• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.7 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer, untuk evaluasi belajar diperoleh dari data sekunder sedangkan motivasi belajar diperoleh dari data primer yang terlebih dahulu mendapat izin penelitian dari ibu ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun Ajaran 2007-2008.

4.8 Analisa Data

Teknik analisa data adalah cara untuk memudahkan atau menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Chi-Squire dengan sistem komputerisasi.

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Penelitian ini dilakukan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tanggal 18-19 April tahun 2008 terhadap 76 orang responden, terlebih dahulu mendapat izin penelitian dari ketua program. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri, kuesioner diberikan kepada responden setelah selesai perkuliahan sehingga tidak mengganggu jam perkuliahan. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan chi-square dengan sistem komputerisasi. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

5.1.1. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar

Tabel 5.1

Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara April 2008

Evaluasi Asuhan kebidanan

Motivasi Belajar Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 49 3 2 15.28 0.000 2

Kurang 14 0 8

Jumlah 63 3 10

tersebut ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung > X2 tabel yaitu 15.28 > 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2. nilai p-value pada hasil uji statistik adalah p < 0.05 juga menunjukkan hubungan yang signifikan.

5.1.2. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil mahasiswa

Tabel 5.2

Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun 2008

Evaluasi Asuhan kebidanan

Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 16 11 27 7.18 0.028 2

Kurang 12 0 10

Jumlah 28 11 37

Pada tabel 5.2 diketahui adanya hubungan antara eavaluasi terhadap indikator motivasi adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya hubungan tersebut ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung > X2 tabel

yaitu 7.18 > 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2. nilai p-value pada hasil uji statistik adalah p < 0.05.

5.1.3. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar mahasiswa

Tabel 5.3.

Hubungan evaluasi kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU

Tahun 2008

Evaluasi Asuhan kebidanan

Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 37 1 16 2.89 0.23 2

Kurang 16 2 4

Jumlah 53 3 20

Pada tabel 5.3 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap indikator motivasi adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Ketidak adanya hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2

tabel yaitu 2.89 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2. nilai p-value pada hasil uji statistik adalah p > 0.05.

5.1.4. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita masa depan mahasiswa

Tabel 5.4.

Hubungan evaluasi kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita masa depan Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun 2008

Evaluasi Asuhan kebidanan

Adanya harapan dan cita-cita masa depan

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 23 8 23 3.64 0.16 2

Kurang 11 0 11

Jumlah 34 8 34

Pada tabel 5.4 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap indikator motivasi adanya harapan dan cita-cita masa depan. Ketidak adanya hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2

tabel yaitu 3.64 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai p-value pada hasil uji statistik adalah p > 0.05.

5.1.5. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam belajar mahasiswa

Tabel 5.5.

Hubungan asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun 2008

Evaluasi Asuhan kebidanan

Adanya penghargaan dalam belajar

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 22 10 22 5.21 0.074 2

Kurang 13 0 9

Jumlah 35 10 31

Pada tabel 5.5 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap indikator motivasi adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Ketidak adanya hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2

tabel yaitu 2.89 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai p-value pada hasil uji statistik adalah p > 0.05.

5.1.6. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya kegiatan yang menarik dalam belajar mahasiswa

Tabel 5.6.

Hubungan asuhan kebidanan terhadap adanya kegiatan yang menarik dalam belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU

Tahun 2008

Evaluasi Asuhan kebidanan

Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 25 10 19 4.99 0.08 2

Kurang 14 0 8

Jumlah 39 10 27

Pada tabel 5.6 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap indikator motivasi adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Ketidak adanya hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2

tabel yaitu 4.99 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai p-value pada hasil uji statistik adalah p > 0.05.

5.1.7. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar yang kondusif mahasiswa

Tabel 5.7.

Hubungan asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar yang kondusif Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU

Tahun 2008

Evaluasi Asuhan kebidanan

Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 15 13 26 7.56 0.023 2

Kurang 11 0 11

Jumlah 26 13 37

Pada tabel 5.7 diketahui adanya hubungan antara evaluasi terhadap indikator motivasi adanya lingkungan belajar yang kondusif. Adanya hubungan tersebut ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung > X2 tabel

yaitu 7.56 > 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai p-value pada hasil uji statistik adalah p < 0.05.

5.2 Pembahasan

5.2.1. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.1 tentang hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya motivasi belajar mahasiswa sebanyak 49 orang (64,47%), mempengaruhi kurangnya motivasi belajar sebanyak 3 orang (3,94%), mempengaruhi sedangnya motivasi belajar sebanyak 2 orang (2.63%), sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya motivasi belajar sebanyak 14 orang (18.42%) dan mempengaruhi sedangnya motivasi belajar sebanyak 8 orang (10.52%). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Tahun 2008, melalui uji hipotesis dihasilkan bahwa Ha dari penelitian ini yaitu ada hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik diterima dan Ho yang menyatakan tidak ada hubungan antara keduanya ditolak.

Menurut Sri Esti (2002) salah satu tujuan evaluasi adalah untuk memotivasi anak didik agar anak didik berusaha melakukan yang terbaik. Pendapat ini juga sejalan dengan pendapat dari Zainul dan Nasution (2001) yang menyatakan bahwa hasil evaluasi seharusnya dapat memotivasi belajar anak didik, dan juga dapat menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi anak didik yang memperoleh skor yang rendah seharusnya menjadi cambuk untuk lebih berhasil dalam tes yang akan datang dan secara tepat dapat mengetahui diwilayah mana

terletak kelemahannya. Bagi anak didik yang mendapat skor yang tinggi tentu saja hasil itu dapat menjadi motivasi mempertahankan dan meningkatkan hasilnya. Pendapat kedua tokoh diatas sesuai dengan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan antara evaluasi terhadap motivasi belajar yang berarti evaluasi dapat mempengaruhi motivasi belajar anak didik

5.2.2. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil mahasiswa

Dari hasil penelitian yag terdapat dalam tabel 5.2 tentang hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya adanya hasrat dan keinginan berhasil sebanyak 16 orang (21.05%), mempengaruhi kurang baiknya adanya hasrat dan keinginan berhasil sebanyak 11 orang (14.47%), dan mempengaruhi sedangnya adanya hasrat dan keinginan berhasil sebanyak 27 orang (35.52%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya adanya hasrat dan keinginan berhasil sebanyak 12 orang (15.78%), mempengaruhi sedangnya adanya hasrat dan keinginan berhasil sebanyak 10 orang (13.15%). Dari hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil mahasiswa

metode discovery melalui autonomy of self reward. Siswa memberi stimulus terhadap dirinya sendiri, sehingga dia sendiri yang melakukan fungsi penggerakkan tersebut. Ini sejalan dengan hasil penelitian pada indikator motivasi pertama yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil. Pada indikator ini dijelaskan bahwa hasrat dan keinginan untuk berhasil disebut motif berprestasi yang merupakan unsur kepribadian dan prilaku manusia, sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia yang bersangkutan. Dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa motif adalah indikator yang sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar anak didik. Metode Discovery yang dikatakan Bruner termasuk kegiatan yang menarik dalam belajar, hal ini bersesuaian dengan hasil penelitian pada indikator kelima, sedangkan Self Reward dalam hal ini bersesuaian pada indikator keempat dalam penelitian ini yaitu pemberian penghargaan dalam belajar.

Sedangkan Robert White dalam Hamalik (2007) mengemukakan hal yang sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa yang menentukan kebutuhan intrinsik siswa dalam hubungan dengan lingkungannya adalah motivasi kompetensi yang menggerakkan tindakan-tindakan seperti menyelidiki, memperhatikan, berbicara, berpikir dan lain-lain. Maka hal ini sesuai dengan indikator motivasi pertama yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil. Dalam hal ini jelaslah bahwa motivasi kompetensi yang menggerakkan tindakan-tindakan seperti memperhatikan dan lain-lain yang dikatakan White tadi terdorong oleh karena adanya hasrat dan keinginan berhasil yang datang dari dalam diri orang tersebut, bukan karena dorongan dari luar diri melainkan upaya pribadi.

5.2.3 Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.3 tentang hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya adanya dorongan dan kebutuhan belajar sebanyak 37 orang (48.68%), mempengaruhi kurang baiknya adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar sebanyak 1 orang (1.31%), dan mempengaruhi sedangnya adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar sebanyak 16 orang (21.05%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya adanya dorongan dan kebutuhan belajar sebanyak 16 orang (21.05%), mempengaruhi kurang baiknya adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar sebanyak 2 orang (2.63%) dan mempengaruhi sedangnya adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar sebanyak 4 orang (5.26%). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar mahasiswa

Sri Esti (2006) mengemukakan hal yang sesuai dengan penelitian ini. Ia berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat motivator yang kuat yaitu kebutuhan untuk menyatakan dirinya adalah seseorang yang baik (positif). Maka hal ini akan mendorong untuk melakukan hal-hal yang positif dalam belajar seperti tidak menyontek dan jujur dalam ujian. Adanya keinginan untuk selalu

mempersiapkan diri sebelum ujian. Jelaslah bahwa pendapat ini sesuai dengan indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Kemudian pendapat Sri Esti ini juga sejalan dengan indikator pertama yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam penelitian ini karena kebutuhan aktualisasi diri yang positif juga akan mendorong seseorang akan memperhatikan setiap pelajaran yang diberikan oleh guru dan berbagai perbuatan positif lainnya yang terdorong karena adanya hasrat dan keinginan berhasil dari dalam diri orang tersebut.

5.2.4. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita masa depan mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 tentang hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita masa depan mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya adanya harapan dan cita-cita masa depan sebanyak 23 orang (30.26%), mempengaruhi kurang baiknya adanya harapan dan cita-cita masa depan sebanyak 8 orang (10.52%), dan mempengaruhi sedangnya adanya harapan dan cita-cita masa depan sebanyak 23 orang (30.26%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya adanya harapan dan cita-cita masa depan sebanyak 11 orang (14.47%), dan mempengaruhi sedangnya adanya harapan dan cita-cita masa depan sebanyak 11 orang (14.47%). Dan hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap indikator motivasi adanya harapan dan cita-cita masa depan mahasiswa.

Sedangkan Vroom (1976) juga mengemukakan teorinya yang sejalan dengan penelitian ini pada indikator adanya harapan dan cita-cita, ia mengatakan bahwa dalam melakukan sesuatu selain harus mempertimbangkan hasil yang dicapai, seseorang juga harus mempertimbangkan keyakinan orang tersebut bahwa yang dikerjakan memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang diharapkannya. Karena adanya harapan akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap terlaksananya program yang sedang dijalankan. Maka penelitian Vroom mendukung hasil penelitian ini yang juga mengatakan bahwa harapan dan cita-cita dapat memotivasi anak didik dalam belajar tetapi dalam penelitian ini indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan kurang berpengaruh terhadap motivasi belajar.

5.2.5 Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam belajar mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.5 tentang hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam belajar mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya adanya penghargaan dalam belajar sebanyak 22 orang (28.98%), mempengaruhi kurang baiknya adanya penghargaan dalam belajar sebanyak 10 orang (13.15%), dan mempengaruhi sedangnya adanya penghargaan dalam belajar sebanyak 22 orang (28.98%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya adanya penghargaan dalam belajar sebanyak 13 orang

sebanyak 9 orang (11.84%). Dan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap indikator motivasi adanya penghargaan dalam belajar.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Sri Esti (2006) yang mengemukakan bahwa motivasi secara sederhana merupakan hasil dari reinforcement (penguatan). Siswa yang telah diberi penguatan untuk belajar (contoh dengan memberi nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua dan guru) akan termotivasi untuk belajar. Sejalan dengan pendapat Esti penelitian ini juga mengemukakan bahwa salah satu indikator dari motivasi adalah adanya penghargaan dalam belajar (indikator keempat) dapat berupa pemberian nilai dan pujian dari guru.

Sementara Page (1998) juga mengemukakan hal yang nyaris sama dengan Esti, dalam penelitiannya didapatkan bahwa anak didik yang diberi nilai dan juga mendapat komentar dari guru tentang jawaban yang salah mempunyai prestasi yang lebih baik daripada anak didik yang hanya diberi nilai dengan angka atau huruf saja. Seperti diatas hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian ini pada indikator yang sama yaitu tentang adanya penghargaan dalam belajar akan dapat menumbuhkan motivasi belajar anak didik. Tetapi dalam penelitian ini indikator adanya penghargaan dalam belajar kurang memberikan pengaruh terhadap motivasi.

5.2.6. Hubungan evaluasi asuhan ebidanan terhadap adanya kegiatan yang menarik dalam belajar mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.6 tentang hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya kegiatan yang menarik dalam belajar mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya adanya kegiatan yang menarik dalam belajar sebanyak 25 orang (32.89%), mempengaruhi kurang baiknya adanya kegiatan yang menarik dalam belajar sebanyak 10 orang (13.15%), dan mempengaruhi sedangnya adanya kegiatan menarik dalam belajar sebanyak 19 orang (25%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya adanya kegiatan yang menarik dalam belajar sebanyak 14 orang (14.42%), dan mempengaruhi sedangnya adanya kegiatan yang menarik dalam belajar sebanyak 8 orang (10.52%). Dan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap indikator motivasi adanya kegiatan yang menarik dalam belajar mahasiswa.

Menurut Bert Kersh dalam Hamalik (2007), bahwa kelompok belajar yang terpimpin dan terprogram dengan baik (sesuai metode Sokrates yang menuntut anak didik membuat inferensi dan mengingat-ingat aturan tanpa bantuan). Dengan adanya kelompok belajar tokoh ini mengungkapkan teori yang sejalan dengan indikator motivasi kelima yaitu adanya kegiatan belajar yang menarik dapat menimbulkan motivasi belajar. Cara belajar ini ternyata lebih menggugah motivasi belajar siswa. Cara belajar Bert Kersh tadi merupakan salah satu

kegiatan belajar lainnya yang menarik dapat berupa diskusi, pengabdian masyarakat dan lain sebagainya. Sedangkan suatu program yang terpimpin dengan baik seperti yang yang dinyatakan oleh Bert sejalan dengan hasil penelitian ini pada indikator keenam yaitu adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Torrance dalam Hamalik (2007) telah mengadakan penelitian tentang prosedur brainstorming. Prosedur ini dimaksudkan agar anak didik mampu memproduksi sebanyak mungkin prakarsa (gagasan) yang berbobot melalui diskusi yang kritis. Menjadi jelaslah bahwa hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa brainstorming merupakan salah satu contoh kegiatan belajar yang menarik disamping simulasi dan permainan, dan diharapkan dengan brainstorming, simulasi dan permainan anak didik mampu lebih termotivasi untuk belajar.

5.2.7. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar yang kondusif mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7 tentang hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar yang kondusif mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya adanya lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 15 orang (19.73%), mempengaruhi kurang baiknya adanya lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 13 orang (17.10%), dan mempengaruhi sedangnya adanya lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 26 orang (34.21%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya adanya

lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 11 orang (14.47%), dan mempengaruhi sedangnya adanya lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 11 orang (14.47%). Dan hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap indikator motivasi adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Menurut Flanders dalam Hamalik (2007) bahwa situasi kelas akan mempengaruhi dan menimbulkan berbagai tingkat kecemasan terhadap anak didik. Hasil penelitiannya dalam suasana yang berpusat pada guru, anak didik lebih bersikap agresif dan umumnya lebih terganggu emosionalnya. Oleh karena itu seorang pendidik harus tampil maksimal didepan pada anak didik, baik secara fisik maupun intelektual termasuk kelangkapannya dalam proses belajar mengajar meliputi GBPP dan SAP yang selalu tersedia untuk anak didik, dan hal ini pulalah yang peneliti maksud dengan salah satu bentuk dari lingkungan belajar yang kondusif. Maka penelitian Flanders sesuai dengan indikator motivasi adanya lingkungan belajar yang kondusif dalam penelitian ini. Sedangkan tingkat kecemasan yang ditimbulkan oleh suasana kelas yang dimaksudkan oleh Flanders sejalan dengan hasil penelitian ini pada indikator pertama yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil lah yang mendorong anak didik mempunyai tingkat kecemasan yang tinggi seperti cemas akan kegagalan dalam menjalani tes dan lain sebagainya.

Sedangkan berdasarkan penelitian Howard Kigth dan Julius Sasserath (1966), ternyata siswa yang memiliki motif berprestasi yang tinggi atau

cepat menyelesaikan programnya, sedikit terjadi kekeliruan, dan dapat mengingat pelajaran dengan baik, jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah dan kurang memiliki kecemasan dalam mengikuti tes. Hal ini juga sesuai dengan indikator motivasi pertama dalam penelitian ini yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil yang sering disebut-sebut sebagai motif. Seseorang yang bermotif tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menunda-nunda pekerjaanya, maka seperti yang dikatakan oleh Howard dan Julius orang tersebut akan dengan cepat dapat menyelesaikan programnya. Disamping itu terselesainya dengan cepat suatu program juga didukung oleh pengajaran yang terstruktur dan terprogram seperti yang dikatakan oleh Howart dan Julius diatas berarti hal ini juga berkesesuaian dengan hasil penelitian ini pada indikator yang keenam yaitu adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Berbeda dengan tokoh sebelumnya, Bandura Walter (1963) mengemukakan tentang teknik disipliner yang menitik beratkan pada hukuman sering menghindarkan individu dari tindakan hukuman, karena dia berusaha tidak melakukan pelanggaran. Dengan adanya upaya untuk menghindari hukuman tersebut terdapat suatu pengaturan tingkah laku anak didik (seperti motivasi) yang cenderung selalu mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan, dengan mematuhi semua peraturan yang ada akan memudahkan untuk belajar dengan baik. Maka teori Bandura sesuai dengan hasil penelitian ini pada indikator yang keenam yaitu adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Namun penulis menyadari bahwa ada beberapa kelemahan dalam penelitian ini, seperti dalam memperoleh data motivasi belajar mahasiswa melalui angket/kuesioner. Kelemahan itu meliputi faktor responden yaitu mungkin adanya ketidak terbukaan dalam menjawab pertanyaan terhadap option yang diberikan sehingga belum memberikan gambaran yang sebenarnya dari responden, dan juga faktor dari peneliti sendiri yaitu kurangnya ilmu dan pengalaman yang dimiliki.

Walaupun penelitian ini telah memberikan informasi tentang hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik, namun tidak berarti hasil penelitian yang didapat berlaku untuk semua subjek penelitian, karena ada faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi variabel-variabel yang diteliti, artinya penelitian ini hanya diperoleh dari hasil penelitian mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2008, jadi belum tentu terdapat hasil yang sama jika dilakukan penelitian pada tempat yang sama sekalipun dengan variabel yang

Dokumen terkait