• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. PERMASALAHAN PENINGKATAN MUTU SAYURAN

7.2. Struktur Hirarki, Susunan Bobot dan Prioritas Permasalahan

7.2.1. Struktur Hirarki Permasalahan

Dalam penelitian ini model yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam tingkat, dimana tingkat pertama merupakan fokus. Tingkat 2 adalah kegiatan yang terdiri dari pengadaan sayuran, proses penanganan, dan distribusi. Tingkat 3 adalah permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan, yang merupakan penjabaran dari tingkat 2, terdiri dari jumlah sayuran, waktu pengadaan, sortasi, pengemasan, pembagian, waktu distribusi dan sarana.

Tingkat 4 adalah faktor penyebab yang menimbulkan masalah yang dihadapi oleh tingkat 3. Tingkat 4 ini merupakan penjabaran dari tingkat 3 yang terdiri dari faktor alam, budidaya petani, sistem, alat transportasi, jarak, SDM, alat dan bahan. Tingkat 5 adalah sub faktor penyebab, merupakan penjabaran dari tingkat 4. Tingkat 5 ini terdiri dari cuaca, fisik, pekerja, pengawas. Tingkat 6 adalah jenis penyebab, yaitu kontrol dan non kontrol. Struktur hirarki secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 5.

Identifikasi permasalahan penerapan MMT di CV Bimandiri

Pengadaan Sayuran Proses

Penanganan Distribusi Jumlah Sayuran Waktu Pengadaan

Pengemasan Pembagian Waktu Sarana

FA STM AT STM JRK SDM A&B STM SDM A&B STM SDM A&B STM AT STM JRK AT STM

Cuaca Fisik PKJ PGWS PKJ PGWS PKJ PGWS

Kontrol Non Kontrol

Tingkat 1 Fokus Tingkat 2 Kegiatan Tingkat 3 Permasalaha n Tingkat 4 Faktor Penyeba b Tingkat 5 Sub Faktor Penyebab Tingkat 6 Jenis Penyebab Sortasi

Gambar 5. Struktur Hirarki Permasalahan PenerapanManajemen Mutu Sayuran di CV Bimandiri BP

Keterangan :

Tingkat 1 : Fokus, yaitu identifikasi permasalahan peningkatan mutu sayuran di CV. Bimandiri.

Tingkat 2 : Kegiatan, yaitu :

Pengadaan Sayuran : Permasalahan yang berasal dari pengadaan sayuran. Proses Penanganan : Permasalahan yang berasal dari proses penanganan. Distribusi : Permasalahan yang berasal dari kegiatan distribusi.

Tingkat 3 : Permasalahan, yaitu :

Jumlah sayuran : Jumlah sayuran yang dibutuhkan oleh perusahaan. Waktu pengadaan : Waktu dalam pengadaan sayuran.

Sortasi : Sortasi yang dilakukan oleh perusahaan. Pengemasan : Pengemasan yang dilakukan oleh perusahaan. Pembagian : Teknik pembagian sayuran untuk tiap swalayan. Waktu distribusi : Ketepatan waktu pengiriman sayuran ke swalayan. Sarana : Sarana yang digunakan dalam distribusi sayuran.

Tingkat 4 : Faktor Penyebab, yaitu :

1. Faktor penyebab untuk jumlah sayuran

a. FA (Faktor alam) : faktor alam yang dapat berpengaruh secara

langsung terhadap mutu sayuran b. BP (Budidaya petani) : Budidaya yang dilakukan petani dalam

menghasilkan sayuran.

c. STM (Sistem) : serangkaian prosedur, pelaksanaan dan pengawasan.

2. Faktor penyebab untuk waktu pengadaan

a. AT (Alat transportasi) : Alat transportasi yang digunakan dalam pengadaan sayuran

b. STM (Sistem) : Serangkaian prosedur, pelaksanaan dan pengawasan.

c. JRK (Jarak) : Jarak antara petani dengan perusahaan.

3. Faktor penyebab untuk sortasi

a. SDM : Kualifikasi sumber daya manusia perusahaan dalam melakukan sortasi

b. A&B (Alat dan Bahan) : Alat dan bahan yang digunakan dalam sortasi c. STM (Sistem) : Serangkaian prosedur, pelaksanaan dan

4. Faktor Penyebab untuk pengemasan

a. SDM : Kualifikasi sumber daya manusia perusahaan dalam melakukan pengemasan

b. A&B (Alat dan Bahan) : Alat dan bahan yang digunakan dalam pengemasan

c. STM (Sistem) : Serangkaian prosedur, pelaksanaan dan pengawasan.

5. Faktor penyebab untuk pembagian

a. SDM : Kualifikasi sumber daya manusia perusahaan dalam melakukan pembagian

b. A&B (Alat dan Bahan) : Alat dan bahan yang digunakan dalam pembagian

c. STM (Sistem) : Serangkaian prosedur.

6. Faktor penyebab untuk waktu distribusi

a. AT (Alat transportasi) : Alat tansportasi yang digunakan dalam distribusi

b. STM (Sistem) : Serangkain prosedur, pelaksanaan dan pengawasan.

c. JRK (Jarak) : Jarak antara perusahaan dengan swalayan

7. Faktor penyebab untuk sarana

a. AT (Alat transportasi) : Alat transportasi dalam distribusi

b. STM (Sistem) : Serangkain prosedur, pelaksanaan dan pengawasan.

Tingkat 5 : Sub Faktor penyebab, yaitu :

1. Sub faktor penyebab untuk faktor alam

a. Cuaca : Keadaan cuaca di kebun

b. Fisik : Kondisi kebun seperti keadaan tanah, ketersediaan air.

2. Sub faktor penyebab untuk SDM

a. Pekerja : Kualifikasi pekerja b. Pengawas : Kualifikasi pengawas

Tingkat 6 : Jenis Penyebab, yaitu :

1. Kontrol : Masalah yang dapat dikendalikan oleh perusahaan

2. Non Kontrol : Masalah yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan (diluar kekuasaan perusahaan).

7.2.2. Analisis Hasil Pengolahan Horizontal

Berdasarkan penilaian terhadap keputusan yang diberikan responden terhadap kuesioner kegiatan sehubungan dengan permasalahan manajemen mutu sayuran diperoleh hasil penilaian yang terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar Elemen Pada Kegiatan sehubungan dengan permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

Tingkat 2 Kegiatan

Bobot PHA Prioritas

Pengadaan Sayuran 0,258 2

Proses Penanganan 0,637 1

Distribusi 0,105 3

Rasio Inkonsistensi 0,04

Dari Tabel 11 diketahui bobot prioritas elemen-elemen kegiatan sehubungan dengan permasalahan dalam penerapan manajemen mutu sayuran di CV Bimandiri adalah proses penanganan (0,637), pengadaan sayuran (0,258) dan distribusi (0,105). Perusahaan menganggap bahwa proses penanganan merupakan kegiatan dalam mempertahankan mutu sayuran, dimana dalam kegiatan tersebut diperlukan perhatian yang cukup serius. Selain itu pada kegiatan proses penanganan tersebut dilakukan perlakuan-perlakuan untuk mempertahankan mutu. Pengadaan merupakan kegiatan awal dari perusahaan, dimana pengadaan sayuran ini akan berpengaruh kepada kegiatan selanjutnya, sama halnya dengan distribusi juga merupakan kegiatan yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam peningkatan mutu sayuran.

Tabel 12. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar Elemen Permasalahan Penerapan Manajemen mutu Terpadu Berdasarkan Kegiatan Tingkat 2 Kegiatan Tingkat 3 Permasalahan Bobot PHA Prioritas Rasio Inkonsistensi Jumlah Sayuran 0,591 1 Pengadaan Sayuran Waktu Pengadaan 0,409 2 0,00 Sortasi 0,569 1 Pengemasan 0,277 2 Proses Penanganan Pembagian 0,154 3 0,01 Waktu 0,724 1 Distribusi Sarana 0,276 2 0,00

Hasil pengolahan data pada tingkat 3 menunjukkan urutan kriteria masalah berdasarkan kegiatan perusahaan pada tingkat 2 adalah untuk pengadaan sayuran prioritas masalah yang dihadapi adalah jumlah sayuran (0,591) dan waktu pengadaan (0,409). Masalah Jumlah sayuran yang dihadapi biasanya adalah kurangnya jumlah sayuran yang dibutuhkan oleh perusahaan, hal ini mengakibatkan tidak terpenuhinya pesanan dari swalayan. Masalah yang dihadapi dalam pengadaan sayuran lainnya adalah waktu pengadaan, perusahaan selalu menghadapi masalah penerimaan sayuran dari pemasok yang terlambat. Ketepatan waktu pengadaan ini sangat mempengaruhi proses pengendalian mutu sayuran selanjutnya.

Bobot Prioritas masalah yang dihadapi oleh perusahaan berdasarkan kegiatan proses penanganan adalah sortasi (0,569), pengemasan (0,277) dan pembagian (0,154). Pada sortasi, masih adanya sayuran yang lolos sortir yaitu sayuran yang kualitasnya di bawah standar. Hal tersebut akan mengakibatkan

kerugian bagi perusahaan. Pada kegiatan pengemasan, biasanya sayuran yang dikemas terlalu keras atau longgar, sedangkan dalam pembagian belum maksimalnya peran penataan sayuran dalam kontainer. Apabila hal-hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan tidak memuaskan konsumen.

Prioritas masalah dalam distribusi adalah ketepatan waktu pengiriman (0,670) dan sarana (0,333). Ketepatan waktu dalam pengiriman menempati prioritas pertama. Bagi perusahaan ketepatan waktu dalam pengiriman sangatlah penting, karena apabila perusahaan terlambat dalam pengiriman kemungkinan ditolaknya sayuran sangat besar, karena perusahaan harus bersaing dengan perusahaan distributor lainnya. Selain ketepatan waktu dalam pengiriman sarana yang digunakan juga sangat mempengaruhi mutu dari sayuran tersebut.

Penyebab timbulnya masalah pada tingkat 3 dijelaskan oleh faktor penyebab masalah pada tingkat 4 dan sub faktor penyebab masalah pada tingkat 5. Faktor penyebab itu merupakan penjabaran dari permasalahan sebelumnya. Dari hasil pengolahan data pada tingkat 4, menunjukkan bahwa penyebab masalah dari jumlah sayuran secara berurutan adalah sistem (0,637), budidaya petani (0,258), dan faktor alam (0,105). Sistem ini maksudnya adalah prosedur kerja yang dilakukan oleh perusahaan. Sistem pemesanan jumlah sayuran kepada pemasok didasarkan dari prediksi, jadi dalam melakukan prediksi pemesanan kadang tidak sesuai dengan pemesanan dari swalayan. Hal tersebut dapat menyebabkan jumlah sayuran yang kurang atau berlebih. Selain sistem, faktor lain yang mempengaruhi adalah budidaya petani.

Budidaya petani adalah teknik budidaya yang dilakukan oleh petani dalam menghasilkan sayuran. Apabila teknik budidaya yang dilakukan oleh petani baik, yaitu penggunaan bibit yang baik, penggunaan dosis pupuk yang tepat, pengairan dan teknik pasca panen yang baik pula maka dapat dihasilkan sayuran dengan jumlah yang banyak dan mutu yang baik. Faktor alam juga sangat berpengaruh dalam menghasilkan jumlah dan sayuran yang bermutu.

Bobot Prioritas faktor penyebab dari waktu pengadaan diantaranya adalah alat transportasi (0,630), sistem (0,262) dan jarak (0,109). Alat transportasi berpengaruh pada waktu pengadaan sayuran, perusahaan masih kekurangan dalam alat transportasi dalam kegiatan pengadaan. Jadi perusahaan masih mengandalkan alat transportasi dari pemasok. Sistem atau prosedur kerja merupakan peraturan- peraturan yang dilakukan untuk pemasok dalam waktu pengiriman. Masih adanya pemasok yang terlambat dalam pengiriman sayuran ke perusahaan, hal ini dapat mengakibatkan terlambatnya waktu proses selanjutnya, selain alat transportasi dan sistem yang menjadi faktor penyebab adalah jarak.

Dalam masalah sortasi prioritas penyebab secara berurutan diantaranya adalah SDM (0,677), Sistem (0,235), alat dan bahan (0,088). Dalam melakukan sortasi, dilakukan secara manual dimana dalam hal ini dituntut ketelitian dari pekerja. Tetapi dalam kenyataannya masih adanya sayuran yang lolos sortir. Sistem yang dimiliki perusahaan baik prosedur, pelaksanaan dan pengawasannya masih belum sempurna. Selain itu yang menjadi faktor penyebab dalam sortasi lainnya adalah alat dan bahan yang menjadi penyebab terjadinya masalah. Alat dan bahan yang digunakan dalam sortasi masih sederhana, yaitu dengan menggunakan lap dan pisau.

Seperti halnya dengan sortasi, penyebab masalah untuk pengemasan dan pembagian adalah SDM (0,594), Sistem (0,286), alat dan bahan (0,120), sedangkan pembagian diantaranya SDM (0,604), Sistem (0,282) alat dan bahan (0,115). Dalam pengemasan dan pembagian SDM merupakan faktor penyebab yang utama, dimana dalam kegiatan tersebut kurang telitinya pekerja dalam melakukan pengemasan yaitu terlalu longgar atau keras dalam pengemasan. Selain itu juga adanya kesalahan dari pekerja dalam melakukan pembagian sayuran untuk tiap swalayan. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi pihak perusahaan. Sistem ini mencakup peraturan-peraturan dalam pelaksanaan kegiatan, bagaimana pelaksanaannya dan pengawasan pada pengemasan serta pada pembagian belum berjalan dengan baik. Faktor penyebab lainnya adalah alat dan bahan, untuk pengemasan alat yang digunakan adalah mesin wrapping. Terjadinya kerusakan pada mesin akan menghambat pengemasan sayuran, maka akan mengakibatkan terhentinya kegiatan tersebut dan menghambat pada proses- proses selanjutnya.

Prioritas penyebab untuk waktu distribusi adalah sistem (0,637), alat transportasi (0,258) dan jarak (0,105). Prosedur waktu pengiriman sayuran ke swalayan telah ditetapkan, tetapi dalam pelaksanaannya belum berjalan dengan baik. Masih terjadinya keterlambatan dalam pengiriman ke swalayan, hal tersebut dapat menurunkan mutu sayuran. Kerusakan alat transportasi merupakan salah satu penyebab terlambatnya waktu pengiriman. Faktor penyebab lainnya adalah jarak, yaitu jarak antara perusahaan dengan konsumen (swalayan).

Faktor penyebab dari masalah sarana diantaranya alat transportasi (0,750) dan sistem (0,250). Terjadinya kerusakan pada alat transportasi merupakan salah

satu faktor penyebab dalam sarana distribusi. Selain itu, faktor penyebab lainnya dalam sarana distribusi adalah sistem. perusahaan sudah mempunyai prosedur kerja dalam melakukan distribusi dan penggunaan sarana distribusi, tetapi dalam kenyataannya masih belum berjalan dengan baik.

Tabel 13. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar Elemen Faktor Penyebab Berdasarkan Permasalahan penerapan Manajemen Mutu Terpadu

Tingkat 3 Permasalahan

Tingkat 4 Faktor Penyebab

Bobot Prioritas Rasio Inkonsistensi Sistem 0,637 1 Budidaya Petani 0,258 2 Jumlah Sayuran Faktor Alam 0,105 3 0,04 Alat Transportasi 0,630 1 Sistem 0,262 2 Waktu Pengadaan Jarak 0,109 3 0,05 SDM 0,677 1 Sistem 0,235 2 Sortasi

Alat dan Bahan 0,088 3

0,04

SDM 0,594 1

Sistem 0,286 2

Pengemasan

Alat dan Bahan 0,120 3

0,05

SDM 0,604 1

Sistem 0,282 2

Pembagian

Alat dan Bahan 0,115 3

0,04 Sistem 0,638 1 Alat Transportasi 0,258 2 Waktu Jarak 0,105 3 0,04 Alat Transportasi 0,750 1 Sarana Sistem 0,250 2 0,00

Tingkat 5 adalah sub faktor penyebab yang merupakan penjabaran dari tingkat 4. Pada faktor alam yang menjadi sub faktor penyebab adalah cuaca

(0,781) dan Fisik (0,219). Pekerja dan pengawas merupakan sub faktor penyebab untuk penyebab SDM. Untuk faktor penyebab SDM baik untuk masalah sortasi, pengemasan dan pembagian yang menjadi sub faktor penyebabnya adalah pekerja (0,833), pengawas (0,167), untuk pengemas pekerja (0,750), pengawas (0,250) dan untuk pembagian pekerja (0,797) dan pengawas (0,203).

Tabel 14. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen-Elemen Jenis Penyebab Permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

Jenis Penyebab

Sub Elemen Kontrol Non

Kontrol Rasio Inkonsistensi Cuaca 0,152 0,848 0,00 Fisik 0,167 0,833 0,00 Budidaya Petani 0,192 0,808 0,00

Sistem dalam jumlah sayuran 0,750 0,250 0,00

Alat Transportasi dalam Pengadaan 0,750 0,250 0,00 Sistem dalam Waktu Pengadaan 0,781 0,219 0,00 Jarak dalam Pengadaan Sayuran 0,167 0,833 0,00

Pekerja dalam Sortasi 0,750 0,250 0,00

Pengawas dalam Sortasi 0,781 0,219 0,00

Alat dan Bahan dalam Sortasi 0,833 0,167 0,00

Sistem Dalam Sortasi 0,781 0,219 0,00

Pekerja dalam Pengemasan 0,781 0,219 0,00

Pengawas dalam Pengemasan 0,808 0,192 0,00

Alat dan Bahan dalam Pengemasan 0,781 0,219 0,00

Sistem Dalam Pengemasan 0,808 0,192 0,00

Pekerja dalam Pembagian 0,750 0,250 0,00

Pengawas dalam Pembagian 0,781 0,219 0,00

Alat dan Bahan dalam Pembagian 0,833 0,167 0,00

Sistem Dalam Pembagian 0,781 0,219 0,00

Alat Transportasi Waktu Distribusi 0,797 0,203 0,00 Sistem dalam Waktu Distribusi 0,781 0,219 0,00

Jarak dalam Distribusi 0,167 0,833 0,00

Alat Transportasi Sarana Distribusi 0,750 0,250 0,00 Sistem dalam Sarana Distribusi 0,781 0,219 0,00

Hasil pengolahan pada tingkat 6 (Tabel 14) menunjukkan bahwa pada sub faktor penyebab cuaca, prioritas yang diberikan oleh perusahaan untuk jenis penyebab adalah non kontrol dengan bobot 0,843. Cuaca sangat mempengaruhi terhadap jumlah sayuran yang dihasilkan dan mutu sayuran tersebut, tetapi cuaca merupakan di luar kontrol perusahaan karena perusahaan hanya sebagai pedagang perantara atau distributor. Jadi perusahaan tidak melakukan produksi sayuran tersebut. Sama halnya dengan faktor fisik (0,833), budidaya petani (0,808) Jarak antara petani dengan perusahaan dan jarak antara perusahaan dengan konsumen (0,833). Faktor penyebab tersebut merupakan faktor di luar kontrol perusahaan.

Untuk faktor penyebab sistem, yaitu sistem dalam pengadaan sayuran (0,750), sistem dalam waktu pengadaan sayuran (0,219), sistem dalam sortasi (0,219), sistem untuk pengemasan (0,808), sistem untuk pembagian (0,781), sistem untuk waktu distribusi (0,781) dan sistem untuk sarana distribusi (0,781). Sistem merupakan serangkaian prosedur, pelaksanaan dan pengawasan untuk setiap kegiatan dalam perusahaan. Sistem tersebut merupakan jenis penyebab yang dapat dikontrol oleh perusahaan, karena dengan perbaikan sistem secara berkesinambungan untuk semua kegiatan diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di perusahaan, selain itu ditunjang dengan pengawasan yang baik pula untuk semua kegiatan.

Alat transportasi, yaitu alat transportasi untuk pengadaan sayuran (0,750), alat transportasi untuk waktu distribusi (0,797) dan alat transportasi untuk sarana distribusi (0,750) merupakan jenis penyebab yang dapat dikontrol oleh perusahaan, dengan cara pengawasan terhadap penggunaan alat transportasi tersebut agar tidak terjadi kerusakan yang dapat mempengaruhi kegiatan-kegiatan

di perusahaan. Dengan pengawasan yang baik maka dapat memperkecil terjadinya kerusakan atau permasalahan terhadap alat transportasi tersebut.

Untuk sub faktor penyebab SDM, yaitu pekerja dan pengawas merupakan jenis penyebab yang dapat dikontrol oleh perusahaan. Dimana bobotnya adalah pekerja sortasi dan pembagian (0,750), pekerja pengemasan (0,781), sedangkan pengawas untuk sortasi dan pembagian (0,781) dan pengawas untuk pengemasan (0,808). Sub faktor penyebab untuk SDM ini bisa dikontrol oleh perusahaan, yaitu dengan cara pengawasan secara ketat terhadap para pekerja atau dengan cara melakukan pendidikan dan pelatihan untuk semua para pekerja, maka diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para pekerja.

Faktor penyebab lainnya yaitu alat dan bahan, alat dan bahan untuk sortasi dan pembagian (0,833) alat dan bahan untuk pengemasan (0,781). Faktor penyebab alat dan bahan tersebut merupakan jenis penyebab yang dapat dikontrol oleh perusahaan, yaitu dengan peningkatan pengawasan terhadap penggunaan alat dan bahan yang digunakan agar tidak terjadi kerusakan yang dapat mempengaruhi dalam upaya meningkatkan mutu sayuran.

7.2.3. Analisis Hasil Pengolahan Vertikal

Dari hasil pengolahan secara vertikal (Gambar 6) dapat diketahui mana yang diprioritaskan untuk tiap-tiap tingkat. Hasil Pengolahan vertikal pada tingkat 2 menunjukkan bahwa elemen proses penanganan (0,637) merupakan kegiatan sehubungan dengan permasalahan yang terjadi dalam perusahaan jika dibandingkan dengan kegiatan pengadaan sayuran (0,258) dan distribusi (0,105). Hasil pengolahan vertikal pada elemen permasalahan (tingkat 3) menunjukkan prioritas dari permasalahan yang terjadi dalam perusahaan, yaitu

sortasi (0,362), pengemasan (0176), jumlah sayuran (0,153), waktu pengadaan (0,106), pembagian (0,098), waktu distribusi (0,076) dan sarana distribusi (0,029). Pada tingkat 4 (faktor penyebab) merupakan penjabaran dari tingkat 3 (permasalahan), dimana diperoleh hasil pengolahan yang menunjukkan bahwa dari faktor penyebab yang paling berpengaruh adalah SDM, baik SDM sortasi (0,245), SDM pengemasan (0,105) dan SDM pembagian (0,059). SDM menjadi prioritas pertama karena pada sortasi, pengemasan dan pembagian sangatlah diperlukan kecermatan dari para pekerja karena masih dilakukan secara manual. Ketidakcematan para pekerja dapat mengakibatkan mutu sayuran yang rendah, karena masih adanya sayuran yang tidak sesuai dengan standar.

Faktor-faktor penyebab lainnya adalah sistem, yaitu sistem dalam pengadaan jumlah sayuran (0,097) dan sistem dalam sortasi (0,085). Sistem merupakan adalah serangkaian prosedur, pelaksanaan dan pengawasan setiap kegiatan dalam perusahaan, dimana sistem tersebut belum dilaksanakan secara maksimal. Selain sistem, faktor lainnya yang berpengaruh terhadap permasalahan di perusahaan secara berurutan adalah Alat transportasi dalam pengadaan sayuran (0,067), sistem dalam pengemasan (0,050), budidaya petani (0,039), sistem dalam waktu distribusi (0,048), alat dan bahan dalam sortasi (0,032), sistem dalam waktu pengadaan dan pembagian (0,028), alat transportasi dalam sarana distribusi (0,022), alat dan bahan dalam pengemasan (0,021), alat transportasi dalam waktu distribusi (0,020) dan lainnya yang bisa dilihat pada Gambar 6.

Hasil pengolahan vertikal pada tingkat 2 dan tingkat 3 memberikan hasil yang relevan dengan hasil pengolahan horizontalnya. Dimana hasil pengolahan vertikal memberikan prioritas yang sama dengan dengan pengolahan horizontal.

Hasil pada tingkat 4 dan tingkat 5 juga memberikan hasil yang relevan dengan hasil pada pengolahan horizontal. Elemen-elemen pada tingkat 4 merupakan penjabaran dari tingkat 3, begitu pula dengan tingkat 5.

Hasil pengolahan pada tingkat 6 (jenis penyebab) menunjukkan bahwa berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di perusahaan maka dapat disimpulkan bahwa jenis penyebab yang terdapat di perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu jenis penyebab terkontrol dan tidak terkontrol. Jenis penyebab yang terbagi menjadi yang terkontrol dan tidak terkontrol menempati tingkat keenam dari struktur hirarki identifikasi permasalahan penerapan manajemen mutu terpadu pada perusahaan distributor sayuran. Terkontrol atau tidaknya suatu masalah berhubungan dengan wewenang yang dimiliki pihak perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan direktur dan general manajer didapat bahwa sebagian besar penyebab yang dihadapi dapat terkontrol dengan bobot sebesar 0,750. Hal ini berarti bahwa masalah dapat terkendali dengan wewenang perusahaan.

Identifikasi permasalahan penerapan MMT di CV Bimandiri

Pengadaan Sayuran

0,258 Proses Penanganan 0,637 Distribusi 0,105

Jumlah Sayuran 0,153 Waktu Pengadaan 0,106 Pengemasan 0,176 Pembagian 0,098 Sarana 0,029 Waktu 0,076 FA 0,016 BP 0,039 STM 0,097 AT 0,067 STM 0,028 JRK 0,012 SDM 0,245 A&B 0,032 0,085 STM SDM 0,105 A&B 0,021 STM 0,050 SDM 0,509 A&B 0,011 STM 0,028 AT 0,020 STM 0,048 JRK 0,008 0,022 AT STM 0,007 Cuaca 0,012 Fisik 0,004 PKJ 0,204 PGWS 0,041 PKJ 0,079 PGWS 0,028 PKJ 0,047 PGWS 0,012 Kontrol 0,729 Non Kontrol 0,271 Tingkat 1 Fokus Tingkat 2 Kegiatan Tingkat 3 Permasalah an Tingkat 4 Faktor Penyeba b Tingkat 5 Sub Faktor Penyebab Tingkat 6 Jenis Penyebab Sortasi 0,362

Gambar 6. Struktur Hirarki Permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di CV Bimandiri Hasil Pengolahan Vertikal

Dokumen terkait