HUBUNGAN EVALUASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM
D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2007
RIA ANDARINI SIRAIT
NIM : 075102008
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
Judul : Hubungan Evaluasi Belajar Asuhan Kebidanan Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumater Utara tahun 2008
Nama : Ria Andarini Sirait
Nim : 075102008
Program : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dik Pembimbing
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Belajar ... 6
2.1.1 Pengertian ... 6
2.1.2 Tujuan Evaluasi ... 8
2.1.3 Kegunaan Tes, Pengukuran, dan evaluasi Dalam Dunia pendidikan ... 9
2.1.4 Indikator Keberhasilan ... 11
2.1.5 Penilaian Keberhasilan ... 11
2.2 Motivasi Belajar ... 15
2.2.1 Pengertian ... 15
2.2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi ... 16
2.2.3 Peranan Motivasi Dalam Belajar ... 21
2.2.3 Fungsi Motivasi ... 22
2.3 Hubungan Evaluasi Pengajaran dengan Motivasi Belajar ... 23
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 25
3.2 Defenisi Operasional ... 25
3.3 Hipotesis ... 27
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 28
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
4.3 Lokasi Penelitian ... 28
4.4 Pertimbangan Etik ... 28
4.5 Instrumen Penelitian ... 29
4.6 Validitas dan Realiabilitas Instrumen ... 30
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil ... 33 5.1.1 Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi
belajar ... 33 5.1.2 Pengaruh adanya hasrat dan keinginan berhasil terhadap
motivasi belajar ... 34 5.1.3 Pengaruh adanya dorongan dan kebutuhan belajar terhadap
motivasi belajar ... 35 5.1.4 Pengaruh adanya harapan dan cita-cita masa depan terhadap
motivasi belajar ... 36 5.1.5 Pengaruh adanya penghargaan dalam belajar terhadap motivasi
belajar ... 37 5.1.6 Pengaruh adanya kegiatan yang menarik dalam belajar terhadap
motivasi belajar ... 38 5.1.7 Pengaruh adanya lingkungan belajar yang kondusif terhadap
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 55 6.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ...
Nama : Ria Andarini Sirait
Program : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Hubungan Evaluasi Asuhan Kebidanan terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara tahun 2008
ABSTRAK
Dari data bidang evaluasi pendidikan terlihat adanya dinamika fluktuasi nilai asuhan kebidanan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dalam 3 tahun terakhir yaitu nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik meningkat tahun 2006-2007 dibandingkan dengan tahun sebelumnya kemudian kembali menurun pada tahun 2007-2008, diduga salah satu penyebab adanya fluktuasi nilai tersebut adalah beragamnya motivasi belajar mahasiswa.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007. Untuk mengetahui hubungan antara keduanya penelitian ini menggunakan indikator-indikator motivasi yaitu hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar dan lingkungan belajar yang kondusif. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik menggunakan desain penelitian Cross Sectional, dengan populasi semua mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007 sejumlah 76 orang serta data dianalisis dengan Chi-Square menggunakan system komputerisasi.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa indikator motivasi adanya hasrat dan keinginan berhasil dan indikator motivasi adanya lingkungan belajar yang kondusif yang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap evaluasi asuhan kebidanan.
Oleh karena itu seorang pendidik harus memperhatikan motivator belajar anak didik, seperti yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu yang paling berpengaruh dalam memotivasi belajar adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Nama : Ria Andarini Sirait
Program : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Hubungan Evaluasi Asuhan Kebidanan terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara tahun 2008
ABSTRAK
Dari data bidang evaluasi pendidikan terlihat adanya dinamika fluktuasi nilai asuhan kebidanan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dalam 3 tahun terakhir yaitu nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik meningkat tahun 2006-2007 dibandingkan dengan tahun sebelumnya kemudian kembali menurun pada tahun 2007-2008, diduga salah satu penyebab adanya fluktuasi nilai tersebut adalah beragamnya motivasi belajar mahasiswa.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007. Untuk mengetahui hubungan antara keduanya penelitian ini menggunakan indikator-indikator motivasi yaitu hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar dan lingkungan belajar yang kondusif. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik menggunakan desain penelitian Cross Sectional, dengan populasi semua mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007 sejumlah 76 orang serta data dianalisis dengan Chi-Square menggunakan system komputerisasi.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa indikator motivasi adanya hasrat dan keinginan berhasil dan indikator motivasi adanya lingkungan belajar yang kondusif yang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap evaluasi asuhan kebidanan.
Oleh karena itu seorang pendidik harus memperhatikan motivator belajar anak didik, seperti yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu yang paling berpengaruh dalam memotivasi belajar adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut UU No.20 tahun 2004, pendidikan merupakan suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pendidikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang berguna bagi diri, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan bertujuan mengembangkan potensi didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga yang demokrasi serta bertanggungjawab (Ahmad, 2004).
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala
pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai
upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum
memenihi harapan.
Proses belajar mengajar merupakan upaya pendidikan formal yang paling
menonjol dibandingkan upaya pendidikan lainnya atau dapat dikatakan proses
belajar mengajar merupakan inti kegiatan yang dapat menjadi tolak ukur
keberhasilan suatu upaya pendidikan. Unsur yang paling penting dalam kegiatan
proses belajar mengajar yang sangat berhubungan satu dengan yang lain bahkan
yang tidak dapat dipisahkan adalah dosen, anak didik, bahan ajar, interaksi dan
berarti kedudukan evaluasi dalam proses pendidikan bersifat integratif, artinya
setiap ada proses pendidikan pasti ada evaluasi (Sabri, 2005).
Evaluasi harus mampu menjawab semua informasi tentang tingkat
percapaian tujuan yang telah ditentukan. Namun pada kenyataannya masalah
tersebut menjadi kendala yang dihadapi dosen dalam penilaian mutu pendidikan
di sekolah dimana sebagian dosen belum mengetahui bagaimana prosedur
evaluasi, tidak melakukan prinsip evaluasi secara efektif dan efisien, kurang
menguasai teknik-teknik evaluasi dan tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi
sebagai feed back (umpan balik) (Daryanto, 2005).
Dengan evaluasi yang dapat berupa penilaian dapat diketahui apakah proses
belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan
memuaskan atau sebaliknya. Penilaian juga dapat berfungsi salah satu pembangkit
motivasi peserta didik, baik untuk mempertahankan atau meningkatkan prestasi
belajar mereka. Nilai yang bagus akan memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk belajar, apabila nilai yang diperoleh peserta didik lebih tinggi daripada
peserta lainnya maka peserata didik tersebut cenderung untuk
mempertahankannya (Syaiful, 2005).
Salah satu yang menjadi tolok ukur keberhasilan belajar adalah motivasi,
diduga munculnya motivasi belajar yang baik akan melahirkan hasil belajar yang
baik pula. Persoalan yang dihadapkan kepada pendidik adalah bagaimana
memotivasi anak didik sehingga mampu memperoleh kepuasaan terhadap hasil
seseorang dengan lingkungannya. Pandangan lain dikemukakan oleh Morgan,
bahwa motivasi diartikan sebagai pendorong atau penggerak yang berasal dari
dalam diri individu untuk bertindak karah tujuan tertentu (Uno, 2007).
Program D-IV Bidan Pendidik merupakan salah satu program studi yang ada
di Universitas Sumatera Utara, Asuhan Kebidanan merupakan salah satu mata
kuliah yang diajarkan pada mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik di semester
1 dengan beban studi 2 sks, diharapkan setelah menyelesaikan mata kuliah ini
mahasiswa akan dapat menerapkan prinsip asuhan kebidanan ibu antenatal,
intranatal, postnatal, emergensi kebidanan, asuhan kebidanan, asuhan kebidanan
ibu dengan HIV dalam kehamilan sesuai dengan standar dan berdasarkan evidence based.
Dari pendataan diperoleh nilai asuhan kebidanan selama 3 tahun terakhir,
dari nilai yang telah didapatkan terlihat adanya dinamika fluktuasi nilai asuhan
kebidanan dalam 3 tahun ini. Nilai asuhan kebidanan pada tahun 2005-2006
dalam kategori kurang baik sebanyak 28 orang (56%), pada tahun 2006-2007
dalam kategori yang sama meningkat sebanyak 37 orang (77,08%), sedangkan
pada tahun 2007-2008 kembali menurun menjadi 23 orang (30,27%).
Dinamika fluktuasi nilai asuhan kebidanan tersebut dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini:
Tahun Ajaran Kurang Baik (0-2,50) Baik (3,00-3,50) Istimewa (4,00)
2005-2006 28 orang (56%) 20 orang (40%) 2 orang (4%)
2006-2007 37 orang (77,08%) 10 orang (20,88%) 1 orang (2,02%)
2007-2008 23 orang (30,02%) 44 orang (57,89%) 9 orang (11,68%)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang hubungan Evaluasi Belajar Asuhan Kebidanan terhadap
Motivasi Belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Tahun
2007
1.2Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah
Apakah ada Hubungan Evaluasi Belajar asuhan kebidanan Terhadap Motivasi
Belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Tahun 2007
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan evaluasi belajar asuhan kebidanan
terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Tahun 2007
1. Untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya
hasrat dan keinginan berhasil mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007
2. Untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya
dorongan dan ebutuhan belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007
3. Untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya
harapan dan cita-cita masa depan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007
4. Untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya
pengahargaan dalam belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007
5. Untuk mengetahui hubungan avaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007
6. Untuk mengatahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya
lingkungan belajar yang kondusif mahasiswa D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Prodi D-IV Bidan Pendidik
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan ilmiah guna
sebagai masukan dalam perbaikan pelaksanaan evaluasi kearah yang lebih
baik
2. Bagi peneliti
Penelitian ini memberikan perluasan kajian bidang penelitian berupa
tindakan kelas, penelitian ini juga bermanfaat bagi peningkatan ilmu
pengetahuan dibidang metode penelitian, juga menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti dibidang evaluasi dan motivasi belajar
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi awal bagi peneliti berikutnya yang memerlukan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi belajar
2.1.1 Pengertian
Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas
Sudijono (1996) adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu. Berdasarkan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu
dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan
Davies (1981) dalam Dimyati (2006) mengemukakan bahwa evaluasi
merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah
tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak
yang lain. Evaluasi belajar adalah penilaian atau penaksiran terhadap
pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan yang telah ditetapkan
dalam hukum (Harjanto, 2007).
Sudirman. N dkk (1991) dalam (Djamarah, 2004) Evaluasi adalah tindakan
untuk menentukan nilai sesuatu. Evaluasi adalah suatu proses dalam perencanaan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan (Mehrens dan Lelman (1978) dalam Sri Esti
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh anak didik (Gronlund (1975) dalam Sri Esti (2002)).
Evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan anak didik
ke arah tujuan-tujuan atau nilai yang telah ditetapkan (Wrightstone dkk (1956)
dalam Sri Esti (2002)).
Evaluasi menurut Kourilski dalam (Oemar Hamalik, 2003) adalah tindakan
tentang penetapan derajat penguasaan atribut tertentu oleh individu atau kelompok
dan menurut Ralp Tyler (1950) dalam Arikunto (2005) adalah sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian
mana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang telah diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes, jadi maksud penilaian
adalah memberikan kualitas tentang sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari
jawaban terhadap pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh sesuatu proses atau
suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program (Zainul dan Nasoetion,
2001).
Dalam membahas evaluasi akan berhubungan dengan tes dan pengukuran
karena ketiganya saling berhubungan. Penilaian hasil belajar baru dapat dilakukan
dengan baik bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
2.1.2 Tujuan Evaluasi
Adapun tujuan evaluasi menurut Sri Esti (2002) adalah sebagai berikut:
1. Sebagai perangsang atau dorongan untuk menambah usaha atau
semangat anak didik
Salah satu kegunaan evaluasi adalah untuk memotivasi anak didik agar
anak didik berusaha melakukan yang terbaik dengan memberikan
angka tinggi, hadiah, bintang kelas sebagai hadiah atas pekerjaannya.
2. Umpan balik bagi anak didik
Anak didik ingin tahu hasil atas usaha mereka. Penilaian yang tetap
dan teratur akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan
kelemahan anak didik.
3. Umpan balik bagi dosen
Dosen perlu mengetahui hasil dari apa saja yang telah ia lakukan.
Dengan pengetahuan ini dosen akan mengetahui apakah dia sudah
berhasil ataukah gagal dalam memberikan pelajaran kepada anak didik.
4. Memberikan informasi kepada orang tua
Orang tua diharapakan juga memberikan hadiah jika mendapati
anaknya memperoleh nilai yang bagus. Untuk itu antara orang tua dan
dosen harus bekerja sama dalam upaya meningkatkan prestasi anak
didik
2.1.3 Kegunaan Tes, Pengukuran dan Evaluasi dalam dunia pendidikan
Menurut Zainul dan Nasution (2001) ada beberapa alasan untuk
menggunakan pengukuran, tes, dan evaluasi dalam dunia pendidikan, antara lain:
a. Seleksi
Tes dan beberapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil
keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu
proses seleksi. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan
ini maka haruslah digunakan tes yang tepat, yaitu tes yang dapat
meramalkan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam suatu
kegiatan.
b. Penempatan
Dalam pelaksanaan kursus atau latihan yang singkat biasanya
dilakukan tes penempatan, untuk menentukan tempat tempat yang
paling cocok bagi seseorang untuk dapat berprestasi dan berproduksi
dalam suatu proses pendidikan atau pekerjaan.
c. Diagnosis dan remedial
Tes seperti ini terutama untuk mengukur kekuatan dan kelemahan
seseorang dalam kerangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan
dalam suatu program pendidikan tertentu.
d. Umpan balik
Hasil suatu pengukuran atau skor tes dapat digunakan sebagai umpan
e. Memotivasi dan membimbing belajar
Hasil tes seharusnya dapat memotivasi belajar mahasiswa, dan juga
dapat menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi mereka
yang memperolah skor yang rendah seharusnya menjadi cambuk untuk
lebih berhasil dalam tes yang akan datang dan secara tepat dapat
mengetahui di wilayah mana terletak kelemahannya. Bagi mereka yang
mendapat skor yang tinggi tentu saja hasil itu dapat menjadi motivasi
mempertahankan dan meningkatkan hasilnya.
Menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (1991) penilaian dilakukan
terhadap proses belajar mengajar berfungsi sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus. Dengan
fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang dikuasai
oleh anak didik.
2. Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Dosen dapat mengetahui berhasil tidaknya pengajaran, rendahnya
hasil belajar yang dicapai anak didik tidak semata-mata disebabkan
kemampuan anak didik tetapi juga disebabkan kurang berhasilnya dosen
mengajar melalui penilaian berarti menilai kemampuan dosen mengajar
melalui pernilaian berarti menilai kemampuan dosen itu sendiri dan hasilnya
2.1.4 Indikator keberhasilan
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap
berhasil menurut Djamarah (2006) adalah sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual maupun kelompok
2. Prilaku yang digariskan dalam Tujuan pengajaran/ Intruksional Khusus
(TIK) telah dicapai oleh anak didik, baik secara individual maupun
kelompok.
Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur
keberhasilan adalah daya serap yang akan terlihat dalam nilai sebagai hasil
evaluasi.
2.1.5 Penilaian keberhasilan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan
melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya menurut
Djamarah (2006) , tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian
sebagai berikut:
1. Tes formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
2. Tes subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan
dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperolah gambaran
daya serap anak didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak
didik. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses
balajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
Dalam hal ini yang termasuk tes subsumatif adalah tugas dan ulangan
harian (quis).
3. Tes sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat keberhasilan belajar anak
didik dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini
dimanfaatkan untuk kenaikan tingkat, menyusun ranking atau sebagai
ukuran mutu sekolah.
2.1.6 Tingkat keberhasilan
Untuk setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar.
Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang
telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu
dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut menurut
1. Istimewa : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai oleh anak didik
2. Baik : Apabila 76-99% bahan pelajaran dapat dikuasai oleh
anak didik
3. Cukup : Apabila 60-75% saja bahan pelajaran yang dikuasai oleh
anak didik
4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60%
yang dikuasai oleh anak didik.
Penggolongan prestasi untuk masing-masing institusi tidak persis sama,
mengenai penggolongan prestasi keberhasilan anak didik di Universitas Sumatera
Utara Rektor telah mengeluarkan keputusan no : 3128/J05/SK/AK/2004 pada
Bab III Jenis Pendidikan, Beban Kredit dan Lama Studi Serta Sistem Evaluasi
Pasal 12 Tentang Evaluasi Keberhasilan Belajar anak didik, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Program D-IV Bidan Pendidik merupakan salah satu program studi yang
ada di Universitas Sumatera Utara dan tujuan dari pendidikan program D-IV
Bidan Pendidik adalah:
1. Melaksanakan tugas profesi bidan pendidik yang berkualitas dan
berdedikasi tinggi dalam mendidik mahaanak didik program D-III
Kebidanan
2. Meningkatkan dan mngembangkan diri dibidang profesi bidan pendidik
3. Menilai kegiatan profesi secara berkala
4. Memiliki dan mengembangkan kepribadian dan sikap yang diperlukan
untuk kelangsungan profesinya secara integritas, rasa tanggung jawab,
dapat dipercaya yang sesuai dengan etika profesinya.
Asuhan kebidanan merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan pada
mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik di semester 1 dengan beban studi 2 sks,
diharapkan setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahaanak didik akan dapat
menerapkan prinsip asuhan kebidanan ibu antenatal, intranatal, postnatal,
emergensi kebidanan, asuhan kebidanan, asuhan kebidanan ibu dengan HIV
2.2 Motivasi Belajar
2.2.1 Pengertian
Menurut Mc.Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. (Hamalik, 2003)
Motivasi adalah adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar. (Koeswara
(1989) dalam Dimyati (2006))
Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang
menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. (Hamzah, 2007)
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat
nonintelektual. Peranan yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. (Sardiman, 2004)
Motivasi dalam belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan yang dilandasi tujuan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor internal, berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor eksternal adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Hakikat motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada anak
didik-anak didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Hal ini
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator
motivasi belajar menurut Uno. B. Hamzah (2007) dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan
sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil
dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperolah
kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan prilaku
manusia, sesuatu yang berasal dari ‘’dalam’’ diri manusia yang bersangkutan.
Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu
dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang
mempunyai motif berprestai tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan
tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas
semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi.
Menurut Bruner dalam Hamalik (2007) tentang beberapa upaya yang dapat
Robert White dalam Hamalik (2007) mengemukakan bahwa yang
menentukan kebutuhan intrinsik siswa dalam hubungan dengan lingkungannya
adalah motivasi kompetensi yang menggerakkan tindakan-tindakan seperti
menyelidiki, memperhatikan, berbicara, berpikir dan lain-lain.
Penelitian Howard Kigth dan Julius Sasserath (1966), ternyata siswa yang
memiliki motif berprestasi yang tinggi atau kecemasan yang tinggi dalam
mengikuti tes, dengan pengajaran berprogram lebih cepat menyelesaikan
programnya, sedikit terjadi kekeliruan, dan dapat mengingat pelajaran dengan
baik, jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah dan
kurang memiliki kecemasan dalam mengikuti tes.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilator belakangi oleh motif
berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu
menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi
tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada
ketakutan akan kegagalan itu. Seorang anak didik mungkin tampak bekerja
dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka
dia akan mendapat malu dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan
dihukum oleh orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa ‘’keberhasilan’’
anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.
Sri Esti (2006) mengemukakan bahwa dalam diri seseorang terdapat
yang baik (positif). Maka hal ini akan mendorong untuk melakukan hal-hal yang
positif dalam belajar seperti tidak menyontek dan jujur dalam ujian.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan
mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang
menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau
mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan
pangkat.
Menurut Vroom (1976) bahwa dalam melakukan sesuatu selain harus
mempertimbangkan hasil yang dicapai, seseorang juga harus mempertimbangkan
keyakinan orang tersebut bahwa yang dikerjakan memberikan sumbangan
terhadap tercapainya tujuan yang diharapkannya. Karena adanya harapan akan
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap terlaksananya program yang
sedang dijalankan.
4. Adanya penghargaan dalam belajar
Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku
yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah
dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar
yang lebih baik.
Pernyataan seperti ‘’bagus’’ , ‘’hebat’’ dan lain-lain disamping akan
menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna
penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan
sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak.
Menurut Sri Esti (2006) bahwa motivasi secara sederhana merupakan hasil
dari reinforcement (penguatan). Siswa yang telah diberi penguatan untuk belajar
(contoh dengan memberi nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua dan guru)
akan termotivasi untuk belajar.
Page (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak didik yang diberi
nilai dan juga mendapat komentar dari guru tentang jawaban yang salah
mempunyai prestasi yang lebih baik daripada anak didik yang hanya diberi nilai
dengan angka atau huruf saja.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat
menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi
bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai.
Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat
dan sebagainya.
Menurut Bert Kersh dalam Hamalik (2007), bahwa kelompok belajar yang
terpimpin dan terprogram dengan baik (sesuai metode Sokrates yang menuntut
anak didik membuat inferensi dan mengingat-ingat aturan tanpa bantuan).
Torrance dalam Hamalik (2007) telah mengadakan penelitian tentang
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan
individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk
melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan,
duperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui
pengaruh lingkungan
Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak
didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam
mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar
Menurut Flanders dalam Hamalik (2007) bahwa situasi kelas akan
mempengaruhi dan menimbulkan berbagai tingkat kecemasan terhadap anak
didik. Hasil penelitiannya dalam suasana yang berpusat pada guru, anak didik
lebih bersikap agresif dan umumnya lebih terganggu emosionalnya.
2.2.3 Peranan Motivasi dalam Belajar
Motivasi pada dasarnya dapat membantu memahami dan menjelaskan
prilaku individu. Ada beberapa peranan penting motivasi dalam belajar antara
lain:
a) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak
yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan
pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang
b) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan
kemaknaan belajar. Anak didik akan tertarik untuk belajar sesuatu jika
yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati
manfaatnya bagi anak didik.
c) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar.
d) Menentukan ketekunan belajar.
Seorang anak didik yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan
berusaha memperlajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan
memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi
untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. (Uno, 2007)
2.2.4 Fungsi Motivasi
Menurut Suryosubroto (2002) motivasi berfungsi sebagai :
a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu tindakan. Tanpa motivasi
maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
b) Motivasi berfungsi sebagi pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke
pencapaian tujuan yang diinginkan.
c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi
mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
Motivasi belajar penting bagi anak didik dan dosen. Bagi anak didik
pentingnya motivasi belajar menurut Muhibbin Syah (2006) adalah sebagai
berikut:
a) Meyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir
b) Menginformasikan tentang kekutan usaha belajar yang dibandingkan
dengan teman sebaya
c) Mengarahkan kegiatan belajar
d) Membesarkan semangat belajar.
e) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.
Sedangkan bagi dosen motivasi belajar bermanfaat sebagai berikut:
a) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat anak didik
untuk belajar sampai berhasil.
b) Mengetahui dan memahami motivasi belajar anak didik dikelas
c) Meningkatkan dan menyadarkan dosen untuk memilih satu diantara
bermacam-macam peran sperti sebagai penasehat, fasilitator, intrukstur,
teman diskusi atau pendidik.
d) Memberi peluang dosen untuk ” unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas
dosen adalah membuat semua anak didik belajar sampai berhasil.
Tantangan profesionalnya justru terletak pada mengubah anak didik tak
berminat menjadi semangat belajar. Mengubah anak didik cerdas yang
2.3 Hubungan evaluasi Pengajaran Dengan Motivasi Belajar
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu dari kegunaan
evaluasi yang dinyatakan oleh Asmawi Zainul dan Noehi Nasution (2001) adalah
memotivasi dan membimbing belajar anak. Jadi jelas bahwa evaluasi belajar
sangat erat hubungannya dengan motivasi belajar anak didik.
Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pengajaran akan dapat
memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki,
meningkatkan dan mempertahankan prestasinya. Evaluasi hasil belajar itu
misalnya akan menghasilkan nilai-nilai hasil belajar untuk masing-masing anak
didik. Ada anak didik yang nilainya jelek maka anak didik tersebut terdorong
untuk memperbaikinya, agar waktu yang akan datang nilainya dapat lebih baik.
Meningkatkan kualitas pendidikan dapat dicapai melalui perbaikan metode
pengajaran, melengkapi fasilitas pendidikan maupun menumbuhkan semangat
atau motivasi belajar yang tinggi pada diri anak didik. Telah diketahui bahwa
metode pengajaran yang tepat akan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar anak didik, juga dosen dapat melakukan evaluasi dengan baik tanpa
merugikan salah satu pihak sehingga dapat menumbuhkan kegairahan dalam
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka konsep
Secara konsep yang menjadi variabel bebas (Variabel Independent) dalam
penelitian ini adalah Evaluasi belajar, sedangkan yang menjadi variabel
terikatnya (Variabel dependent) adalah Motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan
Pendidik FK USU yang dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
3.2. Defenisi Operasional
3.2.1. Evaluasi belajar adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang telah diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar Evaluasi asuhan
kebidanan
Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Adanya penghargaan dalam belajar
Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Alat Ukur : Hasil evaluasi belajar asuhan kebidanan
Hasil ukur : Membedakan berdasarkan penggolongan
a) Baik apabila responden mampu mendapatkan nilai >2,50 – 4,00
b) Kurang baik apabila responden hanya mendapatkan nilai kurang
2,50
Skala pengukuran : Ordinal
3.2.2. Motivasi belajar adalah semangat, dorongan dari mahasiswa dalam
mengarahkan tingkah laku kegiatan-kegiatan belajar yang lebih
bermanfaat.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Membedakan berdasarkan kategori (Arikunto,2003)
a) Baik apabila responden menjawab 75 – 100 % dari keseluruhan
kuesioner atau mampu menjawab 45-60 pertanyaan dengan
jawaban benar
b) Sedang apabila responden menjawab 56-74% dari keseluruhan
kuesioner atau mampu menjawab 33-44 pertanyaan dengan
jawaban benar
c) Kurang baik apabila responden menjawab <56 % dari keseluruhan
kuesioner atau menjawab < 33 pertanyaan dengan jawaban benar
3.3 HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat hubungan antara Evaluasi belajar
Asuhan Kebidanan terhadap Motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriftif Analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, yaitu mencari hubungan antara evaluasi belajar mata kuliah asuhan
kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa yang dilakukan secara simultan
(bersamaan) dan dalam waktu yang ditentukan.
4.2 Populasi dan Sampel
4.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah semua mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK
USU angkatan ke-7 tahun 2007 sejumlah 76 orang.
4.1.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, dalam
penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 76
orang.
4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di program D-IV Bidan Pendidik FK USU tahun
hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar pada program
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran ini.
4.4 Pertimbangan Etik
Peneliti mendapat rekomendasi dari ketua program D-IV Bidan Pendidik
fakultas kedokteran Universitas Sumatera utara. Kuesioner yang digunakan oleh
peneliti diberikan oleh responden dengan menekankan pada masalah etika yang
meliputi lembar persetujuan penelitian. Tujuannya agar responden mengetahui
maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengolahan data.
Kerahasiaan nama responden sangat diperhatikan dengan tidak mencamtumkan
nama (anonymity) pada lembar kuesioner dan hanya peneliti yang mempunyai
akses langsung pada pengumpulan data.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pemelitian ini adalah Angket/kuesioner.
Pembuatan kuesioner ini mengacu pada indikator yang sudah dibuat oleh peneliti
terhadap penelitian yang dilakukan.
Dalam penyusunan instrumen terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang disusun
berdasarkan teori motivasi belajar sehingga berdasarkan tinjauan teoritis maka
Tabel 1
Kisi-kisi soal angket motivasi belajar
Variabel Indikator Nomor Item
Motivasi belajar 1. Adanya hasrat dan keinginan
Pengukurannya dilakukan dengan skala Guttman, skala ini merupakan skala
yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti
jawaban dari pertanyaan : ya dan tidak, positif dan negatif dan lain-lain. Skala
Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian :
Skor benar nilainya 1
Skor salah nilainya 0
4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a.Uji Validitas
Alat ukur atau instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang sudah melalui uji validitas dan reabilitias data. Uji
validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah
diuji dengan menggunkan uji t baru dilihat penafsiran dari indeks
korelasinya.
Rumus Pearson Product Moment
n((
XY)(
X).(
Y)rhitung =
n.
X 2(
X)2
.n.
Y2 (
Y)2
Keterangan :
Rhitung : Koefesien korelasi
xi : Jumlah skor item
yi : Jumah skor total item n : Jumlah RespondenRumus Uji t:
r (n2)
t hitung =
(1r2)
Keterangan :
t : nilai t hitung
r : Koefesien Korelasi hasil r hitung
Untuk tabel ta = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2), jika nilai t hitung > t
tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t tabel
tidak valid, dan setelah diadakan uji validitas didapatkan 35 butir soal
invalid dinyatakan dari r hitung < r tabel
b.Uji Reabilitas
Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah
alat ukur dapat digunakan atau tidak. Dalam mengukur reliabilitas dapat
digunakan beberapa rumus. Dalam penelitian ini peneliti manggunakan
rumus Spearman Brown yaitu :
Keterangan :
r11 : Koefisien reabilitas internal seluruh item
rb : Korelasi product moment antara belahan
Dalam penggunaan metode ini sebaiknya banyak pertanyaan genap
sehingga memudahkan dibelah.
Setelah dilakukan uji reabilitas instrument didapatkan bahwa nilai dari
Alpha Cronbrach adalah 0,665 yang menunjukkan bahwa instrument yang
digunakan mempunyai derajat keeratan hubungan yang rendah dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. 2.rb
r11 =
4.7 Metode Pengumpulan data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan
data primer, untuk evaluasi belajar diperoleh dari data sekunder sedangkan
motivasi belajar diperoleh dari data primer yang terlebih dahulu mendapat izin
penelitian dari ibu ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara tahun Ajaran 2007-2008.
4.8 Analisa Data
Teknik analisa data adalah cara untuk memudahkan atau menyederhanakan
data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti, data yang
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Penelitian ini dilakukan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tanggal 18-19 April tahun 2008
terhadap 76 orang responden, terlebih dahulu mendapat izin penelitian dari ketua
program. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri, kuesioner diberikan kepada
responden setelah selesai perkuliahan sehingga tidak mengganggu jam
perkuliahan. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini hanya
menggunakan chi-square dengan sistem komputerisasi. Hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
5.1.1. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar
Tabel 5.1
Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara April 2008
Evaluasi Asuhan
kebidanan
Motivasi Belajar Uji Statistik df
Baik Kurang Sedang X2 P
Baik 49 3 2 15.28 0.000 2
Kurang 14 0 8
Jumlah 63 3 10
tersebut ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung > X2 tabel
yaitu 15.28 > 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2. nilai p-value pada hasil uji statistik adalah p < 0.05 juga menunjukkan hubungan yang
signifikan.
5.1.2. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil mahasiswa
Tabel 5.2
Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun 2008
Evaluasi Asuhan
kebidanan
Adanya hasrat dan
keinginan berhasil
Uji Statistik df
Baik Kurang Sedang X2 P
Baik 16 11 27 7.18 0.028 2
Kurang 12 0 10
Jumlah 28 11 37
Pada tabel 5.2 diketahui adanya hubungan antara eavaluasi terhadap
indikator motivasi adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya hubungan
tersebut ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung > X2 tabel
5.1.3. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar mahasiswa
Tabel 5.3.
Hubungan evaluasi kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU
Tahun 2008
Evaluasi Asuhan
kebidanan
Adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar
Uji Statistik df
Baik Kurang Sedang X2 P
Baik 37 1 16 2.89 0.23 2
Kurang 16 2 4
Jumlah 53 3 20
Pada tabel 5.3 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap
indikator motivasi adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Ketidak adanya
hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2
tabel yaitu 2.89 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2. nilai
5.1.4. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita masa depan mahasiswa
Tabel 5.4.
Hubungan evaluasi kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita masa depan Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun 2008
Evaluasi Asuhan
kebidanan
Adanya harapan dan
cita-cita masa depan
Uji Statistik df
Baik Kurang Sedang X2 P
Baik 23 8 23 3.64 0.16 2
Kurang 11 0 11
Jumlah 34 8 34
Pada tabel 5.4 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap
indikator motivasi adanya harapan dan cita-cita masa depan. Ketidak adanya
hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2
tabel yaitu 3.64 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai
5.1.5. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam belajar mahasiswa
Tabel 5.5.
Hubungan asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun 2008
Evaluasi Asuhan
kebidanan
Adanya penghargaan
dalam belajar
Uji Statistik df
Baik Kurang Sedang X2 P
Baik 22 10 22 5.21 0.074 2
Kurang 13 0 9
Jumlah 35 10 31
Pada tabel 5.5 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap
indikator motivasi adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Ketidak adanya
hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2
tabel yaitu 2.89 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai
5.1.6. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya kegiatan yang menarik dalam belajar mahasiswa
Tabel 5.6.
Hubungan asuhan kebidanan terhadap adanya kegiatan yang menarik dalam belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU
Tahun 2008
Evaluasi Asuhan
kebidanan
Adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar
Uji Statistik df
Baik Kurang Sedang X2 P
Baik 25 10 19 4.99 0.08 2
Kurang 14 0 8
Jumlah 39 10 27
Pada tabel 5.6 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap
indikator motivasi adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Ketidak adanya
hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2
tabel yaitu 4.99 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai
5.1.7. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar yang kondusif mahasiswa
Tabel 5.7.
Hubungan asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar yang kondusif Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU
Tahun 2008
Evaluasi Asuhan
kebidanan
Adanya lingkungan
belajar yang kondusif
Uji Statistik df
Baik Kurang Sedang X2 P
Baik 15 13 26 7.56 0.023 2
Kurang 11 0 11
Jumlah 26 13 37
Pada tabel 5.7 diketahui adanya hubungan antara evaluasi terhadap
indikator motivasi adanya lingkungan belajar yang kondusif. Adanya hubungan
tersebut ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung > X2 tabel
yaitu 7.56 > 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai p-value
pada hasil uji statistik adalah p < 0.05.
5.2 Pembahasan
5.2.1. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar
Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.1 tentang hubungan
evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa terdapat nilai
asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya motivasi belajar
mahasiswa sebanyak 49 orang (64,47%), mempengaruhi kurangnya motivasi
belajar sebanyak 3 orang (3,94%), mempengaruhi sedangnya motivasi belajar
sebanyak 2 orang (2.63%), sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori
kurang baik mempengaruhi baiknya motivasi belajar sebanyak 14 orang (18.42%)
dan mempengaruhi sedangnya motivasi belajar sebanyak 8 orang (10.52%). Hal
ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara evaluasi asuhan
kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Kedokteran Tahun 2008, melalui uji hipotesis dihasilkan bahwa Ha dari penelitian
ini yaitu ada hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar
mahasiswa D-IV Bidan Pendidik diterima dan Ho yang menyatakan tidak ada
hubungan antara keduanya ditolak.
Menurut Sri Esti (2002) salah satu tujuan evaluasi adalah untuk memotivasi
anak didik agar anak didik berusaha melakukan yang terbaik. Pendapat ini juga
sejalan dengan pendapat dari Zainul dan Nasution (2001) yang menyatakan bahwa
hasil evaluasi seharusnya dapat memotivasi belajar anak didik, dan juga dapat
menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi anak didik yang
memperoleh skor yang rendah seharusnya menjadi cambuk untuk lebih berhasil
terletak kelemahannya. Bagi anak didik yang mendapat skor yang tinggi tentu saja
hasil itu dapat menjadi motivasi mempertahankan dan meningkatkan hasilnya.
Pendapat kedua tokoh diatas sesuai dengan hasil yang didapatkan dalam
penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan antara evaluasi terhadap
motivasi belajar yang berarti evaluasi dapat mempengaruhi motivasi belajar anak
didik
5.2.2. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan
berhasil mahasiswa
Dari hasil penelitian yag terdapat dalam tabel 5.2 tentang hubungan evaluasi
asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil mahasiswa
terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya
adanya hasrat dan keinginan berhasil sebanyak 16 orang (21.05%), mempengaruhi
kurang baiknya adanya hasrat dan keinginan berhasil sebanyak 11 orang
(14.47%), dan mempengaruhi sedangnya adanya hasrat dan keinginan berhasil
sebanyak 27 orang (35.52%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori
kurang baik mempengaruhi baiknya adanya hasrat dan keinginan berhasil
sebanyak 12 orang (15.78%), mempengaruhi sedangnya adanya hasrat dan
keinginan berhasil sebanyak 10 orang (13.15%). Dari hasil analisis didapatkan
bahwa ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat
dan keinginan berhasil mahasiswa
metode discovery melalui autonomy of self reward. Siswa memberi stimulus
terhadap dirinya sendiri, sehingga dia sendiri yang melakukan fungsi
penggerakkan tersebut. Ini sejalan dengan hasil penelitian pada indikator motivasi
pertama yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil. Pada indikator ini dijelaskan
bahwa hasrat dan keinginan untuk berhasil disebut motif berprestasi yang
merupakan unsur kepribadian dan prilaku manusia, sesuatu yang berasal dari
dalam diri manusia yang bersangkutan. Dalam penelitian ini juga didapatkan
bahwa motif adalah indikator yang sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar
anak didik. Metode Discovery yang dikatakan Bruner termasuk kegiatan yang
menarik dalam belajar, hal ini bersesuaian dengan hasil penelitian pada indikator
kelima, sedangkan Self Reward dalam hal ini bersesuaian pada indikator keempat
dalam penelitian ini yaitu pemberian penghargaan dalam belajar.
Sedangkan Robert White dalam Hamalik (2007) mengemukakan hal yang
sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa yang menentukan kebutuhan intrinsik
siswa dalam hubungan dengan lingkungannya adalah motivasi kompetensi yang
menggerakkan tindakan-tindakan seperti menyelidiki, memperhatikan, berbicara,
berpikir dan lain-lain. Maka hal ini sesuai dengan indikator motivasi pertama
yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil. Dalam hal ini jelaslah bahwa motivasi
kompetensi yang menggerakkan tindakan-tindakan seperti memperhatikan dan
lain-lain yang dikatakan White tadi terdorong oleh karena adanya hasrat dan
keinginan berhasil yang datang dari dalam diri orang tersebut, bukan karena
5.2.3 Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar mahasiswa
Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.3 tentang hubungan
evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik
mempengaruhi baiknya adanya dorongan dan kebutuhan belajar sebanyak 37
orang (48.68%), mempengaruhi kurang baiknya adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar sebanyak 1 orang (1.31%), dan mempengaruhi sedangnya adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar sebanyak 16 orang (21.05%). Sedangkan
nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya
adanya dorongan dan kebutuhan belajar sebanyak 16 orang (21.05%),
mempengaruhi kurang baiknya adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
sebanyak 2 orang (2.63%) dan mempengaruhi sedangnya adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar sebanyak 4 orang (5.26%). Dari hasil analisis
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan
terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar mahasiswa
Sri Esti (2006) mengemukakan hal yang sesuai dengan penelitian ini. Ia
berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat motivator yang kuat yaitu
kebutuhan untuk menyatakan dirinya adalah seseorang yang baik (positif). Maka
hal ini akan mendorong untuk melakukan hal-hal yang positif dalam belajar
mempersiapkan diri sebelum ujian. Jelaslah bahwa pendapat ini sesuai dengan
indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Kemudian pendapat Sri
Esti ini juga sejalan dengan indikator pertama yaitu adanya hasrat dan keinginan
berhasil dalam penelitian ini karena kebutuhan aktualisasi diri yang positif juga
akan mendorong seseorang akan memperhatikan setiap pelajaran yang diberikan
oleh guru dan berbagai perbuatan positif lainnya yang terdorong karena adanya
hasrat dan keinginan berhasil dari dalam diri orang tersebut.
5.2.4. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita
masa depan mahasiswa
Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 tentang hubungan
evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita masa depan
mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi
baiknya adanya harapan dan cita-cita masa depan sebanyak 23 orang (30.26%),
mempengaruhi kurang baiknya adanya harapan dan cita-cita masa depan sebanyak
8 orang (10.52%), dan mempengaruhi sedangnya adanya harapan dan cita-cita
masa depan sebanyak 23 orang (30.26%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan
dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya adanya harapan dan cita-cita
masa depan sebanyak 11 orang (14.47%), dan mempengaruhi sedangnya adanya
harapan dan cita-cita masa depan sebanyak 11 orang (14.47%). Dan hasil analisis
menunjukkan tidak ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap
Sedangkan Vroom (1976) juga mengemukakan teorinya yang sejalan
dengan penelitian ini pada indikator adanya harapan dan cita-cita, ia mengatakan
bahwa dalam melakukan sesuatu selain harus mempertimbangkan hasil yang
dicapai, seseorang juga harus mempertimbangkan keyakinan orang tersebut
bahwa yang dikerjakan memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang
diharapkannya. Karena adanya harapan akan memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap terlaksananya program yang sedang dijalankan. Maka penelitian
Vroom mendukung hasil penelitian ini yang juga mengatakan bahwa harapan dan
cita-cita dapat memotivasi anak didik dalam belajar tetapi dalam penelitian ini
indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan kurang berpengaruh terhadap
motivasi belajar.
5.2.5 Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam
belajar mahasiswa
Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.5 tentang hubungan evaluasi
asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam belajar mahasiswa
terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya
adanya penghargaan dalam belajar sebanyak 22 orang (28.98%), mempengaruhi
kurang baiknya adanya penghargaan dalam belajar sebanyak 10 orang (13.15%),
dan mempengaruhi sedangnya adanya penghargaan dalam belajar sebanyak 22
orang (28.98%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik
sebanyak 9 orang (11.84%). Dan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap indikator
motivasi adanya penghargaan dalam belajar.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Sri Esti (2006) yang
mengemukakan bahwa motivasi secara sederhana merupakan hasil dari
reinforcement (penguatan). Siswa yang telah diberi penguatan untuk belajar
(contoh dengan memberi nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua dan guru)
akan termotivasi untuk belajar. Sejalan dengan pendapat Esti penelitian ini juga
mengemukakan bahwa salah satu indikator dari motivasi adalah adanya
penghargaan dalam belajar (indikator keempat) dapat berupa pemberian nilai dan
pujian dari guru.
Sementara Page (1998) juga mengemukakan hal yang nyaris sama dengan
Esti, dalam penelitiannya didapatkan bahwa anak didik yang diberi nilai dan juga
mendapat komentar dari guru tentang jawaban yang salah mempunyai prestasi
yang lebih baik daripada anak didik yang hanya diberi nilai dengan angka atau
huruf saja. Seperti diatas hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian ini pada
indikator yang sama yaitu tentang adanya penghargaan dalam belajar akan dapat
menumbuhkan motivasi belajar anak didik. Tetapi dalam penelitian ini indikator
adanya penghargaan dalam belajar kurang memberikan pengaruh terhadap
5.2.6. Hubungan evaluasi asuhan ebidanan terhadap adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar mahasiswa
Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.6 tentang hubungan evaluasi
asuhan kebidanan terhadap adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi
baiknya adanya kegiatan yang menarik dalam belajar sebanyak 25 orang
(32.89%), mempengaruhi kurang baiknya adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar sebanyak 10 orang (13.15%), dan mempengaruhi sedangnya adanya
kegiatan menarik dalam belajar sebanyak 19 orang (25%). Sedangkan nilai asuhan
kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar sebanyak 14 orang (14.42%), dan mempengaruhi
sedangnya adanya kegiatan yang menarik dalam belajar sebanyak 8 orang
(10.52%). Dan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap indikator motivasi adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar mahasiswa.
Menurut Bert Kersh dalam Hamalik (2007), bahwa kelompok belajar yang
terpimpin dan terprogram dengan baik (sesuai metode Sokrates yang menuntut
anak didik membuat inferensi dan mengingat-ingat aturan tanpa bantuan). Dengan
adanya kelompok belajar tokoh ini mengungkapkan teori yang sejalan dengan
indikator motivasi kelima yaitu adanya kegiatan belajar yang menarik dapat
menimbulkan motivasi belajar. Cara belajar ini ternyata lebih menggugah
kegiatan belajar lainnya yang menarik dapat berupa diskusi, pengabdian
masyarakat dan lain sebagainya. Sedangkan suatu program yang terpimpin dengan
baik seperti yang yang dinyatakan oleh Bert sejalan dengan hasil penelitian ini
pada indikator keenam yaitu adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Torrance dalam Hamalik (2007) telah mengadakan penelitian tentang
prosedur brainstorming. Prosedur ini dimaksudkan agar anak didik mampu
memproduksi sebanyak mungkin prakarsa (gagasan) yang berbobot melalui
diskusi yang kritis. Menjadi jelaslah bahwa hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian ini bahwa brainstorming merupakan salah satu contoh kegiatan belajar
yang menarik disamping simulasi dan permainan, dan diharapkan dengan
brainstorming, simulasi dan permainan anak didik mampu lebih termotivasi untuk
belajar.
5.2.7. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar
yang kondusif mahasiswa
Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7 tentang hubungan evaluasi
asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar yang kondusif mahasiswa
terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya
adanya lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 15 orang (19.73%),
mempengaruhi kurang baiknya adanya lingkungan belajar yang kondusif
sebanyak 13 orang (17.10%), dan mempengaruhi sedangnya adanya lingkungan
belajar yang kondusif sebanyak 26 orang (34.21%). Sedangkan nilai asuhan
lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 11 orang (14.47%), dan
mempengaruhi sedangnya adanya lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 11
orang (14.47%). Dan hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara
evaluasi asuhan kebidanan terhadap indikator motivasi adanya lingkungan belajar
yang kondusif.
Menurut Flanders dalam Hamalik (2007) bahwa situasi kelas akan
mempengaruhi dan menimbulkan berbagai tingkat kecemasan terhadap anak
didik. Hasil penelitiannya dalam suasana yang berpusat pada guru, anak didik
lebih bersikap agresif dan umumnya lebih terganggu emosionalnya. Oleh karena
itu seorang pendidik harus tampil maksimal didepan pada anak didik, baik secara
fisik maupun intelektual termasuk kelangkapannya dalam proses belajar mengajar
meliputi GBPP dan SAP yang selalu tersedia untuk anak didik, dan hal ini pulalah
yang peneliti maksud dengan salah satu bentuk dari lingkungan belajar yang
kondusif. Maka penelitian Flanders sesuai dengan indikator motivasi adanya
lingkungan belajar yang kondusif dalam penelitian ini. Sedangkan tingkat
kecemasan yang ditimbulkan oleh suasana kelas yang dimaksudkan oleh Flanders
sejalan dengan hasil penelitian ini pada indikator pertama yaitu adanya hasrat dan
keinginan berhasil lah yang mendorong anak didik mempunyai tingkat kecemasan
yang tinggi seperti cemas akan kegagalan dalam menjalani tes dan lain
sebagainya.
Sedangkan berdasarkan penelitian Howard Kigth dan Julius Sasserath
cepat menyelesaikan programnya, sedikit terjadi kekeliruan, dan dapat mengingat
pelajaran dengan baik, jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki motif
berprestasi rendah dan kurang memiliki kecemasan dalam mengikuti tes. Hal ini
juga sesuai dengan indikator motivasi pertama dalam penelitian ini yaitu adanya
hasrat dan keinginan berhasil yang sering disebut-sebut sebagai motif. Seseorang
yang bermotif tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara
tuntas tanpa menunda-nunda pekerjaanya, maka seperti yang dikatakan oleh
Howard dan Julius orang tersebut akan dengan cepat dapat menyelesaikan
programnya. Disamping itu terselesainya dengan cepat suatu program juga
didukung oleh pengajaran yang terstruktur dan terprogram seperti yang dikatakan
oleh Howart dan Julius diatas berarti hal ini juga berkesesuaian dengan hasil
penelitian ini pada indikator yang keenam yaitu adanya lingkungan belajar yang
kondusif.
Berbeda dengan tokoh sebelumnya, Bandura Walter (1963) mengemukakan
tentang teknik disipliner yang menitik beratkan pada hukuman sering
menghindarkan individu dari tindakan hukuman, karena dia berusaha tidak
melakukan pelanggaran. Dengan adanya upaya untuk menghindari hukuman
tersebut terdapat suatu pengaturan tingkah laku anak didik (seperti motivasi) yang
cenderung selalu mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan, dengan
mematuhi semua peraturan yang ada akan memudahkan untuk belajar dengan
baik. Maka teori Bandura sesuai dengan hasil penelitian ini pada indikator yang