• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologi. Skala psikologi merupakan suatu alat yang digunakan dalam suatu penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disipakan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Metode skala berdasarkan self report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi tentang diri.

Azwar (2009a) mengatakan bahwa karakteristik dari skala psikologi yaitu (a) Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; (b) Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indicator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu banyak berisi aitem-aitem; (c) Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai

benar atau salah. semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu Skala Penyesalan pasca pembeliandan Skala Unplanned purchase.

1. Skala Penyesalan pasca pembelian

Skala Penyesalan pasca pembelian disusun berdasarkan komponen- komponen dari konsep Penyesalan pasca pembelian. Untuk mengukur Penyesalan pasca pembelian pada remaja, maka peneliti menggunakan skala Likert. Setiap dimensi diatas akan diuraikan dalam sejumlah pernyataan favorable (mendukung) dan pernyataan unfavorable (tidak mendukung). Setiap aitem terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Nilai setiap pilihan bergerak dari 4 sampai 1. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: SS=4, S=3, TS=2, STS=1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable bergerak dari 1 sampai 4, yaitu: SS=1, S=2, TS=3, STS=4.

Tabel 1

Blue print Skala Penyesalan pasca pembelian(sebelum uji coba)

2. Skala Unplanned purchase

Skala Unplanned purchase disusun berdasarkan berdasarkan dimensi dari Pembelian tidak terencanayang dikemukakan oleh Coley (2002), yaitu:

1. Afektif 2. Kognitif

Model skala Unplanned purchase dibuat berdasarkan model skala Likert. Setiap dimensi diatas akan diuraikan dalam sejumlah pernyataan favorable (mendukung) dan pernyataan unfavorable (tidak mendukung), dimana setiap aitem terdiri dari pernyataan dengan lima pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral (N), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Nilai setiap pilihan bergerak dari 5 sampai 1. Bobot penilaian untuk pernyataan

No Dimensi Penjelasan Item Total

Favorabel Unfavorabel 1. Outcome regret 1. Regret due to foregone alternatives 2. Regret due to a change in significance 1, 12, 24, 31, 40 6, 13, 20, 36, 38 5, 15, 23, 29, 30 3, 11, 22, 32 19

2. Process regret 1. Regret due to under consideration

2. Regret due to over consideration 2, 10, 19, 28, 35 7, 14, 21, 25, 34 8, 16, 17, 26, 33 4, 9, 18, 27, 37, 39 21 Total 40

untuk pernyataan unfavorable bergerak dari 1 sampai 5, yaitu: SS=1, S=2, N=3, TS=4, STS=5.

Tabel. 2

Blueprint Skala Unplanned purchase (Sebelum Uji coba)

E. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Uji Validitas

Azwar (2009a) mengatakan bahwa tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran. Uji coba yang memiliki karakteristik hampir sama dengan karakteristik subjek penelitian.

Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat

No Dimensi Penjelasan Item Total

Favorabel Unfavorabel

1. Afektif 1. Keinginan membeli yang tidak dapat ditolak 2. Emosi positif terhadap pembelian 3. Pengaturan mood 1, 19, 46, 6 17, 23, 43, 2 36, 4, 29, 18 41, 13, 22, 12 7, 25, 33, 27 30, 45, 42, 14 24

2. Kognitif 1. Pertimbangan kognitif 2. Perencanaan 3. Mengabaikan masa depan 26, 34, 39, 28 40, 15, 21, 32 11, 31, 20, 47 37, 10, 48, 35 24, 8, 44, 5 3, 48, 9, 16 24 Total 48

(content validity). Menurut Azwar (2009a) validitas isi bertujuan untuk mengungkap sejauh mana alat ukur layak digunakan untuk mengungkap atribut yang dikehendaki oleh perancang skalanya. Content validity diperoleh melalui pendapat profesional judgment dari dosen pembimbing dan dosen yang memiliki kompetensi dalam bidang yang hendak diteliti (Azwar, 2004).

2. Uji Daya Beda Item

Uji daya beda aitem dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis item pernyataan ini adalah dengan memilih item-item pernyataan yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih item pernyataan yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2009a).

Daya beda aitem pada penelitian ini dilihat dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi item total yang dikenal dengan indeks daya beda item pernyataan (Azwar, 2009a) dan prosedur pengujian ini menggunakan taraf signifikansi 5% (p < 0,05). Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00 (Azwar, 2009a). Batasan nilai indeks daya beda item dalam penelitian ini adalah

0,3, sehingga setiap item yang memiliki harga kritik ≥ 0,3 sajalah yang akan digunakan dalam pengambilan data yang sebenarnya.

3. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah indeks sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Menurut Hadi (2000), reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda. Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi item-item yang dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2009a).

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal yaitu single trial administration yang artinya menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan sekali saja pada sekelompok subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi (Azwar , 2004). Formula statistika yang digunakan untuk menguji reliabilitas alat ukur adalah alpha Cronbach dengan bantuan komputerisasi dari program SPSS 16.0 for Windows. Batasan penerimaan reliabilitas dianggap memuaskan apabila koefisiennya mencapai sekitar 0,9. Namun tidak ada batasan mutlak yang menunjukkan berapa angka koefisien terendah yang harus dicapai agar suatu pengukuran disebut reliabel (Azwar, 2009b).

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala penyesalan pasca pembelian dan skala unplanned purchase dilakukan terhadap 100 orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

a. Skala Penyesalan Pasca Pembelian

Hasil uji coba skala penyesalan pasca pembelian menghasilkan 24 aitem yang diterima dari 40 aitem yang diuji cobakan. Indeks diskriminasi aitem rix ≥ 0,3 dengan koefisiensi reliabilitas rxx= 0.876. Koefisien korelasi item-item yang reliabel berkisar rix = 0,315 hingga rix = 0,570. Distribusi item-item hasil uji coba skala penyesalan pasca pembelianakan dijelaskan pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi item-item hasil uji coba Skala Penyesalan Pasca Pembelian

Aitem-aitem yang sudah terpilih tersebut disusun kembali letaknya sebagaimana tertera pada tabel 4.

No Dimensi Penjelasan Item Total Bobot

(%)

Favorabel Unfavorabel

1. Outcome regret

1. Regret due to foregone alternatives

1, 12 5, 23, 30 5 20,00

2. Regret due to a change in significance 6, 13, 20, 36, 38 3, 11, 22, 39 9 36,00 2. Process regret

1. Regret due to under consideration

10, 19 16, 26, 33 5 20,00

2. Regret due to over consideration

14, 21 4, 9, 18, 27 6 24,00

Tabel 4. Distribusi item-item Skala Penyesalan Pasca Pembelian

b. Skala Unplanned Purchase

Hasil uji coba skala penyesalan pasca pembelian menghasilkan 30 aitem yang diterima dari 48 aitem yang diuji cobakan. Indeks diskriminasi aitem rix ≥ 0,3 dengan koefisiensi reliabilitas rxx= 0.930. Koefisien korelasi item-item yang reliabel berkisar rix = 0,307 hingga rix = 0,766. Distribusi item-item hasil uji coba skala post purchase regret akan dijelaskan pada tabel 5.

No Dimensi Penjelasan Item Total Bobot

(%)

Favorabel Unfavorabel

1. Outcome regret

1. Regret due to foregone alternatives

1, 9 4, 18, 21 5 20,00

2. Regret due to a change in significance 5, 10, 15, 23, 24 2, 8, 17, 25 9 36,00 2. Process regret

1. Regret due to under consideration

7, 14 12, 19, 22 5 20,00

2. Regret due to over consideration

11, 16 3, 6, 13, 20 6 24,00

Tabel. 5

Distribusi item-item hasil uji coba Skala Unplanned Purchase

Aitem-aitem yang sudah terpilih tersebut disusun kembali letaknya sebagaimana tertera pada tabel 6.

No Dimensi Penjelasan Item Total Bobot

(%)

Favorabel Unfavorabel

1. Afektif 1. Keinginan membeli yang tidak dapat ditolak

1, 19, 46, 6 13, 22 6 20,00

2. Emosi positif terhadap pembelian

17, 23, 43, 2 7, 33, 27 7 23,4

3. Pengaturan mood 36, 4, 29 30, 45, 14 6 20,00

2. Kognitif 1. Pertimbangan kognitif 34, 39, 28 35 4 13,3

2. Perencanaan 21, 32 8 3 10,00

3. Mengabaikan masa depan

11, 31, 47 16 4 13,3

Tabel 6. Distribusi item-item Skala Unplanned Purchase

G. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian a. Persiapan alat ukur

Pada tahapan ini yang dilakukan peneliti adalah membuat alat ukur dan mengujicobakan alat ukur tersebut. Penelitian ini menggunakan dua skala yang disusun oleh peneliti. Skala yang pertama yaitu skala Penyesalanpasca pembelian yang disusun berdasarkan komponen Penyesalan pasca pembelian yang dikemukakan oleh Lee & Cotte (2009). Skala yang kedua yaitu skala Unplanned

No Dimensi Penjelasan Item Total Bobot

(%)

Favorabel Unfavorabel

1. Afektif 1. Keinginan membeli yang tidak dapat ditolak

1, 12, 29, 4 8, 14 6 20,00

2. Emosi positif terhadap pembelian

11, 15, 27, 2 5, 22, 16 7 23,4

3. Pengaturan mood 25, 3, 18 19, 28, 9 6 20,00

2. Kognitif 1. Pertimbangan kognitif 23, 26, 17 24 4 13,3

2. Perencanaan 13, 21 6 3 10,00

3. Mengabaikan masa depan

7, 20, 30 10 4 13,3

dikemukakan oleh Bell, Corsten, & Knox. Penyusunan skala ini didahului dengan membuat blue-print yang kemudian dilanjutkan dengan operasionalisasi dalam bentuk aitem-aitem pernyataan.

b. Uji coba alat ukur

Uji coba skala penelitian dilakukan berdasarkan waktu yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Setelah itu, peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh subjek untuk dilakukan analisa.

c. Revisi alat ukur

Setelah dilakukan uji statistik terhadap item-item yang diperoleh pada uji coba penelitan, maka dilakukan beberapa revisi terhadap alat ukur. Beberapa revisi yang dilakukan adalah dengan membuang item yang tidak memiliki daya diskriminasi item di atas 0.3, dan memperbaiki tampilan kuesioner. Kuesioner hasil revisi inilah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini.

d. Pelaksanaan penelitian

Setelah alat ukur di uji cobakan dan direvisi, maka dilaksanakan penelitian kembali pada sejumlah sampel. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling. Peneliti memberikan skala langsung kepada subjek penelitian yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah semua skala terkumpul. Peneliti menggunakan bantuan program aplikasi komputer SPSS for Windows versi 16.0 dalam mengolah data penelitian.

H. METODE ANALISA DATA

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan metode statistik. Pertimbangan penggunaan statistik dalam penelitian ini adalah:

1. Statistik bekerja dengan angka-angka. 2. Statistik bersifat objektif.

3. Statistik bersifat universal, artinya dapat digunakan hampir pada semua bidang penelitian. (Hadi, 2000).

Azwar (2004) menyatakan bahwa pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca (readable) dan dapat ditafsirkan (interpretabel). Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan pearson product moment.

Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS for Windows versi 16.0. Data dikatakan terdistribusi normal apabila nilai probabilitasnya diatas 0,05.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel penyesalan pasca pembelian berkorelasi secara linier dengan terhadap variabel pembelian tidak terencana. Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan uji F statistik

dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0. Kedua variabel dapat dikatakan berkorelasi secara linier jika nilai p>0.05 atau nilai F hitung lebih besar dibandingkan F tabel.

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan gambaran mengenai keseluruhan hasil penelitian sesuai dengan data yang telah diperolah. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian yang akan dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian.

A. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 80 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan hal tersebut didapatkan gambaran umum subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia.

A. 1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, maka didapatkan gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera dalam tabel dibawah ini .

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Persentase

Perempuan 69 86.3%

Laki-laki 11 13.7%

Jumlah 80 100%

Berdasarkan data pada tabel 5 diatas dapat terlihat bahwa subjek dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak jumlahnya yaitu sebanyak 69 orang

(86.3%) sedangkan subjek dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 11 orang (13.7%).

A. 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, maka didapatkan gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera dalam tabel dibawah ini.

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia N Persentase

18 tahun 13 16.3 %

19 tahun 26 32.5%

20 tahun 41 51.2%

Jumlah 80 100 %

Berdasarkan data pada tabel 6 diatas dapat terlihat bahwa paling banyak subjek dengan usia 20 tahun yang berjumlah 41 orang (51.2%), sedangkan yang paling sedikit adalah subjek dengan usia 18 tahun yang berjumlah 6 orang (16.3%).

B. Hasil Penelitian B. 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-smirnov. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p > 0.05.

Tabel 9. Hasil uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

a. Uji normalitas data penyesalan pasca pembelian dilakukan dengan metode statistik tes kologorov-smirnov. Hasil uji normalitas diperoleh nilai Z = 1.258 dan nilai P = 0.084 dengan p > 0.05 artinya distribusi data penyesalan pasca pembelian telah menyebar secara normal.

b. Uji normalitas data unplanned purchase dilakukan dengan metode statistik tes kologorov-smirnov. Hasil uji normalitas diperoleh nilai Z = 0.656 dan nilai P = 0.782 dengan p > 0.05 artinya distribusi data unplanned puchase telah menyebar secara normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel penyesalan pasca pembelian dan variabel unplanned purchase memiliki hubungan linear. Variabel bebas (unplanned purchase) dapat

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

up ppr

N 80 80

Normal Parametersa Mean 1.3232E2 1.0399E2

Std. Deviation 2.49383E1 2.45380E1

Most Extreme Differences Absolute .141 .073

Positive .059 .073

Negative -.141 -.068

Kolmogorov-Smirnov Z 1.258 .656

dikatakan memiliki hubungan yang linear dengan variabel tergantung (penyesalan pasca pembelian) apabila nilai p < 0.05.

Tabel 10. Uji Linearitas Variabel Penyesalan Pasca Pembelian dan

Unplanned Purchase

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

ppr * up Between Groups (Combined) 38692.121 48 806.086 2.816 .002

Linearity 30172.649 1 30172.649 105.393 .000

Deviation from

Linearity 8519.471 47 181.265 .633 .923

Within Groups 8874.867 31 286.286

Total 47566.987 79

Dari tabel diatas, berdasarkan hasil uji linearitas antara kedua variabel dengan menggunakan uji F = 105.393 dan p = 0.000 dimana nilai p < 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel unplanned purchase memiliki hubungan yang linear dengan variabel penyesalan pasca pembelian.

B. 2. Hasil Analisa Data a. Korelasi

Dalam menghitung korelasi dalam penelitian ini digunakan metode adalah korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program komputer SPSS 16.0. Hasil pengujian statistik yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Korelasi antara penyesalan pasca pembelian dengan unplanned purchase pada remaja

Correlations ppr up ppr Pearson Correlation 1 .796** Sig. (2-tailed) .000 N 80 80 up Pearson Correlation .796** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 80 80

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0.796 dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0.000 sehingga p < 0.05. Hal ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, yang menunjukkan adanya hubungan positif antara unplanned purchase dengan penyesalan pasca pembelian pada remaja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi unplanned purchase maka akan semakin tinggi penyesalan pasca pembelian. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah unplanned purchase maka akan semakin rendah penyesalan pasca pembelian.

b. Kategorisasi Data

Berdasarkan data penelitian dapat dilakukan pengelompokkan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal. Kategorisasi skor penyesalan pasca pembelian dan unplanned purchase diperoleh dengan perhitungan standard error of measurement dengan rumus :

Dimana: Se = Eror standar dalam pengukuran Sx = Deviasi standar skor

rxx’ = Koefisien reliabilitas

1. Kategorisasi Data Penyesalan Pasca Pembelian

Skala penyesalan pasca pembelian terdiri dari 24 aitem dengan empat pilihan jawaban yang bergerak dari 1 sampai 4. Kriteria kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam kategori tinggi dan rendah. Data penelitian tentang penyesalan paca pembelian seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 12. Deskripsi Data Penelitian Penyesalan Pasca Pembelian

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD Penyesalan

pasca Pembelian

53 77 65 4 24 96 60 12

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dari variabel penyesalan pasca pembelian yang menunjukkan mean empirik lebih besar dari mean hipotetik yaitu 65 > 60. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyesalan pasca pembelian pada subjek penelitian lebih tinggi daripada penyesalan pasca pembelian pada populasi pada umumnya.

Berdasarkan pengolahan data penyesalan pasca pembelian dengan bantuan SPSS 16.0 for windows diperoleh Rxx= 0.876 dan Sx= 7.899 sehingga standar eror dalam pengukuran ini adalah:

Se = 7.899 √(1-0.876) = 7.899 √0.124 = 7.899 x 0.352

= 2.780

Mengetahui besarnya Se akan dapat mengestimasi fluktuasi skor skala penyesalan pasca pembelian, yaitu:

X ± Z α/2 . (Se)

Dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% berarti sama dengan taraf signifikan 5% atau α = 0.05 sehingga α/2= 0.025, maka diperoleh nilai z=1.96 (bersadarkan tabel distribusi normal) dengan begitu fluktuasi skor penyesalan pasca pembelian sebesar:

X ± (1,96) (2.780) X ± 5.45 X ± 5 (dibulatkan) maka: X + 5 = 108+5 = 113 X – 5 = 108–5 = 103 maka: X + 5 = 65+5 = 70 X – 5 = 65–5 = 60

Dari perhitungan di atas maka kategorisasi terhadap penyesalan pasca pembelian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13. Kategorisasi Data Penyesalan pasca Pembelian Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Penyesalan pasca Pembelian X ≥ 70 Tinggi 13 16.25% 60 < X < 70 Tidak terklasifikasi 45 56.25% ≤

Berdasarkan mean empirik (65), secara umum subjek penelitian berada pada kategori tidak terklasifikasi. Berdasarkan kategorisasi data variabel penyesalan pasca pembelian, sebanyak 22 orang (27.5%) memiliki penyesalan pasca pembelian yang rendah, 13 orang (16.25%) memiliki penyesalan pasca pembelian yang tinggi, dan sebanyak 45 orang (56.25 %) memiliki penyesalan pasca pembelian yang tidak terklasifikasi.

2. Kategorisasi Data Unplanned Purchase

Skala penyesalan pasca pembelian terdiri dari 30 aitem dengan lima pilihan jawaban yang bergerak dari 1 sampai 5. Kriteria kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam kategori tinggi dan rendah. Data penelitian tentang unplanned purchase seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 14. Deskripsi Data Penelitian Unplanned Purchase

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD Unplanned

Purchase

64 123 93.5 9.83 30 150 90 20

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dari variabel unplanned purchase yang menunjukkan mean empirik lebih besar dari mean hipotetik yaitu 93.5 > 90. Sehingga dapat disimpulkan bahwa unplanned purchase pada subjek penelitian lebih tinggi daripada unplanned purchase pada populasi pada umumnya.

Berdasarkan pengolahan data unplanned purchase dengan bantuan SPSS 16.0 for windows diperoleh Rxx= 0.930 dan Sx= 16.828 sehingga standar eror dalam pengukuran ini adalah:

Se = 16.828 √(1-0.930) = 16.828 √0.07 = 16.828 x 0.264

= 4.442

Mengetahui besarnya Se akan dapat mengestimasi fluktuasi skor skala unplanned purchase, yaitu:

X ± Z α/2 . (Se)

Dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% berarti sama dengan taraf signifikan 5% atau α = 0.05 sehingga α/2= 0.025, maka diperoleh nilai z=1.96 (bersadarkan tabel distribusi normal) dengan begitu fluktuasi skor unplanned purchase sebesar: X ± (1,96) (4.442) X ± 8.70 X ± 9 (dibulatkan) maka: X + 9 = 93+9 = 102 X – 9 = 93–9 = 84

Dari perhitungan di atas maka kategorisasi terhadap unplanned purchase dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Kategorisasi Data Unplanned Purchase

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Unplanned Purchase X ≥ 102 Tinggi 17 21.25% X ≤ 84 Rendah 22 27.5% 84 < X < 102 Tidak Terklasifikasi 41 51.25%

Berdasarkan mean empirik (93.5), secara umum subjek penelitian berada pada kategori tinggi. . Berdasarkan kategorisasi data variabel unplanned purchase sebanyak 17 orang (21.25%) memiliki unplanned purchase yang tinggi, 22 orang (27.5%) memiliki unplanned purchase yang rendah, dan sebanyak 41 orang (51.25%) tidak terklasifikasi.

C. Pembahasan

Hasil penelitian pada sampel mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa ada hubungan antara penyesalan pasca pembelian dengan unplanned purchase (r = 0.796, p < 0.05). Hubungan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi unplanned purchase maka semakin tinggi pula penyesalan pasca pembelian, demikian juga sebaliknya semakin rendah unplanned purchase maka akan semakin rendah pula penyesalan pasca pembelian. Ada beberapa alasan yang menyebabkan hubungan antara unplanned purhase dengan post purchase regret.

Pertama, menurut Lee & Cotte (2009) individu dapat merasakan penyesalan yang disebabkan oleh kurangnya pertimbangan, yaitu ketika seseorang merasa kekurangan kualitas/kuantitas informasi yang mereka butuhkan dalam proses pengambilan keputusan. Kurangnya informasi ketika mengambil keputusan

terjadi ketika seseorang melakukan pembelian tidak terencana (unplanned purchase). Dalam unplanned purchase, keputusan pembelian tidak direncakan terlebih dahulu (Bucklin and Lattin, 1991).

Kedua, individu dapat merasakan penyesalan yang disebabkan oleh apa yang telah direncanakan tidak berjalan dengan baik, serta individu dapat merasakan penyesalan dikarenakan mereka merasa seharusnya mereka melakukan sesuatu dengan lebih lagi, misalnya, lebih banyak berfikir dan melakukan usaha yang lebih (Lee & Cotte (2009). Ketika melakukan unplanned purchase seseorang tidak memiliki waktu yang cukup banyak untuk dapat berfikir ataupun melakukan usaha yang lebih lagi.

Ketiga, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Connolly & Zeelenberg (2002) menyatakan bahwa faktor konsistensi antara seseorang dengan perilaku mereka juga memerankan peranan penting dalam memahami proses regret (penyesalan). Individu dapat merasakan penyesalan ketika mereka merasa gagal untuk melakukan proses pengambilan keputusan seperti yang telah direncanakan, atau terjadinya ketidakkonsistenan antara rencana dan perilaku yang ditunjukkan (Pieters and Zeelenberg, 2005)

Selanjutnya, penyesalan juga terjadi ketika individu membandingkan proses pengambilan keputusan yang terjadi (tidak sesuai dengan yang dikehendaki) dengan proses pengambilan keputusan yang diharapkan terjadi (sesuai dengan yang dikehendaki) (Lee & Cotte 2009). Pieters & Zeelenberg (2005) menyatakan meskipun perilaku dan tujuan telah ditentukan, tidak semua bisa berjalan seperti yang direncanakan. Ketika seseorang mengambil keputusan

pembelian yang tidak dia rencanakan terebih dahulu, dapat dikatakan dia melakukan pembelian tidak terencana (unplanned purchase).

Menurut Yeung and Wyer (dalam Inman, Winer, Ferraro, 2009) unplanned purchase dapat dijelaskan dalam dua tahap proses. 1) stimulus yang berada di dalam toko dapat menarik perhatian pengunjung 2) setelah pengunjung memperhatikan stimulus tersebut, mereka akan menilainya dimana dapat dihasilkan dalam respon kognitif dan afektif. Stimulus tersebut akan memunculkan tanda pengenalan, membantu memanggil kembali ingatan bahwa mereka membutuhkan produk tersebut. Stimulus tersebut dapat pula menimbulkan reaksi afektif. Reaksi afektif yang tinggi dapat meningkatkan munculnya perilaku unplanned purchase. Unplanned purchase dapat menghasilkan hasil yang negatif, misalnya dapat menyebabkan menghabiskan uang secara berlebihan, sehingga seseorang berusaha untuk membatasinya (Inmar, Winer & Ferarro, 2009).

Penelitian ini menunjukkan bahwa penyesalan pasca pembelian pada

Dokumen terkait