• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS DI KOTA MEDAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS DI KOTA MEDAN SKRIPSI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

NUR HASNAH PARINDURI 140304014

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ii

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH:

NUR HASNAH PARINDURI 140304014

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)
(4)

iv

(5)

Nur Hasnah Parinduri (140304014) dengan judul “Analisis Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kota Medan”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si sebagai ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan hubungan modal dan jumlah jenis barang dagangan dengan pendapatan usaha tanaman hias dan untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi pedagang terhadap pendapatan usaha tanaman hias.

Metode penelitian dalam menentukan lokasi penelitian adalah secara Purposive. Metode analisis yang digunakan adalah Deskriptif, Statistik Korelasi dan Regresi Linier Berganda dengan teknik estimasi Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara modal dengan pendapatan usaha pedagang tanaman hias dan bernilai positif cukup, ada keeratan hubungan antara jumlah jenis barang dagangan dengan pendapatan usaha pedagang tanaman hias dan bernilai positif lemah; Umur, pendidikan, lama berusaha, jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha pedagang tanaman hias dan secara parsial hanya jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha pedagang tanaman hias.

Kata Kunci : Modal, Jenis Barang Dagangan, Pendapatan, Karakteristik Sosial Ekonomi

(6)

vi ABSTRACT

Nur Hasnah Parinduri (140304014) with the title of the thesis is:

“Analysis of Ornamental Plant Business Income in Medan City”. Guided By Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si as a chairman of the Advisory Committee and Ibu Emalisa, SP, M. Si as a Member of the Advisory Commission.

The purpose of this study is to explain the relationship of capital and the amount of merchandise with the income of ornamental plant business and to analyze the influence of socio-economic characteristics of the merchant to the ornamental plant business income.

The research method in determining the location of research is Purposive.

The analysis method used is Descriptive, Correlation Statistics and Multiple Linear Regression with Ordinary Least Square (OLS) estimation technique.

The result of the research shows that there is a close relationship between the capital and the income of the ornamental plant trader business and it positive enough, there is a close relationship between the number of merchandise with the income of the ornamental plant trader and the positive value is weak; Age, education, length of effort, the number of dependents, land and production costs simultaneously have a significant effect on the income of ornamental plants traders and partially only the number of dependents, land area and production costs that significantly affect the income of ornamental plants traders.

Keywords: Capital, Type of Merchandise, Income, Socio-Economic Characteristics

(7)

Nur Hasnah Parinduri, lahir di Medan pada tanggal 10 Juli 1996. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara yang merupakan putri dari Bapak Ilham Parinduri dan Ibu Yusrah Lina Lubis.

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh penulis sebagai berikut :

1. Tahun 2001 masuk Taman Kanak-kanak di TK Ulumul Qur’an Medan dan tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 067952 Medan dan tamat tahun 2008.

3. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Al-Ulum Medan dan tamat tahun 2011.

4. Tahun 2011 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 13 Medan dan tamat tahun 2014.

5. Tahun 2014 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama duduk di bangku kuliah adalah sebagai berikut:

1. Sebagai panitia Festival Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Cup dan HUT IMASEP ke 36th pada tahun 2016.

2. Sebagai anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP) pada tahun 2016.

3. Sebagai anggota Koperasi IMASEP pada tahun 2016-2017.

(8)

viii

4. Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli- Agustus 2017.

5. Melaksanakan penelitian skripsi di Kecamatan Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2018.

(9)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pendapatan Usaha Pada Pedagang Tanaman Hias di Kota Medan”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, dukungan, motivasi, pengarahan, serta kritikan membangun yang disampaikan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si selaku Ketua Komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Emalisa. SP, M.Si selaku Anggota Komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak. Prof. Dr. Ir Kelin Tarigan, M.S selaku ketua penguji dan Ibu Ir.

Iskandarini, M.M, Ph.D selaku anggota penguji.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(10)

x

6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.

8. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian penulis yaitu usaha tanaman hias di Kota Medan.

9. Teristimewa kedua orang tua, Bapak Ilham Parinduri dan Ibu Yusrah Lina Lubis atas doa, nasihat, bimbingan dan dukungan moril dan materil, yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi penulis untuk tetap semangat dalam perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

10. Saudara-saudara tercinta, Kakanda Nur Ilyani Parinduri, SS, Abanda

Hamdani Parinduri, SH, Kakanda Sari Aini Parinduri dan Abanda Ismi Rajab Parinduri, ST yang selalu memberi dukungan moril dan materil

serta semangat kepada penulisan dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat, Nadya Della, Husna Syukrika, Ridha Annisa, Ismi Hamzah, Oi Bimayu, Wahyu Purnomo, Izkharul Ilmi, Suhendri dan oci yang sudah membatu dalam penelitian, yang selalu menghibur, mendukung, mendoakan dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman – teman ku terkasih, Sunny Purbawy Nst, Diah Ramadhani Sigalingging, Siti Aisyah Nst, Ni’mah Sari Siregar, Amelia Natasya Pasaribu S.P, Putri Asri Wahyu Sari, Saffitri Surya Lestari, Dwi Delviyanthi, Ridha Dwi Sartika, Ichsan Mustaqim S.P, Ari Febiansyah, Zul Fahri Amin, M. Arif Nst, dan Riki Kurniawan yang memberikan doa, membantu, mendampingi,

(11)

13. Dan seluruh teman-teman angkatan 2014 Program Studi Agribisnis FP-USU.

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, namun demikian sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2018

Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Tanaman Hias ... 8

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Modal ... 9

2.2.2 Pendapatan Usahatani ... 10

2.3 Jenis Barang Dagangan ... 11

2.4 Karakteristik Sosial Ekonomi ... 12

2.4.1 Umur ... 12

2.4.2 Pendidikan ... 13

2.4.3 Lamanya Berusaha... 13

2.4.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 14

2.4.5 Luas Lahan ... 14

2.4.6 Biaya Produksi... 15

2.5 Penelitian Terdahulu ... 16

2.6 Kerangka Pemikiran ... 21

2.7 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2 Metode Penentuan Subjek Penelitian ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Metode Analisi Data ... 24

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 30

3.5.1 Definisi ... 30

(13)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografi ... 32

4.2 Keadaan Penduduk ... 33

4.3 Keadaan Usaha dan Pengeluaran... 35

4.4 Karakteristik Responden ... 36

4.4.1 Umur ... 36

4.4.2 Tingkat Pendidikan ... 37

4.4.3 Lamanya Berusaha... 37

4.4.4 Jumlah Tanggungan ... 38

4.4.5 Luas Lahan ... 39

4.4.6 Modal ... 39

4.4.7 Pendapatan Usaha Tanaman Hias... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Uji Hipotesis 1 Terhadap Hubungan Modal dengan Pendapatan Usaha ... 41

5.2 Hasil Uji Hipotesis 2 Terhadap Hubungan Jenis Tanaman/Barang Daganagan dengan Pendapatan ... 42

5.4 Hasil Uji Hipotesis 3 Pengaruh Karakteristik Pedagang (umur, pendidikan, lamanya Berusaha, jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi) Terhadap Pendapatan Usaha Tanaman Hias ... 44

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 53

6.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Hias Menurut Jenis Tanaman di Sumatera Utara Tahun 2015

3

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 16

Tabel 3.1 Lokasi Pedagang Tanaman Hias di Kota Medan 23

Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Korelasi 25

Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Korelasi 26

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Menurut Kecamatan, 2016

31 Tabel 4.2 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kota Medan, 2016

34 Tabel 4.3 Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang

di Kota Medan 2015-2016

35

Tabel 4.4 Umur Responden 36

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Responden 37

Tabel 4.6 Lamanya Berusaha Responden 38

Tabel 4.7 Jumlah Tanggungan Responden 38

Tabel 4.8 Luas Lahan Responden 39

Tabel 4.9 Modal Responden 39

Tabel 4.10 Pendapatan Rata-Rata Usaha Tanaman Hias per Pedagang per Bulan di Daerah Penelitian

40 Tabel 5.1 Hubungan Modal dengan Pendapatan UsahaTanaman

Hias di Daerah Penelitian

41 Tabel 5.2 Hubungan Jumlah Jenis Barang Dagangan dengan

Pendapatan (Ribu Rupiah)

43 Tabel 5.3 Model Summary Karakteristik Pedagang yang

Mempengaruhi Pendapatan

44 Tabel 5.4 Anova (Uji-F) Karakteristik Pedagang yang

Mempengaruhi Pendapatan

45 Tabel 5.5 Coeficient (uji – t) Karakteristik yang mempengaruhi

Pendapatan

46 Tabel 5.6 One-Sample Kolmogorov. Karakteristik yang

mempengaruhi Pendapatan

50 Tabel 5.7 Nilai Uji Heteroskedastisitas Karakteristik yang

Mempengaruhi Pendapatan

51 Tabel 5.8 Nilai Toleran Variabel Independen Karakteristik yang

Mempengaruhi Pendapatan

52

(15)

No Judul

Lampiran 1 Karakteristik Usaha Pedagang Tanaman Hias di Kota Medan Lampiran 2 Modal Usaha, Jumlah Jenis Barang Dagangan dan

Pendapatan Usaha Tanaman Hias per Pedagang di Kota Medan

Lampiran 3a Biaya Usaha Pedagang Tanaman Hias per Pedagang per Bulan di Kota Medan

Lampiran 3b Biaya Usaha Pedagang Tanaman Hias per Pedagang per Bulan di Kota Medan

Lampiran 3c Biaya Total Usaha Pedagang Tanaman Hias per Pedagang per Bulan di Kota Medan

Lampiran 4 Penerimaan Usaha pada Pedagang Tanaman Hias per Pedagang per Bulan di Kota Medan

Lampiran 5 Pendapatan Usaha Tanaman Hias per Pedagang per bulan di Kota Medan

Lampiran 6 Hubungan Modal dengan Pendapatan Tanaman Hias di Kota Medan

Lampiran 7 Hubungan Jenis Barang Dagangan dengan Pendapatan Tanaman Hias di Kota Medan

Lampiran 8 Koefisien Determinasi (R²) Karakteristik Pedagang yang Mempengaruhi Pendapatan

Lampiran 9 Uji Serempak (Uji F) Karakteristik Pedagang yang Mempengaruhi Pendapatan

Lampiran 10 Uji Parsial (uji – t) Karakteristik yang mempengaruhi Pendapatan

Lampiran 11 Uji Normalitas Karakteristik yang mempengaruhi Pendapatan Lampiran 12 Uji Heteroskedastisitas Karakteristik yang mempengaruhi

Pendapatan

Lampiran 13 Uji Normalitas Karakteristik yang mempengaruhi Pendapatan

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Usaha Pedagang Tanaman Hias Terhadap Pendapatan

21

(17)

1.1 Latar Belakang

Tanaman merupakan suatu mata rantai utama dalam kehidupan manusia.

Tanpa tanaman, rasanya mustahil bagi manusia dapat hidup. Jika dibudidayakan dengan benar, tanaman sangat bermanfaat bagi manusia. Tanaman dapat menjadi sumber makanan, obat-obatan, dan penyedia udara segar. Tanaman dapat juga berfungsi menahan penguapan air, mempercantik pekarangan rumah, atau sebagai bahan utama pembuatan rumah tempat tinggal (Riyanto, 2007).

Alasan untuk menciptakan lingkungan yang indah di sekeliling rumah tinggal antara lain adalah demi kenyamanan, prestise serta status sosial.

Kenyamanan taman dapat diciptakan dengan aneka kembang merah, putih, biru, kuning, jingga ungu, dan sebagainya. Keadaan ini bisa memberikan suatu ketenangan jiwa serta menambah kesemarakan di dalam suatu lingkungan (Suryowinoto, 1997).

Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik. Tanaman hias daun ataupun tanaman hias bunga berasal dari alam terbuka. Di alam terbuka itulah tanaman mendapatkan latihan terus menerus secara alami. Ia terlindung dari terpaan terik matahari, sebab mereka tumbuh di bawah pepohonan besar.

Tanaman tersebut dicoba dan dilatih untuk hidup di lingkungan baru dengan cara memberi penyinaran yang terbatas, yakni ditempatkan di tempat-tempat yang

(18)

2

terlindung, di teras, di dalam rumah kaca, dan sebagainya. Pada waktu hujan deras ataupun pada waktu panas tanaman itu akan terlindungi (Sudarmono, 1997).

Salah satu cara untuk meningkatkan persaingan antar pedagang tanaman hias adalah dengan melakukan reorientasi sistem usahatani dari sistem tradisional menuju sistem agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan, dan terdesentralisasi dari tingkat hulu (penyediaan sarana produksi) ke tingkat hilir (penanganan pasca panen dan pemasarannya). Penerapan sistem agribisnis akan mendorong pastisipasi aktif petani dalam menerapkan teknologi inovatif secara dinamis untuk menghasilkan produk-produk tanaman hias berdaya saing tinggi, sehingga petani akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, kesejahteraan yang lebih baik dari sebelumnya dan sebagai sumber devisa negara juga.

Untuk menghasilkan produk tanaman hias yang bersaing tinggi maka diperlukan cara untuk mempertinggi kuantitas dan kualitas dari tanaman hias tersebut secara rasional, efisien dan ekonomis, serta dalam hal penataan pertanaman (cropping System) yaitu cara pengaturan dan pemilihan jenis tanaman yang diusahankan pada sebidang tanah selama jamgka waktu tertentu.

Biaya dalam kegiatan usahatani dikeluarkan oleh petani dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan, dengan mengeluarkan biaya maka petani mengharapkan pendapatan yang setinggi-tingginya melalui peningkatan produksi. Biaya sebagai suatu sumberdaya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu, suatu biaya biasa diukur dalam unit uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang dan jasa.

(19)

Tanaman hias yang merupakan komoditas unggulan dengan jumlah produksi terbesar di Sumatera Utara pada tahun 2014 adalah krisan, sedap malam, anggrek, gladiol, dan mawar. Produksi tanaman hias yang terbesar adalah krisan 3.637.025 tangkai dengan luas panen 153.878 m². Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Hias Menurut Jenis Tanaman di Sumatera Utara Tahun 2015

No Jenis Tanaman Produksi (Tangkai/

Pohon/Kg)

Luas Panen (m²)

Produktivitas (Pohon/Rumpun/

Tangkai/ m²)

1. Adenium (Kamboja) 77 257 5 222 14,79

2. Aglaonema 1 335 500 2,67

3. Anggrek 374 933 36 723 10,21

4. Anthurium Bunga 32 096 3 216 9,98

5. Anthurium Daun 3 227 1 193 2,7

6. Anyelir 90 066 7 508 12

7. Caladium 207 74 2,8

8. Cordyline 0 0 0

9. Diffenbachia 0 0 0

10. Dracaena 7 070 434 16,29

11. Euphorbia 13 856 683 20,29

12. Gerbera (Herbras) 24 833 1 751 14,18

13. Gladiol 297 137 14 208 20,91

14. Heliconia (Pisang-

pisangan) 2 943 597 4,93

15. Ixora (Soka) 630 515 1,22

16. Krisan 3 637 025 153 878 23,64

17. Mawar 240 832 10 505 22,93

18. Melati 398 737 11 496 34,68

19. Monstera 0 0 0

20. Pakis 20 687 2 759 7,5

21.

.

Palem

16 896 6 466 2,61

22. Phylodendron 382 42 9,1

23. Sansevieria (Pedang-

pedangan) 3 109 1 255 2,48

24. Sedap Malam 693 853 92 760 7,48

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2015

Dari Tabel 1. dapat diketahui bahwa satuan luas panennya adalah pohon untuk tanaman Palem, satuan produksinya adalah kilogram untuk tanaman Melati,

(20)

4

satuan produksinya adalah rumpun untuk tanaman Sansevieria (Pedang- pedangan), satuan produksinya adalah pohon untuk tanaman Dracaena, Palem, Agraonema, Adenium (Kamboja Jepang), Euphorbia, Phylodendron, Pakis, Monstera, Ixora (Soka), Cordyline, Diffenbachia, Anthurium Daun dan Caladium.

Jumlah permintaan akan tanaman hias setiap saat berubah, tergantung dengan trend dan selera konsumen sejalan dengan tingkat pendapatan masyarakat.

Perubahan jumlah permintaan juga dipengaruhi oleh adanya perayaan-perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Natal dan Imlek atau hari-hari besar lainnya (Aritonang, 2009).

Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian, salah satunya Usahatani tanaman hias. Bisnis tanaman hias bisa mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha tanaman hias yang dilakukan. Hal ini mengingat harga jual tanaman hias yang tidaklah kecil. Apalagi jika tanaman hias di pasarkan adalah tanaman yang memiliki bentuk yang unik dan belum terlalu banyak penjual bunga yang menjual pasti akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak lagi. Usaha tanaman hias tidak memerlukan areal tanah yang luas sebagaimana usahatani tanaman lainnya, terutama tanaman pangan.

Dalam memulai usaha tanaman hias, salah satu hal yang paling penting adalah modal. Dalam penelitian ini modal yang dimaksud adalah modal awal dalam bentuk uang yang digunakan untuk membeli barang dagangan yang akan

dijual. Modal awal yang di perkirakan untuk tanaman hias mulai dari Rp 30.000.000 - Rp 50.000.000. Usaha tanaman hias yang ada di Kota Medan

(21)

merupakan usaha yang sudah dilakukan bertahun-tahun, selain menjual tanaman hias, para pedagang juga melayani pembuatan tanaman dengan harga yang relatif, tergantung dari luas lahan dan tanaman mana yang dipakai untuk membuat taman.

Jenis Tanaman yang dijual oleh pedagang 1 relatif sama dengan pedagang lainnya. Harga yang ditawarkan bermacam-macam mulai dari Rp 3.000 sampai jutaan rupiah. Para pedagang ini menjual macam-macam tanaman hias agar para konsumen tertarik untuk membeli dan itu juga menambah pemasukan bagi para pedagang tanaman hias. Selain menjual tanaman hias para pedagang juga menjual media tanam dan bibit buah-buahan.

(22)

6

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang sebelumnya, maka dirumuskan identifikasi masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan modal dengan pendapatan usaha tanaman hias di daerah penelitian?

2. Bagaimana hubungan jumlah jenis barang dagangan dengan pendapatan usaha tanaman hias di daerah penelitian?

3. Apakah ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi pedagang (umur, pendidikan, lamanya berusaha, jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi) terhadap pendapatan usaha tanaman hias di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk menjelaskan hubungan modal dengan pendapatan usaha tanaman hias di daerah penelitian.

2. Untuk menjelaskan hubungan jumlah jenis barang dagangan dengan pendapatan usaha tanaman hias di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi pedagang (umur, pendidikan, lamanya berusaha, jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi) terhadap pendapatan usaha tanaman hias di daerah penelitian.

(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi untuk dapat membantu petani tanaman hias dalam mengelola usahataninya agar lebih efisien.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan strategi pembinaan petani tanaman hias.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi akademis maupun non akademis untuk penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.4 Keaslian Penelitian

1. Model Penelitian : Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif, Regresi linier berganda dengan teknik Ordinary Least Square (OLS) dan analisis statistik korelasi.

2. Jumlah Sampel : Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh usaha pedagang tanaman hias di Kota Medan.

3. Waktu Penelitian : Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember- Maret tahun 2018.

4. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilakukan di Kota Medan.

(24)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Tanaman Hias

Tanaman hias merupakan salah satu komoditi hortikultura non-pangan yang digolongkan florikultura. Florikultura adalah cabang ilmu hortikultura yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, tanaman pot atau tanaman penghias taman. Tanaman hias merupakan tanaman yang mempunyai nilai keindahan baik karena bentuk, warna daun, tajuk maupun bunganya, sering digunakan sebagai penghias pekarangan atau ruangan di rumah-rumah atau gedung perkantoran (Wulandari, 2008).

Usaha tanaman hias secara tidak langsung akan membutuhkan tenaga kerja yang akan membantu perekonomian keluarga. Usaha tanaman hias ini seharusnya dibina agar usaha ini mampu berkembang secara pesat dan dapat meningkatkan pendapatan, dan dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Dengan membuka usaha tanaman hias ini para masyarakat dapat menambah penghasilan karena usaha ini sangat menjanjikan dimana sekarang para masyarakat sedang berlomba-lomba mendapatkan tanaman hias yang dibutuhkan (Nurhayati, 2010).

Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat.

Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

Perkembangan agrowisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai objek wisata membuat bisnis tanaman hias memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Menurut Latief (2012), pertumbuhan industri properti di tanah air

(25)

diperkirakan akan mendongkrak kinerja pasar tanaman hias. Seiring bertambahnya perumahan, apartemen, hotel dan juga perkantoran, membuat bisnis tanaman hias semakin menjanjikan.

Usaha tanaman merupakan bisnis yang tidak memerlukan banyak modal.

Kebanyakan bisnis tanaman hias memang selalu identik dengan hobi. Baik itu hobi pebisnisnya, ataupun konsumennya. Banyak orang yang awalnya sangat gemar dan mencintai tanaman hias sehingga mengoleksinya secara pribadi, terjun langsung menjadi kolektor tanaman hias dan kemudian menjadikannya bisnis dengan berwirausaha tanaman hias.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Modal

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama dengan faktor- faktor produksi tanah dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang dan jasa baru.

Modal atau biaya adalah faktor yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar (Tambunan, 2007).

Modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan (Suparmoko, 2012).

Modal dalam usahatani diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu secara langsung atau tak langsung dalam suatu proses produksi. Pembentukan modal

(26)

10

bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani, serta menunjang pembentukan modal lebih lanjut (Soekartawi, 1989).

Modal pertanian dalam arti luas adalah faktor produksi modal yang disalurkan, dikelola dan dikontrol di dalam kegiatan ekonomi di sektor pertanian dan merupakan salah satu sektor ekonomi nasional. Modal pertanian dapat berbentuk uang tunai atau dalam bentuk barang yang dipakai dalam kegiatan produksi di bidang pertanian, seperti benih dan alat mesin pertanian. Modal usahatani memiliki makna faktor produksi modal yang disediakan, diolah dan dikontrol di dalam suatu usahatani dengan skala yang besar maupun usahatani dalam skala kecil atau masih sederhana (Kadarsan, 1992).

2.2.2 Pendapatan Usahatani

Selisih antara penerimaan dan pengeluaran usahatani disebut pendapatan usahatani (net farm income). Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari faktor-faktor produksi. Karena itu pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan keragaan usahatani. Konsep-konsep tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Py x Qy TC = TFC + TVC π = TR – TC Dimana:

TR = Total penerimaan usahatani TC = Total biaya usahatani

π = Pendapatan atau keuntungan usahatani

(27)

Py = Harga output Qy = Jumlah output TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel

Analisis pendapatan berguna untuk mengetahui dan mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan berhasil atau tidak. Tujuan dilakukan analisis pendapatan ini adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Tingkat pendapatan selain dipengaruhi oleh keadaan harga faktor produksi dan harga hasil produksi. Juga dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan.

Menurut Suharyanto (2004). Menjelaskan bahwa pendapatan usahatani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari usahataninya.

Dalam analisis usahatani, pendapatan petani digunakan sebagai indikator penting kerena merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pendapatan petani merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.

2.3 Jenis Barang Dagangan

Berbicara masalah barang dagangan pikiran orang akan tertuju pada suatu produk tertentu. Produk merupakan semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya (Kotler dan Amstrong, 2003).

Banyaknya jenis barang atau keragaman barang yang digelarkan oleh pedagang dapat menarik minat calon konsumen untuk membeli, mempergunakan atau mengkonsumsi, karena dihadapkan banyak pilihan. Menurut Kotler (2005)

(28)

12

menyatakan pengertian produk dapat dijabarkan bahwa produk merupakan sesuatu, baik berupa barang maupun jasa, yang ditawarkan ke konsumen agar diperhatikan, dan dibeli oleh konsumen. Tujuan menawarkan produk ke pasar adalah untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa jenis barang dagangan yang ditawarkan oleh para pedagang tanaman hias meliputi tanaman hias, tanaman buah-buahan, pot, pupuk, kompos, polly bag dan obat hama.

2.4 Karakteristik Sosial Ekonomi 2.4.1 Umur

Menurut Hasyim (2006) umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja di mana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal. Untuk mengetahui hubungan antara umur petani dengan pendapatan, ternyata tidak ada hubungan.

Petani yang berumur sekitar 50 tahun keatas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertin yang mengubah cara kerja, cara berfikir, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).

(29)

2.4.2 Pendidikan

Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang

menguntungkan menuju praktek pertanian yang modern (Soekartawi, 1988).

Berdasarkan hasil penelitian Hasyim (2006) tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya. Hal ini dapat dilihat kemauan petani untuk belajar dan menambah ilmu pengetahuan melalui penyuluhan selalu sungguh-sungguh.

2.4.3 Lamanya Berusaha

Lamanya berusaha, petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Soekartawi, dkk, 1986).

Menurut Hasyim (2006) menyatakan lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan hal-hal yang baik untuk waktu-waktu berikutnya. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan ajuran penyuluhan dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

(30)

14

2.4.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Besarnya jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kemauan untuk melakukan pekerjaan. Karena semakin banyak responden mempunyai anak dan tanggungan, maka waktu yang disediakan responden untuk bekerja semakin efektif. Efektivitas waktu ini adalah berguna untuk meningkatkan penghasilan responden sendiri (Situngkir dkk, 2007).

Jumlah tanggungan keluarga mempunyai hubungan positif terhadap pendapatan rumah tangga jika responden memiliki banyak biaya tanggungan keluarga maka responden harus bekerja lebih giat lagi untuk mengumpulkan pendapatannya agar biaya tanggungan keluarganya dapat dipenuhi dengan maksimal.

2.4.5 Luas Lahan

Lahan pertanian diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah perlu diperhatikan seperti tingkat kesuburan tanah, lokasi, topografi, status kepemilikan tanah dan faktor lingkungan. Nilai atau harga tanah dengan status milik lebih mahal bila dibandingkan dengan lahan yang bukan milik. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efesien tidaknya suatu usaha pertanian (Soekartawi,1989).

Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibandingkan dengan petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi.

Besarnya luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat

(31)

petani, dengan semakin luasnya lahan sehingga semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima (Soekartawi, 2002).

2.4.6 Biaya Produksi

Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk atau barang. Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya operasional barang / pabrik, dan lain sebagainya. Biaya produksi ini harus diakumulasi secara cermat untuk kemudian dihitung dan dibandingkan dengan laba kotor perusahaan. Selisih pendapatan dikurangi dengan biaya produksi akan menjadi laba bersih perusahaan atau total keuntungan yang diperoleh. Biaya produksi ini diperlukan untuk mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang siap dipasarkan kepada konsumen

Menurut Rahardja dan Mandala (2006), biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan produksi. Biaya total (TC) sama dengan biaya tetap (FC) yang ditambah dengan biaya variabel (VC).

(32)

16

2.5 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Identifikasi Masalah

Metode Analisis

Kesimpulan 1. Aritonang

(2009)

Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan Usaha

Tanaman Hias (Kasus

Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)

1.Bagaimana karakteristik usaha tanaman hias di Kota Bogor?

2.Bagaimana tingkat pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor?

3.Apa faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor?

Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel lahan, tenaga kerja, harga beli tanaman hias puring, harga beli tanaman hias aglaonema, harga.beli tanaman hias anggrek, harga jual tanaman hias Krisan, pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk NPK, sekam, pakis, obat,

transportasi dan pot berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang.

2. Anggrayni (2006)

Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan Usaha

Tanaman Hias (Kasus di Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat

1.Bagaimana tingakat pendapatan usaha tanaman hias di

Kecamatan Sawangan. Kota Depok?

2.Bagaimana konstribusi pendapatan usaha tanaman hias terhadap pendapatan penjual tanaman hias?

Analisis pendapatan dan

Analisis Regresi

Dari hasil analisis pendapatan, ratarata tingkat pendapatan pedagang tanaman hias artinya pedagang tanaman hias mempunyai pendapatan yang cukup besar.

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(33)

3.Bagaimana faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat

pendapatan usaha tanaman hias?

Dari hasil analisis faktor bahwa, model yang terbaik untuk menunjukkan bahwa sudah tidak adanya multikolonieritas, Faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan adalah: harga jual tanaman hias Euphorbia, harga jual tanaman hias walisongo, pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk Urea.

Variabel yang bertanda negatif adalah tenaga kerja, harga beli tanaman hias Euphorbia, harga beli tanaman hias walisongo, dan harga beli tanaman hias kamboja jepang 3. Indrayati,

(2000)

Analisis FaktorFaktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Tanaman Hias di Kotamadya Medan

1.Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kotamadya Medan?

2.Bagaimana pengaruh penjualan perbulan terhadap

Metode analisa statistik deskriptif, analisa statistik induktif, dan analisa statistik inferensial

Variabel modal, upah, tenaga kerja dan penjualan berpengaruh dengan pendapatan pedagang

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(34)

18

Pendapatan pedagang tanaman hias di Kotamadya Medan?

3.Bagaimana pengaruh upah tenaga kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kotamadya Medan?

4. Kristi Sm (2014)

Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea Arabica ) (Studi Kasus Desa

Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

1.Bagaimana produktivitas kopi di daerah penelitian?

2.Faktor-faktor produksi apakah yang akan mempengaruhi produksi kopi di daerah

penelitian?

3.Berapa besar biaya produksi dan pendapatan petani kopi di daerah

penelitian?

4.Bagaimanakah tingkat

kelayakan usahatani kopi yang dikelolah petani di daerah penelitian?

analisis fungsi Cobb- Douglas, analisis regresi berganda, Analisis Biaya, Analisis Pendapatan

1.Produktifitas kopi di daerah penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan produktifitas kopi di tingkat kecamatan Lintongnihuta dan lebih tinggi dari produktifitas kabupaten Humbang Hasundutan.

2.Usahatani kopi di daerah penelitian secara

finansial layak untuk

diusahakan dan

dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan finansial (NPV, IRR, dan B/C).

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(35)

5. Pohan (2008)

Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica ) (Studi Kasus Desa

Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

1.Apakah usahatani wortel menguntungkan di daerah Penelitian?

2.Bagaimana pengaruh anatara produksi, luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pengalaman bertani terhadap pendapatan usahatani wortel di daerah

penelitian?

3. Berapa besar pendapatan bersih usahatani wortel di daerah penelitian?

Analisi Return Cost Ratio, analisis regresi linier berganda

1. Usaha wortel secara ekonomis menguntung kan yaitu rata-rata R/C Ratio per petani dan per hekter adalah sebesar 2,58.

2. Pendapatan bersih usahatani wortel didaerah penelitian lebih tinggi dari Upah Minimum Propinsi (UMP)

2.6 Kerangka Pemikiran

Pendapatan diterima oleh masing masing individu atau kelompok masyarakat sangat tergantung dari kepemilikan faktor produksi. Semakin besar modal atau faktor produksi yang dimiliki maka cenderung pendapatan yang diterima juga semakin tinggi (Samujh,2012).

Modal adalah merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan bisnis. Tanpa adanya modal, bisnis yang akan dilakukan tidak akan bisa berjalan dengan lancar. Modal yang digunakan untuk melakukan usaha perdagangan tanaman hias adalah modal yang berasal dari pedagang sendiri. Komponen modal tersebut berupa asset barang yang akan atau dapat dijual seperti tanaman hias,

(36)

20

pupuk, pot ataupun pollybag. Selain itu yang dibutuhkan lainnya yaitu tanah atau tempat untuk para pedagang tanaman hias ini berdagang.

Jenis barang dagangan dimaksudkan adalah banyaknya jenis barang yang tersedia untuk dijual. Pada usaha tanaman hias ini produk yang ditawarkan diantaranya tanaman hias, tanaman buah-buahan, pupuk/ kompos, pot, polly bag dan sekam. Jenis barang dagangan ini juga bergantung dengan pendapatan pedagang itu sendiri karena jika jenis barang dagangan yang ditawarkan tersedia maka itu dapat menambah pendapatan para pedagang tanaman hias.

Karakteristik sosial ekonomi dari umur, pendidikan, lamanya berusaha, jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi sangat berpengaruh, misalnya dari jumlah tanggungan keluarga, semakin banyak anak dan tanggungan maka waktu yang tersedia responden untuk bekerja semakin efektif dan mempunyai hubungan yang positif terhadap pendapatan jika responden memiliki banyak biaya tanggungan keluarga maka responden harus bekerja lebih giat untuk mengumpulkan pendapatannya agar biaya tanggungan keluarganya dapat dipenuhi dengan maksimal.

(37)

Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Usaha Pedagang Tanaman Hias Terhadap Pendapatan Di Kota Medan.

Keterangan:

Menyatakan hubungan = Menyatakan Pengaruh =

Pedagang Tanaman Hias

Modal Jenis Barang

Dagangan Karakteristik Sosial Ekonomi

 Umur

 Pendidikan

 Lamanya berusaha

 Jumlah tanggungan

 Luas lahan

 Biaya Produksi

Pendapatan

(38)

22

2.5 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah dan berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan modal dengan pendapatan usaha.

2. Terdapat hubungan jenis barang dagangan dengan pendapatan usaha.

3. Terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, pendidikan, lamanya berusaha, jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi) terhadap pendapatan usaha tanaman hias.

(39)

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau dengan sengaja yaitu tempat pedagang tanaman hias yang mengusahakan usahataninya di Kota Medan Sumatera Utara yang sampai saat ini masih beroperasi.

3.2 Metode Penentuan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara Sensus yaitu seluruh Pedagang (pemilik Usahatani) tanaman hias di daerah penelitian dijadikan sebagai subjek penelitian.

Jumlah pedagang tanaman hias yang aktif di daerah penelitian sebanyak 47 pedagang, seperti terlihat pada Tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1 Lokasi Pedagang Tanaman Hias di Kota Medan No. Nama Kecamatan Jumlah Sampel

1. Medan Sunggal 3

2. Medan Tuntungan 2

3. Medan Johor 4

4. Medan Denai 3

5. Medan Area 2

6. Medan Amplas 4

7. Medan Kota 1

8. Medan Baru 1

9. Medan Selayang 3

10. Medan Petisah 1

11. Medan Barat 19

12. Medan Timur 2

13. Medan Perjuangan 1

14. Medan Marelan 1

Total 47

Sumber: Pra Survey, 2017

(40)

24

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani usaha tanaman hias dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis 1, terdapat hubungan modal dengan pendapatan usaha dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, metode penelitian ini untuk menjawab beberapa tujuan penelitian berdasarkan informasi dan untuk mengukur keeratan hubungan pendapatan usaha dengan modal menggunakan analisis statistik korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain (Suliyanto, 2011).

Dasar pemikiran analisis korelasi adalah perubahan antar variabel.

Artinya, jika perubahan suatu variabel diikuti oleh perubahan variabel yang lain maka kedua variabel tersebut saling berkorelasi.

Untuk mencari koefisien korelasi digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut :

𝒓𝒙𝒚 = 𝐧 ∑ 𝑿𝒀 − (∑ 𝑿)( ∑ 𝒀)

√{𝒏 ∑ 𝑿𝟐− (∑ 𝑿)𝟐} √{𝒏 ∑ 𝒀𝟐− (∑ 𝒀)𝟐}

(41)

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = Koefisien Korelasi n = Jumlah pengamatan X = Modal

Y = Variabel pendapatan usaha

𝑟𝑥𝑦 merupakan koefisien korelasi yang nilainya akan senantiasa berkisar antara 1 sampai dengan 1. Bila koefisien korelasi semakin mendekati angka 1 berarti korelasi tersebut semakin kuat, tetapi jika koefisien korelasi tersebut mendekati angka 0 berarti korelasi tersebut semakin lemah.

Oleh karena itu, untuk mempermudah pemberian kategori koefisien korelasi maka dibuat kriteria pengukuran berikut :

Tabel 3.2 : Kriteria Koefisien Korelasi

Nilai r Kriteria

0,00 s.d 0,29 0,30 s.d 0,49 0,50 s.d 0,69 0,70 s.d 0,79 0,80 s.d 1.00

Korelasi sangat lemah Korelasi lemah Korelasi cukup Korelasi kuat Korelasi sangat kuat Sumber : Suliyanto.2011

Untuk membuktikan hipotesis 2, terdapat hubungan jumlah jenis barang dagangan dengan pendapatan usaha dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, metode penelitian ini untuk menjawab beberapa tujuan penelitian berdasarkan informasi dan untuk mengukur keeratan hubungan pendapatan usaha dengan jumlah jenis barang dagangan menggunakan analisis statistik korelasi.

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain (Suliyanto, 2011).

(42)

26

Dasar pemikiran analisis korelasi adalah perubahan antar variabel.

Artinya, jika perubahan suatu variabel diikuti oleh perubahan variabel yang lain maka kedua variabel tersebut saling berkorelasi.

Untuk mencari koefisien korelasi digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut :

𝒓𝒙𝒚 = 𝐧 ∑ 𝑿𝒀 − (∑ 𝑿)( ∑ 𝒀)

√{𝒏 ∑ 𝑿𝟐− (∑ 𝑿)𝟐} √{𝒏 ∑ 𝒀𝟐− (∑ 𝒀)𝟐} Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = Koefisien Korelasi n = Jumlah pengamatan

X = jumlah jenis barang dagangan Y = Variabel pendapatan usaha

𝑟𝑥𝑦 merupakan koefisien korelasi yang nilainya akan senantiasa berkisar antara 1 sampai dengan 1. Bila koefisien korelasi semakin mendekati angka 1 berarti korelasi tersebut semakin kuat, tetapi jika koefisien korelasi tersebut mendekati angka 0 berarti korelasi tersebut semakin lemah.

Oleh karena itu, untuk mempermudah pemberian kategori koefisien korelasi maka dibuat kriteria pengukuran berikut :

Tabel 3.2 : Kriteria Koefisien Korelasi

Nilai r Kriteria

0,00 s.d 0,29 0,30 s.d 0,49 0,50 s.d 0,69 0,70 s.d 0,79 0,80 s.d 1.00

Korelasi sangat lemah Korelasi lemah Korelasi cukup Korelasi kuat Korelasi sangat kuat Sumber : Suliyanto.2011

(43)

Untuk membuktikan hipotesis 3, terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi (Umur, Pendidikan, Lamanya berusaha, Jumlah tanggungan, luas lahan dan biaya produksi) dengan pendapatan usaha dianalisis menggunakan analisis data dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple linear regression method) dengan pengolahan data melalui SPSS 17.

1. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda ialah suatu alat analisis dalam ilmu statistik yang berguna untuk mengukur pengaruh matematis antara lebih dari 2 peubah. Model regresi linier berganda yang memiliki variabel penduga lebih dari satu yaitu Xi sampai Xn. Dalam penelitian ini digunakan model estimasi regresi linier berganda sebagai berikut.

Y= α0+ α1X1+ α2X2+ α3X3+ α4X4+ α5X5 + α6X6 +e Dimana: Y = Pendapatan (Rp)

α 0 = Konstanta /koefisien intersep α1... α6= Koefisien regresi

X1 = Umur (tahun) X2 = Pendidikan (tahun)

X3 = Lamanya berusaha (tahun)

X4 = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)

X5 = Total luas lahan usahatani yang dimiliki (ha) X6 = Biaya Produksi

(44)

28

Adapun kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

a. H0 diterima apabila signifikan ≥ 0.05 b. H1 diterima apabila signifikan ≤ 0.05.

2. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) Koefisien Determinasi (𝐑𝟐)

Koefisien determinasi (R2) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel bebas cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel terikat. Dengan kata lain variasi yang terjadi pada variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat sebesar (R2).

Uji Serempak (Uji F-Statistik)

Uji F yang dilihat dari signifikan keseluruhan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat, pengujian arti keseluruhan regresi sampel (over all text) yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara serempak

Uji Parsial (Uji t-statistik)

Dimana uji ini adalah uji t untuk melihat signifikan dari masing-masing variabel bebas, uji t atau t-test (partial test) yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mngetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara parsial (Gujarati,2003).

3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsi bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

(45)

Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Uji Multikolinearitas

Salah satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antara variabel bebas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal sebagai berikut:

a. Nilai toleransi lebih kecil dari 0.1 b. Nilai VIF lebih besar dari 10 c. R2 = 1

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastistis ini bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

(46)

30

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman arti dan makna dalam penelitian ini, berikut beberapa pengertian:

3.5.1 Definisi

1. Usaha tanaman hias adalah sistem budidaya yang mengusahakan tanaman hias mulai dari budidaya sampai panen atau penjualan dengan berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya seoptimal mungkin.

2. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha.

3. Modal usaha pedagang tanaman hias yaitu modal yang ada segala nilai barang-barang yang diusahakan seperti tanaman, pupuk, tanah, pot dan polly bag oleh pedagang di daerah penelitian.

4. Jenis barang dagangan (produk) adalah jenis barang yang dijual di tempat pedagang tanaman hias antara lain tanaman hias, pot, pupuk, kompos, dan obat hama.

5. Umur/usia adalah umur responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Umur diukur dalam satuan tahun.

6. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

7. Lama berusahatani adalah lamanya responden melakukan usaha tanaaman hias sampai penelitian ini dilakukan yang diukur dalam satuan tahun.

8. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari istri, dan anak, serta orang lain yang turut serta dalam keluarga

(47)

berada atau hidup dalam satu rumah dan makan bersama yang menjadi tanggungan kepala keluarga.

9. Luas lahan adalah luas areal usaha pedagang tanaman hias. Satuan dalam variabel ini adalah hektar.

10. Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk atau barang.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kota Medan.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang tanaman hias.

3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember-Maret tahun 2018.

(48)

32 BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PEDAGANG TANAMAN HIAS

4.1 Keadaan Geografi 1. Batas

Kota Medan terletak antara 3º.27’ - 3º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur.

2. Geologi

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

3. Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun BMKG Wilayah I pada tahun 2015 yaitu 21,2 0C dan suhu maksimum yaitu 35,10C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,80C dan suhu maksimum yaitu 34,30C. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata- rata 81-82%, dan kecepatan angin rata-rata sebesar 2,3m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 108,2 mm. Hari hujan di Kota Medan pada

(49)

tahun 2015 per bulan 14 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 141 mm.

4.2 Keadaan Penduduk

Kota Medan dipimpin oleh seorang Walikota yang pada saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2.001 lingkungan dengan luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan jumlah sekolah di Kota Medan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Menurut Kecamatan, 2016

Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

Jumlah penduduk

Kepadatan Penduduk

Jumlah Sekolah

Medan Tuntungan 20,68 86.425 4.179 38

Medan Johor 14,58 133.577 9.162 50

Medan Amplas 11,19 126.340 11.290 42

Medan Denai 9,05 146.388 16.175 72

Medan Area 5,52 99.021 17.939 40

Medan Kota 5,27 74.461 14.129 40

Medan Maimun 2,98 40.690 13.654 23

Medan Polonia 9,01 56.513 6.272 16

Medan Baru 5,84 40.560 6.945 25

Medan Selayang 12,81 107.831 8.418 30

Medan Sunggal 15,44 115.837 7.502 43

Medan Helvetia 13,16 151.581 11.518 54

Medan Petisah 6,82 63.390 9.295 24

Medan Barat 5,33 72.717 13.643 28

Medan Timur 7,76 111.438 14.361 47

Medan Perjuangan 4,09 95.936 23.456 35

Medan Tembung 7,99 137.239 17.176 42

Medan Deli 20,84 184.762 8.866 54

Medan Labuhan 36,67 118.551 3.233 50

Medan Marelan 23,82 167.984 7.052 56

Medan Belawan 26,25 98.167 3.740 42

Jumlah 265,1 2.229.408 8.409 851

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2017

(50)

34

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Kota Medan memiliki luas wilayah sebesar 265,1 km2 dimana jumlah penduduknya sebesar 2.229.408 jiwa dengan kepadatan penduduk 8.409 per km2 serta terdapat 851 sekolah. Dari 21 kecamatan di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli merupakan kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak yaitu sebesar 184.762 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Medan Baru yaitu sebesar 40.560 jiwa. Selain itu, terdapat Kecamatan Medan Area yang merupakan kecamatan paling padat penduduknya dengan kepadatan 17.939 jiwa km2 dan Kecamatan Medan Labuhan merupakan kecamatan yang paling luas wilayahnya yaitu sebesar 36,67 km2 dengan kepadatan penduduk terkecil sebesar 3.233 jiwa per km2.

Berikut ini jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yaitu:

Tabel 4.2. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan, 2016

Golongan Umur Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)

0-4 101.527 97.708 199.235

5-9 101.307 96.790 198.097

10-14 94.651 90.058 184.709

15-19 106.323 109.962 216.285

20-24 122.868 129.478 252.346

25-29 97.923 99.400 197.323

30-34 87.071 90.548 177.619

35-39 80.910 85.130 166.040

40-44 74.310 76.763 151.073

45-49 64.170 66.739 130.909

50-54 54.404 57.826 112.230

55-59 45.191 47.103 92.294

60-64 32.674 33.356 66.030

65-69 18.981 21.037 40.018

70-74 11.000 13.898 24.898

75+ 7.710 12.592 20.302

1.101.020 1.128.388 2.229.408 Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2017

(51)

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kota Medan mencapai 2.229.408 jiwa yang terdiri dari 1.128.388 jiwa perempuan (50.7%) dan 1.101.020 jiwa laki-laki (49.3 %). Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar daripada penduduk laki-laki. Selain itu, jumlah usia non produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja tahun 2016 yaitu sebesar 582.041 jiwa (26%). Jumlah usia produktif (15–54 tahun) sebesar 1.403.825 jiwa (63%) sedangkan usia manula (>55 tahun) yaitu 243.542 jiwa (11%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kota Medan cukup besar yaitu 63%.

4.3 Keadaan Usaha dan Pengeluaran

Kota Medan merupakan salah satu kota yang berkembang dengan pesat.

Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah perusahaan di Kota Medan sebesar 156 perusahaan/usaha dengan persentase 47.5%.

Tabel 4.3. Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang di Kota Medan 2015-2016

Klassifikasi Perusahaan Tenaga Kerja

Makanan, Minuman dan Tembakau 103 15.008

Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit 26 2.894

Kayu dan Barang dari Kayu 10 2.834

Kertas, Barang dari Kertas Percetakan 24 2.901 Kimia, Barang dari Bahan Kimia,Karet dan

Plastik

68 13.161

Barang Galian Bukan Logam 8 1.526

Logam Dasar 14 2.171

Barang dari logam, Mesin& Peralatannya 26 1.775

Lain-lain Others 48 3.893

2016 328 46.163

2015 172 38.280

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2017

(52)

36

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sektor usaha di Kota Medan tahun 2016 sebesar 328 perusahaan/usaha dimana sekitar 31.40% didominasi oleh sektor makanan, minuman dan tembakau dengan jumlah 103 perusahaan/usaha dan menggunakan tenaga kerja sebesar 15.008 jiwa dengan persentase 32.51% dari seluruh tenaga kerja tahun 2016 yang berjumlah 46.163 jiwa. Peningkatan terjadi dalam sektor usaha dan tenaga kerja dibanding pada tahun sebelumnya yaitu Tahun 2015 dimana jumlah perusahaan/usaha sebesar 172 dan menggunakan tenaga kerja sebesar 38.280 jiwa.

4.4 Karakteristik Responden

Jumlah pedagang tanaman hias yang ada di Kota Medan berjumlah 47 orang.

Karakteristik responden di Kota Medan berdasarkan umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lama usah, luas lahan dan modal.

4.4.1 Umur

Umur adalah usia pedagang tanaman hias yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat dilakukan penelitian (tahun). Umur pedagang tanaman hias di Kota Medan berkisar antara umur 24 tahun sampai dengan 73 tahun.

Jumlah pedagang tanaman hias yang menjadi sampel di daerah penelitian berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Umur Responden

No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 20 – 30 1 2

2. 31 – 40 7 15

3. 41 – 50 20 42

4. 51 – 60 13 28

5. ≥61 6 13

Jumlah 47 100

Sumber: Lampiran 1

(53)

Dapat dilihat jumlah terbesar umur responden berada pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 20 orang atau 42%, kelompok umur 51-60 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau 28%, kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 7 orang atau 15%, kelompok umur lebih dari 61 tahun yaitu sebanyak 6 orang atau 13%, sedangkan jumlah terkecil umur responden berada pada umur 20-30 tahun yaitu hanya 1 orang atau 2% saja.

4.4.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang ditempuh oleh pedagamg tanaman hias (tahun). Pendidikan yang ditempuh pedagang tanaman hias di Kota Medan berkisar 9-16 tahun. Jumlah pedagang tanaman hias yang menjadi sampel di daerah penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Tingkat Pendidikan Responden No. Tingkat Pendidikan

(Tahun)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. SD 0 0

2. SMP 9 19

3. SMA 32 68

4. S1 6 13

Jumlah 47 100

Sumber: Lampiran 1

Dapat dilihat, dari ke-47 responden pedagang tanaman hias di Kota Medan tingkat pendidikan terbesar adalah tamatan SMA yaitu 32 orang atau 68%, tamatan SMP yaitu 9 orang atau 19% , sedangkan tamatan S1 yaitu 6 orang atau 13%.

4.4.3 Lamanya Berusaha

Lamanya berusaha adalah lamanya telah membuka usaha tanaman hias (tahun), lamanya berusaha tanaman hias di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6.

(54)

38

Tabel 4.6. Lamanya Berusaha Responden No Lamanya Berusaha

(Tahun)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 1 – 10 8 17

2. 11 – 20 17 36

3. 21 – 30 19 41

4. 31 – 40 3 6

Jumlah 47 100

Sumber: Lampiran 1

Tabel di atas menjelaskan bahwa lamanya berusah terbesar yaitu 21-30 tahun berjumlah 19 orang atau 41% sedangkan lamanya berusaha terkecil yaitu 31-40 tahun berjumlah 3 orang atau 6%.

4.4.4 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan pedagang tanaman hias dihitung dari jumlah anak dan anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan keluarga (orang). Jumlah tanggungan keluarga pedagang tanaman hias berkisar antara 0-4 orang. Jumlah pedagang tanaman hias yang menjadi sampel di daerah penelitian berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Jumlah Tanggungan Responden No Jumlah Tanggungan

(Orang)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 0 11 23

2. 1 11 23

3. 2 14 30

4. 3 7 15

5. 4 4 9

Jumlah 47 100

Sumber: Lampiran 1

Dari Tabel 4.7, dapat dijelaskan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbanyak adalah berjumlah 2 orang tanggungan yaitu sebanyak 14 responden atau 30%, sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang sedikit adalah berjumlah 4 orang tanggungan yaitu sebanyak 4 responden atau 9%.

Gambar

Gambar  2.1  Skema  Kerangka  Pemikiran  Analisis  Usaha  Pedagang  Tanaman  Hias Terhadap Pendapatan Di Kota Medan
Tabel  5.1.  Hubungan  Modal  dengan  Pendapatan  UsahaTanaman  Hias  di  Daerah Penelitian  Correlations  Modal  Pendapatan  Modal  Pearson  Correlation  1  .515 ** Sig
Tabel  5.2.  Hubungan  Jumlah  Jenis  Barang  Dagangan  dengan  Pendapatan        (Ribu Rupiah)
Tabel  5.3.  Model  Summary  Karakteristik  Pedagang  yang  Mempengaruhi  Pendapatan  Model Summary b Model  R  R Square  Adjusted R Square  Std
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dampak ekonomi seharusnya adalah dampak yang paling di rasakan pada program ini,namun karena program ini mengalami banyak hambatan sehingga responden juga tidak dapat

Dalam penanganan kasus ini Bapepam bekerjasama dengan pihak kepolisian melakukan penangkapan dan penahanan terhadap 2 (dua) orang direksi PT UBS. Kewajiban UBS itu

Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Dauscus carota L) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio).. Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan INDRA

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field research ), dimana penulis akan mengumpulkan data dengan melakukan studi mendalam tentang pengaruh

1. Menguji pengaruh persepsi kualitas website terhadap perceived benefits. Menguji pengaruh persepsi kualitas website terhadap EWOM. Menguji pengaruh perceived benefits terhadap

beberapa sumber sehingga data yang diperoleh merupakan data yang absah. Triangulasi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan triangulasi metode. Triangulasi

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2012 Dinas Bina Marga

a) Aktivitas anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sudah membaik jika dilihat dari hasil observasi terdapat 6 orang anak yang sudah aktif, 4 orang anak yang sudah