• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani usaha tanaman hias dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis 1, terdapat hubungan modal dengan pendapatan usaha dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, metode penelitian ini untuk menjawab beberapa tujuan penelitian berdasarkan informasi dan untuk mengukur keeratan hubungan pendapatan usaha dengan modal menggunakan analisis statistik korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain (Suliyanto, 2011).

Dasar pemikiran analisis korelasi adalah perubahan antar variabel.

Artinya, jika perubahan suatu variabel diikuti oleh perubahan variabel yang lain maka kedua variabel tersebut saling berkorelasi.

Untuk mencari koefisien korelasi digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut :

π’“π’™π’š = 𝐧 βˆ‘ 𝑿𝒀 βˆ’ (βˆ‘ 𝑿)( βˆ‘ 𝒀)

√{𝒏 βˆ‘ π‘ΏπŸβˆ’ (βˆ‘ 𝑿)𝟐} √{𝒏 βˆ‘ π’€πŸβˆ’ (βˆ‘ 𝒀)𝟐}

Keterangan :

π‘Ÿπ‘₯𝑦 = Koefisien Korelasi n = Jumlah pengamatan X = Modal

Y = Variabel pendapatan usaha

π‘Ÿπ‘₯𝑦 merupakan koefisien korelasi yang nilainya akan senantiasa berkisar antara 1 sampai dengan 1. Bila koefisien korelasi semakin mendekati angka 1 berarti korelasi tersebut semakin kuat, tetapi jika koefisien korelasi tersebut mendekati angka 0 berarti korelasi tersebut semakin lemah.

Oleh karena itu, untuk mempermudah pemberian kategori koefisien korelasi maka dibuat kriteria pengukuran berikut :

Tabel 3.2 : Kriteria Koefisien Korelasi

Nilai r Kriteria

0,00 s.d 0,29 0,30 s.d 0,49 0,50 s.d 0,69 0,70 s.d 0,79 0,80 s.d 1.00

Korelasi sangat lemah Korelasi lemah Korelasi cukup Korelasi kuat Korelasi sangat kuat Sumber : Suliyanto.2011

Untuk membuktikan hipotesis 2, terdapat hubungan jumlah jenis barang dagangan dengan pendapatan usaha dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, metode penelitian ini untuk menjawab beberapa tujuan penelitian berdasarkan informasi dan untuk mengukur keeratan hubungan pendapatan usaha dengan jumlah jenis barang dagangan menggunakan analisis statistik korelasi.

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain (Suliyanto, 2011).

26

Dasar pemikiran analisis korelasi adalah perubahan antar variabel.

Artinya, jika perubahan suatu variabel diikuti oleh perubahan variabel yang lain maka kedua variabel tersebut saling berkorelasi.

Untuk mencari koefisien korelasi digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut :

π’“π’™π’š = 𝐧 βˆ‘ 𝑿𝒀 βˆ’ (βˆ‘ 𝑿)( βˆ‘ 𝒀)

√{𝒏 βˆ‘ π‘ΏπŸβˆ’ (βˆ‘ 𝑿)𝟐} √{𝒏 βˆ‘ π’€πŸβˆ’ (βˆ‘ 𝒀)𝟐} Keterangan :

π‘Ÿπ‘₯𝑦 = Koefisien Korelasi n = Jumlah pengamatan

X = jumlah jenis barang dagangan Y = Variabel pendapatan usaha

π‘Ÿπ‘₯𝑦 merupakan koefisien korelasi yang nilainya akan senantiasa berkisar antara 1 sampai dengan 1. Bila koefisien korelasi semakin mendekati angka 1 berarti korelasi tersebut semakin kuat, tetapi jika koefisien korelasi tersebut mendekati angka 0 berarti korelasi tersebut semakin lemah.

Oleh karena itu, untuk mempermudah pemberian kategori koefisien korelasi maka dibuat kriteria pengukuran berikut :

Tabel 3.2 : Kriteria Koefisien Korelasi

Nilai r Kriteria

Korelasi sangat lemah Korelasi lemah Korelasi cukup Korelasi kuat Korelasi sangat kuat Sumber : Suliyanto.2011

Untuk membuktikan hipotesis 3, terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi (Umur, Pendidikan, Lamanya berusaha, Jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi) dengan pendapatan usaha dianalisis menggunakan analisis data dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple linear regression method) dengan pengolahan data melalui SPSS 17.

1. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda ialah suatu alat analisis dalam ilmu statistik yang berguna untuk mengukur pengaruh matematis antara lebih dari 2 peubah. Model regresi linier berganda yang memiliki variabel penduga lebih dari satu yaitu Xi sampai Xn. Dalam penelitian ini digunakan model estimasi regresi linier berganda sebagai berikut.

Y= Ξ±0+ Ξ±1X1+ Ξ±2X2+ Ξ±3X3+ Ξ±4X4+ Ξ±5X5 + Ξ±6X6 +e Dimana: Y = Pendapatan (Rp)

Ξ± 0 = Konstanta /koefisien intersep Ξ±1... Ξ±6= Koefisien regresi

X1 = Umur (tahun) X2 = Pendidikan (tahun)

X3 = Lamanya berusaha (tahun)

X4 = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)

X5 = Total luas lahan usahatani yang dimiliki (ha) X6 = Biaya Produksi

28

Adapun kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

a. H0 diterima apabila signifikan β‰₯ 0.05 b. H1 diterima apabila signifikan ≀ 0.05.

2. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) Koefisien Determinasi (π‘πŸ)

Koefisien determinasi (R2) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel bebas cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel terikat. Dengan kata lain variasi yang terjadi pada variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat sebesar (R2).

Uji Serempak (Uji F-Statistik)

Uji F yang dilihat dari signifikan keseluruhan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat, pengujian arti keseluruhan regresi sampel (over all text) yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara serempak

Uji Parsial (Uji t-statistik)

Dimana uji ini adalah uji t untuk melihat signifikan dari masing-masing variabel bebas, uji t atau t-test (partial test) yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mngetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara parsial (Gujarati,2003).

3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsi bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Uji Multikolinearitas

Salah satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antara variabel bebas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal sebagai berikut:

a. Nilai toleransi lebih kecil dari 0.1 b. Nilai VIF lebih besar dari 10 c. R2 = 1

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastistis ini bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

30

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman arti dan makna dalam penelitian ini, berikut beberapa pengertian:

3.5.1 Definisi

1. Usaha tanaman hias adalah sistem budidaya yang mengusahakan tanaman hias mulai dari budidaya sampai panen atau penjualan dengan berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya seoptimal mungkin.

2. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha.

3. Modal usaha pedagang tanaman hias yaitu modal yang ada segala nilai barang-barang yang diusahakan seperti tanaman, pupuk, tanah, pot dan polly bag oleh pedagang di daerah penelitian.

4. Jenis barang dagangan (produk) adalah jenis barang yang dijual di tempat pedagang tanaman hias antara lain tanaman hias, pot, pupuk, kompos, dan obat hama.

5. Umur/usia adalah umur responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Umur diukur dalam satuan tahun.

6. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

7. Lama berusahatani adalah lamanya responden melakukan usaha tanaaman hias sampai penelitian ini dilakukan yang diukur dalam satuan tahun.

8. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari istri, dan anak, serta orang lain yang turut serta dalam keluarga

berada atau hidup dalam satu rumah dan makan bersama yang menjadi tanggungan kepala keluarga.

9. Luas lahan adalah luas areal usaha pedagang tanaman hias. Satuan dalam variabel ini adalah hektar.

10. Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk atau barang.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kota Medan.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang tanaman hias.

3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember-Maret tahun 2018.

32 BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PEDAGANG TANAMAN HIAS

4.1 Keadaan Geografi 1. Batas

Kota Medan terletak antara 3ΒΊ.27’ - 3ΒΊ.47’ Lintang Utara dan 98ΒΊ.35’ - 98ΒΊ.44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur.

2. Geologi

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 kmΒ². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

3. Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun BMKG Wilayah I pada tahun 2015 yaitu 21,2 0C dan suhu maksimum yaitu 35,10C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,80C dan suhu maksimum yaitu 34,30C. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 81-82%, dan kecepatan angin rata-rata-rata-rata sebesar 2,3m/sec, sedangkan rata-rata-rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 108,2 mm. Hari hujan di Kota Medan pada

tahun 2015 per bulan 14 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 141 mm.

4.2 Keadaan Penduduk

Kota Medan dipimpin oleh seorang Walikota yang pada saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2.001 lingkungan dengan luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan jumlah sekolah di Kota Medan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Menurut Kecamatan, 2016

Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2017

34

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Kota Medan memiliki luas wilayah sebesar 265,1 km2 dimana jumlah penduduknya sebesar 2.229.408 jiwa dengan kepadatan penduduk 8.409 per km2 serta terdapat 851 sekolah. Dari 21 kecamatan di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli merupakan kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak yaitu sebesar 184.762 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Medan Baru yaitu sebesar 40.560 jiwa. Selain itu, terdapat Kecamatan Medan Area yang merupakan kecamatan paling padat penduduknya dengan kepadatan 17.939 jiwa km2 dan Kecamatan Medan Labuhan merupakan kecamatan yang paling luas wilayahnya yaitu sebesar 36,67 km2 dengan kepadatan penduduk terkecil sebesar 3.233 jiwa per km2.

Berikut ini jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yaitu:

Tabel 4.2. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan, 2016

Golongan Umur Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)

0-4 101.527 97.708 199.235

1.101.020 1.128.388 2.229.408 Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2017

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kota Medan mencapai 2.229.408 jiwa yang terdiri dari 1.128.388 jiwa perempuan (50.7%) dan 1.101.020 jiwa laki-laki (49.3 %). Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar daripada penduduk laki-laki. Selain itu, jumlah usia non produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja tahun 2016 yaitu sebesar 582.041 jiwa (26%). Jumlah usia produktif (15–54 tahun) sebesar 1.403.825 jiwa (63%) sedangkan usia manula (>55 tahun) yaitu 243.542 jiwa (11%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kota Medan cukup besar yaitu 63%.

4.3 Keadaan Usaha dan Pengeluaran

Kota Medan merupakan salah satu kota yang berkembang dengan pesat.

Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah perusahaan di Kota Medan sebesar 156 perusahaan/usaha dengan persentase 47.5%.

Tabel 4.3. Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang di Kota Medan 2015-2016

Klassifikasi Perusahaan Tenaga Kerja

Makanan, Minuman dan Tembakau 103 15.008

Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit 26 2.894

Kayu dan Barang dari Kayu 10 2.834

Kertas, Barang dari Kertas Percetakan 24 2.901 Kimia, Barang dari Bahan Kimia,Karet dan

Plastik

68 13.161

Barang Galian Bukan Logam 8 1.526

Logam Dasar 14 2.171

Barang dari logam, Mesin& Peralatannya 26 1.775

Lain-lain Others 48 3.893

2016 328 46.163

2015 172 38.280

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2017

36

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sektor usaha di Kota Medan tahun 2016 sebesar 328 perusahaan/usaha dimana sekitar 31.40% didominasi oleh sektor makanan, minuman dan tembakau dengan jumlah 103 perusahaan/usaha dan menggunakan tenaga kerja sebesar 15.008 jiwa dengan persentase 32.51% dari seluruh tenaga kerja tahun 2016 yang berjumlah 46.163 jiwa. Peningkatan terjadi dalam sektor usaha dan tenaga kerja dibanding pada tahun sebelumnya yaitu Tahun 2015 dimana jumlah perusahaan/usaha sebesar 172 dan menggunakan tenaga kerja sebesar 38.280 jiwa.

4.4 Karakteristik Responden

Jumlah pedagang tanaman hias yang ada di Kota Medan berjumlah 47 orang.

Karakteristik responden di Kota Medan berdasarkan umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lama usah, luas lahan dan modal.

4.4.1 Umur

Umur adalah usia pedagang tanaman hias yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat dilakukan penelitian (tahun). Umur pedagang tanaman hias di Kota Medan berkisar antara umur 24 tahun sampai dengan 73 tahun.

Jumlah pedagang tanaman hias yang menjadi sampel di daerah penelitian berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Umur Responden

No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 20 – 30 1 2

2. 31 – 40 7 15

3. 41 – 50 20 42

4. 51 – 60 13 28

5. β‰₯61 6 13

Jumlah 47 100

Sumber: Lampiran 1

Dapat dilihat jumlah terbesar umur responden berada pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 20 orang atau 42%, kelompok umur 51-60 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau 28%, kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 7 orang atau 15%, kelompok umur lebih dari 61 tahun yaitu sebanyak 6 orang atau 13%, sedangkan jumlah terkecil umur responden berada pada umur 20-30 tahun yaitu hanya 1 orang atau 2% saja.

4.4.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang ditempuh oleh pedagamg tanaman hias (tahun). Pendidikan yang ditempuh pedagang tanaman hias di Kota Medan berkisar 9-16 tahun. Jumlah pedagang tanaman hias yang menjadi sampel di daerah penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Tingkat Pendidikan Responden No. Tingkat Pendidikan

(Tahun)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. SD 0 0

2. SMP 9 19

3. SMA 32 68

4. S1 6 13

Jumlah 47 100

Sumber: Lampiran 1

Dapat dilihat, dari ke-47 responden pedagang tanaman hias di Kota Medan tingkat pendidikan terbesar adalah tamatan SMA yaitu 32 orang atau 68%, tamatan SMP yaitu 9 orang atau 19% , sedangkan tamatan S1 yaitu 6 orang atau 13%.

4.4.3 Lamanya Berusaha

Lamanya berusaha adalah lamanya telah membuka usaha tanaman hias (tahun), lamanya berusaha tanaman hias di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6.

38

Tabel 4.6. Lamanya Berusaha Responden No Lamanya Berusaha

(Tahun)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 1 – 10 8 17 31-40 tahun berjumlah 3 orang atau 6%.

4.4.4 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan pedagang tanaman hias dihitung dari jumlah anak dan anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan keluarga (orang). Jumlah tanggungan keluarga pedagang tanaman hias berkisar antara 0-4 orang. Jumlah pedagang tanaman hias yang menjadi sampel di daerah penelitian berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Jumlah Tanggungan Responden No Jumlah Tanggungan

(Orang)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 0 11 23

Dari Tabel 4.7, dapat dijelaskan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbanyak adalah berjumlah 2 orang tanggungan yaitu sebanyak 14 responden atau 30%, sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang sedikit adalah berjumlah 4 orang tanggungan yaitu sebanyak 4 responden atau 9%.

4.4.5 Luas Lahan

Luas lahan adalah luasnya lahan untuk melakukan usaha tanaman hias yang digunakan oleh pedagang. Besarnya luasan lahan yang digunakan pedagang di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Luas Lahan Responden

No Luas Lahan (m2) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 80 – 500 29 62

2. 600 – 1.000 15 32

3. 1.100 – 1.500 2 4

4. β‰₯1.500 1 2

Jumlah 47 100

Sumber: Lampiran 1

Dari Tabel 4.8, dapat dijelaskan bahwa luas lahan terbanyak yang dimiliki responden yaitu 80 – 500 m2 sebanyak 29 responden atau 62%, sedangkan luas lahan yang paling sedikit dimiliki responden yaitu β‰₯ 1.500 m2 ada 1 responden atau 2%.

4.4.6 Modal

Modal usaha pedagang tanaman hias yaitu modal yang ada segala nilai barang-barang yang diusahakan seperti tanaman, pupuk, tanah, pot dan polly bag oleh pedagang di daerah penelitian. Jumlah pedagang tanaman hias yang menjadi sampel berdasarkan modal dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Modal Responden

No Modal (Rp) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 10 – 17 Juta 6 13

2. 18 – 32 Juta 20 43

3. 33 – 47 Juta 17 36

4. 48 – 62 Juta 3 6

5. β‰₯ 63 Juta 1 2

Jumlah 47 100

Sumber: Lampiran 2

40

Tabel 4.9 menjelaskan bahwa Modal responden melakukan usaha terbesar yaitu Rp 18 – 32 Juta berjumlah 20 orang atau 43% sedangkan yang terendah yaitu Rp β‰₯ 63 Juta berjumlah 1 orang atau 2%.

4.4.7 Pendapatan Usaha Tanaman Hias

Pendapatan usaha tanaman hias yaitu penghasilan yang didapatkan oleh pedagang tanaman hias dari selisih antara penerimaan dengan biaya usaha yang dikeluarkan selama sebulan.

Tabel 4.10. Pendapatan Rata-Rata Usaha Tanaman Hias per Pedagang per Bulan di Daerah Penelitian

Nilai (Rp)

No Uraian Total

1. Biaya Usaha 46.735.200

a. Tenaga Kerja b. Biaya Lain-lain

31.400.000 15.335.200

2. Penerimaan 234.328.000

3. Pendapatan 187.592.800

Sumber: Lampiran 3a, 3b, 3c, 4, dan 5

Dari Tabel 4.10, dapat dijelaskan bahwa biaya usaha untuk tenaga kerja sebesar Rp. 31.400.000, tenaga kerja hanya tenaga kerja luar keluarga yang digaji tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga yang digaji dan biaya lainnya seperti listrik, air, PBB, sewa lahan dan BBM dengan biaya sebesar Rp. 15.335.200 dan dapat diketahui total penerimaan sebesar Rp. 234.328.000 dengan penerimaan terendah adalah Rp. 1.540.000 dan penerimaan terbesar adalah Rp. 13.220.000

(lihat pada lampiran 4). Total pendapatan pada usaha yaitu sebesar Rp. 187.592.800 dengan pendapatan terendah adalah Rp. 1.098.000 dan

pendapatan terbesar adalah Rp. 11.000.000 (lihat pada lampiran 5).

5.1 Hasil Uji Hipotesis 1 Terhadap Hubungan Modal dengan Pendapatan Usaha Tanaman Hias Di Daerah Penelitian

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam kelancaran suatu produksi. Tanpa adanya modal, bisnis yang akan dilakukan tidak akan bisa berjalan. Komponen modal tersebut berupa asset barang yang akan atau dapat dijual seperti tanaman hias, pupuk, pot ataupun pollybag. Selain itu yang dibutuhkan lainnya yaitu tanah atau tempat untuk para pedagang tanaman hias ini berdagang. Berikut ini dapat dilihat hasil perhitungan hubungan modal dengan pendapatan para pedagang tanaman hias dengan menggunakan SPSS:

Tabel 5.1. Hubungan Modal dengan Pendapatan UsahaTanaman Hias di Daerah Penelitian

Correlations

Modal Pendapatan

Modal Pearson

Correlation

1 .515**

Sig. (2-tailed) .000

N 47 47

Pendapatan Pearson Correlation

.515** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 47 47

Sumber: Hasil Olahan dari Data Lampiran dari 2 dan 5

Berdasarkan hasil perhitungan dari kedua variabel menunjukkan korelasi yang diperoleh bernilai 0,515 yang artinya ada keeratan hubungan antara modal dengan pendapatan dan bernilai positif cukup yang berarti hubungan tersebut

42

searah. Hal ini menunjukkan apabila jumlah modal yang digunakan meningkat maka pendapatan yang diperoleh juga akan meningkat.

Dari nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang nyata dan signifikan antara modal dan pendapatan usaha tanaman hias.

Menurut penelitian Indrayati (2000) variabel modal ada hubungannya dengan pendapatan pedagang. Menurut Aritonang (2009) modal merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan bisnis. Tanpa adanya modal, bisnis yang akan dilakukan tidak akan bisa berjalan dengan

5.2 Hasil Uji Hipotesis 2 Terhadap Hubungan Jenis Tanaman/Barang Dagangan dengan Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Daerah Penelitian

Jumlah jenis barang dagangan yang dimaksud disini adalah jumlah seluruh jenis barang yang diperdagangkan pada usaha tanaman hias meliputi jenis tanaman, jenis tanah, jenis pupuk, jenis pot dan jenis pollybag. Berikut ini adalah Tabel 5.2 hasil perhitungan SPSS hubungan variabel jumlah jenis barang dagangan dengan pendapatan usaha tanaaman hias di daerah penelitian.

Tabel 5.2. Hubungan Jumlah Jenis Barang Dagangan dengan Pendapatan (Ribu Rupiah)

Correlations

Barang

Dagangan Pendapatan Barang Dagangan Pearson

Correlation

1 .365*

Sig. (2-tailed) .012

N 47 47

Pendapatan Pearson Correlation

.365* 1

Sig. (2-tailed) .012

N 47 47

Sumber: Hasil Olahan dari Data Lampiran dari 2 dan 5

Berdasarkan hasil perhitungan dari kedua variabel menunjukkan korelasi yang diperoleh bernilai 0,365 yang artinya, keeratan hubungan antara jenis tanaman/barang dagangan dengan pendapatan bernilai positif lemah yang berarti hubungan tersebut searah. Hal ini menunjukkan bahwa jenis produk yang ditawarkan beragam maka akan diikuti dengan kenaikan pendapatan.

Dari nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,012 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa ada hubungan nyata dan signifikan antara jumlah jenis tanaman/barang dagangan dan pendapatan usaha tanaman hias.

Menurut penelitian Damayanti (2011) jumlah jenis barang dagangan adalah jumlah jenis barang yang dijual di pasar tradisional. Variabel jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar. Berdasarkan hasil penelitian, variabel jumlah jenis barang dagangan ini berhubungan kepada pendapatan usaha mereka karena para pedagang tanaman hias rata-rata menjual tanaman hiasnya

44

dengan jenis yang bermacam-macam untuk menarik minat pembeli. Para pembeli yang datang tidak cuma membeli satu jenis tanaman hias saja, tetapi membeli berbagai macam tanaman hias.

5.4 Hasil Uji Hipotesis 3 Terhadap Pengaruh karakteristik pedagang (umur, pendidikan, lamanya berusaha, jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi) terhadap pendapatan usaha tanaman hias di daerah penelitian.

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer, dimana variabel bebasnya yaitu Umur (X1), Pendidikan (X2), Lamanya Berusaha (X3), Jumlah Tanggungan (X4), Luas Lahan (X5), Biaya Produksi (X6). Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat pengaruh terhadap pendapatan (variabel-variabel terikat), dimana regresi diperoleh sebagai berikut.

Uji Kesesuaian Modal (Test Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinansi (RΒ²)

Pada Tabel 5.3 ditampilkan nilai R, RΒ², Adjusted RΒ² dan Standart Error.

Tabel 5.3. Model Summary Karakteristik Pedagang yang Mempengaruhi Pendapatan

Sumber: Hasil Olahan dari Data Lampiran 1, 3d dan 5

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi RΒ² (R-Square) yang diperoleh adalah 0,613. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 61,3%

variasi variabel terikat pendapatan dapat dijelaskan oleh variabel bebas umur, pendidikan, lamanya berusaha, jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi.

Sedangkan sisanya 38,7% dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

2. Uji Serempak (Uji F-Statistik)

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel depende. Artinya parameter X1, X2, X3, X4, X5 dan X6 secara bersamaan diuji untuk mengetahui apakah memiliki signifikansi atau tidak.

Tabel 5.4. Anova (Uji-F) Karakteristik Pedagang yang Mempengaruhi Pendapatan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.214E14 6 2.023E13 10.576 .000a

Residual 7.652E13 40 1.913E12

Total 1.979E14 46

Sumber: Hasil Olahan dari Data Lampiran 1, 3d dan 5

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi F sebesar 0,000 (≀α 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel bebas umur, pendidikan, lamanya berusaha, jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Pendapatan.

3. Uji Parsial (Uji t – Statistik)

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (Ξ±) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5%.

Dokumen terkait