BAB 1 PENDAHULUAN
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap informan dengan mendatangi informan ke tempat tinggalnya. Obse
terhadap subjek penelitian yang berkaitan dengan tingkah laku dan segala tindakan ataupun perlakuan yang diterimanya.
Uji keabsahan data dilakukan dengan tehnik triangulasi data. Peneliti akan memastikan bahwa catatan harian wawancara dengan informan dan catatan harian observasi telah terhimpun. Kemudian dilakukan uji silang terhadap materi catatan- catatan harian, untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dan catatan harian observasi. Jika ada perbedaan informasi atau informasi tidak relevan, peneliti akan menelusuri sumber perbedaan tersebut dan
engon
n data yaitu alat tulis, ‘note b
gga sangat rentan terhada
dalam memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
m firmasi perbedaan tersebut pada informan dan sumber-sumber lainnya.
Proses trianggulasi dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan (Bungin, 2007: 252).
Alat bantu yang digunakan dalam proses pengumpula
ook’ dan kamera. Data hasil pengamatan dan wawancara umumnya langsung saya tulis di tempat penelitian dalam bentuk tulisan-tulisan singkat. Tulisan-tulisan singkat ini kemudian dikembangkan ke dalam bentuk ‘field note’ yang lebih rinci dan lengkap. Ada juga yang ditulis setelah berlalu sekian lama, sehin
p kemungkinan untuk terlupakan. Alat perekam tidak saya gunakan dalam pengumpulan data, untuk menghindarkan kecemasan atau kecanggungan informan
Data primer yang pertama ingin diketahui adalah data asupan zat gizi balita (walaupun tetap tidak mengesampingkan data-data lain). Metode yang digunakan untuk m
n juga penimbangan terhadap beberapa makana
nsumsi balita pada jam-jam
emperoleh data asupan zat gizi balita yaitu gabungan metode ‘food recall’5 dan pengamatan terhadap makanan yang dimakan oleh balita-balita tersebut. Pengamatan terhadap makanan yang dimaksud di sini adalah saya melihat secara langsung makanan yang dikonsumsi balita dan mencatat jumlah makanan yang dimakan. Jika memungkinkan, dilakuka
n tertentu.
Dalam melakukan pengamatan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh balita tersebut, saya lakukan dengan cara mengunjungi rumah keluarga balita pada jam yang berbeda-beda. Kunjungan pada pagi hari sekitar jam 7.00 WIB untuk mengamati makan pagi. Kunjungan pada siang hari sekitar jam 11.00 WIB untuk mengamati makan siang, dan untuk pengamatan makan sore atau malam hari kunjungan ke rumah balita dilakukan sekitar jam 18.00 WIB.
Sedangkan ‘food recall’ dilakukan untuk mengetahui ko
di luar dari pengamatan. Maksudnya, ‘food recall’ dilakukan untuk mengetahui konsumsi balita selain pada saat pengamatan dilakukan, sehingga akan diperoleh data konsumsi makanan balita dalam satu hari (24 jam).
Pengamatan, penimbangan dan ‘food recall’, terhadap makanan balita tidak dilakukan dalam tiga hari berturut-turut, tetapi diberi jarak 1 atau 2 hari. Dalam
5
pelaksa
dengan kebutu
Menurut Buku Petunjuk Teknis Tatalaksana hitungkan untuk menentukan i mana kondisi balita sangat gBB, kemudian fase transisi
denga i en gBB, terakhir memasuki fase
rehabil
yaitu 150 kkal/kgBB, dari hasil perkalian itu diperoleh kebutuhan energi sehari masing-masing balita (perhitungan kebutuhan zat gizi dapat dilihat pada Lampiran 3).
naannya, kedatangan saya tidak pernah dijanjikan hari dan jamnya, sehingga memang terlihat jelas apa yang dikonsumsi oleh balita sehari-hari.
Untuk mengetahui asupan zat gizi dari data konsumsi makanan tersebut dilakukan dengan bantuan program ‘Nutrisurvey’. Konsumsi makanan selama tiga hari tersebut direkapitulasi dan komposisi zat gizi yang dihasilkan sudah merupakan nilai rata-rata dalam sehari. Nilai gizi rata-rata ini kemudian dibandingkan
han zat gizi masing-masing balita.
Penghitungan kebutuhan zat gizi balita dalam sehari dengan mempertimbangkan umur, berat badan, dan fase6 pemberian makanan yang disandangnya saat penelitian dilakukan.
Gizi Buruk (Buku II), ada fase-fase yang harus diper kebutuhan zat gizinya. Dimulai dengan fase stabilisasi d buruk, diberikan konsumsi energi sebesar 50-100 kkal/k
n konsums ergi sebesar 100-150 kkal/k
itasi dengan konsumsi energi sebesar 150-220 kkal/kgBB.
Berdasarkan keadaan klinis balita, maka perhitungan angka kebutuhan zat gizi balita dilakukan dengan mengelompokkan balita ke dalam fase rehabilitasi, di mana kondisi balita sudah membaik (melewati masa-masa kritis) sesuai dengan kriteria pada tahap ini. Angka yang diambil adalah angka yang paling rendah pada tahap ini
6
Untuk kebutuhan7 protein, lemak dan karbohidrat, sudah ada persentase yang ditentukan yaitu kebutuhan protein sebesar 10-15% dari kebutuhan total energi, lemak
tuhan karbohidrat, sehingga total keseluruhan adalah 100%.
Nilai rata-rata asupan gizi balita kemudian dibandingkan dengan nilai l perbandingan tersebut kemudian disesua
angka kebutuhan gizi c.
emeriksaan feses pada laboratorium. Botol yang sudah diberi kode untuk tempat
sebesar 15-30% dari kebutuhan total energi dan karbohidrat sebesar 55-75% dari kebutuhan total energi (Almatsier, 2002: 44,72). Dalam hal ini, angka yang diambil adalah angka 15% untuk kebutuhan protein, 20% untuk kebutuhan lemak dan 65% untuk kebu
kebutuhan zat gizi balita, persentase dari hasi
ikan dengan tingkatan asupan zat gizi dibagi menjadi empat ‘cut off points’8, sebagai berikut (Supariasa, 2002: 114):
a. Baik : ≥ 100% angka kebutuhan gizi b. Cukup : 80 – 99%
Kurang : 70 – 79% angka kebutuhan gizi d. Defisit : < 70% angka kebutuhan gizi
Untuk mengetahui status kecacingan pada balita-balita gizi buruk ini, maka dilakukan p
sampel feses, diberikan kepada ibu balita pada sore hari, dan disampaikan untuk mengambil sampel feses balitanya pada keesokan paginya. Pada jam 08.00 WIB, botol-botol sampel itu kemudian saya ambil dari rumah balita dan langsung
Lihat Penuntun Diit Anak, RSCM & Persagi (1992: 5). 8
Lihat Supariasa, dkk (2001: 114). 7
dibawa ke laboratorium Dinas Kesehatan Deli Serdang. Pemeriksaan feses dilakukan pada 4 (empat) orang balita yang sudah berusia ≥ 2 tahun.
Sedangkan data untuk letak geografis, kependudukan dan mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Lubuk Pakam, diambil dari laporan yang ada di Puskesmas Lubuk Pakam, termasuk laporan Badan Pusat Statistik yang ada di Kantor Kecamatan Lubuk Pakam.