• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seperti yang telah dijelaskan dalam PSAK No. 14 bahwa biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.

Persediaan di PT PP London Sumatra atas barang dagangan baik yang siap jual maupun dalam proses (commodity) , bahan pembantu dan suku cadang. Persediaan barang dagangan diperoleh dari sumber bahan baku dari hasil panen di lahan yang telah menghasilkan milik perusahaan ( lahan inti ) dan juga dari lahan milik petani plasma ( lahan plasma) dan pihak ketiga yang didapat dengan cara pembelian (crop purchased) kemudian diolah menjadi barang jadi ( finished goods) yang siap untuk dijual ( ready for sale ) . sedangkan untuk perolehan bahan pembantu dan suku cadang umumnya diperoleh dengan cara pembelian ke pihak ketiga (supplier) baik dengan cara tunai maupun kredit.

Untuk memperoleh bahan baku dari lahan inti sendiri perusahaan mengeluarkan biaya biaya yang terdiri dari :

1. biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan ( upkeep and cultivation ) 2. biaya pemanenan ( harvesting )

3. biaya pengolahan/pabrikasi ( manufacturing costs) 4. biaya tidak langsung ( indirect Expenses)

Komponen biaya dalam persediaan yang dibebankan sebagai harga perolehan pada PT PP London Sumatra Indonesia,Tbk telah sesuai dengan definisi dari PSAK dimana selain harga perolehan atas persediaan juga

dibebankan biaya ongkos angkut dan biaya bongkar muat dalam menghitung harga pokok perolehan persediaan tersebut.

3. Sistem Pencatatan Persediaan

Sistem pencatatan persediaan material yang dipakai oleh PT. PP. Lodon Sumatra Indoneisa,Tbk adalah sistem pencatatan perpetual, dimana material yang dibeli dan yang dipakai selalu dicatat didalam perkiraan persediaan. Setiap perubahan yang terjadi selalu dicatat, sehingga setiap hari atau setiap saat dapat dilihat jumlah persediaan yang ada digudang. Sistem pencatatan ini dipilih karena dinilai mudah untuk melakukan pengawasan terhadap persediaan yang ada digudang.

Disamping itu pengawasan terhadap karyawan yang membidangi bagian persediaan ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara kartu stock dengan catatan yang dibuat oleh pihak komersil khususnya bagian akuntansi. Kartu stock ini juga mempermudah bagian gudang dalam mengajukan pembelian barang yang diperlukan oleh perusahaan.

Penggunaan sistem pencatatan perpetual pada PT. PP. Lodon Sumatra Indoneisa,Tbk telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dimana pada saat transaksi pembelian persediaan dicatat dengan mendebit perkiraan persediaan bersangkutan dan mengkredit kas atau hutang dan pada saat transaksi penjualan, harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan tersebut.

Dalam sistem pencatatan persediaan PT. PP.London Sumatra Indonesia Tbk menggunakan sistem pencatatan persediaan metode perpetual, adapun alasan penggunaan sistem pencatatan tersebut adalah jenis persediaan barang dagangan yang beragam sehingga diperlukan suatu sistem pencatatan yang selalu dapat cepat memberikan informasi tentang persediaan baik dari jumlah unit, harga perolehan per unit dan total nilai persediaan yang dimiliki. Hal tersebut juga didukung oleh kenyataan bahwa perputaran persediaan yang cukup cepat sehinggga informasi yang tersedia dengan cepat dan lengkap mengenai persediaan barang dagangan akan memudahkan manajemen perusahaan dalam mengantisipasi setiap peluang penjualan maupun penurunan penjualan sehingga persediaan akan selalu tersedia untuk mencegah kelebihan persediaan maupun

kekurangan persediaan. Sistem perpetual ini juga memudahkan pihak manajemen dalam memenuhi permintaan pangsa pasar yang meningkat dan mengantisipasi terhindar dari persediaan barang yang rusak / kadaluwarsa pada saat permintaan pangsa pasar turun.

Dalam operasinya PT. PP.London Sumatra Indonesia Tbk sering menemukan persediaan rusak atau barang yang tidak sesuai dengan barang yang dipesan.maka PT. PP.London Sumatra Indonesia Tbk akan melakukan retur pembelian. Seperti halnya dengan retur pembelian, maka retur penjualan juga sering terjadi akibat barang yang dipesan oleh pembeli rusak dalam perjalanan, ataupun jumlah yang dipesan pihak pembeli tidak sesuai dengan kesepakatan.

Kebijakan perhitungan fisik atas persediaan yang diterapkan oleh PT. PP.London Sumatra Indonesia Tbk adalah sewaktu-waktu namun perhitungan fisik harus dilakukan sekali dalam setahun yaitu pada tanggal 30 November setiap tahunnya. Perhitungan fisik ini dilakukan untuk mengetahui jumlah barang yang masuk dan jumlah barang yang keluar serta jumlah persediaan yang masih ada di gudang. Pengecekan ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan fisik dengan jumlah dalam rekening persediaan. Dan bila terdapat selisih jumlah persediaan antara hasil perhitungan fisik dengan saldo rekening persediaan , dapat dilakukan penelitian terhadap sebab-sebab terjadinya perbedaan itu. Apakah selisih itu normal dalam arti susut atau rusak, ataukah tidak normal, yaitu diselewengkan.

Dalam melakukan perhitungan fisik tersebut PT. PP.London Sumatra Indonesia Tbk yang mencatat nya adalah bagian internal dan eksternal auditor yang biasanya dilakukan setiap akhir bulan 11 setiap tahunnya.

Perhitungan fisik atas persediaan dapat saja dilakukan perusahaan sewaktu-waktu namun wajib dilakukan setahun sekali pada tanggal 30 November setiap tahunnya. Hal ini telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan 14 dimana inventarisasi fisik perlu dilakukan untuk mengetahui kebenaran saldo perkiraan persediaan yang ada pada kartu persediaan yang telah dicatat dengan kondisi fisik persediaan yang ada di gudang untuk mengetahui apakah telah sesuai atau tidak sesuai. Pada saat dilakukan inventarisasi fisik tersebut maka akan dibentuk tim inventarisasi yang terdiri dari bagian akuntansi dan bagian gudang.

4. Metode Penilaian Persediaan

PT PP London Sumatra Indonesia, Tbk menggunakan metode penilaian persediaan secara FIFO (First In First Out). Jadi menurut metode ini barang yang masuk lebih awal akan dikeluarkan lebih awal juga. Dalam hal ini harga pokok persediaan yang pertama dijual sesuai dengan harga pokok persediaan yang pertama dibeli dan nilai harga pokok persediaan yang kedua dijual sesuai dengan harga pokok persediaan yang kedua dibeli dengan jenis persediaan yang sama. Setiap persediaan yang dimiliki akan dibuatkan kartu persediaan masing-masing yang kolom penerimaan, pengeluaran beserta saldo perkiraan persediaan tersebut. Penggunaan metode FIFO akan menyebabkan pajak penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain. Hal ini disebabkan karena penggunaan metode ini akan menghasilkan laba yang tinggi dibanding metode lain. Namun penggunaan metode ini dipandang lebih sesuai untuk diterapkan oleh perusahaan, karena barang dagangan yang dijual misalnya pupuk tidak tahan lama. Jika pupuk tersebut disimpan terlalu lama maka pupuk tersebut akan membatu, yang mengakibatkan kualitasnya jelek sehingga akan mengurangi nilai jual pupuk tersebut atau bahkan pupuk tersebut tidak dapat dijual karena kualitasnya yang sudah buruk.

Dengan metode FIFO berarti PT PP London Sumatra Indonesia, Tbk akan menghitung harga pokok penjualan barang yang dijual berdasarkan pada nilai barang yang lebih awal masuk ke gudang, sedangkan nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan nilai barang yang terakhir masuk gudang. Metode penilaian FIFO yang digunakan perusahaan akan menghasilkan akuntansi perusahaan yang

terbaru karena persediaan yang ada di gudang adalah persediaan yang harga pokok perunitnya yang terakhir dibeli atau yang terbaru.

PT PP London Sumatra Indonesia, Tbk menggunakan penilaian persediaan dengan metode FIFO dimana metode ini sesuai diterapkan untuk perusahaan yang memiliki persediaan yang tidak tahan lama atau cenderung mudah rusak. Metode ini juga akan menghasilkan akuntansi persediaan yang terbaru karena persediaan yang ada di gudang adalah persediaan terakhir atau terbaru dibeli sehingga perusahaan akan terhindar dari kerusakan fisik persediaan.

Metode FIFO yang digunakan oleh PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk dalam melakukan penilaian persediaan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 14, dimana barang yang pertama dibeli akan dijual terlebih dahulu sehingga persediaan yang tertinggal di gudang sebagai persediaan akhir adalah persediaan yang dibeli kemudian.

Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan

Untuk dapat menghitung harga pokok persediaan dapat digunakan berbagai cara antara lain:

a. FIFO (First In First Out)

Metode ini artinya , harga yang digunakan untuk menghitung nilai stok akhir dan HPP adalah harga barang yang dibeli oleh perusahaan terlebih dahulu . jadi harga barang yang masuk pertama ( beli pertama ) adalah yang keluar pertama ( digunakan pertama ) .

b. LIFO (Last In Last Out)

Metode ini artinya , harga yang digunakan untuk menghitung nilai stok akhir dan HPP adalah harga barang yang dibeli terakhir oleh perusahaan. Jadi masuk ( beli) terakhir,keluar (dipakai) pertama.

Metode ini artinya , Harga yang dipakai untuk menghitung nilai stok akhir dan HPP adalah dengan menghitung nilai rata-rata ( harga persediaan awal + semua pembelian ) pada periode tersebut.

Metode penentuan harga pokok persediaan yang digunakan oleh PT. London Sumatra Indonesia Tbk adalah Weight Average (Rata-rata tertimbang) yaitu barang-barang yang dipakai untuk pemeliharaan tanaman ataupun produksi akan dibebani harga pokok rata pada akhir periode, karena harga pokok rata-rata baru dihitung pada akhir peirode, dan akibatnya jurnal untuk mencatat berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir periode. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Perusahaan menggunakan metode ini karena membutuhkan nilai persediaan yang sebenarnya pada setiap akhir bulan.

Sebagai contoh perhitungan penilaian persediaan akan diambil contoh beberapa material yang dibeli dan di pergunakan di tahun 2008 di lokasi kebun dan Palm Oil Mill.

5. Penyajian dan Pengungkapan Persediaan Pada Laporan Keuangan

Pada PSAK No. 14 diuraikan bahwa laporan keuangan mengungkapkan informasi berikut ini :

a. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama perode tertentu, atau, b. Biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan.

Penyajian persediaan dalam laporan keuangan PT PP London Sumatra Indonesia,Tbk telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dimana persediaan disajikan dalam neraca yakni persediaan akhir yang benar-benar dimiliki oleh perusahaan dan kelompokkan dalam aktiva lancar dimana persediaan tersebut merupakan gabungan dari jumlah persediaan yang ada dan telah ditotalkan jumlahnya pada akhir periode sedangkan persediaan barang dagang rusak dicantumkan pada bagian aktiva lain-lain. Persediaan pada laporan

laba rugi PT PP London Sumatra Indonesia,Tbk disajikan pada bagian harga pokok penjualan dan persediaan barang dagangan rusak diakui sebagai biaya kerugian dan dicantumkan pada biaya diluar usaha pada bagian biaya lain-lain.

Perusahaan juga telah mengungkapkan kebijakan akuntansi terhadap persediaan secara konsisten, yakni kebijakan didalam menentukan harga pokok perolehan persediaan, sistem pencatatan persediaan, metode penilaian persediaan dan penyajian persediaan pada laporan keuangan.

Tabel 3.1

PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN

Dokumen terkait