• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR TARI BANGILUN UNTUK MENDUKUNG GERAKAN REVOLUSI MENTAL

Penulis 1

Noviana Fimbry Pusparini (Universitas sebelas Maret), Kota (Surakarta), Indonesia Email: fimbrynoviana@gmail.com

Penulis 2

Muhammad Rohmadi (Universitas sebelas Maret), Kota (Surakarta), Indonesia Email: rohmadi_dbe@yahoo.com

Penulis 3

Prasetyo Adi Wisnu Wibowo (Universitas sebelas Maret), Kota (Surakarta), Indonesia Email: prasetyoadiwisnuwibowo@yahoo.co.id

ABSTRAK

Revolusi mental mengantarkan seseorang menjadi individu yang berintegritas, pekerja keras, dan memiliki semangat gotong royong. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendukung gerakan revolusi mental adalah melalui pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Permasalahan yang menjadi fokus kajian ini adalah (1) Bagaimana bentuk nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam syair Tari Bangilun?; dan (2) Bagaimana cara internalisasi nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Tari Bangilun dalam pendidikan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Tari Bangilun dan cara

78 internalisasi nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Tari Bangilun dalam pendidikan sekolah. Pendekatan penelitian dalam artikel ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber data kajian ini adalah syair yang terdapat dalam Tari Bangilun. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya.

Analisis data penelitian ini adalah konten analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya temuan mengenai nilai pendidikan karakter meliputi nilai nasionalisme, cinta damai, toleransi, religius, dan cinta tanah air. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut diharapkan dapat mendukung gerakan revolusi mental yang tengah digaungkan oleh pemerintah, terlebih dalam menghadapi tantangan pandemi Covid-19.

Kata kunci: nilai pendidikan karakter, revolusi mental, syair tari bangilun.

ABSTRACT

Mental revolution leads a person to become an individual with integrity, hardworking, and having the spirit of mutual cooperation. One way that can be done to support the mental revolution movement is through character education based on local wisdom. The problems that become the focus of this study are (1) What is the form of character education values contained in Bangilun dance verse?; and (2) How to internalize the value of character education contained in Bangilun dance in school education.

This study aims to describe the form of character education values contained in Bangilun dance and how to internalize the character education values contained in Bangilun dance in school education.

The research approach in this article is a qualitative approach using descriptive methods. The source of the data for this study is the verse contained in the Bangilun dance. The data used in this study is the value of character education contained in it. The data analysis of this research is content analysis.

The results of this study indicate that there are findings regarding the value of character education including the values of nationalism, love of peace, tolerance, religion, and love for the homeland. The values of character education are expected to support the mental revolution movement that is being echoed by the government, especially in facing the challenges of the Covid-19 pandemic.

Keywords: the value of character education, mental revolution, bangilun dance verse.

PENDAHULUAN

Revolusi mental merupakan usaha untuk mewujudkan SDM Indonesia yang berintegritas, pekerja keras, dan memiliki semangat gotong royong. Gagasan ini pertama kali dicetuskan oleh Presiden Soekarno, kemudian digaungkan kembali oleh Presiden Joko Widodo. Harapannya agar masyarakat Indonesia memiliki jiwa merdeka untuk meraih kemajuan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendukung gerakan revolusi mental adalah melalui pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah pemenuhan kebutuhan mereka. Kearifan lokal meliputi idea, aktivitas sosial, dan artifak. (Koentjaraningrat, 2000: 12). Salah satu jenis kearifan lokal yang ada di masyarakat adalah tari. Tari merupakan salah satu jenis folklor sebagian lisan yang berkembang di masyarakat. Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya berupa campuran antara unsur lisan dan bukan lisan (Danandjaja, 1997: 28-32). Tari Bangilun merupakan jenis kesenian rakyat yang muncul dan berkembang di wilayah Kledung, Kabupaten

79 Temanggung. Berbeda dengan tari kerakyatan lainnya yang hanya menonjolkan fungsi keindahan (dulce), maka Tari Bangilun juga memiliki fungsi kegunaan (et utile) sebagai pedoman hidup, karena di dalamnya mengandung nilai luhur. Nilai luhur ini terkandung dalam gerakan, kostum, dan utamanya dalam syair. Syair Tari Bangilun (selanjutnya disingkat STB) memiliki beberapa kegunaan, diantaranya adalah sebagai pengiring tari (awalan, inti, dan akhiran), pengiring prosesi malem midodaren, dan sebagai mantra penyembuh (gangguan ghaib).

Penelitian mengenai STB sangat penting karena selain sebagai sarana pendokumentasian bentuk folklor sebagian lisan, juga dapat dimanfaatkan di dunia pendidikan karena mengandung nilai-nilai luhur yang dapat mendukung upaya pendidkan karakter yang dicanangkan oleh pemerintah. Nilai adalah standard yang waktunya agak langgeng, suatu standard yang mengatur sistem tindakan juga merupakan keutamaan (preference), yaitu sesuatu yang lebih disukai, baik hubungan sosial maupun mengenai cita-cita serta usaha untuk mencapainya. (Kluckhohn, 1953).

Sedangkan pendidikan karakter merupakan sebuah program yang digunakan untuk membentuk sikap atau perilaku supaya dapat menyelaraskan antara budaya, lingkungan dan sosial. (Astuti, Waluyo, dan Rohmadi, 2019: 215). Pendapat lain disampaikan oleh Samani dan Hariyanto (2013: 45) mengungkapkan bahwa pendidkan karakter merupakan upaya sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengerjakan nilai-nilai kepada para siswanya.

Ada 18 nilai pendidikan karakter, yaitu nilai religius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat nasionalisme, patriotisme, penghargaan terhadap prestasi, perdamaian, kebiasaan membaca, peduli lingkungan, kepedulian sosial, tanggung jawab. (Saddhono dan Erwinsyah, 2018: 446)

Pendidkan karakter dapat digunakan untuk menangani kasus yang banyak bermunculan di masyarakat. Contohnya adalah menurunnya sopan-santun di masyarakat, merosotnya perilaku jujur dan tanggung jawab, serta semakin pudarnya semangat kebersamaan, gotong-royong, merupakan gambaran kecil melemahnya nilai nasionalisme di kalangan masyarakat. Hal ini tentunya mengancam rasa persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara, yang berujung pada kehancuran sebuah bangsa. Lickona (1992: 32) menyebutkan perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa adalah (1) meningkatnya tindak kekerasan di kalangan remaja; (2) budaya tidak jujur; (3) rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figur pemimpin; (4) pengaruh peer group terhadap tindak kekerasan; (5) meningkatya kecurigaan dan kebencian; (6) buruknya penggunaan bahasa; (7) menurunnya etos kerja; (8) menurunnya rasa

80 tanggung jawab baik sebagai individu maupun sebagai warga negara; (9) meningkatnya perilaku merusak diri; (10) pedoman moral semakin kabur.

Melihat dampak yang begitu besar, maka penting bagi kita semua untuk mengenalkan pendidikan karakter terhadap generasi muda. Dengan adanya pendidkan karakter tersebut, diharapkan para generasi muda memiliki karakter berkualitas. Karakter inilah yang akan memberikan sumbangan besar pada proses pembangunan nasional. Berdasarkan UU No 17 Tahun 2007 tentang prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 antara lain adalah mewujudkan masyarakat yang berkahlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.

Upaya penanaman nilai pendidkan karakter ini tentu saja membutuhkan peran lembaga pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya menyampaikan pembelajaran mengenai pengetahuan saja, tetapi juga penanaman moral, nilai etika, estetika, budi pekerti, dan praktik. Oleh karenanya, sekolah adalah tempat yang paling sesuai bagi penanaman pendidikan karakter untuk peserta didiknya. Sehingga kelak, lulusan yang dihasilkan tidak hanya pandai secara intelektual tetapi juga menjadi lulusan yang bermoral.

Berdasarkan uaraian di atas, maka permasalahan yang menjadi fokus kajian ini adalah (1) Bagaimana bentuk nilai pendidkan karakter yang terkandung dalam Tari Bangilun?; dan (2) Bagaimana cara internalisasi nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Tari Bangilun dalam pendidikan sekolah? Melalui kajian ini, diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan utamanya dalam khasanah budaya dan kesenian Jawa, serta dapat memberikan sumbangsih positif pada komponen pendidikan dalam menentukan dan melaksanakan proses pendidikan

BAHAN DAN METODE

Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Lincoln dan Guba melalui Musfah (2016: 54) disebut dengan “Naturalistik Inquiry”. Artinya cara pengamatan dan pengumpulan data dilakukan secara alamiah, tanpa memanipulasi subjek atau objek yang diteliti. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian deskriptif, Metode deskriptif memiliki tujuan untuk menggambarkan dan menganalisis situasi atau berbagai fenomena objek kajian, dengan metode, teori dan kemampuan peneliti itu sendiri (Musfah, 2016:

55). Maka penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif kualitatif penelitian akan terfokus kepada penyajian data yang deskriptif serta naratif (Yusuf, 2016: 333).

81 Sumber data kajian ini adalah informan dan buku catatan syair tari Bangilun yang dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi, sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai pendidikan karakter yang terdapat pada syair TB. Pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah studi literatur. Studi literatur atau studi dokumen ini adalah suatu kaidah pengumpulan data dengan cara penyelidikan kandungan secara objektif melaliui sumber-sumber tercetak, rekaman atau gambar (Jasmi, 2012: 10). Penelitian ini menggunakan studi literatur untuk mengumpulkan data dari sumber data tertulis yaitu STB.

Analisis data penelitian ini adalah content analysis, menurut Wahyuni content anaysis adalah salah satu metode untuk menganalisis data yang berbentuk teks. Selain itu menurut Holsti (Ibrahim, 2009: 97) analisis isi atau content analysis adalah teknik penelitian yang berupaya untuk mencari kesimpulan dengan mengidentifikasi suatu karakter tentu dalam pesan-pesan dengan sistematis serta objektif. Maka analisis data penelitian ini akan mengarah kepada bentuk identifikasi serta pendeskripsian secara mendalam mengenai nilai pendidikan karakter dalam STB.