• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Evaluasi Asuhan Kebidanan terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Evaluasi Asuhan Kebidanan terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2008"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN EVALUASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM

D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2007

RIA ANDARINI SIRAIT

NIM : 075102008

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Judul : Hubungan Evaluasi Belajar Asuhan Kebidanan Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumater Utara tahun 2008

Nama : Ria Andarini Sirait

Nim : 075102008

Program : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Dik Pembimbing

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Belajar ... 6

2.1.1 Pengertian ... 6

2.1.2 Tujuan Evaluasi ... 8

2.1.3 Kegunaan Tes, Pengukuran, dan evaluasi Dalam Dunia pendidikan ... 9

2.1.4 Indikator Keberhasilan ... 11

2.1.5 Penilaian Keberhasilan ... 11

(4)

2.2 Motivasi Belajar ... 15

2.2.1 Pengertian ... 15

2.2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi ... 16

2.2.3 Peranan Motivasi Dalam Belajar ... 21

2.2.3 Fungsi Motivasi ... 22

2.3 Hubungan Evaluasi Pengajaran dengan Motivasi Belajar ... 23

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 25

3.2 Defenisi Operasional ... 25

3.3 Hipotesis ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 28

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.3 Lokasi Penelitian ... 28

4.4 Pertimbangan Etik ... 28

4.5 Instrumen Penelitian ... 29

4.6 Validitas dan Realiabilitas Instrumen ... 30

(5)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil ... 33 5.1.1 Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi

belajar ... 33 5.1.2 Pengaruh adanya hasrat dan keinginan berhasil terhadap

motivasi belajar ... 34 5.1.3 Pengaruh adanya dorongan dan kebutuhan belajar terhadap

motivasi belajar ... 35 5.1.4 Pengaruh adanya harapan dan cita-cita masa depan terhadap

motivasi belajar ... 36 5.1.5 Pengaruh adanya penghargaan dalam belajar terhadap motivasi

belajar ... 37 5.1.6 Pengaruh adanya kegiatan yang menarik dalam belajar terhadap

motivasi belajar ... 38 5.1.7 Pengaruh adanya lingkungan belajar yang kondusif terhadap

(6)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 55 6.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ...

(7)

Nama : Ria Andarini Sirait

Program : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Hubungan Evaluasi Asuhan Kebidanan terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara tahun 2008

ABSTRAK

Dari data bidang evaluasi pendidikan terlihat adanya dinamika fluktuasi nilai asuhan kebidanan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dalam 3 tahun terakhir yaitu nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik meningkat tahun 2006-2007 dibandingkan dengan tahun sebelumnya kemudian kembali menurun pada tahun 2007-2008, diduga salah satu penyebab adanya fluktuasi nilai tersebut adalah beragamnya motivasi belajar mahasiswa.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007. Untuk mengetahui hubungan antara keduanya penelitian ini menggunakan indikator-indikator motivasi yaitu hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar dan lingkungan belajar yang kondusif. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik menggunakan desain penelitian Cross Sectional, dengan populasi semua mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007 sejumlah 76 orang serta data dianalisis dengan Chi-Square menggunakan system komputerisasi.

Hasil penelitian yang didapatkan adalah ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa indikator motivasi adanya hasrat dan keinginan berhasil dan indikator motivasi adanya lingkungan belajar yang kondusif yang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap evaluasi asuhan kebidanan.

Oleh karena itu seorang pendidik harus memperhatikan motivator belajar anak didik, seperti yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu yang paling berpengaruh dalam memotivasi belajar adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.

(8)

Nama : Ria Andarini Sirait

Program : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Hubungan Evaluasi Asuhan Kebidanan terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara tahun 2008

ABSTRAK

Dari data bidang evaluasi pendidikan terlihat adanya dinamika fluktuasi nilai asuhan kebidanan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dalam 3 tahun terakhir yaitu nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik meningkat tahun 2006-2007 dibandingkan dengan tahun sebelumnya kemudian kembali menurun pada tahun 2007-2008, diduga salah satu penyebab adanya fluktuasi nilai tersebut adalah beragamnya motivasi belajar mahasiswa.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007. Untuk mengetahui hubungan antara keduanya penelitian ini menggunakan indikator-indikator motivasi yaitu hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar dan lingkungan belajar yang kondusif. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik menggunakan desain penelitian Cross Sectional, dengan populasi semua mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007 sejumlah 76 orang serta data dianalisis dengan Chi-Square menggunakan system komputerisasi.

Hasil penelitian yang didapatkan adalah ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa indikator motivasi adanya hasrat dan keinginan berhasil dan indikator motivasi adanya lingkungan belajar yang kondusif yang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap evaluasi asuhan kebidanan.

Oleh karena itu seorang pendidik harus memperhatikan motivator belajar anak didik, seperti yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu yang paling berpengaruh dalam memotivasi belajar adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UU No.20 tahun 2004, pendidikan merupakan suatu usaha yang

dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pendidikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang berguna bagi diri, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan bertujuan mengembangkan potensi didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga yang demokrasi serta bertanggungjawab (Ahmad, 2004).

Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai

upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga

merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum

memenihi harapan.

Proses belajar mengajar merupakan upaya pendidikan formal yang paling

menonjol dibandingkan upaya pendidikan lainnya atau dapat dikatakan proses

belajar mengajar merupakan inti kegiatan yang dapat menjadi tolak ukur

keberhasilan suatu upaya pendidikan. Unsur yang paling penting dalam kegiatan

proses belajar mengajar yang sangat berhubungan satu dengan yang lain bahkan

yang tidak dapat dipisahkan adalah dosen, anak didik, bahan ajar, interaksi dan

(10)

berarti kedudukan evaluasi dalam proses pendidikan bersifat integratif, artinya

setiap ada proses pendidikan pasti ada evaluasi (Sabri, 2005).

Evaluasi harus mampu menjawab semua informasi tentang tingkat

percapaian tujuan yang telah ditentukan. Namun pada kenyataannya masalah

tersebut menjadi kendala yang dihadapi dosen dalam penilaian mutu pendidikan

di sekolah dimana sebagian dosen belum mengetahui bagaimana prosedur

evaluasi, tidak melakukan prinsip evaluasi secara efektif dan efisien, kurang

menguasai teknik-teknik evaluasi dan tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi

sebagai feed back (umpan balik) (Daryanto, 2005).

Dengan evaluasi yang dapat berupa penilaian dapat diketahui apakah proses

belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan

memuaskan atau sebaliknya. Penilaian juga dapat berfungsi salah satu pembangkit

motivasi peserta didik, baik untuk mempertahankan atau meningkatkan prestasi

belajar mereka. Nilai yang bagus akan memberikan motivasi kepada peserta didik

untuk belajar, apabila nilai yang diperoleh peserta didik lebih tinggi daripada

peserta lainnya maka peserata didik tersebut cenderung untuk

mempertahankannya (Syaiful, 2005).

Salah satu yang menjadi tolok ukur keberhasilan belajar adalah motivasi,

diduga munculnya motivasi belajar yang baik akan melahirkan hasil belajar yang

baik pula. Persoalan yang dihadapkan kepada pendidik adalah bagaimana

memotivasi anak didik sehingga mampu memperoleh kepuasaan terhadap hasil

(11)

seseorang dengan lingkungannya. Pandangan lain dikemukakan oleh Morgan,

bahwa motivasi diartikan sebagai pendorong atau penggerak yang berasal dari

dalam diri individu untuk bertindak karah tujuan tertentu (Uno, 2007).

Program D-IV Bidan Pendidik merupakan salah satu program studi yang ada

di Universitas Sumatera Utara, Asuhan Kebidanan merupakan salah satu mata

kuliah yang diajarkan pada mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik di semester

1 dengan beban studi 2 sks, diharapkan setelah menyelesaikan mata kuliah ini

mahasiswa akan dapat menerapkan prinsip asuhan kebidanan ibu antenatal,

intranatal, postnatal, emergensi kebidanan, asuhan kebidanan, asuhan kebidanan

ibu dengan HIV dalam kehamilan sesuai dengan standar dan berdasarkan evidence based.

Dari pendataan diperoleh nilai asuhan kebidanan selama 3 tahun terakhir,

dari nilai yang telah didapatkan terlihat adanya dinamika fluktuasi nilai asuhan

kebidanan dalam 3 tahun ini. Nilai asuhan kebidanan pada tahun 2005-2006

dalam kategori kurang baik sebanyak 28 orang (56%), pada tahun 2006-2007

dalam kategori yang sama meningkat sebanyak 37 orang (77,08%), sedangkan

pada tahun 2007-2008 kembali menurun menjadi 23 orang (30,27%).

Dinamika fluktuasi nilai asuhan kebidanan tersebut dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini:

Tahun Ajaran Kurang Baik (0-2,50) Baik (3,00-3,50) Istimewa (4,00)

2005-2006 28 orang (56%) 20 orang (40%) 2 orang (4%)

2006-2007 37 orang (77,08%) 10 orang (20,88%) 1 orang (2,02%)

2007-2008 23 orang (30,02%) 44 orang (57,89%) 9 orang (11,68%)

(12)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang hubungan Evaluasi Belajar Asuhan Kebidanan terhadap

Motivasi Belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Tahun

2007

1.2Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah

Apakah ada Hubungan Evaluasi Belajar asuhan kebidanan Terhadap Motivasi

Belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Tahun 2007

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan evaluasi belajar asuhan kebidanan

terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Tahun 2007

(13)

1. Untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya

hasrat dan keinginan berhasil mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007

2. Untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya

dorongan dan ebutuhan belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007

3. Untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya

harapan dan cita-cita masa depan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007

4. Untuk mengetahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya

pengahargaan dalam belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007

5. Untuk mengetahui hubungan avaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya

kegiatan yang menarik dalam belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007

6. Untuk mengatahui hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya

lingkungan belajar yang kondusif mahasiswa D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Prodi D-IV Bidan Pendidik

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan ilmiah guna

(14)

sebagai masukan dalam perbaikan pelaksanaan evaluasi kearah yang lebih

baik

2. Bagi peneliti

Penelitian ini memberikan perluasan kajian bidang penelitian berupa

tindakan kelas, penelitian ini juga bermanfaat bagi peningkatan ilmu

pengetahuan dibidang metode penelitian, juga menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti dibidang evaluasi dan motivasi belajar

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi awal bagi peneliti berikutnya yang memerlukan

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi belajar

2.1.1 Pengertian

Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas

Sudijono (1996) adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari

sesuatu. Berdasarkan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan

sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu

dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia

pendidikan

Davies (1981) dalam Dimyati (2006) mengemukakan bahwa evaluasi

merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah

tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak

yang lain. Evaluasi belajar adalah penilaian atau penaksiran terhadap

pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan yang telah ditetapkan

dalam hukum (Harjanto, 2007).

Sudirman. N dkk (1991) dalam (Djamarah, 2004) Evaluasi adalah tindakan

untuk menentukan nilai sesuatu. Evaluasi adalah suatu proses dalam perencanaan,

memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat

alternatif-alternatif keputusan (Mehrens dan Lelman (1978) dalam Sri Esti

(16)

Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau

membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai

oleh anak didik (Gronlund (1975) dalam Sri Esti (2002)).

Evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan anak didik

ke arah tujuan-tujuan atau nilai yang telah ditetapkan (Wrightstone dkk (1956)

dalam Sri Esti (2002)).

Evaluasi menurut Kourilski dalam (Oemar Hamalik, 2003) adalah tindakan

tentang penetapan derajat penguasaan atribut tertentu oleh individu atau kelompok

dan menurut Ralp Tyler (1950) dalam Arikunto (2005) adalah sebuah proses

pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian

mana tujuan pendidikan sudah tercapai.

Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan

menggunakan informasi yang telah diperoleh melalui pengukuran hasil belajar

baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes, jadi maksud penilaian

adalah memberikan kualitas tentang sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari

jawaban terhadap pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh sesuatu proses atau

suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program (Zainul dan Nasoetion,

2001).

Dalam membahas evaluasi akan berhubungan dengan tes dan pengukuran

karena ketiganya saling berhubungan. Penilaian hasil belajar baru dapat dilakukan

dengan baik bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran

(17)

2.1.2 Tujuan Evaluasi

Adapun tujuan evaluasi menurut Sri Esti (2002) adalah sebagai berikut:

1. Sebagai perangsang atau dorongan untuk menambah usaha atau

semangat anak didik

Salah satu kegunaan evaluasi adalah untuk memotivasi anak didik agar

anak didik berusaha melakukan yang terbaik dengan memberikan

angka tinggi, hadiah, bintang kelas sebagai hadiah atas pekerjaannya.

2. Umpan balik bagi anak didik

Anak didik ingin tahu hasil atas usaha mereka. Penilaian yang tetap

dan teratur akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan

kelemahan anak didik.

3. Umpan balik bagi dosen

Dosen perlu mengetahui hasil dari apa saja yang telah ia lakukan.

Dengan pengetahuan ini dosen akan mengetahui apakah dia sudah

berhasil ataukah gagal dalam memberikan pelajaran kepada anak didik.

4. Memberikan informasi kepada orang tua

Orang tua diharapakan juga memberikan hadiah jika mendapati

anaknya memperoleh nilai yang bagus. Untuk itu antara orang tua dan

dosen harus bekerja sama dalam upaya meningkatkan prestasi anak

didik

(18)

2.1.3 Kegunaan Tes, Pengukuran dan Evaluasi dalam dunia pendidikan

Menurut Zainul dan Nasution (2001) ada beberapa alasan untuk

menggunakan pengukuran, tes, dan evaluasi dalam dunia pendidikan, antara lain:

a. Seleksi

Tes dan beberapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil

keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu

proses seleksi. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan

ini maka haruslah digunakan tes yang tepat, yaitu tes yang dapat

meramalkan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam suatu

kegiatan.

b. Penempatan

Dalam pelaksanaan kursus atau latihan yang singkat biasanya

dilakukan tes penempatan, untuk menentukan tempat tempat yang

paling cocok bagi seseorang untuk dapat berprestasi dan berproduksi

dalam suatu proses pendidikan atau pekerjaan.

c. Diagnosis dan remedial

Tes seperti ini terutama untuk mengukur kekuatan dan kelemahan

seseorang dalam kerangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan

dalam suatu program pendidikan tertentu.

d. Umpan balik

Hasil suatu pengukuran atau skor tes dapat digunakan sebagai umpan

(19)

e. Memotivasi dan membimbing belajar

Hasil tes seharusnya dapat memotivasi belajar mahasiswa, dan juga

dapat menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi mereka

yang memperolah skor yang rendah seharusnya menjadi cambuk untuk

lebih berhasil dalam tes yang akan datang dan secara tepat dapat

mengetahui di wilayah mana terletak kelemahannya. Bagi mereka yang

mendapat skor yang tinggi tentu saja hasil itu dapat menjadi motivasi

mempertahankan dan meningkatkan hasilnya.

Menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (1991) penilaian dilakukan

terhadap proses belajar mengajar berfungsi sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus. Dengan

fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang dikuasai

oleh anak didik.

2. Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Dosen dapat mengetahui berhasil tidaknya pengajaran, rendahnya

hasil belajar yang dicapai anak didik tidak semata-mata disebabkan

kemampuan anak didik tetapi juga disebabkan kurang berhasilnya dosen

mengajar melalui penilaian berarti menilai kemampuan dosen mengajar

melalui pernilaian berarti menilai kemampuan dosen itu sendiri dan hasilnya

(20)

2.1.4 Indikator keberhasilan

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap

berhasil menurut Djamarah (2006) adalah sebagai berikut:

1. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individual maupun kelompok

2. Prilaku yang digariskan dalam Tujuan pengajaran/ Intruksional Khusus

(TIK) telah dicapai oleh anak didik, baik secara individual maupun

kelompok.

Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur

keberhasilan adalah daya serap yang akan terlihat dalam nilai sebagai hasil

evaluasi.

2.1.5 Penilaian keberhasilan

Untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan

melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya menurut

Djamarah (2006) , tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian

sebagai berikut:

1. Tes formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok

bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang

(21)

2. Tes subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan

dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperolah gambaran

daya serap anak didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak

didik. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses

balajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

Dalam hal ini yang termasuk tes subsumatif adalah tugas dan ulangan

harian (quis).

3. Tes sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap bahan

pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester.

Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat keberhasilan belajar anak

didik dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini

dimanfaatkan untuk kenaikan tingkat, menyusun ranking atau sebagai

ukuran mutu sekolah.

2.1.6 Tingkat keberhasilan

Untuk setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar.

Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang

telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu

dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut menurut

(22)

1. Istimewa : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat

dikuasai oleh anak didik

2. Baik : Apabila 76-99% bahan pelajaran dapat dikuasai oleh

anak didik

3. Cukup : Apabila 60-75% saja bahan pelajaran yang dikuasai oleh

anak didik

4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60%

yang dikuasai oleh anak didik.

Penggolongan prestasi untuk masing-masing institusi tidak persis sama,

mengenai penggolongan prestasi keberhasilan anak didik di Universitas Sumatera

Utara Rektor telah mengeluarkan keputusan no : 3128/J05/SK/AK/2004 pada

Bab III Jenis Pendidikan, Beban Kredit dan Lama Studi Serta Sistem Evaluasi

Pasal 12 Tentang Evaluasi Keberhasilan Belajar anak didik, dapat dilihat pada

tabel berikut:

(23)

Program D-IV Bidan Pendidik merupakan salah satu program studi yang

ada di Universitas Sumatera Utara dan tujuan dari pendidikan program D-IV

Bidan Pendidik adalah:

1. Melaksanakan tugas profesi bidan pendidik yang berkualitas dan

berdedikasi tinggi dalam mendidik mahaanak didik program D-III

Kebidanan

2. Meningkatkan dan mngembangkan diri dibidang profesi bidan pendidik

3. Menilai kegiatan profesi secara berkala

4. Memiliki dan mengembangkan kepribadian dan sikap yang diperlukan

untuk kelangsungan profesinya secara integritas, rasa tanggung jawab,

dapat dipercaya yang sesuai dengan etika profesinya.

Asuhan kebidanan merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan pada

mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik di semester 1 dengan beban studi 2 sks,

diharapkan setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahaanak didik akan dapat

menerapkan prinsip asuhan kebidanan ibu antenatal, intranatal, postnatal,

emergensi kebidanan, asuhan kebidanan, asuhan kebidanan ibu dengan HIV

(24)

2.2 Motivasi Belajar

2.2.1 Pengertian

Menurut Mc.Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)

seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan. (Hamalik, 2003)

Motivasi adalah adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,

menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar. (Koeswara

(1989) dalam Dimyati (2006))

Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang

menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. (Hamzah, 2007)

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat

nonintelektual. Peranan yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa

senang dan semangat untuk belajar. (Sardiman, 2004)

Motivasi dalam belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara

potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan yang dilandasi tujuan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor internal, berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor eksternal adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang

(25)

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Hakikat motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada anak

didik-anak didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Hal ini

mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator

motivasi belajar menurut Uno. B. Hamzah (2007) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan

sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil

dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperolah

kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan prilaku

manusia, sesuatu yang berasal dari ‘’dalam’’ diri manusia yang bersangkutan.

Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu

dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang

mempunyai motif berprestai tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan

tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas

semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi.

Menurut Bruner dalam Hamalik (2007) tentang beberapa upaya yang dapat

(26)

Robert White dalam Hamalik (2007) mengemukakan bahwa yang

menentukan kebutuhan intrinsik siswa dalam hubungan dengan lingkungannya

adalah motivasi kompetensi yang menggerakkan tindakan-tindakan seperti

menyelidiki, memperhatikan, berbicara, berpikir dan lain-lain.

Penelitian Howard Kigth dan Julius Sasserath (1966), ternyata siswa yang

memiliki motif berprestasi yang tinggi atau kecemasan yang tinggi dalam

mengikuti tes, dengan pengajaran berprogram lebih cepat menyelesaikan

programnya, sedikit terjadi kekeliruan, dan dapat mengingat pelajaran dengan

baik, jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah dan

kurang memiliki kecemasan dalam mengikuti tes.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilator belakangi oleh motif

berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu

menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi

tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada

ketakutan akan kegagalan itu. Seorang anak didik mungkin tampak bekerja

dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka

dia akan mendapat malu dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan

dihukum oleh orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa ‘’keberhasilan’’

anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.

Sri Esti (2006) mengemukakan bahwa dalam diri seseorang terdapat

(27)

yang baik (positif). Maka hal ini akan mendorong untuk melakukan hal-hal yang

positif dalam belajar seperti tidak menyontek dan jujur dalam ujian.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan

mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang

menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau

mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan

pangkat.

Menurut Vroom (1976) bahwa dalam melakukan sesuatu selain harus

mempertimbangkan hasil yang dicapai, seseorang juga harus mempertimbangkan

keyakinan orang tersebut bahwa yang dikerjakan memberikan sumbangan

terhadap tercapainya tujuan yang diharapkannya. Karena adanya harapan akan

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap terlaksananya program yang

sedang dijalankan.

4. Adanya penghargaan dalam belajar

Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku

yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah

dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar

yang lebih baik.

Pernyataan seperti ‘’bagus’’ , ‘’hebat’’ dan lain-lain disamping akan

menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna

(28)

penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan

sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak.

Menurut Sri Esti (2006) bahwa motivasi secara sederhana merupakan hasil

dari reinforcement (penguatan). Siswa yang telah diberi penguatan untuk belajar

(contoh dengan memberi nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua dan guru)

akan termotivasi untuk belajar.

Page (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak didik yang diberi

nilai dan juga mendapat komentar dari guru tentang jawaban yang salah

mempunyai prestasi yang lebih baik daripada anak didik yang hanya diberi nilai

dengan angka atau huruf saja.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat

menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi

bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai.

Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat

dan sebagainya.

Menurut Bert Kersh dalam Hamalik (2007), bahwa kelompok belajar yang

terpimpin dan terprogram dengan baik (sesuai metode Sokrates yang menuntut

anak didik membuat inferensi dan mengingat-ingat aturan tanpa bantuan).

Torrance dalam Hamalik (2007) telah mengadakan penelitian tentang

(29)

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan

individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk

melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan,

duperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui

pengaruh lingkungan

Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak

didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam

mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar

Menurut Flanders dalam Hamalik (2007) bahwa situasi kelas akan

mempengaruhi dan menimbulkan berbagai tingkat kecemasan terhadap anak

didik. Hasil penelitiannya dalam suasana yang berpusat pada guru, anak didik

lebih bersikap agresif dan umumnya lebih terganggu emosionalnya.

2.2.3 Peranan Motivasi dalam Belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu memahami dan menjelaskan

prilaku individu. Ada beberapa peranan penting motivasi dalam belajar antara

lain:

a) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak

yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan

pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang

(30)

b) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan

kemaknaan belajar. Anak didik akan tertarik untuk belajar sesuatu jika

yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati

manfaatnya bagi anak didik.

c) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar.

d) Menentukan ketekunan belajar.

Seorang anak didik yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan

berusaha memperlajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan

memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi

untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. (Uno, 2007)

2.2.4 Fungsi Motivasi

Menurut Suryosubroto (2002) motivasi berfungsi sebagai :

a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu tindakan. Tanpa motivasi

maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

b) Motivasi berfungsi sebagi pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke

pencapaian tujuan yang diinginkan.

c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi

mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya

(31)

Motivasi belajar penting bagi anak didik dan dosen. Bagi anak didik

pentingnya motivasi belajar menurut Muhibbin Syah (2006) adalah sebagai

berikut:

a) Meyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir

b) Menginformasikan tentang kekutan usaha belajar yang dibandingkan

dengan teman sebaya

c) Mengarahkan kegiatan belajar

d) Membesarkan semangat belajar.

e) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

Sedangkan bagi dosen motivasi belajar bermanfaat sebagai berikut:

a) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat anak didik

untuk belajar sampai berhasil.

b) Mengetahui dan memahami motivasi belajar anak didik dikelas

c) Meningkatkan dan menyadarkan dosen untuk memilih satu diantara

bermacam-macam peran sperti sebagai penasehat, fasilitator, intrukstur,

teman diskusi atau pendidik.

d) Memberi peluang dosen untuk ” unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas

dosen adalah membuat semua anak didik belajar sampai berhasil.

Tantangan profesionalnya justru terletak pada mengubah anak didik tak

berminat menjadi semangat belajar. Mengubah anak didik cerdas yang

(32)

2.3 Hubungan evaluasi Pengajaran Dengan Motivasi Belajar

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu dari kegunaan

evaluasi yang dinyatakan oleh Asmawi Zainul dan Noehi Nasution (2001) adalah

memotivasi dan membimbing belajar anak. Jadi jelas bahwa evaluasi belajar

sangat erat hubungannya dengan motivasi belajar anak didik.

Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pengajaran akan dapat

memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki,

meningkatkan dan mempertahankan prestasinya. Evaluasi hasil belajar itu

misalnya akan menghasilkan nilai-nilai hasil belajar untuk masing-masing anak

didik. Ada anak didik yang nilainya jelek maka anak didik tersebut terdorong

untuk memperbaikinya, agar waktu yang akan datang nilainya dapat lebih baik.

Meningkatkan kualitas pendidikan dapat dicapai melalui perbaikan metode

pengajaran, melengkapi fasilitas pendidikan maupun menumbuhkan semangat

atau motivasi belajar yang tinggi pada diri anak didik. Telah diketahui bahwa

metode pengajaran yang tepat akan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi

belajar anak didik, juga dosen dapat melakukan evaluasi dengan baik tanpa

merugikan salah satu pihak sehingga dapat menumbuhkan kegairahan dalam

(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka konsep

Secara konsep yang menjadi variabel bebas (Variabel Independent) dalam

penelitian ini adalah Evaluasi belajar, sedangkan yang menjadi variabel

terikatnya (Variabel dependent) adalah Motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan

Pendidik FK USU yang dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Evaluasi belajar adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan

menggunakan informasi yang telah diperoleh melalui pengukuran hasil

belajar Evaluasi asuhan

kebidanan

Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Adanya harapan dan cita-cita masa depan

Adanya penghargaan dalam belajar

Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

(34)

Alat Ukur : Hasil evaluasi belajar asuhan kebidanan

Hasil ukur : Membedakan berdasarkan penggolongan

a) Baik apabila responden mampu mendapatkan nilai >2,50 – 4,00

b) Kurang baik apabila responden hanya mendapatkan nilai kurang

2,50

Skala pengukuran : Ordinal

3.2.2. Motivasi belajar adalah semangat, dorongan dari mahasiswa dalam

mengarahkan tingkah laku kegiatan-kegiatan belajar yang lebih

bermanfaat.

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil ukur : Membedakan berdasarkan kategori (Arikunto,2003)

a) Baik apabila responden menjawab 75 – 100 % dari keseluruhan

kuesioner atau mampu menjawab 45-60 pertanyaan dengan

jawaban benar

b) Sedang apabila responden menjawab 56-74% dari keseluruhan

kuesioner atau mampu menjawab 33-44 pertanyaan dengan

jawaban benar

c) Kurang baik apabila responden menjawab <56 % dari keseluruhan

kuesioner atau menjawab < 33 pertanyaan dengan jawaban benar

(35)

3.3 HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat hubungan antara Evaluasi belajar

Asuhan Kebidanan terhadap Motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriftif Analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, yaitu mencari hubungan antara evaluasi belajar mata kuliah asuhan

kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa yang dilakukan secara simultan

(bersamaan) dan dalam waktu yang ditentukan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, dalam penelitian ini yang

menjadi populasi adalah semua mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK

USU angkatan ke-7 tahun 2007 sejumlah 76 orang.

4.1.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, dalam

penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 76

orang.

4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di program D-IV Bidan Pendidik FK USU tahun

(37)

hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar pada program

D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran ini.

4.4 Pertimbangan Etik

Peneliti mendapat rekomendasi dari ketua program D-IV Bidan Pendidik

fakultas kedokteran Universitas Sumatera utara. Kuesioner yang digunakan oleh

peneliti diberikan oleh responden dengan menekankan pada masalah etika yang

meliputi lembar persetujuan penelitian. Tujuannya agar responden mengetahui

maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengolahan data.

Kerahasiaan nama responden sangat diperhatikan dengan tidak mencamtumkan

nama (anonymity) pada lembar kuesioner dan hanya peneliti yang mempunyai

akses langsung pada pengumpulan data.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pemelitian ini adalah Angket/kuesioner.

Pembuatan kuesioner ini mengacu pada indikator yang sudah dibuat oleh peneliti

terhadap penelitian yang dilakukan.

Dalam penyusunan instrumen terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang disusun

berdasarkan teori motivasi belajar sehingga berdasarkan tinjauan teoritis maka

(38)

Tabel 1

Kisi-kisi soal angket motivasi belajar

Variabel Indikator Nomor Item

Motivasi belajar 1. Adanya hasrat dan keinginan

Pengukurannya dilakukan dengan skala Guttman, skala ini merupakan skala

yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti

jawaban dari pertanyaan : ya dan tidak, positif dan negatif dan lain-lain. Skala

Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian :

Skor benar nilainya 1

Skor salah nilainya 0

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(39)

a.Uji Validitas

Alat ukur atau instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar

adalah alat ukur yang sudah melalui uji validitas dan reabilitias data. Uji

validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah

diuji dengan menggunkan uji t baru dilihat penafsiran dari indeks

korelasinya.

Rumus Pearson Product Moment

n((

XY)(

X).(

Y)

rhitung =

n.

X 2(

X)2



.n.

Y2 (

Y)2

Keterangan :

Rhitung : Koefesien korelasi

xi : Jumlah skor item

yi : Jumah skor total item n : Jumlah Responden

Rumus Uji t:

r (n2)

t hitung =

(1r2)

Keterangan :

t : nilai t hitung

r : Koefesien Korelasi hasil r hitung

(40)

Untuk tabel ta = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2), jika nilai t hitung > t

tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t tabel

tidak valid, dan setelah diadakan uji validitas didapatkan 35 butir soal

invalid dinyatakan dari r hitung < r tabel

b.Uji Reabilitas

Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah

alat ukur dapat digunakan atau tidak. Dalam mengukur reliabilitas dapat

digunakan beberapa rumus. Dalam penelitian ini peneliti manggunakan

rumus Spearman Brown yaitu :

Keterangan :

r11 : Koefisien reabilitas internal seluruh item

rb : Korelasi product moment antara belahan

Dalam penggunaan metode ini sebaiknya banyak pertanyaan genap

sehingga memudahkan dibelah.

Setelah dilakukan uji reabilitas instrument didapatkan bahwa nilai dari

Alpha Cronbrach adalah 0,665 yang menunjukkan bahwa instrument yang

digunakan mempunyai derajat keeratan hubungan yang rendah dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. 2.rb

r11 =

(41)

4.7 Metode Pengumpulan data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan

data primer, untuk evaluasi belajar diperoleh dari data sekunder sedangkan

motivasi belajar diperoleh dari data primer yang terlebih dahulu mendapat izin

penelitian dari ibu ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara tahun Ajaran 2007-2008.

4.8 Analisa Data

Teknik analisa data adalah cara untuk memudahkan atau menyederhanakan

data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti, data yang

(42)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Penelitian ini dilakukan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tanggal 18-19 April tahun 2008

terhadap 76 orang responden, terlebih dahulu mendapat izin penelitian dari ketua

program. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri, kuesioner diberikan kepada

responden setelah selesai perkuliahan sehingga tidak mengganggu jam

perkuliahan. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini hanya

menggunakan chi-square dengan sistem komputerisasi. Hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

5.1.1. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar

Tabel 5.1

Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara April 2008

Evaluasi Asuhan

kebidanan

Motivasi Belajar Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 49 3 2 15.28 0.000 2

Kurang 14 0 8

Jumlah 63 3 10

(43)

tersebut ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung > X2 tabel

yaitu 15.28 > 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2. nilai p-value pada hasil uji statistik adalah p < 0.05 juga menunjukkan hubungan yang

signifikan.

5.1.2. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil mahasiswa

Tabel 5.2

Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun 2008

Evaluasi Asuhan

kebidanan

Adanya hasrat dan

keinginan berhasil

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 16 11 27 7.18 0.028 2

Kurang 12 0 10

Jumlah 28 11 37

Pada tabel 5.2 diketahui adanya hubungan antara eavaluasi terhadap

indikator motivasi adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya hubungan

tersebut ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung > X2 tabel

(44)

5.1.3. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar mahasiswa

Tabel 5.3.

Hubungan evaluasi kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU

Tahun 2008

Evaluasi Asuhan

kebidanan

Adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 37 1 16 2.89 0.23 2

Kurang 16 2 4

Jumlah 53 3 20

Pada tabel 5.3 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap

indikator motivasi adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Ketidak adanya

hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2

tabel yaitu 2.89 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2. nilai

(45)

5.1.4. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita masa depan mahasiswa

Tabel 5.4.

Hubungan evaluasi kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita masa depan Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun 2008

Evaluasi Asuhan

kebidanan

Adanya harapan dan

cita-cita masa depan

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 23 8 23 3.64 0.16 2

Kurang 11 0 11

Jumlah 34 8 34

Pada tabel 5.4 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap

indikator motivasi adanya harapan dan cita-cita masa depan. Ketidak adanya

hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2

tabel yaitu 3.64 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai

(46)

5.1.5. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam belajar mahasiswa

Tabel 5.5.

Hubungan asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun 2008

Evaluasi Asuhan

kebidanan

Adanya penghargaan

dalam belajar

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 22 10 22 5.21 0.074 2

Kurang 13 0 9

Jumlah 35 10 31

Pada tabel 5.5 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap

indikator motivasi adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Ketidak adanya

hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2

tabel yaitu 2.89 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai

(47)

5.1.6. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya kegiatan yang menarik dalam belajar mahasiswa

Tabel 5.6.

Hubungan asuhan kebidanan terhadap adanya kegiatan yang menarik dalam belajar Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU

Tahun 2008

Evaluasi Asuhan

kebidanan

Adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 25 10 19 4.99 0.08 2

Kurang 14 0 8

Jumlah 39 10 27

Pada tabel 5.6 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi terhadap

indikator motivasi adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Ketidak adanya

hubungan ini ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung < X2

tabel yaitu 4.99 < 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai

(48)

5.1.7. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar yang kondusif mahasiswa

Tabel 5.7.

Hubungan asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar yang kondusif Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik FK USU

Tahun 2008

Evaluasi Asuhan

kebidanan

Adanya lingkungan

belajar yang kondusif

Uji Statistik df

Baik Kurang Sedang X2 P

Baik 15 13 26 7.56 0.023 2

Kurang 11 0 11

Jumlah 26 13 37

Pada tabel 5.7 diketahui adanya hubungan antara evaluasi terhadap

indikator motivasi adanya lingkungan belajar yang kondusif. Adanya hubungan

tersebut ditunjukkan dari hasil analisis chi-square dimana nilai X2 hitung > X2 tabel

yaitu 7.56 > 5.59 pada tingkat kepercayaan 95%, = 0.05, df = 2 nilai p-value

pada hasil uji statistik adalah p < 0.05.

(49)

5.2 Pembahasan

5.2.1. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.1 tentang hubungan

evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa terdapat nilai

asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya motivasi belajar

mahasiswa sebanyak 49 orang (64,47%), mempengaruhi kurangnya motivasi

belajar sebanyak 3 orang (3,94%), mempengaruhi sedangnya motivasi belajar

sebanyak 2 orang (2.63%), sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori

kurang baik mempengaruhi baiknya motivasi belajar sebanyak 14 orang (18.42%)

dan mempengaruhi sedangnya motivasi belajar sebanyak 8 orang (10.52%). Hal

ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara evaluasi asuhan

kebidanan terhadap motivasi belajar mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Kedokteran Tahun 2008, melalui uji hipotesis dihasilkan bahwa Ha dari penelitian

ini yaitu ada hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar

mahasiswa D-IV Bidan Pendidik diterima dan Ho yang menyatakan tidak ada

hubungan antara keduanya ditolak.

Menurut Sri Esti (2002) salah satu tujuan evaluasi adalah untuk memotivasi

anak didik agar anak didik berusaha melakukan yang terbaik. Pendapat ini juga

sejalan dengan pendapat dari Zainul dan Nasution (2001) yang menyatakan bahwa

hasil evaluasi seharusnya dapat memotivasi belajar anak didik, dan juga dapat

menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi anak didik yang

memperoleh skor yang rendah seharusnya menjadi cambuk untuk lebih berhasil

(50)

terletak kelemahannya. Bagi anak didik yang mendapat skor yang tinggi tentu saja

hasil itu dapat menjadi motivasi mempertahankan dan meningkatkan hasilnya.

Pendapat kedua tokoh diatas sesuai dengan hasil yang didapatkan dalam

penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan antara evaluasi terhadap

motivasi belajar yang berarti evaluasi dapat mempengaruhi motivasi belajar anak

didik

5.2.2. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan

berhasil mahasiswa

Dari hasil penelitian yag terdapat dalam tabel 5.2 tentang hubungan evaluasi

asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan keinginan berhasil mahasiswa

terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya

adanya hasrat dan keinginan berhasil sebanyak 16 orang (21.05%), mempengaruhi

kurang baiknya adanya hasrat dan keinginan berhasil sebanyak 11 orang

(14.47%), dan mempengaruhi sedangnya adanya hasrat dan keinginan berhasil

sebanyak 27 orang (35.52%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori

kurang baik mempengaruhi baiknya adanya hasrat dan keinginan berhasil

sebanyak 12 orang (15.78%), mempengaruhi sedangnya adanya hasrat dan

keinginan berhasil sebanyak 10 orang (13.15%). Dari hasil analisis didapatkan

bahwa ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat

dan keinginan berhasil mahasiswa

(51)

metode discovery melalui autonomy of self reward. Siswa memberi stimulus

terhadap dirinya sendiri, sehingga dia sendiri yang melakukan fungsi

penggerakkan tersebut. Ini sejalan dengan hasil penelitian pada indikator motivasi

pertama yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil. Pada indikator ini dijelaskan

bahwa hasrat dan keinginan untuk berhasil disebut motif berprestasi yang

merupakan unsur kepribadian dan prilaku manusia, sesuatu yang berasal dari

dalam diri manusia yang bersangkutan. Dalam penelitian ini juga didapatkan

bahwa motif adalah indikator yang sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar

anak didik. Metode Discovery yang dikatakan Bruner termasuk kegiatan yang

menarik dalam belajar, hal ini bersesuaian dengan hasil penelitian pada indikator

kelima, sedangkan Self Reward dalam hal ini bersesuaian pada indikator keempat

dalam penelitian ini yaitu pemberian penghargaan dalam belajar.

Sedangkan Robert White dalam Hamalik (2007) mengemukakan hal yang

sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa yang menentukan kebutuhan intrinsik

siswa dalam hubungan dengan lingkungannya adalah motivasi kompetensi yang

menggerakkan tindakan-tindakan seperti menyelidiki, memperhatikan, berbicara,

berpikir dan lain-lain. Maka hal ini sesuai dengan indikator motivasi pertama

yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil. Dalam hal ini jelaslah bahwa motivasi

kompetensi yang menggerakkan tindakan-tindakan seperti memperhatikan dan

lain-lain yang dikatakan White tadi terdorong oleh karena adanya hasrat dan

keinginan berhasil yang datang dari dalam diri orang tersebut, bukan karena

(52)

5.2.3 Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.3 tentang hubungan

evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam

belajar mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik

mempengaruhi baiknya adanya dorongan dan kebutuhan belajar sebanyak 37

orang (48.68%), mempengaruhi kurang baiknya adanya dorongan dan kebutuhan

dalam belajar sebanyak 1 orang (1.31%), dan mempengaruhi sedangnya adanya

dorongan dan kebutuhan dalam belajar sebanyak 16 orang (21.05%). Sedangkan

nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya

adanya dorongan dan kebutuhan belajar sebanyak 16 orang (21.05%),

mempengaruhi kurang baiknya adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

sebanyak 2 orang (2.63%) dan mempengaruhi sedangnya adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar sebanyak 4 orang (5.26%). Dari hasil analisis

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan

terhadap adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar mahasiswa

Sri Esti (2006) mengemukakan hal yang sesuai dengan penelitian ini. Ia

berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat motivator yang kuat yaitu

kebutuhan untuk menyatakan dirinya adalah seseorang yang baik (positif). Maka

hal ini akan mendorong untuk melakukan hal-hal yang positif dalam belajar

(53)

mempersiapkan diri sebelum ujian. Jelaslah bahwa pendapat ini sesuai dengan

indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Kemudian pendapat Sri

Esti ini juga sejalan dengan indikator pertama yaitu adanya hasrat dan keinginan

berhasil dalam penelitian ini karena kebutuhan aktualisasi diri yang positif juga

akan mendorong seseorang akan memperhatikan setiap pelajaran yang diberikan

oleh guru dan berbagai perbuatan positif lainnya yang terdorong karena adanya

hasrat dan keinginan berhasil dari dalam diri orang tersebut.

5.2.4. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita

masa depan mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 tentang hubungan

evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya harapan dan cita-cita masa depan

mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi

baiknya adanya harapan dan cita-cita masa depan sebanyak 23 orang (30.26%),

mempengaruhi kurang baiknya adanya harapan dan cita-cita masa depan sebanyak

8 orang (10.52%), dan mempengaruhi sedangnya adanya harapan dan cita-cita

masa depan sebanyak 23 orang (30.26%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan

dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya adanya harapan dan cita-cita

masa depan sebanyak 11 orang (14.47%), dan mempengaruhi sedangnya adanya

harapan dan cita-cita masa depan sebanyak 11 orang (14.47%). Dan hasil analisis

menunjukkan tidak ada hubungan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap

(54)

Sedangkan Vroom (1976) juga mengemukakan teorinya yang sejalan

dengan penelitian ini pada indikator adanya harapan dan cita-cita, ia mengatakan

bahwa dalam melakukan sesuatu selain harus mempertimbangkan hasil yang

dicapai, seseorang juga harus mempertimbangkan keyakinan orang tersebut

bahwa yang dikerjakan memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang

diharapkannya. Karena adanya harapan akan memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap terlaksananya program yang sedang dijalankan. Maka penelitian

Vroom mendukung hasil penelitian ini yang juga mengatakan bahwa harapan dan

cita-cita dapat memotivasi anak didik dalam belajar tetapi dalam penelitian ini

indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan kurang berpengaruh terhadap

motivasi belajar.

5.2.5 Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam

belajar mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.5 tentang hubungan evaluasi

asuhan kebidanan terhadap adanya penghargaan dalam belajar mahasiswa

terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya

adanya penghargaan dalam belajar sebanyak 22 orang (28.98%), mempengaruhi

kurang baiknya adanya penghargaan dalam belajar sebanyak 10 orang (13.15%),

dan mempengaruhi sedangnya adanya penghargaan dalam belajar sebanyak 22

orang (28.98%). Sedangkan nilai asuhan kebidanan dengan kategori kurang baik

(55)

sebanyak 9 orang (11.84%). Dan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap indikator

motivasi adanya penghargaan dalam belajar.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Sri Esti (2006) yang

mengemukakan bahwa motivasi secara sederhana merupakan hasil dari

reinforcement (penguatan). Siswa yang telah diberi penguatan untuk belajar

(contoh dengan memberi nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua dan guru)

akan termotivasi untuk belajar. Sejalan dengan pendapat Esti penelitian ini juga

mengemukakan bahwa salah satu indikator dari motivasi adalah adanya

penghargaan dalam belajar (indikator keempat) dapat berupa pemberian nilai dan

pujian dari guru.

Sementara Page (1998) juga mengemukakan hal yang nyaris sama dengan

Esti, dalam penelitiannya didapatkan bahwa anak didik yang diberi nilai dan juga

mendapat komentar dari guru tentang jawaban yang salah mempunyai prestasi

yang lebih baik daripada anak didik yang hanya diberi nilai dengan angka atau

huruf saja. Seperti diatas hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian ini pada

indikator yang sama yaitu tentang adanya penghargaan dalam belajar akan dapat

menumbuhkan motivasi belajar anak didik. Tetapi dalam penelitian ini indikator

adanya penghargaan dalam belajar kurang memberikan pengaruh terhadap

(56)

5.2.6. Hubungan evaluasi asuhan ebidanan terhadap adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.6 tentang hubungan evaluasi

asuhan kebidanan terhadap adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

mahasiswa terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi

baiknya adanya kegiatan yang menarik dalam belajar sebanyak 25 orang

(32.89%), mempengaruhi kurang baiknya adanya kegiatan yang menarik dalam

belajar sebanyak 10 orang (13.15%), dan mempengaruhi sedangnya adanya

kegiatan menarik dalam belajar sebanyak 19 orang (25%). Sedangkan nilai asuhan

kebidanan dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya adanya kegiatan

yang menarik dalam belajar sebanyak 14 orang (14.42%), dan mempengaruhi

sedangnya adanya kegiatan yang menarik dalam belajar sebanyak 8 orang

(10.52%). Dan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara evaluasi asuhan kebidanan terhadap indikator motivasi adanya

kegiatan yang menarik dalam belajar mahasiswa.

Menurut Bert Kersh dalam Hamalik (2007), bahwa kelompok belajar yang

terpimpin dan terprogram dengan baik (sesuai metode Sokrates yang menuntut

anak didik membuat inferensi dan mengingat-ingat aturan tanpa bantuan). Dengan

adanya kelompok belajar tokoh ini mengungkapkan teori yang sejalan dengan

indikator motivasi kelima yaitu adanya kegiatan belajar yang menarik dapat

menimbulkan motivasi belajar. Cara belajar ini ternyata lebih menggugah

(57)

kegiatan belajar lainnya yang menarik dapat berupa diskusi, pengabdian

masyarakat dan lain sebagainya. Sedangkan suatu program yang terpimpin dengan

baik seperti yang yang dinyatakan oleh Bert sejalan dengan hasil penelitian ini

pada indikator keenam yaitu adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Torrance dalam Hamalik (2007) telah mengadakan penelitian tentang

prosedur brainstorming. Prosedur ini dimaksudkan agar anak didik mampu

memproduksi sebanyak mungkin prakarsa (gagasan) yang berbobot melalui

diskusi yang kritis. Menjadi jelaslah bahwa hal tersebut sejalan dengan hasil

penelitian ini bahwa brainstorming merupakan salah satu contoh kegiatan belajar

yang menarik disamping simulasi dan permainan, dan diharapkan dengan

brainstorming, simulasi dan permainan anak didik mampu lebih termotivasi untuk

belajar.

5.2.7. Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar

yang kondusif mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7 tentang hubungan evaluasi

asuhan kebidanan terhadap adanya lingkungan belajar yang kondusif mahasiswa

terdapat nilai asuhan kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi baiknya

adanya lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 15 orang (19.73%),

mempengaruhi kurang baiknya adanya lingkungan belajar yang kondusif

sebanyak 13 orang (17.10%), dan mempengaruhi sedangnya adanya lingkungan

belajar yang kondusif sebanyak 26 orang (34.21%). Sedangkan nilai asuhan

(58)

lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 11 orang (14.47%), dan

mempengaruhi sedangnya adanya lingkungan belajar yang kondusif sebanyak 11

orang (14.47%). Dan hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara

evaluasi asuhan kebidanan terhadap indikator motivasi adanya lingkungan belajar

yang kondusif.

Menurut Flanders dalam Hamalik (2007) bahwa situasi kelas akan

mempengaruhi dan menimbulkan berbagai tingkat kecemasan terhadap anak

didik. Hasil penelitiannya dalam suasana yang berpusat pada guru, anak didik

lebih bersikap agresif dan umumnya lebih terganggu emosionalnya. Oleh karena

itu seorang pendidik harus tampil maksimal didepan pada anak didik, baik secara

fisik maupun intelektual termasuk kelangkapannya dalam proses belajar mengajar

meliputi GBPP dan SAP yang selalu tersedia untuk anak didik, dan hal ini pulalah

yang peneliti maksud dengan salah satu bentuk dari lingkungan belajar yang

kondusif. Maka penelitian Flanders sesuai dengan indikator motivasi adanya

lingkungan belajar yang kondusif dalam penelitian ini. Sedangkan tingkat

kecemasan yang ditimbulkan oleh suasana kelas yang dimaksudkan oleh Flanders

sejalan dengan hasil penelitian ini pada indikator pertama yaitu adanya hasrat dan

keinginan berhasil lah yang mendorong anak didik mempunyai tingkat kecemasan

yang tinggi seperti cemas akan kegagalan dalam menjalani tes dan lain

sebagainya.

Sedangkan berdasarkan penelitian Howard Kigth dan Julius Sasserath

(59)

cepat menyelesaikan programnya, sedikit terjadi kekeliruan, dan dapat mengingat

pelajaran dengan baik, jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki motif

berprestasi rendah dan kurang memiliki kecemasan dalam mengikuti tes. Hal ini

juga sesuai dengan indikator motivasi pertama dalam penelitian ini yaitu adanya

hasrat dan keinginan berhasil yang sering disebut-sebut sebagai motif. Seseorang

yang bermotif tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara

tuntas tanpa menunda-nunda pekerjaanya, maka seperti yang dikatakan oleh

Howard dan Julius orang tersebut akan dengan cepat dapat menyelesaikan

programnya. Disamping itu terselesainya dengan cepat suatu program juga

didukung oleh pengajaran yang terstruktur dan terprogram seperti yang dikatakan

oleh Howart dan Julius diatas berarti hal ini juga berkesesuaian dengan hasil

penelitian ini pada indikator yang keenam yaitu adanya lingkungan belajar yang

kondusif.

Berbeda dengan tokoh sebelumnya, Bandura Walter (1963) mengemukakan

tentang teknik disipliner yang menitik beratkan pada hukuman sering

menghindarkan individu dari tindakan hukuman, karena dia berusaha tidak

melakukan pelanggaran. Dengan adanya upaya untuk menghindari hukuman

tersebut terdapat suatu pengaturan tingkah laku anak didik (seperti motivasi) yang

cenderung selalu mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan, dengan

mematuhi semua peraturan yang ada akan memudahkan untuk belajar dengan

baik. Maka teori Bandura sesuai dengan hasil penelitian ini pada indikator yang

Gambar

tabel berikut:
Tabel 1 Kisi-kisi soal angket motivasi belajar
Tabel 5.1 Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap motivasi belajar
Tabel 5.2 Hubungan evaluasi asuhan kebidanan terhadap adanya hasrat dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit dan karbon aktif, masing- masing berpengaruh nyata terhadap viskositas, kadar air, kandungan getah, FFA dan warna.. Interaksi jenis

Penulis skripsi yang berjudul Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Cabai Rawit Hijau (Capsicum Frutescens L.) Dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2- Pikrilhidrazil)

Batu bata ringan digunakan pada bangunan yang memiliki luas tidak besar dan ketinggian 3 meter, yakni unit hunian, dapur, ruang makan, ruang pemeliharaan

Pardede, Pulo, dkk, 2002, Menjadi Wasit dan Hakim yang Baik, Jakarta: PB Pertina.. Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi : (Buku

TENAGA KERJA ASING DI INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA.

Data berskala ordinal adalah data yang dipeoleh dengan cara kategorisasi atau klasifikasi, tetapi di antara data tersebut terdapat hubungan. CIRI : posisi data

m elakukan pencatatan barang m ilik daerah berupa tanah dan/ atau bangunan yang telah diserahkan dari Pengguna Barang yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP