleh manusia dan disebut aturan - aturan akademis. Model ini juga dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010: 19 - 20), Discovery learning adalah belajar mencari atau menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya adalah demikian :

16

a. Simulation. Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.

b. Problem Statement. Anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

c. Data Collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan , membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

d. Data Processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya semuanya diolah, diacak, dan diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

e. Verification atau Pembuktian. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f. Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.

Langkah - langkah yang harus diperhatikan dalam metode Discovery menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009 : 78) adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa;

b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari; c. Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari;

d. Menentukan peran yang akan dilakukan masing - masing peserta didik;

e. Mencek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan;

f. Mempersiapkan setting kelas;

g. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan;

h. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan penemuan;

i. Menganalisis sendiri atas data temuan;

j. Merangsang terjadinya dialog interaksi antar peserta didik;

k. Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan penemuan;

l. Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip - prinsip dan generalisasi atas hasil temuan.

18

Kelebihan dari Metode Penemuan Terbimbing menurut Herman Hudojo adalah sebagai berikut :

a. Siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya sebab ia berpikir tidak sekedar mendengarkan informasi atau menelan seonggok ilmu pengetahuan yang telah siap di”loloh”kan.

b. Siswa benar - benar dapat memahami suatu konsep atau rumus sebab siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan rumus itu.

c. Metode ini memungkinkan pengembangan sifat ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu dari para siswa.

d. Dengan merasa menemukan sendiri, siswa merasa puas dan dengan demikian kepuasan mental sebagai nilai intrinsik terpenuhi. Hal ini mengakibatkan siswa ingin menemukan lebih lanjut.

e. Dengan metode penemuan terbimbing guru tetap mempunyai kontak pribadi dengan murid.

f. Terdapat bukti bahwa siswa - siswa yang memperoleh pengetahuan melalui metode penemuan adalah lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks (Cooney, 1957, hal. 169).

g. Metode ini membatasi guru untuk menambah materi baru bila ternyata siswa masih belum memahami materi yang sedang dipelajari.

Kelemahan dari Metode Penemuan Terbimbing menurut Herman Hudojo adalah sebagai berikut :

a. Metode ini merupakan metode yang memakan banyak waktu. Jadi lambat. Selain itu juga belum ada kepastian, apakah siswa akan tetap bersemangat menemukan.

b. Tidak semua guru mempunyai semangat dan kemampuan mengajar dengan metode ini. Lagi pula bagi guru yang pekerjaannya sudah “sarat muatan”nya, metode tersebut dirasakan terlalu berat.

c. Tidak setiap anak dapat diharapkan sebagai seorang “penemu”. Ketidaksiapan intelektual anak harus diperhitungkan. Apabila bimbingan guru tidak sesuai dengan kesiapan intelektual anak akan merusak struktur kognitifnya. Demikian pula, apabila bimbingan itu terlampau banyak akan mematikan inisiatif anak.

d. Metode ini tidak dapat digunakan untuk setiap topik matematika. e. Kelas harus kecil sebab metode ini memerlukan perhatian guru

terhadap masing - masing individu anak didik.

Kelebihan dari Metode Penemuan Terbimbing menurut Markaban adalah sebagai berikut :

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari -

temukan).

20

d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannnya.

Kelemahan dalam metode Penemuan Terbimbing menurut Markaban adalah sebagai berikut :

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa merasa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.

c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik - topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing.

Dokumen terkait