• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penerapan Salat untuk Anak Usia 7-10 Tahun

Dalam dokumen Metode Pendidikan Shalat Anak Usia 7 10 (Halaman 41-51)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Metode Penerapan Salat untuk Anak Usia 7-10 Tahun

Penelitian yang saya lakukan adalah dengan metode penelaahan dan analisis dari berbagai referensi mulai dari kajian pustaka dan beberapa ahli tentang metode penerapan salat untuk anak usia 7-10 tahun yaitu sebagai berikut;

Berdasarkan Manhaj Islam mengarahkan bahwa para pendidik dan orang tua agar bersikap lemah lembut dan santun kepada anak pada usia pra sekolah atau balita karena sangat memberi pengaruh besar dalam suksesnya proses pendidikan dan pembentukan kepribadian anak. Dari Aisyah r.a bahwasanya Rasulullah saw bersabda,

ْنِم ُع َزْْْنُي َلَو ُهَنا َز للِإ ٍءْي َش يِف ُنْوُكَي َل َقْف ّرلا لنِإ

ُهَنا َش للِإ ٍءْي َش

“Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali pasti menghiasinya dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan merusaknya”(HR.Muslim)

Dari Aisyah r.a, Rasulullah saw bersabda ,

ِهّلُك ِرْمَ ْلا يِف َقْف ّرلا ّبِحُي ٌقْيِف َر َهللا لنِإ

“Sesungguhnya Allah Maha lemah-lembut dan cinta kelembutan dalam segala perkara”(Mutafaq ‘Alaih)

Dari Aisyah r.a, Nabi saw bersabda,

اَْْم َقْف ّرلا ىَلَع ْيِطْعُيَو َقْف ّرلا ّبِحُي ٌقْيِف َر َهللا لنإ

ُهاَوِساَم ىَلَع ْيِطْعُيَلاَمَو ِفْنُعْلا ىَلَع ْيِطْعُيَل

“Sesungguhnya Allah Maha lemah lembut cinta kelembutan dan Allah member kepada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada sikap kekerasan serta tidak diberikan kepada selainnya”.

Umar bin khatab r.a memberi nasehat kepada para pendidik dan orang tua cara mendidik anak pada usia pra sekolah berkata, “Ajaklah anakmu bermain umur tujuh tahun, didiklah umur tujuh tahun dan dampingilah dalam hidup umur tujuh tahun.(Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi,2004:133)

Adapun metode penerapan kewajiban salat untuk usia 7-10 tahun adalah berdasarkan hadits dibawah ini:

ْنَع ِهْْيِبَأ ْنَع َةَرْب َْْس ِنْب ِعْْيِبلرلا ِنْب ِكِلَمْلا ِدْبَع ْنَع

او ُرُْْم َْملل َْْسَو ِهْيَلَع ُهلللا ىللَص ّيِبلنلا َلاَق َلاَق ِهّدَج

َر ْْْشَع َغَلَب اَذِإَو َنيِنِس َعْبَس َغَلَب اَذِإ ِة َللصلاِب ليِبلصلا

اَهْيَلَع ُهوُبِرْضاَف َنيِنِس

“Dari Sabrah bin Ma'bad Al Juhani RA, dia berkata, "Nabi SAW bersabda, 'Perintahkanlah anak-anak untuk mengerjakan salat, apabila telah berumur tujuh tahun. Dan apabila telah berumur sepuluh tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya.”(HR.Abu Daud No.494 Bab

yu’maru al-ghulamu bi as-shalaati? -Bab Kapan anak-anak mulai diperintahkan salat?-)

Adapun dalam hadits riwayat Abu Daud No.495 yaitu,

َلاَق َلاَق ِهّدَج ْنَع ِهيِبَأ ْنَع ٍْبْيَع ُش ِنْب وِرْمَع ْنَع

ْمُكَد َلْوَأ اوُرُم َمللَسَو ِهْيَلَع ُهلللا ىللَص ِهلللا ُلوُسَر

اَهْيَلَع ْمُهوُبِرْضاَو َنيِنِس ِعْبَس ُءاَنْبَأ ْمُهَو ِة َللصلاِب

ِعِجاَضَمْلا يِف ْمُهَنْيَب اوُق ّرَفَو ٍر ْشَع ُءاَنْبَأ ْمُهَو

Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, beliau berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Perintahkanlah kepada anak-anakmu shalat, sedang mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau meninggalkannya, sedang mereka berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah di antara mereka itu dari tempat tidurnya.”

Ada beberapa syarah hadits yang dijelaskan oleh beberapa ulama hadits yaitu sebagai berikut:

ِنيّدلا ّزِع ُخْي لشلا َلاَق ّيِمَقْلَعْلا َلاَق ) ليِبلصلا او ُرُم(

ُثيِدَْْحْلا اَذَه المَأَو اًبَطاَخُم َسْيَل ّيِبلصلا ِم َللسلا ُدْبَع

ا ًرْْْمَأ َسْيَل ِءْي لْْشلاِب َرْْْمَ ْلا لنَ ِل ِءاَْْيِلْوَ ْلِل ٌرْْْمَأ َوُْْهَف

ِء ْي لشلا َكِلَذِب

“yang dimaksud dengan “murru as-shobiya” telah berkata al-‘alqamiy telah berpendapat Syaikh ‘izzuddin abdussalam bahwa kalimat as-shabiyyu bukan sebagai mukhatab. Dan adapun hadits ini adalah perintah kepada orangtua karena perintah terhadap sesuatu bukan perintah terhadap sesuatu itu”

ِريِغلصلا ِعِماَجْلا ِح ْر َش ِريِدَقْلا ِحْتَف يِف ّيِواَنُمْلا َلاَق

يِتللا ُمِهِعِجاْْْْْْضَم يِف ْمُكِد َلْوَأ َنْيَب اوُْْْْْْق ّرَف ْيَأَ

ِلِئاَوَغ ْنِم ا ًرَذَْْح ا ًر ْْْشَع اوُْْغَلَب اَذِإ اَْْهيِف َنوُماَْْنَي

ٍتاَوَخَأ لنُك ْنِإَو ِةَوْه لشلا

“telah berkata imam munawi dalam kitab “fathul qadir syarah al-jam’i as- shagir” yaitu hendaklah dipisahkan antara anak-anakmu didalam kamar tidur yang mereka tidur ditempat itu jika usianya sudah 10 tahun sebagai peringatan dari bahayanya syahwat jika terdapat anak perempuan”

Berdasarkan beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa begitu sangaut pentingnya bagi para orangtua ataupun pendidikn untuk memperhatikan secara serius tehadap anaknya usia 7-10n tahun untuk dimulai pendidikan salat bahkan sampai pemisahan kamar antara anak laki-laki dan perempuan. Ini menunjukkan bahwa pendidika seks pun dalam islam sudah terdahulu diajarkan dan dicontohkan oleh rasulullah saw.

Selain itu menurut al-qamiy bahwa pada hakekatnya perintah salat kepada anak itu bukan ditunjukkan atas wajibnya salat bagi anak-anak akan tetapi wajibnya para orangtua untuk mulai memerintahkan serta mengajarkan salat kepada anak mulai usia 7-10 tahun sebagaimana beliau sebutkan bahwa “perintah terhadap sesuatu bukan berarti sesuatu itu wajib” tergantung pada siapakan objek perintah itu ditunjukkan.

Berdasarkan hadits diatas bahwa setidaknya ada dua bentuk umum dalam menerapkan kewajiban salat pada usia 7-10 tahun yaitu:

Pada usia 7 tahun rasulullah saw mememerintahkan kepada para orang tua untuk mulai perintahkan shalat kepada anaknya. Ada beberapa metode yang dilakukan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam mendidik anak untuk salat yaitu:

a. Metode Uswah (Contoh)

sebagaimana dijelaskan dalam hadits dibawah ini yaitu:

نع كلام انربخا لاق فسوي نبا هللا دبع ْانثدح

ميلس نبا رمع نع ريبزلا نبا هللادبع نبا رمع

لوْْسر نا يراْْصنلا ةداْْتق يبا نع يقرزْْلا

وْْهو يلْْصي ناْْك ْملْْسو هْْيلع هْْللا يلْْص هللا

يلْْص هْْللا لوْْسر تنب بنيز تنب ةماما لماح

دْْبع نب ةْْعيبر نب صاعلا يبل ملسو هيلع هللا

اهلمح ماق اذاو اهعضو دجس اذاف شمس

Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari ‘Amar ibn Sulmi az- Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa Rasulullah saw. salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya”. (Shahih Bukhari Juz I,2001:109)

Menurut al-Asqalâni, ketika itu orang-orang Arab sangat membenci anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw.) di pundaknya ketika salat.(Sumber:

http://jailani-putra.blogspot.com/p/metode-metode-pendidiken-islam- dalam-al.html)

Dalam hadits tersebut bahwa pendidikan salat kepada seorang anak oleh rasulullah saw sudah dilakukan sejak usia anak masih kecil sehingga anak secara tidak langsung sudah bisa meniru bagaimana cara melaksanakan salat akan tetapi pada usia kecil anak masih belum faham sebab perkembangan kognitif pada usia tersebut masih kurang sehingga dalam pelaksanaannya pun hanya sekedar melaksanakan saja seperti halnya bermain. Akan tetapi walaupun begitu pada usia tujuh tahun pun sama selain sudah mulai diperintahkan dalam salat, seorang anak harus diberikan contoh dulu oleh kedua orang tuanya sehingga memperkuat keinginan anak dalam melaksanakan kewajiban salat.

b. Metode Kasih Sayang

Ketika orang tua atau pendidik memerintahkan salat kepada anak usia tujuh tahun hendaklah jangan dulu dipersulit akan tetapi permudahlah dan pelan-pelan sampai anak benar-benar terbiasa dalam salat. Sebab pada dasarnya ibadah itu mudah sebagaimana sabda rasulullah saw:

ِهْْْْْيَلَع ُهلللا ىلل َْْْْص ّيِبلنلا ْنَع َة َرْْْْْي َرُه يِبَأ ْنَع

ٌدَْْحَأ َنيّدلا لدا َشُي ْنَلَو ٌرْسُي َنيّدلا لنِإ َلاَق َْمللَسَو

ْاوُنيِعَت ْْْساَو او ُر ِْْشْبَأَو اوُبِراَْْقَو اوُدّدَسَف ُهَبَلَغ للِإ

ِةَجْلّدلا ْنِم ٍءْي َشَو ِةَحْو لرلاَو ِةَوْدَغْلاِب

dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan berilah

kabar gembira dan minta tolonglah dengan Al Ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah ((berangkat di waktu malam) ".(Shahih Bukhari Juz I,2001:16)

Dipertegas pula pada hadits lain,

ِهْيَلَع ُهللا ىللَص ّيِبلنلا ِنَع ، ٍكِلاَم ِنْب ِسَنَأ ْنَع

َ لَو ،اوُر ّشَبَو ،اوُرّسَعُت َلَو اوُرّسَي« :َلاَق ْ، َمللَسَو

»او ُرّفَنُت

“Dari anas bin malik dari nabi saw bersabda : mudahkanlah dan jangan mempersulit, memberilah kabar gembira dan jangan membuat lari” (Shahih Bukhari Juz I,2001:25)

Beberapa hadits diatas sangatlah jelas bahwa dalam mendidik anak salat maka hendaklah dipermudah sehingga anak merasa menikmanti ketika melaksanakannya.

2. Hukuman

Pada usia sepuluh tahun rasulullah saw memerintahkan untuk memberikan hukuman berupa pukulan kepada anak yang tidak melaksanakan kewajiban salat sebab pada usia ini anak sudah mulai berfikir dan awal mula bisa membedakan mana yang benar dan salah akan tetapi tetap saja hukumannya pun sesuai dengan usianya, jadi hukuman disini untuk pendidikan. Adapun hukuman ini mesti diiringi dengan metode targhib (motivasi) dan tarhib (ancaman) dibawah ini:

a. Metode Targhib dan Tarhib

Targhib Penghargaan atau hadiah dalam pendidikananak akan memberikan motivasi untuk terus meningkatkan atau paling tidak

memperahankan prestsi yang telah dicapainya, di lain pihalk temannya yang melihat akan ikut termotifasi untuk memperoleh yang sama.Sedangkan sangsi atau hukuman sangat berperan penting dalam pendidikan anak sebab pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Secara psikiologis dalam diri manusia ada potensi kecendrungan berbuat kebaikan dan keburukan (al fujur wa taqwa). Oleh karena itu pendidikan Islam berupaya mengembangkan manusia dalam berbagai cara guna melakukan kebaikan dengan berbekal keimanan. Namun sebaliknya pendidikan Islam berupaya semaksimal mungkin menjauhkan manusia dari perbuatan buruk dengan berbagai aspeknya. Jadi tabiat ini perpaduan antara kebaikan dan keburukan , sehingga tabiat baik harus dikembangkan dengan cara memberikan imbalan, penguatan dan dorongan. Sementara tabiat buruk perlu dicegah dan dibatasi ruang geraknya.

Seorang anak yang pandai dan selalu menunjukkan hasil pekerjaan yang baik tidak perlu selalu mendapatkan hadiah (reward) sebab dikhawatirkan hal itu bias berubah menjadi upah dan itu sudah tidak mendidik lagi. Di sinilah dituntut kebijaksanaan seorang guru sehingga pemberian hadiah ini sesuai dengan tujuannya yaitu memberikan motivasi .(Sumber:http://ibnuqosim.blogspot.com/2010/10/mengenal- methode-targhib-dan-tarhib.html)

Tarhib adalah Hukuman (Punishment) dalam pendidikan mempunyai porsi penting, pendidikan yang terlalu bebas dan ringan akan membentuk anak didik yang tidak disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Namun begitu sangsi yang baik adalah tidak serta merta dilakukan, apalagi ada rasa dendam. Sangsi dapat dilakukan dengan bertahap, misalnya dimualai dengan teguran, kemudian diasingkan dan seterusnya dengan catatan tidak menyakiti dan tetap bersipat mendidik.

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu membagi hukuman menjadi dua yakni ;

1. Hukuman yang dilarang, seperti memukul wajah, kekeraan yang

berlebihan, perkataan buruk, memkl ketika marah, menendang dengan kaki dan sangat marah.

2. Hukuman yang mendidik dan bermenpaat, seperti memberikan

nasihat dan pengarahan, mengerutkan muka, membentak, menghentikan kenakalannya, menyindir, mendiamkan, teguran,duduk dengan menempelkan lutut keperut, hukuman dari ayah, menggantungkan tongkat, dan pukulan ringan.

Terkadang memang menunda hukuman akan lebih besar dampaknya dari pada menghukum yang dilakukan secara spontanitas .Penundaan akan membuat seorang akan berbuat yang sama atau mengulangi kesalahan lain lantaran belum adanya hukuman yang dirasakan akibat kesalahan yang pernah dibuatnya. Sebaiknya tindakan ini jangan

dilakukan terus menerus. Bila kita telah berusaha semaksimal mungkin dalam mendidik dengan cara lain ternyata belum juga menurut, maka alternatif terakhir adalah hukman fisik (pukulan ) tetapi masih tetap pada tujuan semula yakni bertujuan mendidik.

Abdullah Nasih Ulwan menyebutkan persyaratan memberikan hukuman pukulan antara lain :

1. Pendidik tidak terburu-buru

2. Pendidik tidak memukul ketika dalam keadaan sangat marah

3. Menghindari anggota badanyang peka seperti kepala,muka,dada dan

perut.

4. Tidak terlalu keras dan menyakti

5. Tidak memukul anak sebelum ia berusia 10 tahun

6. Jika kesalah anak adalah untuk petama kalinya, hendaknya diberi

kesempatan untk bertobat, minta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan itu

7. Pendidik menggunakan tangannya sendiri

8. Jika anak sudah menginjak usia dewasa dan dengan 10 kali pukulan

tidak juga jera maka boleh ia menambah dan mengulanginya sehingga anak menjadi lebih baik.

Namun begitu, diperbolehkannya menghukum bukan berarti pendidik dapat melakukan hukuman sekehendak hatinya, terlebih pada hukuman fisik,ada anggota bagian badan tertentu yang perlu dihindari . Jadi Cuma bagian anggota tertentu saja yang dapat dilakukan ketika

melakukan hukuman fisik, misalnya pada bagian muka atau mata yang berakibat cacat anak sehingga menjadi minder.Jangan pula memukul kepala, karena berbahaya untuk perkembagan otak dan syaraf yang berakibat pada gangguan kejiawaan dan mental.Oleh karena itu apabila hukuman terpaksa akan dilakukan maka pendidik hendaknya memilih hukuman yang palinmg ringan akibatnya. Jika hukuman badan yang dijatuhkan maka pendidik memilih anggota badan lain yang lebih aman dan kebal terhadap pukulan seperti pantat dan kaki.

Dalam bukunya Armai Arief mengomentari tentang pemberian hukuman ada lima hal yang harus diperhatilan oleh si pendidik antara lain :

1. Tetap dalam jalinan cinta, kasih dan sayang

2. Didasarkan kepada alasan keharusan

3. Menimbulkan kesan di hati anak

4. Menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada anak didik

5. Diikuti dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan

(sumber:http://ibnuqosim.blogspot.com/2010/10/mengenal-methode- targhib-dan-tarhib.html)

Dalam dokumen Metode Pendidikan Shalat Anak Usia 7 10 (Halaman 41-51)

Dokumen terkait