• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh, baik data primer maupun data sekunder selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode sebagai berikut :

4.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988).

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan MMT di CV Bimandiri, yaitu dianalisis persentase terhadap skor maksimum. Pada penelitian manajemen mutu terpadu sayuran, analisis ini digunakan untuk mengetahui skor setiap unsur yang mempengaruhi terhadap manajemen mutu perusahaan.

Unsur-unsur manajemen mutu terpadu yang dianalisis yaitu : SDM, standar, sarana, organisasi, audit internal, diklat. Dalam penilaian unsur-unsur tersebut dilihat dari karakteristik MMT sebagai ukurannya, yaitu fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan secara berkesinambungan, diklat, kebebasan terkendali, kesatuan tujuan, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Penilaiannya dilakukan dengan wawancara kepada pihak perusahaan yaitu menggunakan kuesioner.

Tahapan dalam proses pengolahan ini, terlebih dahulu dengan menginput data dari kuesioner. Adapun data berbentuk data ordinal yang bernilai 1 sampai 5 yang menunjukkan tingkat kepentingan, dimana nilai tersebut menunjukkan tingkat dari sangat penting sampai sangat tidak penting.

Semua data responden yang telah diinput ke komputer selanjutnya akan dilakukan proses perhitungan. Adapun analisis ini dilakukan dengan cara menghitung skor yang diperoleh dari semua responden yang kemudian dibandingkan dengan keseluruhan skor maksimum dari suatu unsur. Cara perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Contoh Perhitungan skor

Unsur Skor

Sarana 1 2 3 4 5

Apakah sarana sudah memadai bagi pelanggan

untuk menyampaikan keluhannya x

Apakah sudah tersedia gedung untuk kegiatan

pengendalian mutu di perusahaan x

Apakah gudang sudah memadai untuk penyimpanan x Apakah alat transportasi yang digunakan untuk

mendistribusikan sayuran ke konsumen sudah memadai

x Apakah sarana yang ada di perusahaan sudah

menunjang untuk pelaksanaan diklat x

Bahan atau kemasan untuk sayuran sudah sesuai

dengan keinginan konsumen x

Apakah sarana sudah memadai bagi karyawan

untuk menyampaikan pandangan atau idenya x

Sistem atau prosedur kerja mengenai sarana atau

peralatan sudah jelas x

Pada tabel di atas, skor maksimum apabila responden mengisi jawaban pada unsur sarana yang terdiri dari delapan item pertanyaan maka akan menghasilkan total skor maksimum sebesar 40. Dari tabel di atas, total skor dari

jawaban responden adalah 22 kemudian hasil total skor responden dibandingkan dengan total skor maksimum. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

Skor (%) = 22 x100 % = 55 % 40

Pada perhitungan di atas, setelah skor dibandingkan selanjutnya di kali 100 %. Tujuannya adalah agar persentase yang dihasilkan dari perhitungan berada pada standar yang sama, yakni dalam skala 100 persen dan juga agar dapat dibandingkan.

Pengolahan terhadap data ini akan dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan software excell. Hasil yang diperoleh, diantaranya berupa nilai persentase yang menunjukkan seberapa besar nilai unsur terhadap usaha peningkatan mutu sayuran.

4.4.2. Proses Hirarki Analitik

Analisis PHA dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam penerapan manajemen mutu. Menurut Saaty (1993) langkah-langkah utama dalam analisis metode PHA secara umum dibagi dalam delapan langkah yaitu :

1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan yang diinginkan Fokus dari analisis ini adalah identifikasi permasalahan penerapan

manajemen mutu di CV Bimandiri. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan responden. Setelah ditentukan fokus analisis, kemudian ditentukan komponen-komponen pendukungnya. Agar terjadi persamaan persepsi antara peneliti dengan responden, dalam

menentukan komponen-komponen dilakukan pula pendefinisian masing- masing komponen.

2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh Setelah diketahui komponen-komponen dari fokus analisis, kemudian dilakukan pembuatan hirarki yang ditujukan agar diperoleh tingkatan- tingkatan analisis. Pada fokus identifikasi permasalahan tersusun beberapa tingkatan seperti tingkat 2 adalah kriteria kegiatan, tingkat 3 adalah permasalahan, tingkat 4 merupakan faktor penyebab, tingkat 5 sub faktor penyebab dan tingkat 6 adalah jenis penyebab. Tidak ada aturan khusus dalam menyusun suatu model sistem hirarki ini, juga tidak terdapat batasan tertentu mengenai jumlah tingkatan struktur keputusan yang terstratifikasi dan elemen pada setiap tingkat keputusan. Abstraksi struktur hirarki dari permasalahan mutu di CV Bimandiri dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Abstraksi Struktur Hirarki Permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

3. Menyusun matriks banding berpasangan

Matriks banding berpasangan adalah matriks yang memperbandingkan bobot unsur dalam suatu hirarki dengan unsur-unsur dalam hirarki diatasnya. Matriks ini disusun sesuai dengan tujuan penelitian dan struktur hirarki analisa. Matriks ini dimulai dari puncak hirarki untuk fokus identifikasi permasalahan sebagai dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar variabel yang terkait yang ada dibawahnya.

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan pembandingan berpasangan antar variabel pada langkah 3.

Permasalahan Manajemen Mutu

Tingkat 1 Fokus Tingkat 2 Kegiatan F2 F1 F3 O2 O1 O3 A3 A2 A1 Tingkat 4 Faktor Penyebab Tingkat 3 Permasalahan O1 O1 Tingkat 6 Jenis Penyebab O1 O1 O1 Tingkat 5 Sub Faktor Penyebab

Langkah keempat adalah melakukan pembandingan berpasangan antara setiap elemen pada kolom ke-I dengan setiap elemen pada baris ke-j, yang berhubungan dengan fokus G. Pembandingan berpasangan antar elemen tersebut dilakukan dengan dasar pertanyaan sebagai berikut : seberapa besar/kuat elemen ke-i berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi, memenuhi, atau menguntungkan terhadap fokus G dibandingkan dengan elemen kolom ke-j.

Bila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu sifat yang dipengaruhi oleh fokus G, maka dasar pembandingan adalah dengan pertanyaan : Seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus G, dibandingkan dengan kolom ke-j?. Bila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu maka dasar pertanyaan untuk pembandingannya adalah : seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j, sehubungan dengan fokus G.

Angka-angka dalam tabel 4 menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian dilakukan diatas garis diagonal matriks dari kiri atas ke kanan bawah.

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan satu (1) sepanjang diagonal utama.

Angka-angka 1 sampai 9 digunakan bila F1 lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan F2. Sedangkan bila F1 kurang mendominasi atau mempengaruhi identifikasi masalah dibandingkan F2,

maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F12 memiliki nilai 8, maka F21 adalah 1/8.

6. Melakukan langkah-langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut.

Pembandingan dilanjutkan untuk semua pada setiap tingkat keputusan yang terbatas pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatasnya. Matriks pembandingan dalam model PHA dibedakan menjadi Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG). MPI merupakan matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu tentang pentingnya suatu elemen dibanding elemen lainnya dihubungkan dengan elemen-elemen pada tingkat hirarki diatasnya dalam suatu hirarki keputusan tertentu. Sedangkan, MPG adalah matriks bentukan baru yang elemennya merupakan rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu.

Tabel 4. Skala Banding Berpasangan untuk Pengisian Matriks Pembanding Berpasangan.

Nilai Skala Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama

petingnya

Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari yang lainnya

Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya

5 Elemen yang satu jelas lebih penting/esensial dibandingkan elemen lainnya

Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya

7 Satu elemen sangat jelas lebih penting dibandingkan dengan elemen lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong dan didominasinya terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih penting dibandingkan elemen lainnya

Sokongan elemen yang satu atas yang lain terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua

pertimbangan diatas

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan

Kebalikan nilai-nilai diatas

Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A dan B, maka nilai-nilaik kebalikan (1/2, 1/3, 1/4 , 1/5,…., 1/9) digunakan untuk membandingkan kepentingan/peranan B terhadap A.

Sumber : Saaty, 1993.

Intensitas pentingnya suatu elemen dibanding elemen lainnya berkenaan dengan sifat diatasnya yang terdapat dalam MPOI dapat diubah-ubah oleh individu yang bersangkutan hingga diperoleh suatu hasil perbandingan yang memuaskan. Kesahihan pendapat ini tergantung sepenuhnya pada pemahaman dan pengertian individu yang bersangkutan terhadap sistem secara keseluruhan untuk menghasilkan pembandingan antar elemen yang memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi.

Elemen MPI (Aij) disimbolkan dengan aij, yakni elemen pada baris ke-i dan kolom ke-j. MPI tersebut dapat diilustrasikan seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Ilustrasi Matriks Pendapat Individu (MPI)

G A1 A2 A3. .An A1 a11 a12 a13 …… a1n A2 a21 a22 a23 ……. a2n A3 a31 a32 a33 ……. a3n An an1 an2 a n3 …… ann Sumber : Saaty, 1993

MPG dibentuk setelah MPI-MPI terisi. Pendapat-pendapat individu yang dijadikan sebagai elemen MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi kurang dari sepuluh persen (RK < 0,1) dan setiap elemen pada ke-i dan kolom ke-j yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lainnya tidak terjadi konflik. Apabila terdapat MPI yang tidak memenuhi persyaratan Rasio Konsistensi ini, maka MPI tidak diikutkan dalam analisis. Demikian pula bila terdapat elemen dalam MPG yang memberikan indikasi terjadinya konflik, maka elemen tersebut tidak diikutkan dalam analisis. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah :

1. Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai dari pendapat individu yang tertinggi dengan nilai yang terendah; dan

2. Tidak terdapat angka kebalikan (resipokal) pada baris dan kolom yang sama.

Elemen MPG (gij) disimbolkan dengan gij, yakni elemen pada baris ke-i dan kolom ke-j. MPG dapat dilihat pada contoh berikut (Tabel 6).

Tabel 6. Ilustrasi Matriks Pendapat Gabungan (MPG) G G1 G2 G3. .Gn G1 g11 g12 g13 …… g1n G2 g21 g22 g23 ……. g2n G3 g 31 g32 g33 ……. g3n . . . . . . . . . . Gn a n1 an2 a n3 …… ann Sumber : Saaty, 1993

Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah :

( )

m m k aij Gij

= = 1

dimana : gij = variabel MPG baris ke-i kolom ke-j

(aij)k = variabel baris ke-I kolom ke-k dari MPI ke-k

k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi

persyaratan

m = jumlah MPI yang memenuhi persyaratan

m

m k

=1

= perkalian dari elemen ke-i sampai ke-m

7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap yaitu : (1) pengolahan horizontal, (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI maupun MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI atau MPG harus memenuhi persyaratan inkonsistensi.

Pengolahan horizontal dapat dilakukan setelah MPI atau MPG yang akan diolah telah siap dan lengkap dengan elemennya. Pengolahan horizontal

terdiri dari tiga bagian yaitu : (1) penentuan Vektor Eigen atau disebut Vektor Prioritas, (2) uji konsistensi, (3) revisi pendapat MPI atau MPG yang memiliki Rasio Inkonsistensi yang tinggi.

Pengolahan vertikal dilakukan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Hasil akhir dari pengolahan ini merupakan bobot prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan paling bawah terhadap sasaran utama.

8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki

Langkah terakhir mengevaluasi inkonsistensi dengan mengalihkan setiap indeks inkonsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks.

Dengan cara yang sama pada setiap indeks inkonsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan, dan hasilnya dijumlahkan. Untuk memperoleh hasil yang baik, Rasio Inkonsistensi hirarki harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen.

Metode PHA dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan di CV Bimandiri dalam penerapan manajemen mutu, faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan tersebut dan jenis penyebab yang terjadi di perusahaan.

Konsep Identifikasi Permasalahan di CV Bimandiri

Penelitian ini diawali dengan melakukan studi pustaka untuk mempersiapkan kerangka awal penelitian yang berupa identifikasi permasalahan. Pada tahap selanjutnya, hal pertama yang diidentifikasi adalah kegiatan yang menjadi sumber permasalahan tersebut. Identifikasi tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi melalui wawancara dengan pihak perusahaan yang terkait langsung dan benar-benar mengetahui permasalahan di perusahaan.

Berdasarkan data dan informasi yang telah terkumpul selanjutnya dibuat struktur hirarki. Dalam penyusunan hirarki ini informasi yang diperoleh dari hasil wawancara pertama perlu direvisi kembali dengan mempelajari literatur untuk memperkaya ide atau berdiskusi dengan pihak yang paling berkompeten dan mengetahui tentang proses penyusunan hirarki dengan harapan dapat memperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan. Fokus dalam tahap ini adalah menentukan permasalahan dalam manajemen mutu yang dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki.

Struktur hirarki yang telah disusun menjadi dasar untuk pembuatan kuesioner yang diberikan kepada responden. Sebuah struktur hirarki yang telah disusun dengan elemen-elemennya menjadi tidak akan berarti tanpa nilai atau bobot yang menyertainya. Oleh karena itu, metode PHA diperlukan untuk menentukan bobot elemen pada level dibawahnya. Pada tahap ini data hasil (kuesioner) yang telah diberi pembobotan, kemudian diolah dengan menggunakan program komputer “Expert Choice Version 2000”.

Hasil Pengolahan tersebut, maka kita dapat melihat rasio konsistensinya. Apabila rasio konsistensinya tidak memenuhi syarat, yaitu kurang dari 10 persen maka perlu dilakukan revisi pendapat. Revisi pendapat tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara kembali kepada pihak perusahaan, sedangkan apabila rasio konsistensinya sudah memenuhi syarat maka diperoleh prioritas permasalahan dalam penerapan manajemen mutu di CV Bimandiri. Diagram alir metode PHA dalam menganalisis permasalahan manajemen mutu terpadu di CV Bimandiri dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Alir Metode PHA dalam Menganalisis Permasalahan Manajemen Mutu Terpadu di CV Bimandiri

Revisi Pendapat Ya Tidak Rasio Konsistensi (CR) Memenuhi Syarat

Pengumpulan data dan informasi dari pihak perusahaan

Penyusunan Struktur Hirarki Permasalahan di CV Bimandiri

Penyususnan & Pengisian Kuesioner Permasalahan di CV Bimandiri

Penyusunan Matriks Gabungan di CV Bimandiri

Diperoleh prioritas permasalahan di CV

Dokumen terkait