• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Metode pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh meliputi:

1) Data pengukuran dimensi kapal

Langkah-langkah dalam pengukuran dimensi kapal untuk mendapatkan data sheet pengukuran adalah sebagai berikut:

(1) Pengaturan posisi kedudukan kapal hingga tepat pada posisi datar (rata air) dengan menggunakan waterpass yang diletakkan pada bagian lunas dan lebar badan kapal;

(2) Kayu yang diletakkan pada ujung haluan dan buritan kapal, digunakan sebagai tempat terbentangnya tali/ benang yang disebut dengan standar line. Tali ini diatur hingga letaknya berada diatas garis pusat longitudinal kapal; (3) Penentuan titik ordinat sepanjang kapal yang dibagi menjadi 11 ordinat

dimana ordinat 0 berada di buritan dan ordinat 10 berada dihaluan. Selanjutnya, dilakukan Penarikan garis pertolongan mendatar yang akan diproyeksikan ke lambung kapal dengan menggunakan pendulum yang telah diberi tanda setiap 20 cm. Melakukan pengukuran setiap ordinat yang tingginya mulai dari standard line ke sheer, tinggi sheer ke base line, lebar badan kapal, dan lebar linggi haluan. Untuk badan kapal bagian luar, dilakukan pengukuran jarak secara mendatar dari sheer ke base line, dengan memproyeksikan setiap titik ke bawah dengan benang pendulum yang telah diberi tanda;

(4) Kemiringan linggi diperoleh dengan cara merentangkan benang dengan pemberat dari ujung haluan ke base line. Selanjutnya dilakukan pengukuran pada jarak horisontal dari benang ke linggi haluan setiap 10 cm.

Pembuatan gambar rencana garis (lines plan) dilakukan setelah data sheet pengukuran terkumpul, lalu dilanjutkan dengan perhitungan rasio dimensi utama kapal, yang terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal (B), dan dalam kapal (D). Lines plan akan membantu dalam mendapatkan data untuk pengisian tabel offset. Data-data yang ada pada tabel offset akan digunakan untuk melakukan perhitungan mengenai parameter hidrostatis kapal, yang terdiri dari volume

displacement ( ), ton displacement ( ), waterplane area (Aw), ton Per Centimeter (TPC), coefficient of block (Cb), coefficient of midship (C ), coefficient of prismatic (Cp), coefficient of vertical prismatic (Cvp), coefficient of waterplane (Cw), Jarak titik apung (B) terhadap lunas (K), jarak titik apung (B) terhadap titik metacentre (M), jarak metacentre (M) terhadap lunas (K), jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal (BML), jarak metacentre longitudinal terhadap lunas (KML), jarak titik berat (G) terhadap lunas (K), dan jarak titik berat (G) terhadap metacentre (M).

2) Pengukuran bagian-bagian konstruksi kapal

Data konstruksi kapal didapatkan dengan cara pengukuran terhadap bagian-bagian konstruksi kapal. Data ukuran konstruksi ini digunakan untuk

membuat gambar rencana konstruksi. Bagian-bagian kapal yang diukur adalah: lunas, gading-gading, balok dek, galar, lantai dek, linggi haluan, linggi buritan, rumah-rumah, kulit lambung serta pondasi mesin.

3) Wawancara

Selain data yang didapatkan melalui pengukuran beberapa data juga didapatkan melalui wawancara dengan para pekerja yang ada di kapal. Beberapa data yang diperoleh melalui wawacara meliputi: data mesin yang digunakan, data operasi yang dilakukan, dan jumlah ABK kapal yang bekerja di atas kapal.

Selain data primer, penulis juga mendapatkan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh di lapangan meliputi data desain kapal penangkap cumi-cumi yang pernah melakukan docking di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman. Data ini digunakan oleh penulis sebagai bahan referensi untuk pembuatan gambar desain kapal penangkap cumi-cumi KM. Cahaya Alam Tiga.

3.3.2 Metode pengolahan data

Pengolahan data dilakukan berdasar dari data pengukuran yang diperoleh melalui pengukuran langsung pada kapal yang diteliti dan diolah dengan metode numerik berupa formula-formula naval architect.

Pengolahan data ini dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter hidrostatik dari kapal yang diteliti. Formula yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai berikut (Fyson, 1985).

1) Volume displacement ( ), dengan rumus Simpson I

= h/3 (A0 + 4A1 + 2 A2 + .... + 4An + An+1) ... (1)

Keterangan :

A = Luas pada WL tertentu (m2) 2) Ton displacement ( ), dengan rumus :

= x δ ... (2) Keterangan :

= Volume displacement (m3)

δ = Densitas air laut (1,025 ton/m3) 3) Waterplane area (Aw), dengan rumus Simpson I

Aw = h/3 (Y0 + 4Y1+ 2Y2+ .... + 4Yn + Yn+1) ... (3)

Keterangan :

H = Jarak antar ordinat pada garis air (WL) tertentu Yn = Lebar pada ordinat ke-n (m)

4) Ton Per Centimeter (TPC), dengan rumus :

TPC = (Aw/100) x 1,025 ...(4) Keterangan :

Aw = Waterplane area (m2) 5) Coefficient of block (Cb), dengan rumus :

Cb = / (L x B x d) ... (5) Keterangan : = Volume displacement (m3) L = Panjang kapal (m) B = Lebar kapal d = Draft kapal (m)

6) Coefficient of midship (C ), dengan rumus :

C = A / (B x d) ... (6) Keterangan :

A = Luas tengah kapal (m2)

B = Lebar kapal (m)

7) Coefficient of prismatic (Cp), dengan rumus :

Cp = / (A x L) ... (7) Keterangan :

= Volume displacement (m3) A = Luas tengah kapal (m2)

L = Panjang kapal (m)

8) Coefficient of vertical prismatic (Cvp), dengan rumus :

Cvp = / (Aw x d) ... (8) Keterangan :

= Volume displacement (m3) Aw = Waterplane area (m2) d = Draft kapal (m)

9) Coefficient of waterplane (Cw), dengan rumus :

Cw = Aw / (L x B) ... (9) Keterangan :

Aw = Waterplane area (m2) L = Panjang kapal (m) B = Lebar kapal (m)

10) Jarak titik apung (B) terhadap lunas (K), dengan rumus :

KB = 1/3 [ 2,5 d – ( /Aw) ] ... (10) Keterangan :

= Volume displacement (m3) Aw = Waterplane area (m2) d = Draft kapal (m)

11) Jarak titik apung (B) terhadap titik metacentre (M), dengan rumus :

BM = I / ...(11) Keterangan :

= Volume displacement (m3) I = Moment inertia

12) Jarak metacentre (M) terhadap lunas (K), dengan rumus :

KM = KB + BM ... (12) Keterangan :

KB = Jarak titik apung terhadap lunas BM = Jarak titik apung terhadap metacentre

13) Jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal (BML), dengan rumus : BML = IL / ... (13)

Keterangan :

IL = Innertia longitudinal = Volume displacement (m3)

14) Jarak metacentre longitudinal terhadap lunas (KML)

KML = KB + BML ... (14)

Keterangan :

KB = Jarak titik apung terhadap lunas

BML = Jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal

15) Jarak titik berat (G) terhadap lunas (K), dengan rumus :

KG = / I ... (15) Keterangan :

= Ton displacement (ton) I = Moment innertia

16) Jarak titik berat (G) terhadap metacentre (M), dengan rumus :

GM = KM – KG ... (16) Keterangan :

KM = Jarak metacentre terhadap lunas KG = Jarak titik berat terhadap lunas

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis data untuk desain kapal

Analisis desain kapal dilakukan dengan membandingkan antara nilai rasio dimensi kapal dan nilai koefisien bentuk yang diperoleh baik dengan nilai acuan yang ditetapkan maupun dengan data kapal di Indonesia pada umumnya. Acuan yang digunakan untuk membandingkan nilai rasio dan koefisien bentuk dapat dillihat pada Tabel 1 dan Tabel 2, Sementara itu hasil penelitian tentang rasio dimensi dan koefisien bentuk kapal yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Analisis desain juga dilihat dari parameter hidrostatisnya. Nilai parameter hidrostatis ini akan menunjukkan karakteristik badan kapal di bawah garis air.

3.4.2 Analisis data untuk konstruksi kapal

Analisis konstruksi kapal dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran bagian-bagian konstruksi kapal yang diteliti dengan ukuran konstruksi kapal berdasarkan rekomendasi dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Ukuran dinyatakan sesuai bila angka yang diperoleh lebih besar dari angka acuan BKI, namun untuk jarak gading dan balok geladak standar yang ditetapkan BKI adalah standar maksimum.

Kesesuaian ukuran konstruksi yang dimiliki oleh sebuah kapal dilihat dari persentasi ukuran yang sesuai dengan aturan BKI. Persentasi tersebut dilihat dengan menggunakan rumus:

(Jumlah kriteria yang sesuai/ Jumlah keseluruhan kriteria yang diukur) x 100 % Hasil perbandingan akan memperlihatkan layak atau tidaknya sebuah kapal perikanan untuk beroperasi.

Kapal penangkap cumi-cumi adalah kapal yang sasaran utama penangkapannya adalah cumi-cumi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aspek keragaan teknis dari kapal penangkap cumi-cumi KM. Cahaya Alam Tiga yang sedang melakukan kegiatan docking di galangan kapal milik PT. Proskuneo Kadarusman, Muara Baru, Jakarta Utara. Kapal ini memiliki fishing base di PPS Nizam Zahman, Jakarta. Adapun setelah dilakukan pengukuran diperoleh spesifikasi kapal KM. Cahaya Alam Tiga yaitu seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Spesifikasi teknis kapal penangkap cumi-cumi (squid jigging)

No Keterangan

1 Nama KM. Cahaya Alam Tiga

2 Bahan kayu jati

3 LOA 20,0000 meter 4 LBP 17,1851 meter 5 Lebar (Bmax) (Bmoulded) 5,2136 meter 4,1400 meter 6 Lebar pada garis air (Bwl) 3,6400 meter

7 Dalam (D) 1,5240 meter 8 Tonase 40 GT 9 Palka 6 palka 10 Volume palka 1 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 7,5240 m3 1,1000 meter 3,8000 meter 1,8000 meter 11 Volume palka 2 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 8,1972 m3 1,1000 meter 4,1400 meter 1,8000 meter 12 Volume palka 3 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 5,7600 m3 1,6000 meter 2,0000 meter 1,8000 meter 13 Volume palka 4 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 5,7600 m3 1,6000 meter 2,0000 meter 1,8000 meter Sumber: Data olahan, 2011

Tabel 5 Lanjutan 14 Volume palka 5 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 6,4800 m3 1,8000 meter 2,0000 meter 1,8000 meter m 15 Volume palka 6 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 6,4800 m3 1,8000 meter 2,0000 meter 1,8000 meter

16 Penampung air tawar 3 penampung air tawar 17 Volume penampung air tawar 1

a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 3,6000 meter 2,0000 meter 1,2000 meter 1,5000 meter 18 Volume penampung air tawar 2

a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 3,6000 meter 2,0000 meter 1,2000 meter 1,5000 meter 19 Volume penampung air tawar 3

a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 3,6000 meter 2,0000 meter 1,2000 meter 1,5000 meter 20 Tenaga penggerak utama Mitsubishi 120 PK

21 Tahun pembuatan 2007

22 Jumlah ABK 20-25 orang

23 Mesin bantu Mitsubishi 100 PK

Sumber: Data olahan, 2011

Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki bentuk buritan transom. Badan kapal pada bagian haluan berbentuk

“V” bottom sedangkan pada bagian tengah hingga ke buritan berbentuk round flat bottom. Bentuk seperti ini didasarkan atas tipe operasi penangkapan yang pasif.

Alat tangkap yang digunakan adalah pancing cumi-cumi, dengan operasi menggunakan alat bantu penarik tali pancing yang penggeraknya dihubungkan langsung ke mesin utama. Waktu operasi penangkapan diketahui dari pukul 20.00 sampai 03.00. Operasi penangkapan dilakukan pada kedalaman perairan 60 m. Lampu yang digunakan untuk operasi adalah lampu halogen dengan daya 3 KW. Operasi penangkapan dilakukan di sekitar perairan Laut Cina Selatan.

Tenaga penggerak kapal yang dipasang adalah mesin diesel ber-merk Mitsubishi dengan kekuatan 120 PK, selain itu komponen penggerak lainnya adalah baling-baling yang terbuat dari kuningan dengan 4 buah daun baling-baling

berbentuk ellips dengan diameter sebesar 110 cm. Baling-baling ini merupakan sumber penggerak karena akan mengeluarkan daya dorong terhadap air. Poros yang menghubungkan mesin utama dan baling-baling berbahan dasar besi campuran dengan panjang 3 m. Kemudi yang digunakan berbahan dasar besi yang dilapisi cat dengan dimensi panjang 140 cm dan lebar 70 cm. Sistem kelistrikan pada kapal menggunakan mesin bantu ber-merk Mitsubishi dengan kekuatan 100 PK yang dapat menghasilkan daya hingga 5 KW. Foto dokumentasi kapal KM. Cahaya Alam Tiga disajikan pada Lampiran 7.

4.2 Desain Kapal

4.2.1 General arrangement

Gambar rancangan umum (general arrangement) adalah gambar yang menunjukkan keseluruhan tata letak kapal. Hal ini akan berpengaruh terhadap kestabilan kapal, kenyamanan kerja, keselamatan kerja dan kemudahan kerja dalam kegiatan operasi penangkapan ikan, sehingga aktivitas akan lebih optimal. General arrangement juga harus memperhatikan tujuan penangkapan, jenis alat tangkap yang dipakai, proses operasional dan tempat penyimpanan hasil tangkapan yang diperoleh.

General arrangement menjelaskan peletakan kelengkapan kapal KM. Cahaya Alam Tiga yang dilihat dari tiga sisi berbeda yaitu tampak atas dek, tampak samping dan tampak di bawah dek. General arrangement KM. Cahaya Alam Tiga dapat dilihat pada Gambar 10.

1) Palka

Kapal KM. Cahaya Alam Tiga memiliki 6 buah palka yang merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan, masing-masing palka memiliki kapasitas muatan dan ukuran yang berbeda-beda.

2) Tangki air tawar

Tangki air tawar pada KM. Cahaya Alam Tiga berfungsi sebagai tempat penyimpanan air bersih untuk keperluan makan, minum dan untuk membersihkan diri bagi anak buah kapal, diketahui bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki 2 buah tangki air tawar yang terletak di dekat palka 1 dan palka 5 atau 6.

3) Ruang navigasi

Ruang navigasi pada KM. Cahaya Alam Tiga terletak pada bagian wheel house paling atas, hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan berada di atas nahkoda akan lebih luas dan jelas untuk menentukan arah kapal.

4) Ruang ABK

Ruang ABK berada tepat di belakang ruang navigasi yaitu pada wheel house paling atas. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat peristirahatan bagi ABK mengingat operasi yang dilakukan lebih dari satu hari.

5) Ruang mesin

Ruang mesin merupakan tempat diletakkannya mesin induk dan mesin bantu yang digunakan. Ruangan mesin KM. Cahaya Alam Tiga terletak di belakang midship di bawah ruang ABK.

6) Dapur

Dapur KM. Cahaya Alam Tiga terletak pada buritan, tepatnya di belakang ruang mesin kapal.

7) Toilet

Toilet KM. Cahaya Alam Tiga terletak di buritan, tepatnya di belakang ruang mesin.

8) Tangki bahan bakar

Tangki bahan bakar terletak di bagian bawah dek kapal, tepatnya di sebelah kanan dan kiri lambung kapal.

9) Mesin generator

Mesin generator terletak di ruang mesin, mesin ini berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik.

10) Mesin utama

Mesin utama merupakan mesin yang digunakan sebagai penggerak utama kapal, mesin ini terletak di bagian bawah dek kapal.

Steering gear terdiri dari jantra dan rudder sebagai kemudi yang menentukan olah gerak kapal. Hal ini akan menentukan seberapa baik manuvering yang dimiliki oleh kapal tersebut.

Gambar general arrangement secara keseluruhan dari kapal KM. Cahaya Alam Tiga disajikan pada Gambar 10.

4.2.2 Lines plan

Lines plan adalah gambar rencana garis untuk kapal yang akan dibuat, lines plan digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan kapal, terutama untuk kelengkungan pada bagian badan kapal (Susanto, 2010). Lines plan dibuat dengan menggunakan nilai-nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran yang ada pada tabel hasil pengukuran (data sheet), selanjutnya digunakan untuk melakukan perhitungan hidrostatik. Lines plan terdiri dari tiga komponen, yaitu: gambar irisan kapal tampak samping (profile plan), gambar irisan kapal tampak atas (half breadth plan) dan gambar irisan kapal tampak depan (body plan). sedangkan offset table yang didapatkan dari lines plan disajikan pada Lampiran 8.

Profile plan menunjukkan gambar rencana garis dari irisan kapal tampak samping, gambar ini memuat enam urutan garis horizontal yang biasa disebut garis water line/ WL. Garis water line KM. Cahaya Alam Tiga dimulai dari titik (0.0 m WL) atau WL 0 yang disebut dengan base line, lalu dilanjutkan dengan WL 1 yaitu (0.2519 m); WL 2 (0.5038 m); WL 3 (0.7557 m); WL 4 (1.0076 m) dan WL 5 (1.2595). Selain profile plan di dalam lines plan terdapat half breadth plan yang merupakan gambar irisan setengah lebar kapal tampak atas, gambar ini menunjukkan posisi WL pada masing-masing kedalaman yaitu dari (0.2519 m – 1.2595 m).

Body plan adalah gambar garis yang menunjukkan lebar kapal tiap ordinat, ordinat 0-5 menunjukkan bentuk badan kapal dari after prependicular (AP) atau dari buritan kapal sampai bagian midship (tengah kapal). Ordinat 5-10 menunjukan bentuk badan kapal dari midship hingga fore perpendicular (FP) atau bagian haluan kapal. Lines plan secara keseluruhan dari kapal KM. Cahaya Alam Tiga dapat dilihat pada Gambar 11.

4.2.3 Rasio dimensi utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga

Rasio dimensi utama dari kapal adalah perbandingan antara dimensi panjang (L), lebar (B), dan Draft (D). Perbandingan dari ketiga komponen ini akan sangat mempengaruhi karakteristik dari kapal. Selain itu, nilai rasio dimensi kapal dapat pula menentukan atau mengidentifikasi keragaan teknis kapal dan stabilitas kapal. Nilai dari rasio dimensi kapal diperoleh melalui formula L/B, L/D, B/D. Menurut Susanto (2010), perbandingan L dengan B akan berpengaruh pada tahanan gerak kapal, semakin besar nilai L/B maka akan semakin memperburuk kecepatan kapal karena tahanan geraknya akan semakin besar. Perbandingan antara L dengan D akan menentukan kekuatan memanjang kapal, semakin besar nilainya maka akan semakin melemahkan kekuatan memanjang kapal, sedangkan perbandingan antara B dan D akan menentukan stabilitas kapal, nilai perbandingan B dan D yang semakin besar akan menunjukkan kapal tersebut memiliki stabilitas yang baik.

Nilai kisaran rasio dimensi diambil dari standard ability kapal-kapal Indonesia yang diteliti oleh Iskandar dan Pujiati (1995) dengan jenis alat tangkap yang dioperasikan bersifat static gear. Nilai perbandingan antara rasio dimensi utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga dengan nilai kisaran rasio dimensi untuk kapal di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai rasio dimensi utama KM. Cahaya Alam Tiga

No Parameter KM. Cahaya Alam Tiga

Nilai kisaran rasio dimensi Pembanding*

Nilai rasio dimensi menurut Nomura &

Yamazaki (1977)

1 L/B 3,8361 2,86-11,12 5,00

2 L/D 13,1234 4,58-17,28 10,00

3 B/D 3,4201 0,96-4,68 2,00

*Sumber: Iskandar dan Pujiati (1995)

Dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa KM. Cahaya Alam tiga memiliki nilai perbandingan L dengan B adalah 3,8361 sedangkan nilai kisaran pembandingnya adalah 2,86-11,12. Hal ini menunjukkan bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki bentuk badan seperti kebanyakan kapal dengan kategori static gear di Indonesia. Nilai perbandingan antara L dan D adalah nilai yang digunakan sebagai parameter kekuatan memanjang kapal. Berdasarkan Tabel 6, nilai rasio antara L dan D yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga adalah 13,1234. Hal ini menunjukkan

bahwa angka perbandingan antara L dan D yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga masih memasuki rentang nilai kisaran rasio dimensi kapal untuk kategori static gear menurut Iskandar dan Pujiati (1995), oleh karena itu KM. Cahaya Alam Tiga bisa dikatakan memiliki kekuatan memanjang seperti kebanyakan kapal di Indonesia untuk kategori static gear. Menurut Susanto (2010), kekuatan memanjang kapal akan bertambah apabila nilai perbandingan antara L dan D semakin kecil, artinya pada panjang kapal yang sama, semakin besar nilai D maka kekuatan memanjangnya semakin baik. Sebaliknya apabila nilai perbandingan antara L dan D semakin besar maka kekuatan memanjang kapal akan berkurang, hal ini disebabkan oleh nilai dalam kapal yang semakin kecil sehingga panjang kapal jauh lebih besar daripada dalamnya.

Nilai perbandingan antara B dan D akan mempengaruhi stabilitas kapal, dimana semakin besar nilainya maka stabilitas kapal akan semakin baik. Tabel 6 memperlihatkan nilai perbandingan antara B dan D yang dimiliki oleh kapal KM. Cahaya Alam Tiga adalah sebesar 3,4201. nilai ini menunjukkan bahwa stabilitas yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga seperti kebanyakan kapal dengan kategori static gear di Indonesia karena masuk ke dalam nilai kisaran rasio dimensi yang disajikan pada Tabel 6. Dari ketiga nilai rasio dimensi utama yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga, dapat dilihat bahwa nilai rasio dimensi utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga tidak sesuai apabila dibandingkan dengan nilai rasio dimensi utama yang dikemukakan oleh Nomura dan Yamazaki (1977).

4.2.4 Parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga

Nilai parameter hidrostatis pada kapal berguna untuk menentukan kelaik- lautan sebuah kapal. Nilai parameter hidrostatis tersebut merupakan gambaran keragaan kapal secara statis pada setiap perubahan tinggi draft. Hasil dari perhitungan nilai parameter hidrostatis ini dapat pula digunakan untuk perhitungan stabilitas kapal. Nilai parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga

No. Parameter WL 1 WL 3 WL 5

1 Volume displacement (m3) 1,3254 19,9449 43,8325 2 Ton displacement (ton) 1,3585 20,4435 44,9283 3 Water area (Aw) (m2) 31,8080 41,3218 53,4040 4 Midship area (Ao) (m2) 0,1365 1,9065 3,8201 5 Ton Per Centimeter (TPC) 0,3260 0,4235 0,5474 6 Coefficient block (Cb) 0,0901 0,4260 0,5186 7 Coefficient prismatic (Cp) 0,6115 0,6570 0,6821 8 Coefficient vertical prismatic

(Cvp)

0,1654 0,6387 0,6517

9 Coefficient waterplane (Cw) 0,5444 0,6670 0,7958 10 Coefficient midship (C ) 0,1473 0,6020 0,7603 11 Longitudinal Centre Buoyancy

(LCB) (m) 0,7269 0,2928 0,0698 12 Jarak KB (m) 0,1960 0,4689 0,7760 13 Jarak BM (m) 9,8983 1,0258 0,6012 14 Jarak KM (m) 10,0943 1,4947 1,3772 15 Jarak BML (m) 198,3340 48,0046 10,6742 16 Jarak KML (m) 198,5300 48,4735 11,4502 17 KG 8,31 1,65 0,98

Angka volume displacement (m3) merupakan angka yang menunjukkan volume badan kapal di bawah water line (WL), diketahui dari Tabel 7 nilai volume displacement (m3) KM. Cahaya Alam Tiga berturut-turut pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 1,3254; 19,9449; dan 43,8325. Angka tersebut menerangkan bahwa semakin tinggi WL kapal maka nilai volume displacement (m3) akan semakin meningkat.

Angka ton displacement (ton) menunjukkan berat badan kapal di bawah water line (WL). Diketahui pada Tabel 7 nilai ton displacement (ton) untuk KM. Cahaya Alam Tiga pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 1,3585 ton; 20,4435 ton; dan 44,9283 ton. Hal ini menunjukkan semakin tinggi WL maka volume berat air yang dipindahkan karena badan kapal yang terendam semakin besar.

Water area (Aw) (m2) untuk KM. Cahaya Alam Tiga dari Tabel 7 dapat dilihat berturut-turut pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 31,8080; 41,3218; dan 53,4040. Angka water area yang terus meningkat pada tiap WL menunjukkan luas bidang yang terendam di bawah air meningkat.

Angka midship area (A ) (m2) pada kapal KM. Cahaya Alam Tiga dapat dilihat pada Tabel 7 berturut-turut pada WL 1, WL 2 dan WL 3 adalah 0,1365;

1,9065; dan 3,8201. Hal ini menjelaskan bahwa semakin naik WL maka nilai midship area (A ) (m2) pada kapal tersebut semakin naik pula.

Angka ton per centimeter (TPC) menunjukkan bobot yang dibutuhkan untuk merubah draft sebesar 1 cm. Tabel 7 memuat nilai ton per centimeter (TPC) berturut-turut pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 0,2960; 0,4108; dan 0,5351. Penjelasan mengenai angka ini adalah pada draft 0,2519 meter WL diperlukan beban seberat 0,3260 ton untuk merubah draft sebesar 1 cm, selanjutnya untuk merubah draft sebesar 1 cm pada WL 3 yaitu 0,7557 meter, diperlukan beban sebesar 0,4235 ton dan untuk merubah draft sebesar 1 cm pada WL 5 yaitu 1,2595 meter diperlukan beban sebesar 0,5474 ton. Dengan demikian ton per centimeter (TPC) dapat dijadikan parameter untuk mengetahui besarnya perubahan muatan terhadap perubahan ketinggian draft.

Longitudinal centre bouyancy (LCB) menunjukkan titik bouyancy (gaya ke atas) dari midship sepanjang longitudinal kapal. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat nilai LCB berturut-turut dari WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 0,7269; 0,2928; dan 0,0698. Hal ini menunjukkan bahwa letak titik apung (bouyancy) secara longitudinal bergerak ke arah buritan dengan semakin bertambahnya tinggi draft kapal.

Jarak KB menunjukkan posisi titik apung dari titik K (keel) secara vertikal. Tabel 7 memperlihatkan bahwa nilai KB secara berturut-turut dari WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 0,1960; 0,4689; dan 0,7760. Hal ini dapat diartikan nilai KB mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya draft. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya draft maka gaya apung yang bekerja ke atas akan semakin besar.

Jarak BM menunjukkan jarak antara titik bouyancy terhadap titik metacentre secara vertikal. Jauh dekat jarak antara titik B terhadap M akan berpengaruh pada kestabilan kapal. Tabel 7 memuat nilai BM berturut-turut dari WL 1, WL 2, dan WL 3 yaitu 9,8983; 1,0258; dan 0,6012. Hal ini berarti semakin dekat jarak titik B ke M maka kestabilan kapal menjadi kurang baik, begitu juga sebaliknya.

Jarak KM adalah jarak yang menunjukkan titik K (keel) ke titik metacentre. Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai KM berturut-turut dari WL 1, WL 2, dan WL 3

adalah 10,0943; 1,4947; dan 1,3772. Hal ini dikarenakan oleh semakin tinggi nilai draft maka akan menyebabkan pergeseran pada titik metacentre (M).

Jarak BML merupakan jarak yang menunjukkan posisi BM secara