• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Anak Usia 7-10 Tahun

Dalam dokumen Metode Pendidikan Shalat Anak Usia 7 10 (Halaman 32-36)

Pada usia 7 tahun, anak memasuki tahap perkembangan tamyiz atau kemampuan awal membedakan baik dan buruk serta benar dan salah melalui penalarannya. Pada tahap ini, anak perlu mendapatkan pendidikan pokok syari’at. Diharapkan pendidikan syari’at dan al-Qur’an bisa tuntas pada usia 10 atau 12 tahun.

Ada beberapa gambaran tentang proses pertumbuhan dan perkembangan pada usia-usia tertentu seperti yang dilakukan oleh Elizabeth B. Hurlock (Mappiare, 1982:24-25) menulis bahwa jika dibagi berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan dan pola-pola perilaku yang Nampak khas bagi usia-usia tertentu, maka rentangan kehidupan terdiri atas sebelas masa yaitu:

a. Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir

c. Masa Bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua. d. Masa kanak-kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun.

e. Masa kanak-kanak akhir : Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun.

f. Pubertas/preadolescence : Sepuluh atau dua belas tahun sampai tiga belas atau empat belas tahun.

g. Masa remaja awal : Tiga belas atau empat belas tahun sampai tujuh belas tahun.

h. Masa remaja akhir : Tujuh belas tahun sampai dua puluh satu tahun. i. Masa dewasa awal : Dua

Menurut piaget, perkembangan kognitif (inteligensi) pada anak itu meliputi empat tahap atau periode, yaitu tampak pada tabel di bawah ini.

Periode Usia Deskripsi Perkembangan

1. Sensorimotor 2. Praoperasional 3. Operasi Konkret 4. Operasi 0 – 2 Tahun 2 – 6 Tahun 6 – 11 Tahun 11 Tahun

Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda) .Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti : menggenggam atau mengisap. Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol- simbol itu seperti: kata-kata dan bilangan yang menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak). Anak sudah dapat membentuk operasi- operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini

memungkinkannya untuk dapat

memecahkan masalah secara logis.

Formal sampai dewasa tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa- peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berfikir abstrak dan memecahkan melalui pengujian semua alternatif yang ada.

Selanjutnya, selama masa amrad (10-15) anak memerlukan pengembangan potensi-potensinya untuk mencapai kedewasaan dan kemampuan bertanggung jawab secara penuh. Ia membutuhkan latihan dan kepercayaan untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab secara dewasa. Ia membutuhkan dorongan, peluang-peluang dan ketersediaan ruang (terutama ruang psikis) untuk melakukan eksperimentasi yang memungkinkan ia kelak mencapai taklif dalam makna yang praktis. Tidak “sekedar” tuntutan formal fiqih.

Pada masa amrad ini anak mencapai apa yang lazim disebut ‘aqil baligh (akalnya sampai). Salah satu tuntutan ata sseorang anak yang mencapai ‘aqil baligh adalah sifat rasyid (kecendikiaan) yang dicirikan oleh kemampuan mentasharufkan harta (menajemen ekonomi/anggaran). Awalnya adalah manajamen anggaran untuk diri sendiri. Selanjutnya, berkembang. (Muhammad Fauzil Adhim,1996:16-17)

Pada usia 7-10 tahun adalah usia ketika anak masuk sekolah dasar atau usia sekolah dasar sebagaimana dijelaskan oleh Hurlock tentang ciri umum anak usia sekolah dasar yaitu orangtua umumnya menganggap masa ini merupakan usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya. Juga disebut usia tidak rapi

kamarnya sangat berantakan, dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya, terutama pada anak laki-laki. Selain itu usia bertengkar

karena anak sering bertengkar dengan saudara-saudaranya.

Para pendidik menyebut sebagai usia sekolah dasar yaitu anak saat memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan berbagai keterampilan di sekolah dasar. Masa ini merupakan masa pembentukan kebiasaan dorongan prestasi yang cenderung menetap sampai dewasa sehingga disebut masa kritis dalam dorongan berprestasi.

Psikolog menyebutkan masa ini usia berkelompok karena anak ingin diterima oleh teman-teman sebayanya sebagai anggota kelompok dan saat anak ingin menyesuaikan diri dengan standar kelompok dalam penampilan, berbicara dan perilaku. Disebut juga usia kreatif karena saat penentuan apakah anak akan menjadi pencipta karya yang konformis atau baru dan orisinal. Pada masa ini anak mempunyai minat dan kegiatan bermain yang beragam/luas sehingga disebut usia bermain (Christiana Hari Soetjiningsih,2012:248).

Karena pada usia ini anak lebih suka bermain dan melakukan aktifitas yang baru sehingga hal ini adalah kesempatan bagi para pendidik khususnya para orang tua untuk mendidik serta memperkenalkan salat kepada anak usia tersebut sebagai suatu aktifitas baru menurut anggapan para anak.

Usia 06 – 09 tahun adalah masa dimulainya pendidikan formal. Pada masa ini anak telah mampu menerima pengertian dari apa yang telah dibiasakan, anak juga mampu menerima ganjaran dan hukuman sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya. Guru hendaknya sedini mungkin untuk menumbuhkan kebiasaan

yang baik dengan memberikan ganjaran atau penghargaan, agar anaka didik menjadi lebih bersemangat dalam melaksanakan amalan-amalan baik. Adapun materi pendeidikan agama dan akhlak yang dapat diberikan pada usia ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Ghazali adalah:

ثيداْْحأو نأرْْقلا ْملعتيف ْبتكملاْْىف لغْْشي مث

ىف سرْْغنيل مهلاوْْحأو رارْْبلا تاْْياكحو رابخلا

يتْْلا راعْْشلا نم ظْْفحيو نيحلاْْصلا بح هسفن

ةْْطلاخم نم ْظْْفحيو هْْلهأو قْْشعلا رْْكذ اْْهيف

ةْْقرو فرْْظلا نم كْْلذ نأ نومعزي نيذلا ءابدلا

رذْْب نايبْْصلا بوْْلق ىف سرْْغي كْْلذ ناف عبطلا

داسفلا

“…kemudian ia disibukkan di Madrasah, maka ia mempelajari Al-Qur’an dan hadits yang mengandung cerita-serita, riwayat dan hal ihwal orang saleh, supaya tertanam rasa cinta di dalam jiwanya terhadap orang-orang saleh. Anak juga dijaga dari membaca syair-syair yang di dalamnya mengandung urusan seks dan orang-orangnya; dijaga dari bergaul dengan sastrawan yang menyatakan bahwa yang demikian itu termasuk perbuatan senda gurau dan kehalusan tabi’at. Sesungguhnya yang demikian itu akan menanamkan bibit kerusakan dalam hati anak”(http://saintek.uin-malang.ac.id/index.php/artikel- 1/508-metode-pendidikan.html)

BAB III

Dalam dokumen Metode Pendidikan Shalat Anak Usia 7 10 (Halaman 32-36)

Dokumen terkait