• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE TEKNIS PENYUSUNAN FISIBILITY STUDY PENGEMBANGAN WISATA AIR TERJUN DLUNDUNG- KECAMATAN TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO

Dalam dokumen Ustek RIPPDA Mojokerto (Halaman 51-59)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MOJOKERTO a. Administratif dan Geografis

C. METODE TEKNIS PENYUSUNAN FISIBILITY STUDY PENGEMBANGAN WISATA AIR TERJUN DLUNDUNG- KECAMATAN TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO

Usulan Teknis 51

C. METODE TEKNIS PENYUSUNANFISIBILITY STUDY PENGEMBANGAN WISATA AIR TERJUN DLUNDUNG- KECAMATAN TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO

1. Analisa Daya Tarik Wisata

Untuk mengetahui karakteristik ODTW dan prioritas pengembangan wisata dilakukan kegiatan menetapkan kriteria pembobotan, variabel pembobotan dan parameter penilaian. Dari hasil pembobotan tersebut maka akhirnya dapat dipilih kawasan yang potensial berkembang. Sehingga akan diperoleh prioritas pengembangan obyek wisata yang termasuk dalam obyek wisata unggulan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan prioritas pengembangan obyek wisata ini adalah:

1. Kriteria pembobotan dan variabel pembobotan

Kriteria yang dipakai untuk pertimbangan pembobotan adalah sebagai berikut:  Keunikan  Minat Wisatawan  Keragaman Kegiatan  Lokasi Kegiatan  Kebutuhan Infrastruktur  Skala

 Potensi Sumber Daya Alam (SDA)  Kendala Penyediaan Kegiatan  Pertimbangan Ekologi

Penyusunan Fisibility Study Pengembangan Wisata Air Terjun Dlundung- Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto

Usulan Teknis 52

2. Berikut ini merupakan skoring untuk daya tarik obyek wisata di Kabupaten Mojokerto Parameter Pembobotan

Tabel 18

Kriteria Penilaian Daya Tarik Obyek Wisata

Kriteria

Bobot Skor

Keunikan 20 Unik (hanya ada di tempat itu) 10 Tidak terlalu unik (ditempat lain ada) 5 Tidak unik sama sekali (banyak yang serupa) 1 Minat wisatawan 20 Tinggi (wisatawan berminat > 30 %) 10

Sedang (wisatawan berminat 30 % > n > 20 %) 5 Rendah (wisatawan berminat 20 %) 1 Keragaman

kegiatan 15 Banyak kegiatan, sudah dikembangkan dan perlu ditingkatkan 10 Terdapat kegiatan, tetapi belum dikembangkan 5

Tidak terdapat kegiatan 1

Lokasi Kegiatan 15 Lokasi mudah dijangkau 10

Lokasi cukup sulit dijangkau 5

Lokasi sangat sulit dijangkau 1

Kebutuhan

infrastruktur 15 Ditunjang infrastruktur sepenuhnya Tidak sepenuhnya ditunjang infrastruktur 10 5

Tidak ditunjang infrastruktur 1

Skala kegiatan 10 Besar (Nasional/propinsi) 10

Sedang (kabupaten) 5

Kecil (Kecamatan/Desa) 1

Potensi Sumber

Daya yang ada 10 Tersedia, sudah dikembangkan dan perlu ditingkatkan Tersedia, tetapi belum dikembangkan 10 5

Tidak tersedia 1

Kendala penyediaan kegiatan

5 Tidak ada kendala 10

Kendala masih dapat diatasi 5

Kendala cukup banyak 1

Pertimbangan

ekologi 5 Pertimbangan unsur ekologi secara minimal Mempertimbangkan tetapi tidak maksimal 10 5

Banyak mempertimbangkan 1

Sumber : Karyono (1997: 28)

Untuk melihat daya tarik dari masing-masing objek wisata diperlukan analisis kegiatan wisata yang terdiri dari tiga syarat yaitu something to do, something to buy, dan something to see. Menurut pengertiannya, attraction atau daya tarik yakni mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Meliputi jenis obyek yang akan dijual, yang memenuhi tiga syarat yaitu apa yang dapat dilakukan (something to do), apa yang dapat dilihat (something to see) dan apa yang dibeli (something to buy), antara lain:

Penyusunan Fisibility Study Pengembangan Wisata Air Terjun Dlundung- Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto

Usulan Teknis 53

1. Something to do (kegiatan yang dapat dilakukan)

Analisis terhadap faktor something to do meliputi penilaian potensi obyek berdasarkan motivasi dan kegiatan wisatawan di dalam obyek wisata di Kabupaten Mojokerto. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana motivasi dan aktivitas wisatawan berpotensi dalam pengembangan obyek serta kemungkinan pengembangannya jenis kegiatan wisata lain. Selain itu aktivitas wisatawan juga ini juga mempengaruhi motif wisatawan, dimana motif wisatawan ini dibagi menjadi empat yaitu:

Motif fisik, yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah

Motif budaya, dapat diartikan berupa menikmati pemandangan alam, flora, fauna, mempelajari atau mengenal tata cara kebudayaan baik berupa bangunan, musik, tarian, dan kebiasaan kehidupan sehari-hari

Motif interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu atau berjumpa sekedar melihat orang/keramaian

Motif status/prestise, dapat diartikan bila seseorang yang pernah bepergian ke obyek wisata lain dianggap atau dengan sendirinya naik gengsinya.

2. Something to see (apa yang dapat dilihat)

Berdasarkan faktor something to see, potensi yang dimiliki oleh obyek wisata di Kabupaten Mojokerto antara lain: Pemandangan alam yang indah dan layak dijual untuk menarik minat wisatawan serta peninggalan benda-benda purbakala dan budaya yang bernilai tinggi . Kabupaten Mojokerto yang kaya akan obyek wisata alam memiliki sejumlah daya tarik yang dapat dinikmati, di antaranya adalah pemandangan yang berupa pegunungan, air terjun, suasana agrowisata, pemandangan waduk, dan sejumlah pemandangan alam yang menarik lainnya.

3. Something to Buy (Apa yang dapat dibeli)

Something to buy dapat diartikan sebagai kegiatan wisatawan untuk membelanjakan uangnya di dalam obyek wisata. Belanja dapat dilakukan untuk memenuhi minat atau permintaan wisatawan akan kebutuhan makan, minum dan barang-barang kerajinan sebagai cindera mata. Selain untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, penyediaan sarana belanja juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pengembangan produksi cindera mata dan produk khas Kabupaten Mojokerto lainnya.

Penyusunan Fisibility Study Pengembangan Wisata Air Terjun Dlundung- Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto

Usulan Teknis 54

2. Analisa Aksesbilitas

Analisis aksesbilitas dapat digunakan untuk menganalisis tingkat keterpusatan lokasi suatu fasilitas pelayanan. Menurut model ini aksesibilitas suatu lokasi dipengaruhi oleh 4 variabel, yaitu kondisi perkerasan jalan, fungsi jaringan jalan, ketersediaan angkutan umum dan jarak. Parameter yang digunakan dalam menentukan tingkat aksesibilitas adalah:

Kondisi perkerasan jalan Fungsi jaringan jalan

Ketersediaan angkutan umum Jarak

Dalam proses perencanaan kota, aplikasi model aksesibilitas digunakan sebagai salah satu alat (analisis tool) untuk mengetahui pola tata ruang, tingkat sentralitas lokasi, dan kecenderungan pemusatan kegiatan-kegiatan perkotaan. Asumsi dasarnya adalah bahwa tingkat aksesibilitas sebanding dengan kondisi perkerasan jalan, fungsi jaringan jalan, ketersediaan angkutan umum, dan berbanding terbalik dengan jarak. Formula matematisnya adalah:

d KFT A Di mana: A = Tingkat aksesibilitas K = Kondisi perkerasan jalan F = Fungsi jaringan jalan

T = Ketersediaan angkutan umum d = Jarak

Penentuan Dimensi Jalan

Penentuan dimensi jalan dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen seperti: volume pelayanan jalan maksimum

rasio volume jalan dengan kapasitas jalan

Formula yang dipergunakan adalah (Morlok, 1978) :

T

W

C

V

N

Sv 2000   

Penyusunan Fisibility Study Pengembangan Wisata Air Terjun Dlundung- Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto

Usulan Teknis 55

3. Analisa Supply dan Demand (Segmentasi Pasar)

Analisis pengembangan atraksi wisata hakekatnya menekankan pada analisis terhadap kondisi pemuasan (satisfying) antara penyediaan/ penawaran (supply) dengan kebutuhan/ permintaan (demand). Perencanaan dan pengembangan kegiatan wisata pada suatu wilayah memang perlu mengusahakan keterpaduan antar dua komponen utama pengembangan yaitu sisi permintaan (demand side) dan sisi penawaran (supply side). Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan yang sangat mendasar, karena pada hakekatnya perencanaan dan pengembangan suatu obyek dan daya tarik wisata tidak lain ditujukkan untuk menarik kunjungan wisatawan ke suatu obyek. Sehingga pengembangan yang akan dilakukan harus memperhatikan dan mendasarkan pada kajian terhadap kesesuaian antara karakteristik sisi penawaran obyek wisata dengan karakteristik sisi permintaan pengunjung. Kesesuaian antara supply dan demand akan berdampak pada kepuasan wisatawan yang pada akhirnya mampu menciptakan nilai jual dan meningkatkan daya saing obyek wisata (Cravens, 1997). Oleh karena itu pendekatan pengembangan tidak bisa hanya berangkat dari sisi produk atau sisi penawaran saja (product driven), sehingga dengan pendekatan ini produk yang dikembalikan akan dapat diterima dan diapresiasi oleh pasar wisatawan.

4. Analisa Linkage System

Linkage system sangat erat kaitannya dengan aksesibilitas atau kemudahan dalam pencapaian suatu lokasi. Dimana tingkat aksesibilitas sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana transportasi. Semakin baik tingkat aksesibilitas suatu lokasi, maka akan semakin cepat pula perkembangan lokasi tersebut, karena aksesibilitas mempengaruhi banyak hal yang berkaitan dengan perkembangan suatu wilayah. Kemudahan aksesibilitas dapat mengangkat semua potensi.

Analisis linkage system membahas mengenai keterkaitan antar obyek wisata yang ada di Kabupaten Mojokerto. Sehingga diharapkan dapat tercipta keterpaduan antar obyek wisata dan membantu meningkatkan jumlah wisatawan yang datang dan lama tinggal wisatawan ke obyek-obyek tersebut. Selain itu, analisis linkage system juga membahas keterkaitan antara objek wisara dengan sarana dan prasarana penunjang objek wisata. Sehingga diharapkan dapat menarik para wisatawan untuk mengunjungi objek wisata serta menambah kenyamanan wisatawan ketika mengunjungi objek wisata tersebut.

Analisis ini berdasarkan tiga faktor yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Perlawatan keliling (Touring)

Penyusunan Fisibility Study Pengembangan Wisata Air Terjun Dlundung- Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto

Usulan Teknis 56

Perlawatan keliling dimaksudkan untuk menghubungkan beberapa lokasi objek wisata menjadi satu mata rantai yang utuh.

2. Tempat tujuan (Destination)

Dengan lokasi wisata yang saling berjauhan serta adanya kendala topografi maka konsep tempat tujuan ini sangat baik untuk digunakan.

3. Gabungan perlawatan keliling dan tempat tujuan (overall)

Dengan adanya kendala dan limitasi di kawasan wisata, maka untuk lokasi-lokasi yang dapat dihubungkan akan digunakan perlawatan keliling, sedangkan untuk lokasi-lokasi yang tidak dapat dihubungkan digunakan tempat tujuan.

5. Analisa SWOT

Dalam merumuskan strategi diperlukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) untuk pengembangan wisata air terjun agar perumusan strategi yang akan diambil lebih tajam (efektif). Analisis SWOT diperoleh dari identifikasi kondisi, potensi dan permasalahan dengan aspek-aspek terkait.

Dalam analisis SWOT, beberapa pertanyaan kunci adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan (Strength) yang merupakan aspek internal positif yang dapat dikontrol dan dapat diperkuat dalam perencanaan :

• Apa yang merupakan keunggulannya/ keuntungannya? • Apa yang dikerjakannya dengan baik?

• Apa yang orang lain lihat sebagai kekuatannya?

b. Kelemahan (Weakness) yang merupakan aspek internal negatif yang dapat dikontrol dan dapat diperbaiki dalam perencanaan :

• Apa yang perlu diperbaiki?

• Apa yang dikerjakan dengan buruk? • Apa yang perlu dihindarkan?

c. Peluang (Opportunity) yang merupakan kondisi eksternal positif yang tidak dapat dikontrol dan dapat diambil keuntungannya :

• Kesempatan baik apa yang sedang dihadapi? • Apa yang menjadi tren menarik/ penting saat ini? Peluang berguna dapat datang dari :

• Perubahan pada teknologi dan permintaan (demand) • Perubahan dalam kebijakan pemerintah

Penyusunan Fisibility Study Pengembangan Wisata Air Terjun Dlundung- Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto

Usulan Teknis 57

d. Ancaman (Threat) yang merupakan kondisi eksternal negatif yang tidak dapat dikontrol dan mungkin dapat diperkecil dampaknya :

• Hambatan apa yang sedang dihadapi? • Hal apa yang menjadikan persaingan?

• Apakah perubahan teknologi mengancam posisinya? • Apakah ancaman bencana alam yang dominan?

Dalam menentukan strategi pengembangan wisata air terjun didasarkan atas kondisi faktual potensi dan permasalahan seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya, teknik yang digunakan adalah mencari strategi silang dari keempat faktor SWOT di atas, yaitu :

• Strategi S-O : strategi yang disusun untuk memanfaatkan seluruh kekuatan dan mengoptimalkan peluang yang ada.

• Strategi S-T: strategi yang disusun untuk memanfaatkan seluruh kekuatan dalam menanggulangi ancaman yang ada.

• Strategi W-O: strategi memanfaatkan peluang secara optimal untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki.

• Strategi W-T: strategi untuk mengatasi kelemahan dan mengeliminasi ancaman yang timbul.

Konsep dasar dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat sebuah komparasi kondisi ekternal dan internal sehingga diperoleh rumusan strategi yang jelas untuk pengembangan kawasan wisata ke depan. Konsep dasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 6

Penyusunan Fisibility Study Pengembangan Wisata Air Terjun Dlundung- Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto

Usulan Teknis 58

Gambar 6 Analisa SWOT

Dari konsep tersebut kemudian diterjemahkanlah kelebihan dan kelemahan baik dari faktor internal dan eksternal dalam sebuah matriks yang menggambarkan kondisi keterkaitan satu sama lain, contoh matrik SWOT adalah (Gambar) :

Gambar 7 Matriks Analisa SWOT

B.3. ORGANISASI DAN PERSONIL

A. ORGANISASI

Prinsip efisiensi dan efektifitas merupakan prioritas utama dalam mekanisme kerja team perencana. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pemborosan materi, tenaga, serta waktu. Penerapan

Penyusunan Fisibility Study Pengembangan Wisata Air Terjun Dlundung- Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto

Usulan Teknis 59

mekanisme kerja intern tim perencana, terutama antara tiap komponen dari struktur organisasi kerja dilakukan secara terpadu, saling mengisi dan menunjang, serta masing-masing pihak mempunyai uraian kerja (job description) yang jelas.

Tim ini secara fungsional berhubungan langsung dengan pemberi tugas. seperti Tim Teknis proyek maupun lembaga terkait. Secara keseluruhan, bentuk koordinatif dan integratif organisasi pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8

Diagram Organisasi Proyek

B. PERSONIL

Dalam dokumen Ustek RIPPDA Mojokerto (Halaman 51-59)

Dokumen terkait