• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pendidikan Shalat Anak Usia 7 10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Metode Pendidikan Shalat Anak Usia 7 10"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia itu melainkan hanya untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56:

ِنوُدُبْعَيِل للِإ َسْنِ ْلاَو لنِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.(Kemenag RI,2012:523)

Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa ternyata manusia mau tidak mau hidup di alam dunia ini mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada Allah swt sehingga dalam segala aktifitas manusia akan selalu didasari untuk beribadah kepada Allah swt.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dari sesuatu yang hina, akan tetapi mempunyai kewajiban yang mulia yaitu beribadah kepada Allah sepanjang hidupnya sehingga dengan inilah manusia itu mulia disisi Allah sebab terkadang banyak orang yang terlalu banyak alasan untuk beribadah dikarenakan sudah disibukkannya dengan urusan-urusan duniawi, maka jika ini terjadi manusia itu akan lupa fungsi dan perannya sebagai manusia di muka bumi ini.

Padahal kalau kita ingin menelaah beberapa ayat dalam Al-Qur’an sungguh kita akan menemukan bahwa ayat yang menjelaskan dan menerangkan mengenai ibadah itu sangatlah banyak. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya ibadah itu

(2)

untuk diperhatikan oleh setiap muslim. Adapun salah satu ayatnya yang menerangkan mengenai ibadah dalam surat Al-Baqarah ayat 21, yaitu :

ْنِم َنيِذللاَو ْْمُكَقَلَخ يِذللا ُمُكلب َر اوُدُْْبْعا ُسالنلا اَْْهّي

َأ اَْْي

َنوُقلتَت ْمُكللَعَل ْمُكِلْبَق

“Wahai manusia! Sembahlah tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”(Kemenag RI,2012: 4) Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa cangkupan ibadah disini sangatlah luas, bisa ibadah mahdhoh atau ghoir mahdhoh. Adapun yang dimaksud dengan ibadah mahdhoh adalah ibadah yang kaitannya langsung antara Allah dengan hambanya seperti salat, zakat, haji dan shaum. Sedangkan ibadah ghoir mahdhoh adalah ibadah yang kaitannya dengan muamalah antara sesama muslim seperti berbuat baik kepada tetangga dekat dan kerabat, menghormati guru, dan hal-hal lainnya.

Salat adalah salah satu contoh ibadah mahdhoh dan termasuk rukun islam yang kedua maka sepatutnya mesti setiap orang muslim itu menjalankannya karena salat adalah merupakan salah satu pondasi paling utama dalam menjalankan ibadah bahkan menjadikan amalan pertama kali yang akan dihisab di akhirat kelak sebagaimana rasulullah saw pernah bersabda di dalam suatu riwayat hadits dari sahabat Anas bin Malik, yaitu:

(3)

ُة َل لْْصلا ،ِةَْْماَيِقْلا َمْوَْْي ُمِل ْْْسُمْلا ُدْبَعْلا ِهِب ُبَساَحُي اَم

ْنِم ُهَْْل ْلَه او ُرُظْنا :َليِق للِإَو ،اَهلمَت

َأ ْنِإَف ،ُةَبوُتْكَمْلا

ْنِم ُة َْْضيِرَفْلا ِتَلِمْك

ُأ ٌعّوَْْطَت ُهَْْل َناَْْك ْنِإَْْف ؟ٍعّوَْْطَت

ُلْْْثِم ِة َْْضو ُرْفَمْلا ِلاَْْمْعَ ْلا ِرِئاَسِب ُلَعْفُي لمُث ،ِهِعّوَطَت

" َكِلَذ

“Dari Anas bin Hakim Adh-Dhabbiyyi, dia berkata, "Abu Hurairah berkata kepadaku, 'Jika kamu mendatangi penduduk negerimu, maka kabarkanlah pada mereka bahwa aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba yang Muslim pada hari kiamat adalah salat wajib. Jika dia menyempurnakannya dan jika tidak, maka akan dikatakan, 'Lihatlah apakah dia memiliki salat sunah?' Jika dia memiliki salat sunah, maka sempurnakanlah yang wajib dari yang sunahnya. Kemudian juga akan dilakukan hisab pada seluruh amalan yang wajib seperti itu" (HR.Ibnu Majah No.1425, Babu ma ja a fi awwali maa yuhaasabu bihi al-‘abdu as-shalaatu)

Dari hadits diatas setidaknya ada beberapa hikmah yang menunjukkan bahwa salat adalah suatu amalan paling pertama yang akan dihisab di akhirat sehingga alangkah sangat merugi dan bodohnya ketika ada seorang muslim yang tidak mengamalkan kewajiban salat semasa hidupnya, maka tentunya kita selaku umat islam harus saling mengingatkan dan membentengi terutama kepada keluarga kita sebelum hal ini terjadi sehingga disinilah perlunya untuk diterapkan pendidikan salat kepada seluruh orang muslim terutama anak–anak di usia dini sebagai tahap perkenalan, pembelajaran dan pembiasaan.

(4)

tetapi ia menginginkan anaknya menjadi sholeh walaupun sebetulnya yang paling berperan dalam mendidik anak salat secara psikologis adalah kedua orang tuanya.

Kita sering melihat begitu banyak para remaja zaman sekarang yang tidak melaksanakan kewajiban salat apalagi salat berjama’ah di masjid bahkan mereka lebih senang dengan kehidupan yang gaul dan trendy dibandingkankan melakukan hal–hal seperti itu. Jika ini terjadi maka akan melahirkan banyaknya kemaksyiatan dimana-mana dengan tanpa rasa malu sedikit pun padahal kalau kita ingin mengkaji secara mendalam ternyata salat adalah salah satu benteng untuk diri kita sendiri agar terhindar dari perbuatan fahsya dan mungkar sebagaimana Allah terangkan dalam surat Al-‘Ankabut ayat:45, yaitu:

ا

لنِإ َة َل لْْصلا ِمِقَأَو ِباَْْتِكْلا َنِم َكْْْيَلِإ َيِحوُأ اَْْم ُلْْْت

ِهلللا ُرْكِذَْْلَو ِرَْْكْنُمْلاَو ِءا َ

ْْشْحَفْلا ِنَع ىَهْنَت َة َل لْْصلا

(5)

: ُلوُْْقَي ،ا ًرِباَْْج ُتْعِم َ

ْْس : َلاَْْق ، َناَيْف ُ

ْْس يِبَأ ْنَع

لنِإ« :ُلوُْْقَي َملل َْْسَو ِهْْْيَلَع ُهللا ىللَص ليِبلنلا ُْتْعِمَس

»ِة َللصلا َك ْرَت ِرْفُكْلاَو ِك ْر ّشلا َنْيَبَو ِلُجلرلا َنْيَب

“Dari abu sufyan ia berkata: aku mendengar jabir berkata; aku mendengar nabi Muhammad saw bersabda: sesungguhnya (perbedaan) antara seorang laki-laki (muslim) dan antara orang musyrik dan kafir yaitu meninggalkan salat” (HR. Muslim No.134, Bab bayaani ithlaaqi ismi al-kufri ‘ala man taraka as-shalaata”)

Tetapi yang mejadi sebuah masalah ternyata tidak sedikit orang tua yang membiarkan anak-anaknya tanpa pengawasan yang ekstra diakibatkan sibuknya dalam menguruskan pekerjaannya sehingga tidak aneh ada cerita yang sering terdengar di masyarakat bahwa orang tua berangkat untuk bekerja ketika anak-anaknya masih tidur dan begitu pula ketika orang tuanya pulang dari bekerja pun ketika anak-anaknya sudah tidur. Maka timbul sebuah pertanyaan besar kapan orang tua itu dapat mendidik anak untuk salat?. Kita mesti ingat bahwa anak itu akan menjadi sebuah cobaan terhadap orang tuanya sebagaimana hal ini telah ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 28 yang berbunyi:

ُْهَدْنِع َهلللا لنَأَو ٌةَنْتِف ْمُكُد َلْوَأَو ْمُكُلاَوْمَأ اَملنَأ ْاوُمَلْعاَو

ميِظَع ٌرْجَأ

“Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan dan sesungguhnya disisi Allah ada pahala yang besar”.(Kemenag RI, 2012:180)

(6)

hari akan menjadi anak yang sholeh dan bermanfaat bagi umat islam dan inilah yang diinginkan oleh setiap orang tua ketika ia menunggu dan mengharapkan anaknya lahir ke alam dunia ini.

Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Ihya ‘Ulumuddin telah menyebutkan: “Perlu diketahui bahwa jalan untuk melatih anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari yang lainnya. Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan keburukan serta ditelantarkan seperti hewan ternak, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan binasa.(Rahman, 2005:19)

Tujuan pendidikan nasional terdapat di Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 yaitu mencerdaskan kehidupan, dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

(7)

mereka agar melaksanakan kewajiban salat. Inilah yang pernah dicontohkan pula oleh Rasulullah saw sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, yaitu:

ِهّدَْْج ْنَع ِهيِبَأ ْنَع َة َرْبَس ِنْب ِعيِب لرلا ِنْب ِكِلَمْلا ِدْبَع ْنَع

ليِب لْْصلا او ُرُْْم َملل َْْسَو ِهْيَلَع ُهلللا ىللَص ّيِبلنلا َلاَق َلاَق

َنيِن ِْْس َر ْ

ْْشَع َغَْْلَب اَذِإَو َنيِن ِْْس َعْب َْْس َغَْْلَب اَذِإ ِة َل لْْصلاِب

اَهْيَلَع ُهوُبِرْضاَف

“Dari Sabrah bin Ma'bad Al Juhani RA, dia berkata, "Nabi SAW bersabda, 'Perintahkanlah anak-anak untuk mengerjakan salat, apabila telah berumur tujuh tahun. Dan apabila telah berumur sepuluh tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya.'”(HR. Abu Daud No.494 dalam Bab Yu’maru al-ghulamu bi as-shalaati? -Bab Kapan anak-anak mulai diperintahkan salat?-) Dalam hadits tersebut ada beberapa hal yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini yaitu mengenai rasullah saw yang mulai mendidik anak-anak untuk melaksanakan salat pada saat usia 7–10 tahun dan kemudian memberikan sanksi berupa pukulan sebagai satu hukuman atas meninggalkan salat pada usia 10 tahun. Inilah yang menjadikan latar belakang penulis untuk meneliti secara mendalam tentang kaitan pendidikan yang dilakukan oleh rasulullah pada seorang anak usia 7–10 tahun dengan psikologis anak pada usia tersebut. Maka dari itu penulis akan tuangkan penelitian ini dalam skripsi dengan judul “METODE PENERAPAN KEWAJIBAN SALAT TERHADAP ANAK USIA 7–10 TAHUN (Analisis Psikologi Pendidikan Islam)”

(8)

Ada beberapa rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini berdasarkan pemaparan latar belakang di atas yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah metode penerapan shalat terhadap anak usia 7-10 tahun dalam melaksanakan kewajiban shalat?

2. Bagaimanakah psikologis anak usia 7-10 tahun dalam melaksanakan kewajiban shalat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis untuk melakukan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui metode penerapan shalat terhadap anak usia 7-10 tahun dalam melaksanakan kewajiban shalat.

2. Untuk mengetahui psikologis anak usia 7-10 tahun dalam melaksanakan kewajiban shalat.

D. Kerangka Pemikiran

Metode adalah kata benda yang mempunyai arti cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek-praktek pengajaran bahasa. (Senja,dkk, t.t:565)

(9)

Penerapan berasal dari kata terap yang artinya adalah berukir, sedangkan penerapan adalah pemasangan; pengenaan; perihal memperaktekan (Senja,dkk, t.t:808–809), maka dari itu kata penerapan lebih spesifik kepada praktek dibandingkan pendidikan yang memiliki makna yang sangat luas.

Berhadapan dengan anak-anak akan berbeda dengan orang dewasa dikarenakan anak-anak memiliki psikologis yang berbeda, mereka masih polos dan belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk sehingga seorang anak diibaratkan seperti kertas putih yang siap diisi dengan ukiran pendidikan yang Islami sehingga hal ini adalah kesempatan yang sangat strategis bagi orang tua ataupun pendidik untuk memberikan pengajaran-pengajaran salah satunya adalah mengenai salat.

Salat berasal dari bahasa arab yang berasal dari kata shalla – yushalli – shalaatan secara bahasa adalah do’a (Munawwir, 2002:702) sedangkan secara syara’ adalah ibadah yang mengandung ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang khusus, dimulai dengan mengagungkan Allah Ta’ala (takbir), diakhiri dengan salam.(Zakaria (ed.) , 2011:68)

(10)

bermanfaat seperti mengajaknya ke masjid untuk salat berjama’ah kendatipun anak itu salatnya sambil bermain akan tetapi ini akan menjadi pengenalan pertama mengenai salat baginya.

Bila pada awal pertumbuhannya sang anak ditelantarkan begitu saja, maka kebanyakan anak yang bersangkutan akan tumbuh menjadi orang yang berperangai buruk, pendusta, pendengki, suka mencuri, suka mengadu domba, suka meminta dengan paksa, suka berbuat iseng, suka tertawa, dan gemar melakukan tipu muslihat serta perbuatan abnormal. Sesungguhnya semuanya itu dapat dihindari hanya dengan menerapkan pendidikan yang baik terhadapnya. (Rahman , 2005:20)

Masa kanak-kanak disebut dalam bahasa arab adalah tiflun sedangkan kata thiflun itu memiliki dua pengertian sebagaimana dijelaskan oleh Abdur Rasyid dalam Kitab Turuqut Tadris At-tarbiyati Al-Islamiyyah yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak akhir, adapun yang dimaksud dengan masa kanak-kanak awal berawal dari usia buaian (bayi) sampai usia 6 tahun sedangkan masa kanak-kanak akhir dari usia 6 tahun sampai 12 tahun yang disebut dengan al-muraahiqah.

(11)

Pendidikan yang bersifat terapan terhadap anak ini sudah terlebih dahulu ada di dalam Al-Qur’an dan Hadits sebelum munculnya metode-metode pendidikan yang sekarang sudah familiar di mana-mana terutama di dunia akademis, akan tetapi perlu diketahui juga ketika kita mengamalkan serta mencontoh tipe-tipe pendidikan yang bersifat terapan dalam Al-Qur’an dan hadits ini lebih diutamakan dibandingkan dengan meteode-metode yang ada sekarang sebab akan banyak sekali hikmah luar biasa yang terkandung didalamnya sehingga tidak sedikit kita ditemukan beberapa metode – metode yang ada itu mirip dengan apa yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Filosof-filosof pendidikan islam telah menyuarakan apa yang disuarakan oleh ahli-ahli ilmu pendidik dan ahli-ahli moral di waktu itu yaitu supaya pembentukan tingkah laku yang baik pada anak-anak dilakukan sejak waktu kecilnya, seperti membiasakan ia tidur lebih cepat, membiasakan ia berjalan dan melakukan gerakan-gerakan olah raga, membiasakan supaya jangan meludah di tempat-tempat umum, jangan mengeluarkan ingus atau berdiri membelakang di mana ada orang lain, jangan ongkang-kaki, jangan suka berdusta dan jangan suka bersumpah, baik benar ataupun salah dan membiasakan anak-anak itu mentaati ibu-bapak dan gurunya. Dikatakan bahwa :

ِهْيَلَع لبا َش ٍئْي َش ىَلَع لب َش ْنَم

“Siapa yang membiasakan sesuatu di waktu mudanya, waktu tua akan menjadi kebiasaannya juga” (al-Abrasyi, 1987:111-112)

(12)

itu dapat dicari hukum-hukum psikologi yang mendasarinya. Adalah penting sekali para pendidik mengetahui hukum-hukum tersebut sehingga dengan demikian akan dapat memahami anak didiknya dengan lebih baik. Dalam meninjau masalah ini kita menempatkan manusia di dalam dunianya; selanjutnya kita coba jelaskan apa yang dihayati, sebagaimana penghayatannya, dan apa yang dikerjakannya, apa yang mendorongnya, dan sebagainya. (Sumadi Suryabrata, 1993:13)

E. Langkah – langkah Penelitian

Prosedur penelitian yang akan ditempuh penulis adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, data yang digunakan adalah data lunak, yang berupa kata-kata, baik yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Data yang dihimpun penulis mencangkup data-data tentang masalah yang akan dibahas, yakni metode penerapan kewajiban salat terhadap anak pada usia 7 -10. Data ini meliputi data untuk syarah al-Hadits, jenis data mengenai pembinaan anak secara Islami dan psikologis yang berkaitan dengan masalah pembahasan serta data-data sebagai penunjang dalam memberikan penjabaran dan kesimpulan.

2. Menentukan Sumber Data

(13)

yang lain sebagai data pelengkap, yaitu buku-buku mengenai pembinaan anak secara Islami dan psikologis.

Adapun sumber data utama dalam penelitian ini adalah:

a. ‘Aunul ma’bud syarhu sunan abi daud wa ma’ahu haasyiyah ibnu qoyyim : tahziibu sunan abi daud wa idhahu ‘illalihi wa musykalaatihi, Karya Muhammad asyraf bin amir bin ‘ali bin haidar.

b. Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi at-tirmidzi, Karya abu al-‘alaa Muhammad Abdurrahman bin abdurrahim al-mubarakfury.

Adapun literatur lainnya sebagai sumber data pelengkap, yaitu buku-buku mengenai pendidikan anak secara Islami dan psikologis diantaranya buku-buku karya: thawilah 2008, Rahman 2005, Istadi 2007.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penyelidikan yang menuturkan, menganalisis, dan mengklasifikasikan penyelidikan. Metode penelitian deskriptif ini, termasuk kategori penelitian kualitatif yang bersifat normatif. Dimana penelitian yang dijadikan norma-norma dalam hal ini adalah pendapat para mufasir serta para ahli ilmu pendidikan anak dan psikologis anak. Dengan menggunakan metode deskriptif ini, penulis melakukan penelitian terhadap beberapa kitab syarah hadits dan buku-buku pendidikan anak secara Islami dan psikologi anak (book research).

(14)

Adapun teknik pengumpulan data, penulis menggunakan cara studi kepustakaan serta dokumentasi. Dengan melakukan penelaahan terhadap beberapa uraian syarah hadits tersebut oleh para ahli syarah yang kitabnya telah disebutkan di atas. Dan terhadap beberapa uraian yang ada dalam beberapa literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Selanjutnya dicari hubungan antara penafsiran para ulama terhadap pembahasan yang dikaji, ditambah dengan pendapat dari pakar pendidikan.

5. Analisis data

Karena data yang digunakan penulis dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, penulis menggunakan analisis isi (Content Analysis). Tahap-tahapnya yaitu Reduksi (seleksi) data; display (penyajian) data, dan penfikasi (penyimpulan) data. Sebagai alat untuk menganalisisnya, penulis menggunakan cara logika dengan berdasarkan pada ilmu pendidikan anak secara Islami. Langkah-langkah yang digunakan oleh penulis berdasarkan pada pendapat maleong yang mengatakan bahwa untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Proses Satuan (Unityzing)

Proses satuan digunakan dalam rangka untuk menghaluskan data satuan dengan membaca, mempelajari serta mengidentifikasi satuan-satuan dan analisis serta memasukannya ke dalam kartu indeks

(15)

Proses kategorisasi dilakukan dengan maksud untuk mengelompokkan data-data yang telah ada berdasarkan pada pola pemikiran.

c. Penafsiran

Penafsiran maksudnya adalah untuk menetapkan makna fakta-fakta yang telah diperoleh secara utuh melalui penafsiran yang dilakukan sejka pengumpulan data pertama hingga akhir

6. Penarikan kesimpulan

(16)

BAB II

LANDASAN TEORITIS TENTANG METODE PENERAPAN KEWAJIBAN SALAT TERHADAP ANAK USIA 7-10 TAHUN

A. Pengertian Metode

Adapun Metode itu sendiri berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.

(http://id.wikipedia. org/wiki/Metode)

(17)

kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan.(

http://www.artikata.com/arti-340805-metode.html) Sedangkan menurut Kamusa Besar Indonesia bahwa

metode adalah kata benda yang mempunyai arti cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek-praktek pengajaran bahasa. (Senja,dkk, t.t:565)

Selain itu Menurut Rosdy Ruslan (2003:24), Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.

(

http://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metode-penelitian/)

Dari beberapa definisi diatas menunjukkan bahwa metode adalah pada dasarnya adalah alat untuk mempermudah untuk melakukan sesuatu sehingga tidak heran apabila kalimat metode sering diiringi kata-kata sesudahnya seperti metode penelitian, metode belajar, metode menghafal, metode mengajar dan masih banyak lagi.

Metode pendidikan yang dilakukan oleh rasulullah saw serta dijelaskan dalam

Al-Qur’an sangatlah banyak diantaranya yaitu

(http://jailani-putra.blogspot.com/p/metode-metode-pendidiken-islam-dalam-al.html) :

1. Metode Perumpaaan (ilustrasi)

Rasulullah saw biasanya dalam menyampaikan pendidikan rasulullah saw selain dengan metode ceramah kadang-kadang juga dengan

(18)

menggunakan metode perumpaan (ilustrasi) dengan harapan para sahabat lebih paham dan mengerti tentang isi risalah yang akan disampaikan oleh rasulullah saw sebagaimana hadits dibawah ini yang melakukan perumpaan salat dengan mandi,

ُهلللا ىللَص ِهلللا َلوُس َر َعِمَس ُهلن

َأ َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع

ِباَْْبِب ا ًرَْْهَن لن

َأ ْوَْْل ْمُتْيَأَرَأ ُلوُْْقَي َْملل َْْسَو ِهْْْيَلَع

َكِلَذ ُلوُقَت اَم اًسْمَخ ٍمْوَي للُك ِهيِف ُلِسَتْغَي ْمُكِدَحَأ

اًئْي َ

ْْش ِهِْْن َرَد ْنِم يِقْبُي َل اوُلاَْْق ِهِْْن َرَد ْنِم يِقْبُي

ِهِْْب ُهلللا وُحْمَي ِسْمَخْلا ِتاَوَللصلا ُلْثِم َكِلَذَف َلاَق

اَياَطَخْلا

Dari Abu Hurairah, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali setiap hari? Apakah kalian menganggap masih akan ada kotoran (daki) yang tersisa padanya?" Para sahabat menjawab, "Tidak akan ada yang tersisa sedikitpun kotoran padanya." Lalu beliau bersabda: "Seperti itu pula dengan shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapus semua kesalahan."(HR.Bukhari No.528 Babu as-shalati kifaaratun -)

2. Metode Teladan

Dalam al-Qur’an kata teladan disamakan pada kata Uswah yang kemdian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik. Sehingga dapat terungkapkan menjadi Uswatun Hasanah yang berarti teladan yang baik. Kata uswah dalam al-Qur’an diulang sebanyak enam kali dengan mengambil contoh Rasullullah SAW, Nabi Ibrahim dan kaum yang beriman teguh kepada Allah. Firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab :

(19)

“Sesungguhnya dalam diri Rasullullah itu kamu dapat menemukan teladan yang baik” (Q.S.al-Ahzab:21)

Muhammad Quthb, misalnya mengisyaratkan bahwa di dalam diri Nabi Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung.metode ini dinggap sangat penting karena aspek agama yang trpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan aektif yang terwujud dalam tingkah laku(behavioral).

3. Metode Kisah-Kisah

Di dalam Qur’an selain terdapat nama suatu surat, yaitu surat al-Qasash yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah, juga kata kisah tersebut diulang sebanyak 44 kali. Menurut Quraish Shihab bahwa dalam mengemukakan kisah di al-Qur’an tidak segan-segan untuk menceritakan “kelemahan manusiawi”. Namun, hal tersebut digambarkanya sebagaimana adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang rangsangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan menggaris bawahi akibat kelemahan itu, atau dengan melukiskan saat kesadaran dan kemenangannya mengalahkan kelemahan tadi.

(20)

kekayaan yang diperolehnya adalah berkat kerja keras dan usahanya sendiri. Sehingga muncul kekaguman orang-orang sekitarnya terhadap kekayaan yang dimilkinya, tiba-tiba gempa menelan Karun dan kekayaanya. Orang-orang yang tadinya kagum menyadari bahwa orang yang durhaka tidak akan pernah memperoleh keberuntungan yang langgeng. Pelajaran yang terkandung dalam kisah tersebut adalah mengingatkan menusia agar jangan lupa bersyukur kepada Allah, jangan lupa diri, takabbur, sombang dan seterusnya, karena itu semua hal yang tidak disukai oleh Allah.

Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari akan adanya sifat alamiah manusia yang menyukai cerita dan menyadari pengaruh besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu tehnik pendidikan. Islam mengunakan berbagai jenis cerita sejarah factual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan contoh tersebut(jika kisah itu baik). Cerita drama yang melukiskan fakta yang sebenarnya tetapi bisa diterapkan kapan dan disaat apapun.

4. Metode Nasihat

(21)

disampaikannya ini selalu dengan teladan dari I pemberi atau penyampai nasihat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni nasihat dengan metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat melengkapi.

Didalam al-Qur’an, kata-kata yang menerangkan tentang nasihat diulang sebnyak 13 kali yang tersebut dalam 13 ayat didalam tujuh surat. Diantara ayat-ayat tersebut berkaitan dengan para Nabi terhadap umatnya. Salah satunya contoh nasihat Nabi Saleh kepada kaumnya, dalam firman Allah:

ةلاْْسر مكتغلبا دْْقل يموق اي لاقو مهنع يلوتو

نيحصانلا نوبحت ل نكلو مكل تحصنو يبر

“Maka berpaling dari mereka dan (Nabi Saleh) berkata:”hai kaumku aku telah menyampaikan kepadamu amanat dari Tuhanku, dan aku telah memberimu nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yangmemberi nasihat.”(Q.S. al-‘Araf:79)

5. Metode Ceramah

Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam menyampaikan atau mengajak orang mengikuti ajaran yang telah ditentukan. Metode ceramah sering disandingkan dengan kata khutbah. Dalam al-Qur’an sendiri kata tersebut diulang sembilan kali. Bahkan ada yang berpendapat metode ceramah ini dekat dengan kata tablih,yaitu menyampaikan sesuatu ajaran. Pada hakikatnya kedua arti tersebut memiliki makna yang sama yakni menyampaikan suatu ajaran.

(22)

bedanya terkadang metode ini di campur dengan metode lain. Karena kekurangan metode ini adalah jika sang penceramh tidak mampu mewakili atau menyampaikan ajaran yang semestinya haus disampaikan maka metode ini berarti kurang efektif. Apalagi tidak semua guru atau pendidik memiliki suara yang keras dan konsisten, sehingga jika menggunakan metode ceramah saja maka metode ini seperti hambar.

Didalam al-Qur’an kata tabligh lebih banyak digunakan daripada kata khutbah, al-Qur’an mengulang kata tabligh sebanyak 78 kali. Salah satunya adalah dalam surat Yaasin ayat 17, yang artinya berbunyi;

نيبملا غ لبلا لا انيلع امو

“Dan kewajiban kami adalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”.(Q.S. Yaasin:17)

Dalam ayat ini jelas bahwa metode ini telah digunakan sejak zaman dahulu, untuk menjelaskan tetang suatu ajaran atau perintah.

6. Metode Tanya Jawab

Tanya jawab merupakan salah satu metode yang menggunakan basis anak didik menjadi pusat pembelajaran. Metode ini bisa dimodif sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan. Bisa anak didik yang bertanya dan guru yang menjawab atau bisa anak didik yang menjawab pertanyaan dari gurunya.

(23)

Adapun contoh yang paling jelas dari metode pendidikan Qur’an terdapat didalam surat Ar-Rahman. Disini Allah SWT mengingatkan kepada kita akan nikmat dan bukti kekuasaan-Nya, dimulai dari manusia dan kemampuannya dalam mendidik, hingga sampai kepada matahari, bulan, bintang, pepohonan, buah-buahan, langit dan bumi.

Pada setiap ayat atau beberapa ayat dengan kalimat bertanya itu, manusia berhadapan dengan indera, naluri, suara hati dan perasaan. Dia tidak akan dapat mengingkari apa yang di inderanya dan diterima oleh akal serta hatinya. Ayat itu adalah Ar-Rahman ayat 13 :

ناب ذكت امكبر ءلأ يابف

“Maka nikmat rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan?”( Qs. Ar Rahman : 13 )

Pertanyaan itu diulang sebanyak 31 kali didalam surat ini. Setiap diulang, pertanyaan itu merangsang kesan yang berlainan sesuai dengan konteksnya dengan ayat sebelumnya.

B. Pengertian Penerapan

(24)

Setelah mengetahui makna dari metode dan penerapan, maka selanjutnya akan diperinci tentang pengertian dari metode penerapan. Perlu kita ketahui seksama bahwa antara metode penerapan dan metode pendidikan itu beda tipis sekali sebab terkadang metode pendidikan itu mencangkup kepada penerapannya juga walaupun hanya dibahas secara umum dan mesti sesuai dengan teori yang ada berbeda dengan metode penerapan yang lebih fokus kepada praktek sehingga bagaimana caranya supaya sesuatu itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari walaupun terkadang berbeda dengan teori.

Sehingga dalam mendidik anak untuk melakukan salat adalah mesti langsung diaplikasikan atau diterapkan dalam aktifitas sehari-harinya sebab terkadang anak lebih suka praktek langsung dibandingkan dengan belajar teori terlebih dahulu walaupun memang belajar teori penting akan tetapi itu hanya pengantar saja.

C. Pengertian Kewajiban

Kewajiban berasal dari wajib sebagaimana disebutkan dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa wajib adalah kata kerja yang mempunyai arti harus melakukan, harus dilaksanakan sedangkan kewajiban adalah kata benda yang mempunyai arti sesuatu yang harus dikerjakan, sesuatu yang harus dilaksanakan; sesuatu yang berkenaan dengan tugas atau pekerjaan (Senja,dkk, t.t:859).

(25)

ِهِك ْرَت ىَلَع ُبَقاَعُي َلَو ِهِلْعِف ىَلَع ُباَثُياَم : ُبِجاَولا

“Wajib adalah apa yang diberi pahala apabila mengerjakannya dan disiksa apabila meninggalkannya”(Abdul Hamid Hakim,t.t:6)

dalam definisi tersebut sangatlah jelas bahwa makna kewajiban adalah sesuatu yang apabila dilaksanakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapatkan siksaan karena ini sudah termasuk dalam ketentuan ibadah. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa wajib adalah salah satu hukum dari 9 hukum ibadah yaitu wajib, haram, sunnat (mandub), makruh, mubah, shahih, batal (bathil), rukhsah, dan ‘azimah.

Didalam hukum islam terutama mengenai ibadah, maka kita akan temui bahwa wajib itu dibagi atas dua bagian yaitu wajib kifayah dan wajib ‘ain. Adapun yang dimaksud dengan wajib ‘ain adalah kewajiban yang tidak dapat diwakilkan oleh orang lain sehingga apabila ia tidak melaksanakannya maka ia akan mendapatkan siksaan begitu pula sebaliknya jika ia melaksanakannya maka ia akan mendapatkan pahala baginya seperti shalat lima waktu, zakat, haji dan shaum.

(26)

D. Pengertian Salat

Salat adalah salah satu kewajiban bagi umat muslim apalagi salat lima waktu yang hukum adalah wajib untuk dilaksanakan baik bagi laki-laki ataupun perempuan terkecuali usia anak-anak akan tetapi tetap saja seorang anak harus dididik dari kecil tentang salat sehingga pada masa dewasa nanti sudah terbiasa untuk melaksanakan salat.

Perlu kita ketahui bahwa kewajiban salat sudah ada sejak nabi daud hanya saja terjadi perbedaan yaitu dari segi waktu dan jumlah raka’at dalam salat sehingga ketika peristiwa isra mi’raj yaitu perjalanan nabi dari masjidil haram menuju masjidil aqsa kemudian ke sidrotul muntaha untuk menerima kewajiban salat yang dilakukan perjalanan itu selama satu malam sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat imam bukhari yang disimpan pada kitab salat dan bab bagaimana salat diwajibkan dalam malam isra’ yaitu sebagai berikut :

(27)
(28)
(29)

bin Malik menyebutkan, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kemudian Allah 'azza wajalla mewajibkan kepada ummatku salat sebanyak lima puluh kali. Maka aku pergi membawa perintah itu hingga aku berjumpa dengan Musa, lalu ia bertanya, 'Apa yang Allah perintahkan buat umatmu? ' Aku jawab: 'Salat lima puluh kali.' Lalu dia berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tidak akan sanggup! ' Maka aku kembali dan Allah mengurangi setengahnya. Aku kemudian kembali menemui Musa dan aku katakan bahwa Allah telah mengurangi setengahnya. Tapi ia berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu karena umatmu tidak akan sanggup.' Aku lalu kembali menemui Allah dan Allah kemudian mengurangi setengahnya lagi.' Kemudian aku kembali menemui Musa, ia lalu berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tetap tidak akan sanggup.' Maka aku kembali menemui Allah Ta'ala, Allah lalu berfirman: 'Lima ini adalah sebagai pengganti dari lima puluh. Tidak ada lagi perubahan keputusan di sisi-Ku! ' Maka aku kembali menemui Musa dan ia kembali berkata, 'Kembailah kepada Rabb-Mu! ' Aku katakan, 'Aku malu kepada Rabb-ku.' Jibril lantas membawaku hingga sampai di Sidratul Muntaha yang diselimuti dengan warna-warni yang aku tidak tahu benda apakah itu. Kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, ternyata di dalamnya banyak kubah-kubah terbuat dari mutiara dan tanahnya dari minyak kesturi."(Shahih Bukhari,2001:)

Adapun kata salat menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan kata benda yang mempunyai arti amalan rukun islam yang kedua, sembahyang (Senja,dkk, t.t:724) sedangkan menurut bahasa arab bahwa salat itu berasal dari kata shalla – yushalli – shalaatan yaitu do’a, shalat, sembahyang (A.W.Munawir, 1997:792) sedangkan secara istilah shalat yaitu:

طئارشب ،ةمولعم راكذأو ،ةصوصخم ناكرأ نع ْةرابع

،ةردقم تاقوأ يف ةروصحم

“shalat adalah ungkapan atas rukun-rukun yang dikhususkan dan do’a-do’a (dzikir) yang ditentukan dengan syarat-syarat yang dibatasi pada waktu-waktu yang ditentukan”( Ali bin Muhammad,1983,Juz I:134)

(30)

ٍمِزاَْْح يِب

َأ ُنْبا يِنَثلدَْْح َلاَْْق َةَزْمَح ُنْب ُميِهاَرْبِإ ْاَنَثلدَح

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Hamzah berkata, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Hazim dan Ad Darawardi dari Yazid -yakni Ibnu 'abdullah bin Al Hadi- dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali setiap hari? Apakah kalian menganggap masih akan ada kotoran (daki) yang tersisa padanya?" Para sahabat menjawab, "Tidak akan ada yang tersisa sedikitpun kotoran padanya." Lalu beliau bersabda: "Seperti itu pula dengan shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapus semua kesalahan."(HR.Bukhari No.528 Babu as-shalati kifaaratun -)

Hadits di atas menjelaskan bahwa perumpaan salat lima waktu adalah bagaikan kita mandi lima kali dalam sehari maka dengannya tidak akan tersisa sedikit pun kotoran yang menempel di badannya. Akan tetapi timbul sebuah pertanyaan salat yang bagaimanakah yang bisa menghapus kotoran-kotoran seperti itu?, setidaknya ada dua perkara yang akan menentukan salat kita bisa menjadi kifarat atau tidak, yaitu niat dan kaifiyyat (tata cara).

(31)

tata caranya pun harus benar sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagaimana perumpaan hadits di atas yang mengibaratkan salat dengan mandi, tentunya mandinya pun harus benar bukan asal mandi saja sebab mandinya itu harus dapat membersihkan tubuhnya dari kotoran.

Mengingat pentingnya kewajiban salat itu, maka hendaklah biasakan melaksanakan salat itu mulai pada usia anak-anak sebagaiman sebuah hadits disebutkan bahwa hendaklah mulai memerintahkan salat kepada anak usia 7 tahun sebagaimana hadits dibawah ini:

ْنَع ِهْْيِب

َأ ْنَع َةَرْب َْْس ِنْب ِعْْيِبلرلا ِنْب ِكِْْلَمْلا ِدْبَع ْنَع

او ُرُْْم َْملل َْْسَو ِهْْْيَلَع ُهلللا ىللَص ّيِبلنلا َلاَق َلاَق ِهّدَج

َر ْ

ْْشَع َغَْْلَب اَذِإَو َنيِن ِْْس َعْبَس َغَلَب اَذِإ ِة َللصلاِب ليِبلصلا

اَهْيَلَع ُهوُبِرْضاَف َنيِنِس

“Dari Sabrah bin Ma'bad Al Juhani RA, dia berkata, "Nabi SAW bersabda, 'Perintahkanlah anak-anak untuk mengerjakan salat, apabila telah berumur tujuh tahun. Dan apabila telah berumur sepuluh tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya.'”(HR. Abu Daud No.494 dalam Bab Yu’maru al-ghulamu bi as-shalaati? )

(32)

dan intelektualitas anak sedang berkembang sehingga dorongan dan motivasi dari orang tua sangatlah besar.

Walaupun dalam pelaksanaanya itu sulit, memang begitulah anak kecil yang masanya sedang ingin bermain dan bermain, maka peran orang tua disini jangan sampai memarahi anak karena anak ingin selalu bermain tapi hendaklah mengarahkan sifat itu kepada hal-hal yang berkaitan dalam ibadah seperti mengajak anak salat di masjid kendatipun ketika ia bermain ketika salat tetapi hal itu setidaknya akan memberikan pengajaran salat dari mulai gerakan sampai dengan bacaan salatnya.

E. Pengertian Anak Usia 7-10 Tahun

Pada usia 7 tahun, anak memasuki tahap perkembangan tamyiz atau kemampuan awal membedakan baik dan buruk serta benar dan salah melalui penalarannya. Pada tahap ini, anak perlu mendapatkan pendidikan pokok syari’at. Diharapkan pendidikan syari’at dan al-Qur’an bisa tuntas pada usia 10 atau 12 tahun.

Ada beberapa gambaran tentang proses pertumbuhan dan perkembangan pada usia-usia tertentu seperti yang dilakukan oleh Elizabeth B. Hurlock (Mappiare, 1982:24-25) menulis bahwa jika dibagi berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan dan pola-pola perilaku yang Nampak khas bagi usia-usia tertentu, maka rentangan kehidupan terdiri atas sebelas masa yaitu:

a. Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir

(33)

c. Masa Bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua. d. Masa kanak-kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun.

e. Masa kanak-kanak akhir : Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun.

f. Pubertas/preadolescence : Sepuluh atau dua belas tahun sampai tiga belas atau empat belas tahun.

g. Masa remaja awal : Tiga belas atau empat belas tahun sampai tujuh belas tahun.

h. Masa remaja akhir : Tujuh belas tahun sampai dua puluh satu tahun. i. Masa dewasa awal : Dua

Menurut piaget, perkembangan kognitif (inteligensi) pada anak itu meliputi empat tahap atau periode, yaitu tampak pada tabel di bawah ini.

Periode Usia Deskripsi Perkembangan

(34)

Formal sampai dewasa tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berfikir abstrak dan memecahkan melalui pengujian semua alternatif yang ada.

Selanjutnya, selama masa amrad (10-15) anak memerlukan pengembangan potensi-potensinya untuk mencapai kedewasaan dan kemampuan bertanggung jawab secara penuh. Ia membutuhkan latihan dan kepercayaan untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab secara dewasa. Ia membutuhkan dorongan, peluang-peluang dan ketersediaan ruang (terutama ruang psikis) untuk melakukan eksperimentasi yang memungkinkan ia kelak mencapai taklif dalam makna yang praktis. Tidak “sekedar” tuntutan formal fiqih.

Pada masa amrad ini anak mencapai apa yang lazim disebut ‘aqil baligh (akalnya sampai). Salah satu tuntutan ata sseorang anak yang mencapai ‘aqil baligh adalah sifat rasyid (kecendikiaan) yang dicirikan oleh kemampuan mentasharufkan harta (menajemen ekonomi/anggaran). Awalnya adalah manajamen anggaran untuk diri sendiri. Selanjutnya, berkembang. (Muhammad Fauzil Adhim,1996:16-17)

Pada usia 7-10 tahun adalah usia ketika anak masuk sekolah dasar atau usia sekolah dasar sebagaimana dijelaskan oleh Hurlock tentang ciri umum anak usia sekolah dasar yaitu orangtua umumnya menganggap masa ini merupakan usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya. Juga disebut usia tidak rapi

(35)

kamarnya sangat berantakan, dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya, terutama pada anak laki-laki. Selain itu usia bertengkar

karena anak sering bertengkar dengan saudara-saudaranya.

Para pendidik menyebut sebagai usia sekolah dasar yaitu anak saat memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan berbagai keterampilan di sekolah dasar. Masa ini merupakan masa pembentukan kebiasaan dorongan prestasi yang cenderung menetap sampai dewasa sehingga disebut masa kritis dalam dorongan berprestasi.

Psikolog menyebutkan masa ini usia berkelompok karena anak ingin diterima oleh teman-teman sebayanya sebagai anggota kelompok dan saat anak ingin menyesuaikan diri dengan standar kelompok dalam penampilan, berbicara dan perilaku. Disebut juga usia kreatif karena saat penentuan apakah anak akan menjadi pencipta karya yang konformis atau baru dan orisinal. Pada masa ini anak mempunyai minat dan kegiatan bermain yang beragam/luas sehingga disebut usia bermain (Christiana Hari Soetjiningsih,2012:248).

Karena pada usia ini anak lebih suka bermain dan melakukan aktifitas yang baru sehingga hal ini adalah kesempatan bagi para pendidik khususnya para orang tua untuk mendidik serta memperkenalkan salat kepada anak usia tersebut sebagai suatu aktifitas baru menurut anggapan para anak.

(36)

yang baik dengan memberikan ganjaran atau penghargaan, agar anaka didik menjadi lebih bersemangat dalam melaksanakan amalan-amalan baik. Adapun materi pendeidikan agama dan akhlak yang dapat diberikan pada usia ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Ghazali adalah:

ثيداْْحأو نأرْْقلا ْملعتيف ْبتكملاْْىف لغْْشي مث

ىف سرْْغنيل مهلاوْْحأو رارْْبلا تاْْياكحو رابخلا

يتْْلا راعْْشلا نم ظْْفحيو نيحلاْْصلا بح هسفن

ةْْطلاخم نم ْظْْفحيو هْْلهأو قْْشعلا رْْكذ اْْهيف

ةْْقرو فرْْظلا نم كْْلذ نأ نومعزي نيذلا ءابدلا

رذْْب نايبْْصلا بوْْلق ىف سرْْغي كْْلذ ناف عبطلا

داسفلا

“…kemudian ia disibukkan di Madrasah, maka ia mempelajari Al-Qur’an dan hadits yang mengandung cerita-serita, riwayat dan hal ihwal orang saleh, supaya tertanam rasa cinta di dalam jiwanya terhadap orang-orang saleh. Anak juga dijaga dari membaca syair-syair yang di dalamnya mengandung urusan seks dan orang-orangnya; dijaga dari bergaul dengan sastrawan yang menyatakan bahwa yang demikian itu termasuk perbuatan senda gurau dan kehalusan tabi’at. Sesungguhnya yang demikian itu akan menanamkan bibit kerusakan dalam hati anak”(http://saintek.uin-malang.ac.id/index.php/artikel-1/508-metode-pendidikan.html)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(37)

Penelitian yang saya lakukan adalah dengan metode penelaahan dan analisis dari berbagai referensi mulai dari kajian pustaka dan beberapa ahli tentang penjabaran psikologi dan Definisi psikologi serta kaitannya dengan pendidikan islam yaitu sebagai berikut;

Berdasarkan buku tentang psikologi dijelaskan mengenai definisi psikologi dari berbagai pendapat para ahli tentang psikologi (Sobur, 2003:32-33) yaitu: Ernest Hilgert (1957) dalam bukunya Introduction to Phychology: “Psychology may be defined as the sciences that studies the behavior of men and other animal etc” (Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya).

George A. Miller (1974:4) dalam bukunya Psychology and Comunication: “Psychology is the sciences that attempts to describe, predict, and control mental and behavior events” (Psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku).

Roberts S. Woodworth and Marquis DG (1957:7) dalam bukunya Psychology: “Psychology is the scientific studies of individual activities relation to the inveronment” (Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya).

Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology yang mendefinheisikan psikologi sebagai “…the science of human and animal behavior, the study of organism anll its variety and complexity as it respond to the flux and flow of

(38)

the physical and social events which make up the environmrnt” (… Psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organism dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang merubah lingkungan).

Dari definisi-definisi diatas menunjukan bahwa inti dari psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan sekitarnya”

Psikologi Pendidikan adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan terhadap anan didik dalan situasi pendidikan. Psikologi disebut juga dengan ilmu jiwa. Mempelajari psikologi pendidikan sangat penting apalagi bagi seorang pendidik, guna supaya terciptanya suatu kondisi belajar yang efektif.

Arthur S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12) Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut (Sumber:http://zekyaneukpidie.blogspot.com/2012/12/makalah-psikologi-pendidikan-islam.html):

1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas 2. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum 3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan

(39)

5. Penyenggaraan pendidikan keguruan

Menurut Muhibbin Syah, Definisi psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan

Berbicara mengenai psikologi pendidikan sangat luas pembicaraannya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibatasi pada persoalan-persoalan bakat dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Mengingat hal tersebut sangat berhubungan erat dalam pembentukan pribadi seseorang.

Ahli psikologis dalam melakukan penyelidikan dan dalam menyusun ilmu itu telah menggunakan methode tertentu, dalam psikologis pendidikan membutuhkan pendekatan dengan cara tertentu sesuai dengan sifat dan hakikat dari pada situasi itu. Situasi yang berbeda nenbutukan pendekatan yang berupa pula. Maka dari itu para ahli psikologi pendidikan dalam menjalankan tugasnya tidak selalu mempergunakan satu macam methode, tetapi mempergunakan dua macam method atau lebih. Dalam psikologi pendidikan methode-methode pendidikan yang sering digunakan ada 9 macam:

1. Methode Introspeksi 2. Methode Observasi 3. Methode Eksperimen 4. Methode Test

(40)

7. Methode Case Studi 8. Methode Klinis 9. Methode Statistik

Sebelum psikologi memasuki lapangan pendidikan orang beranggapan bahwa penguasaan mengenai bahan pelajaran yang akan diberikan kepada anak didik merupakan satu-satunya syarat yang harus dipenuhi bagi guru termasuk calon guru.

Pendapat yang demikian seakan-akan mengemukakan anak sebagai benda-benda mati yang dapat diperlakukan meurut kehendak guru. Akan tetapi dengan terjadinya perkembangan yang luas dalam lapangan ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya dan psikologi anak pada khususnya, perkembangan-perkembangan mana disebabkan oleh adanya penyelidikan yang bersifat empiris eksperimental dalam lapangan itu anggapan di atas mulai berubah. Perubahan itu mulai timbul pada abad ke 19 orang mulai menyadari dan menginsapi bahwa pengetahuan secara mendalam mengenai mata pelajaran yang diberikan belum cukup untuk menjadi guru yang baik. Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang diberikan tetapi perlu juga memahami mereka yang dipimpinnya dalam proses pendidikan.

(41)

ditempatkan di bagian-bagian akar yang tidak tepat, diberikan pada waktu yang salah bahkan mungkin pupuk itu diberikan terlalu banyak atau sebaliknya sehingga tidak sesuai dengan kebutuhannya (tanam-tanaman yang dipupuknya). Dengan uraian di atas jelaslah bahwa pengetahuan psikologi pendidikan merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dipelajari dan dipahami oleh seorang guru agar dapat menjalankan tugas sebagai guru dengan cara yang sebaik-baiknya.(Mustaqim dan Abdul Wahib,1991:8-9)

B. Metode Penerapan Salat untuk Anak Usia 7-10 Tahun

Penelitian yang saya lakukan adalah dengan metode penelaahan dan analisis dari berbagai referensi mulai dari kajian pustaka dan beberapa ahli tentang metode penerapan salat untuk anak usia 7-10 tahun yaitu sebagai berikut;

Berdasarkan Manhaj Islam mengarahkan bahwa para pendidik dan orang tua agar bersikap lemah lembut dan santun kepada anak pada usia pra sekolah atau balita karena sangat memberi pengaruh besar dalam suksesnya proses pendidikan dan pembentukan kepribadian anak. Dari Aisyah r.a bahwasanya Rasulullah saw bersabda,

ْنِم ُع َزْْْنُي َلَو ُهَنا َز للِإ ٍءْي َش يِف ُنْوُكَي َل َقْف ّرلا لنِإ

ُهَنا َش للِإ ٍءْي َش

“Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali pasti menghiasinya dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan merusaknya”(HR.Muslim)

(42)

ِهّلُك ِرْمَ ْلا يِف َقْف ّرلا ّبِحُي ٌقْيِف َر َهللا لنِإ

“Sesungguhnya Allah Maha lemah-lembut dan cinta kelembutan dalam segala perkara”(Mutafaq ‘Alaih)

Dari Aisyah r.a, Nabi saw bersabda,

اَْْم َقْف ّرلا ىَلَع ْيِطْعُيَو َقْف ّرلا ّبِحُي ٌقْيِف َر َهللا لنإ

ُهاَوِساَم ىَلَع ْيِطْعُيَلاَمَو ِفْنُعْلا ىَلَع ْيِطْعُيَل

“Sesungguhnya Allah Maha lemah lembut cinta kelembutan dan Allah member kepada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada sikap kekerasan serta tidak diberikan kepada selainnya”.

Umar bin khatab r.a memberi nasehat kepada para pendidik dan orang tua cara mendidik anak pada usia pra sekolah berkata, “Ajaklah anakmu bermain umur tujuh tahun, didiklah umur tujuh tahun dan dampingilah dalam hidup umur tujuh tahun.(Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi,2004:133)

Adapun metode penerapan kewajiban salat untuk usia 7-10 tahun adalah berdasarkan hadits dibawah ini:

(43)

yu’maru al-ghulamu bi as-shalaati? -Bab Kapan anak-anak mulai diperintahkan salat?-)

Adapun dalam hadits riwayat Abu Daud No.495 yaitu,

َلاَق َلاَق ِهّدَج ْنَع ِهيِبَأ ْنَع ٍْبْيَع ُش ِنْب وِرْمَع ْنَع

ْمُكَد َلْو

َأ اوُرُم َمللَسَو ِهْيَلَع ُهلللا ىللَص ِهلللا ُلوُسَر

اَهْيَلَع ْمُهوُبِرْضاَو َنيِنِس ِعْبَس ُءاَنْب

َأ ْمُهَو ِة َللصلاِب

ِعِجاَضَمْلا يِف ْمُهَنْيَب اوُق ّرَفَو ٍر ْشَع ُءاَنْبَأ ْمُهَو

Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, beliau berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Perintahkanlah kepada anak-anakmu shalat, sedang mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau meninggalkannya, sedang mereka berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah di antara mereka itu dari tempat tidurnya.”

Ada beberapa syarah hadits yang dijelaskan oleh beberapa ulama hadits yaitu sebagai berikut:

ِنيّدلا ّزِع ُخْي لشلا َلاَق ّيِمَقْلَعْلا َلاَق ) ليِبلصلا او ُرُم(

ُثيِدَْْحْلا اَذَه المَأَو اًبَطاَخُم َسْيَل ّيِبلصلا ِم َللسلا ُدْبَع

ا ًرْْْمَأ َسْيَل ِءْي لْْشلاِب َرْْْمَ ْلا لنَ ِل ِءاَْْيِلْوَ ْلِل ٌرْْْمَأ َوُْْهَف

ِء ْي لشلا َكِلَذِب

“yang dimaksud dengan “murru as-shobiya” telah berkata al-‘alqamiy telah berpendapat Syaikh ‘izzuddin abdussalam bahwa kalimat as-shabiyyu bukan sebagai mukhatab. Dan adapun hadits ini adalah perintah kepada orangtua karena perintah terhadap sesuatu bukan perintah terhadap sesuatu itu”

(44)

ِلِئاَوَغ ْنِم ا ًرَذَْْح ا ًر ْ

ْْشَع اوُْْغَلَب اَذِإ اَْْهيِف َنوُماَْْنَي

ٍتاَوَخ

َأ لنُك ْنِإَو ِةَوْه لشلا

“telah berkata imam munawi dalam kitab “fathul qadir syarah al-jam’i as-shagir” yaitu hendaklah dipisahkan antara anak-anakmu didalam kamar tidur yang mereka tidur ditempat itu jika usianya sudah 10 tahun sebagai peringatan dari bahayanya syahwat jika terdapat anak perempuan”

Berdasarkan beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa begitu sangaut pentingnya bagi para orangtua ataupun pendidikn untuk memperhatikan secara serius tehadap anaknya usia 7-10n tahun untuk dimulai pendidikan salat bahkan sampai pemisahan kamar antara anak laki-laki dan perempuan. Ini menunjukkan bahwa pendidika seks pun dalam islam sudah terdahulu diajarkan dan dicontohkan oleh rasulullah saw.

Selain itu menurut al-qamiy bahwa pada hakekatnya perintah salat kepada anak itu bukan ditunjukkan atas wajibnya salat bagi anak-anak akan tetapi wajibnya para orangtua untuk mulai memerintahkan serta mengajarkan salat kepada anak mulai usia 7-10 tahun sebagaimana beliau sebutkan bahwa “perintah terhadap sesuatu bukan berarti sesuatu itu wajib” tergantung pada siapakan objek perintah itu ditunjukkan.

Berdasarkan hadits diatas bahwa setidaknya ada dua bentuk umum dalam menerapkan kewajiban salat pada usia 7-10 tahun yaitu:

(45)

Pada usia 7 tahun rasulullah saw mememerintahkan kepada para orang tua untuk mulai perintahkan shalat kepada anaknya. Ada beberapa metode yang dilakukan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam mendidik anak untuk salat yaitu:

a. Metode Uswah (Contoh)

sebagaimana dijelaskan dalam hadits dibawah ini yaitu:

نع كلام انربخا لاق فسوي نبا هللا دبع ْانثدح

ميلس نبا رمع نع ريبزلا نبا هللادبع نبا رمع

لوْْسر نا يراْْصنلا ةداْْتق يبا نع يقرزْْلا

وْْهو يلْْصي ناْْك ْملْْسو هْْيلع هْْللا يلْْص هللا

يلْْص هْْللا لوْْسر تنب بنيز تنب ةماما لماح

دْْبع نب ةْْعيبر نب صاعلا يبل ملسو هيلع هللا

اهلمح ماق اذاو اهعضو دجس اذاف شمس

Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari ‘Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa Rasulullah saw. salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya”. (Shahih Bukhari Juz I,2001:109)

(46)

http://jailani-putra.blogspot.com/p/metode-metode-pendidiken-islam-dalam-al.html)

Dalam hadits tersebut bahwa pendidikan salat kepada seorang anak oleh rasulullah saw sudah dilakukan sejak usia anak masih kecil sehingga anak secara tidak langsung sudah bisa meniru bagaimana cara melaksanakan salat akan tetapi pada usia kecil anak masih belum faham sebab perkembangan kognitif pada usia tersebut masih kurang sehingga dalam pelaksanaannya pun hanya sekedar melaksanakan saja seperti halnya bermain. Akan tetapi walaupun begitu pada usia tujuh tahun pun sama selain sudah mulai diperintahkan dalam salat, seorang anak harus diberikan contoh dulu oleh kedua orang tuanya sehingga memperkuat keinginan anak dalam melaksanakan kewajiban salat.

b. Metode Kasih Sayang

Ketika orang tua atau pendidik memerintahkan salat kepada anak usia tujuh tahun hendaklah jangan dulu dipersulit akan tetapi permudahlah dan pelan-pelan sampai anak benar-benar terbiasa dalam salat. Sebab pada dasarnya ibadah itu mudah sebagaimana sabda rasulullah saw:

(47)

kabar gembira dan minta tolonglah dengan Al Ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah ((berangkat di waktu malam) ".(Shahih Bukhari Juz I,2001:16)

Dipertegas pula pada hadits lain,

ِهْيَلَع ُهللا ىللَص ّيِبلنلا ِنَع ، ٍكِلاَم ِنْب ِسَن

َأ ْنَع

َ لَو ،اوُر ّشَبَو ،اوُرّسَعُت َلَو اوُرّسَي« :َلاَق ْ، َمللَسَو

»او ُرّفَنُت

“Dari anas bin malik dari nabi saw bersabda : mudahkanlah dan jangan mempersulit, memberilah kabar gembira dan jangan membuat lari” (Shahih Bukhari Juz I,2001:25)

Beberapa hadits diatas sangatlah jelas bahwa dalam mendidik anak salat maka hendaklah dipermudah sehingga anak merasa menikmanti ketika melaksanakannya.

2. Hukuman

Pada usia sepuluh tahun rasulullah saw memerintahkan untuk memberikan hukuman berupa pukulan kepada anak yang tidak melaksanakan kewajiban salat sebab pada usia ini anak sudah mulai berfikir dan awal mula bisa membedakan mana yang benar dan salah akan tetapi tetap saja hukumannya pun sesuai dengan usianya, jadi hukuman disini untuk pendidikan. Adapun hukuman ini mesti diiringi dengan metode targhib (motivasi) dan tarhib (ancaman) dibawah ini:

a. Metode Targhib dan Tarhib

(48)

memperahankan prestsi yang telah dicapainya, di lain pihalk temannya yang melihat akan ikut termotifasi untuk memperoleh yang sama.Sedangkan sangsi atau hukuman sangat berperan penting dalam pendidikan anak sebab pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Secara psikiologis dalam diri manusia ada potensi kecendrungan berbuat kebaikan dan keburukan (al fujur wa taqwa). Oleh karena itu pendidikan Islam berupaya mengembangkan manusia dalam berbagai cara guna melakukan kebaikan dengan berbekal keimanan. Namun sebaliknya pendidikan Islam berupaya semaksimal mungkin menjauhkan manusia dari perbuatan buruk dengan berbagai aspeknya. Jadi tabiat ini perpaduan antara kebaikan dan keburukan , sehingga tabiat baik harus dikembangkan dengan cara memberikan imbalan, penguatan dan dorongan. Sementara tabiat buruk perlu dicegah dan dibatasi ruang geraknya.

(49)

Tarhib adalah Hukuman (Punishment) dalam pendidikan mempunyai porsi penting, pendidikan yang terlalu bebas dan ringan akan membentuk anak didik yang tidak disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Namun begitu sangsi yang baik adalah tidak serta merta dilakukan, apalagi ada rasa dendam. Sangsi dapat dilakukan dengan bertahap, misalnya dimualai dengan teguran, kemudian diasingkan dan seterusnya dengan catatan tidak menyakiti dan tetap bersipat mendidik.

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu membagi hukuman menjadi dua yakni ;

1. Hukuman yang dilarang, seperti memukul wajah, kekeraan yang

berlebihan, perkataan buruk, memkl ketika marah, menendang dengan kaki dan sangat marah.

2. Hukuman yang mendidik dan bermenpaat, seperti memberikan

nasihat dan pengarahan, mengerutkan muka, membentak, menghentikan kenakalannya, menyindir, mendiamkan, teguran,duduk dengan menempelkan lutut keperut, hukuman dari ayah, menggantungkan tongkat, dan pukulan ringan.

(50)

dilakukan terus menerus. Bila kita telah berusaha semaksimal mungkin dalam mendidik dengan cara lain ternyata belum juga menurut, maka alternatif terakhir adalah hukman fisik (pukulan ) tetapi masih tetap pada tujuan semula yakni bertujuan mendidik.

Abdullah Nasih Ulwan menyebutkan persyaratan memberikan hukuman pukulan antara lain :

1. Pendidik tidak terburu-buru

2. Pendidik tidak memukul ketika dalam keadaan sangat marah

3. Menghindari anggota badanyang peka seperti kepala,muka,dada dan

perut.

4. Tidak terlalu keras dan menyakti

5. Tidak memukul anak sebelum ia berusia 10 tahun

6. Jika kesalah anak adalah untuk petama kalinya, hendaknya diberi

kesempatan untk bertobat, minta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan itu

7. Pendidik menggunakan tangannya sendiri

8. Jika anak sudah menginjak usia dewasa dan dengan 10 kali pukulan

tidak juga jera maka boleh ia menambah dan mengulanginya sehingga anak menjadi lebih baik.

(51)

melakukan hukuman fisik, misalnya pada bagian muka atau mata yang berakibat cacat anak sehingga menjadi minder.Jangan pula memukul kepala, karena berbahaya untuk perkembagan otak dan syaraf yang berakibat pada gangguan kejiawaan dan mental.Oleh karena itu apabila hukuman terpaksa akan dilakukan maka pendidik hendaknya memilih hukuman yang palinmg ringan akibatnya. Jika hukuman badan yang dijatuhkan maka pendidik memilih anggota badan lain yang lebih aman dan kebal terhadap pukulan seperti pantat dan kaki.

Dalam bukunya Armai Arief mengomentari tentang pemberian hukuman ada lima hal yang harus diperhatilan oleh si pendidik antara lain :

1. Tetap dalam jalinan cinta, kasih dan sayang

2. Didasarkan kepada alasan keharusan

3. Menimbulkan kesan di hati anak

4. Menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada anak didik

5. Diikuti dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan

(sumber:http://ibnuqosim.blogspot.com/2010/10/mengenal-methode-targhib-dan-tarhib.html)

C. Psikologi Anak Usia 7-10 Tahun

(52)

fisik yang menonjol dan hal ini juga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai-nilai, dan perilaku. Menjelang berakhirnya periode ini akan mempersiapkan diri secara fisik dan psikologis untuk memasuki masa remaja. Anak pada masa ini digolongkan sebagai anak usia sekola karena anak sudah memasuki dunia sekolah yang lebih serius, walaupun pembelajaran di sekolah tetap harus disesuaikan dengan dunia anak-anak yang khas. Masa ini juga ditandai dengan perubahan dalam kemampuan dan perilaku, yang membuat anak lebih mampu dan siap untuk belajar dibandingkan sebelumnya (Christiana Hari Soetjiningsih,2012:247)

Ada beberapa karakteristik yang timbul pada diri seorang anak pada perkembangan yang dialaminya saat usia 6-12tahun (Syamsul Yusuf,2012:178), yaitu:

1. Perkembangan Intelektual

Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif seperti membaca, menulis, dan menghitung.

2. Perkembangan Bahasa

(53)

manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.

3. Perkembangan Sosial

Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama).

Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang). Dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.

4. Perkembangan Emosi

(54)

melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah mengeluh, kecewa atau pesimis dalam menghadapi masalah), maka perkembangan emosi anak cenderung kurang stabil. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau bahagia).

5. Perkembangan Moral

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.

6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian.

(55)

c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.

Tingkat religiusitas individu sangat dipengaruhi oleh perkembangan minat agama pada saat anak-anak, sehingga orangtua perlu memperhatikan kegiatan kegamaan bagi anaknya. Untuk kanak-kanak akhir, sudah bisa dilatih untuk membaca sendiri kitab suci agamanya dan agar anak tertarik dapat diberikan kitab suci yang khusus untuk anak.Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa ajaran agama yang dihayati merupakan suatu buffer atau penyangga untuk perkembangan yang positif fungsi psikologi individu.

Penelitian yang dilakukan oleh Volling, Mahoney, dan Raur (2009) menunjukkan bahwa kehidupan keagamaan anak dipengaruhi oleh religiusitas orang tuanya. Orangtua yang religius akan mendorong anak-anaknya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan sehingga mempengaruhi munculnya perilaku-perilaku positif seperti self-control yang lebih baik, perkembangan suara hati (hati nurani) serta problem-problem perilaku internal dan eksternal yang lebih sedikit (Christiana Hari Soetjiningsih,2012:299).

7. Perkembangan Motorik

(56)

lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik (computer), berenang, main bola, dan atletik.

8. Perkembangan Kognitif

Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan kompetensi kognitif diasumsikan bertahap dan berurutan selama masa kanakkanak Piaget melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu : (a) tahap sensori motor, (b) tahap praoperasional, (c) tahap operasional konkrit dan (d) tahap operasional formal. Setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan dibangun di atas, dan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubahubah, tidak mustahil adanya percepatan seseorang untuk melewati tahaptahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya. (Ernawulan Syaodih,t.t:17)

Referensi

Dokumen terkait

Usaha yang saya lakukan untuk membiasakan anak shalat yaitu dengan melatih dan memerintahkan anak saya ketika waktu shalat tiba, meskipun anak saya sedang tidak

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pentingnya pendidikan anak usia dini dalam perspektif Islam adalah untuk mendidik anak usia dini menjadi insan kamil,

Pendidikan Agama adalah salah satu unsur pendidikan yang dalam penataan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila memiliki haluan, bukan sekedar mendidik untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa penerapan metode demonstrasi terhadap keterampilan salat peserta didik pada kelompok B TK Pusat PAUD

Pendidikan anak usia dini (PAUD) mempunyai peran penting dalam menyiapkan anak untuk tumbuhkembang sampai dengan dewasa termasuk menyiapkan anak masuk pendidikan yang

Meski tidak terlalu memahami tentang definisi seksual dan pendidikan seksual namun guru memiliki persepsi yang positif terhadap penerapan pendidikan seksual untuk

Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan pemahaman mengenai karakteristik

Dalam konsepsi pendidikan Islam, anak-anak bagi keluarga dan orangtua adalah ujian yang berat dari Allah SWT dan orangtua jangan berkhianat; pendidikan anak harus diutamakan; mendidik