• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dwi Putri Jeng Ivo Nurun Nisa (Universitas sebelas Maret), Kota (Surakarta), Indonesia Email: dwiputrinisa@student.uns.ac.id

Penulis 2

Mohamad Harisudin (Universitas Sebelas Maret), Kota (Surakarta), Indonesia Email: https://orchid.org/0000-0001-9027-8986

ABSTRAK

Pertanian memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDB sebesar USD 387.501,5 atau sekitar 3,72% pada tahun 2018. Menurut (Dirjen Perkebunan, 2019), Indonesia saat ini terbesar keempat negara penghasil kakao di dunia.

Kakao adalah dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Criollo, Forastero, dan Trinitario. Salah satu perkebunan di Jawa Timur yang membudidayakan kakao adalah PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero). Perkebunan negara adalah dipilih berdasarkan biji kakao edel (mulia kakao) dibudidayakan hanya oleh beberapa orang tua perkebunan di Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui cacat biji kakao edel biji kakao edel di kebun Banjarsari masih dalam batas kendali atau tidak (2) menganalisis penyebab dan tindakan yang diusulkan untuk memperbaiki cacat biji kakao edel. Metode penelitian menggunakan Statistical Quality Control (SQC). Hasilnya menunjukkan bahwa (1) Analisis grafik menemukan bahwa batas toleransi mutu biji kakao edel bervariasi selama 5 tahun, (2) Rekomendasi usulan perbaikan yang diberikan adalah mengadakan pelatihan rutin minimal sebulan sekali, pihak perusahaan melakukan alternatif tindakan dengan menanam diversifikasi tanaman penutup tanah, meningkatkan kebersihan secara teratur, melakukan sanitasi dan pembersihan gulma di sekitar area pertanaman.

Kata kunci: Biji Kakao Edel, PTPN XII (Persero) Kebun Banjarsari, Mutu, Statistical Quality Control (SQC)

ABSTRACT

Agriculture has an important role in Indonesia's economic activities. The contribution of the plantation sub-sector to GDP was USD 387,501.5 or around 3.72% in 2018. According to (Directorate General of Plantations, 2019), Indonesia is currently the fourth largest cocoa producing country in the world. Cocoa is divided into three major groups, namely Criollo, Forastero, and Trinitario. One of the plantations in East Java that cultivates cocoa is PT.

Perkebunan Nusantara XII (Persero). The state plantations were selected based on the edel cocoa beans (noble cacao) cultivated only by a few parent plantations in Java. This study aims to (1) determine the defects in edel cocoa beans in Banjarsari plantations that are still within the control limits or not (2) to analyze the causes and proposed actions to correct defects in edel cocoa beans.

The research method uses Statistical Quality Control (SQC). The results show that (1) the graphic analysis found that the tolerance limit for the quality of edel cocoa beans varied for 5 years, (2) the recommendation for improvement proposals given was to hold regular training at least once a month, the company took alternative actions by planting diversified cover crops, increasing regular hygiene, sanitation and weed removal around the planting area.

Keywords: Edel Cocoa Beans, PTPN XII (Persero) Banjarsari Gardens, Quality, Statistical Quality Control (SQC)

106 PENDAHULUAN

Perkebunan adalah segala kegiatan yang bercocok tanam tanaman tertentu di darat dan/atau media tumbuh lainnya, mengolah dan memasarkan barang dan jasa tanaman, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, modal dan pengelolaan untuk menciptakan kesejahteraan bagi perkebunan pelaku usaha dan masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010). Perdagangan biji kakao mampu mendatangkan devisa negara dan pendapatan masyarakat sehingga menempatkan biji kakao sebagai salah satu komoditas penting dalam perekonomian Indonesia. Kementerian Pertanian juga menetapkan biji kakao sebagai salah satu komoditas unggulan dalam pembangunan pertanian lima tahun ke depan bersama karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, lada, dan komoditas lainnya (Ditjen Perkebunan, 2015).

Perkebunan negara dipilih berdasarkan biji kakao edel (kakao mulia) hanya dibudidayakan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa. PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) memiliki beberapa unit kerja, salah satunya: yaitu Kebun Banjarsari. PTPN XII (Persero) Kebun Banjarsari Afdeling Gerengrejo membudidayakan dua jenis kakao, yaitu kakao bulk dan kakao edel. Penelitian difokuskan pada biji kakao edel karena memiliki kualitas tinggi dan memiliki harga jual yang lebih tinggi dari kakao bulk di pasar Internasional. Produksi biji kakao edel di Kebun Banjarsari Afdeling Gerengrejo mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal ini karena ada kesalahan dalam proses produksi termasuk fermentasi terlalu lama, pembalikan kesalahan saat pengeringan menggunakan sinar matahari, kesalahan dalam suhu pengeringan yang menyebabkan smokey.

Faktor yang menyebabkan biji kakao edel Indonesia menjadi tidak mampu bersaing di pasar Internasional adalah kesalahan dalam proses produksi (pasca panen), termasuk kesalahan dalam waktu fermentasi, waktu pengeringan yang pendek, sehingga kadar air tidak standar (<7%) dan mudah tumbuh jamur atau bakteri. Kualitas produk merupakan faktor penting yang perlu diberikan solusi untuk kesalahan selama proses produksi biji kakao edel. Meningkatnya pendidikan, daya beli dan kesadaran konsumen akan nilai gizi telah membangkitkan kesadaran konsumen akan pentingnya kualitas produk (Anom Yuarini, Satriawan dan Oka Suardi, 2015).

Pengendalian mutu dilakukan untuk memberikan informasi tentang kesesuaian barang yang diproduksi dengan spesifikasi desain produk. Standar kualitas ditentukan sebagai tolok ukur untuk pengawasan kendali mutu. Setiap biji kakao yang akan diekspor harus memenuhi standar kualitas yang relevan. Ketentuan SNI untuk Biji Kakao Edel telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor S1 / Fermentasi / OT.140/9/2012, tentang pedoman penanganan pasca panen kakao.

Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan dan menjaga kualitas biji kakao dan mampu mengangkat kakao nasional sehingga dapat bersaing baik di dalam negeri maupun global pasar dan berkontribusi

107 untuk mendukung lebih tinggi pertumbuhan ekonomi, tidak hanya bergantung pada varietas dan lingkungan pertumbuhan kakao, terutama pengolahan. biji kakao untuk mempertahankan kualitas yang baik (Manalu, 2018). Pada umumnya kerusakan yang terjadi pada biji kakao pada saat proses panen, penanganan pasca panen, dan proses penyimpanan akan menyebabkan penurunan kualitas (kehilangan bobot, kuantitas dan kualitas). Jenis kerusakan yang terdapat pada biji kakao meliputi kerusakan fisik dan mekanis, biologis, mikrobiologis dan kimia (Haryadi dan Supriyanto, 2012).

Uraian tersebut mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang analisis pengendalian mutu edel biji kakao di PTPN XII (Persero) Kebun Banjarsari dengan menggunakan salah satu metode pengendalian mutu yaitu metode Statistical Quality Control (SQC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cacat yang terjadi pada proses produksi edel biji kakao masih dalam batas pengendalian atau tidak, dan memberikan formulasi solusi alternatif yang dianggap relatif cocok untuk meningkatkan kualitas produksi edel biji kakao di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Banjarsari, Kabupaten Jember.

BAHAN DAN METODE

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis.

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Banjarsari Kabupaten Jember yang ditetapkan secara purposive sampling (sengaja) dengan mengambil data biji kakao edel per Bulan Januari tahun 2015 s/d Oktober 2019. Alasan pemilihan lokasi adalah karena Kebun Banjarsari merupakan salah satu kebun andalan PTPN XII dari perkebunan lain dalam membudidayakan dan meningkatkan produksi kakao, khususnya kakao edel. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode penentuan informan kunci dan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling untuk pimpinan (manajer, asisten pabrik, teknisi asisten dan pemrosesan) dan karyawan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, pencatatan, studi pustaka, dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) : p chart, usulan perbaikan terhadap kecacatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

108 Bagan p-chart

Gambar 1. Bagan p chart Kecacatan Biji Kakao Edel

Proses produksi di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Banjarsari Kabupaten Jember masih dalam batas kendali, namun tidak sedikit pula yang berada di luar batas kendali (control). Pola titik-titik pada peta kendali (p chart) berfluktuasi dan tidak teratur. Ada 2 titik yang berada di luar batas kendali atau di atas garis UCL dan ada 5 titik di bawah garis LCL. Penyimpangan terburuk menunjukkan persentase cacat pada biji kakao edel tertinggi terjadi pada bulan ke-9 dan ke- 53 (September 2015 dan Agustus 2019) menembus angka lebih dari 10%, terlihat titik-titik tersebut telah menembus titik batas atas (UCL). Penyimpangan pada bulan September 2015 terjadi akibat angin puting beliung yang mengakibatkan beberapa bunga kakao edel rontok sebelum penyerbukan. Sehingga biji yang dihasilkan kebanyakan berwarna hitam. Penyimpangan pada Agustus 2019 terjadi karena masa transisi antara pengeringan yang awalnya menjalani proses 2 kali yaitu menggunakan sinar matahari dan mesin (mekanik). Perubahan mendadak pada titik-titik yang tidak terkendali menunjukkan banyaknya produk yang cacat. Bulan 19 sampai dengan bulan ke-21 (September 2016-November 2016), dan bulan ke-29 sampai dengan bulan ke-32 (bulan Juli 2017-Oktober 2017), titik-titik tersebut berada pada batas bawah (LCL). Hal ini karena persentase disabilitasnya kecil, yaitu di bawah 6%.

Rekomendasi Perbaikan

Saran untuk tindakan korektif untuk cacat biji kakao edel di PTPN XII (Persero) Kebun Banjarsari meliputi:

a. Peningkatan karyawan melalui penyuluhan dan pelatihan tentang tata cara pengendalian hama dan penyakit sebulan sekali.

b. Pengawasan yang lebih teratur, pelatihan dan cara kerja pestisida c. Perlu adanya jadwal penggunaan pestisida yang intensif dan teratur.

109 terencana sehingga pasokan awal penerimaan pabrik tidak over produksi yang menyebabkan benih saling menempel.

e. Memberikan tindakan alternatif dengan menanam tanaman penutup tanah yang beragam, dan musuh alami.

f. Membalik biji kakao edel saat pengeringan membutuhkan alat yang tidak tajam, yang tidak melukai kulit bahkan bijinya.

g. Menggunakan pengeringan modern seperti yang akan berkembang saat ini, yaitu dengan cara mekanik

h. Memantau biji kakao edel dan melakukan pengecekan rutin khususnya kepada tim EWS (Early Warning System).

Penelitian (Mahadika, Safira 2017) yang berjudul “Analisis Pengendalian Kualitas Biji Kakao Ekspor Pada PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Kendenglembu Banyuwangi. Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Kendenglembu, Banyuwangi yang bergerak di bidang perkebunan dan memproduksi biji kakao kering yang dipasarkan dalam negeri maupun diekspor. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan pengendalian mutu produk biji kakao ekspor, faktor yang memengaruhi kualitas. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis pengendalian kualitas. Metode deskriptif untuk mengetahui faktor-faktor pengendalian kualitas biji kakao mulai tahap budidaya sampai pada pengolahan kakao. Analisis pengendalian mutu menggunakan alat bantu SQC (Statistical Quality Control). Alat bantu SQC yang digunakan terdiri dari check sheet, peta kendali p, diagram pareto, diagram sebab-akibat. Dari hasil penelitian yang dilakukan, faktor budidaya mempengaruhi hasil pengolahan biji kakao yang dihasilkan. Peneliti menggunakan penelitian tersebut sebagai acuan referensi terutama dalam metode analisis data.

KESIMPULAN

Berdasarkan peta kendali proporsi (p chart), diketahui bahwa cacat biji kakao edel selama 5 tahun dari Januari 2015 - Oktober 2019 masih ada yang tidak terkendali. Penyimpangan di luar batas kendali atas (UCL), terjadi pada bulan September 2015 dan Agustus 2019, sedangkan titik-titik yang berada pada batas kendali bawah (LCL) terjadi pada bulan September 2016 – November 2016 dan Juli 2017 – September 2017.

DAFTAR PUSTAKA

Anom Yuarini, D., Satriawan, I. dan Oka Suardi, I. (2015). Strategi Peningkatan Mutu Sayuran Organik Segar di CV. Golden Leaf Farm Bali, Jurnal Agribisnis Manajemen, 3(2).

110 Pemodelan Kimia, 53(9), hlm. 1689– 1699.

Haryadi dan Supriyanto (2012) . Cokelat Teknologi. Pers Universitas Gajahmada.

Manalu, R. (2018). Pengolahan Kakao Kacang Hasil Petani untuk Meningkatkan Pendapatan Petani, Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 9, hlm. 99–111.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (2010). Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.

111 PEMBERDAYAAN PETANI DUSUN SURJO BERBASIS KEMITRAAN DALAM

PENGEMBANGAN PROGRAM ECOFARMING PAPRIKA