BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Metode Perhitungan Pengendalian Persediaan
2.4.3 Metode Persediaan Deterministik
Menurut Noerbiant (2009:3), metode persediaan deterministik adalah metode yang menganggap semua parameter telah diketahui pasti. Metode yang dapat digunakan untuk pengendalian persediaan deterministik antara lain: Just In Time (JIT), Economic Order Quantity (EOQ) dan Material Requirement Planning (MRP).
2.4.3.1Metode Just In Time (JIT)
Menurut Nasution (2004:3) menerangkan bahwa ide dasar just in time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat
diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Menurut Wikipedia (2010:1),
just in time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Menurut Mayhoneys (2008:1), JIT bukan hanya sekedar sebuah metode yang bertujuan untuk mengurangi persediaan, tetapi JIT juga memperhatikan keseluruhan sistem produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan – tidak terlambat dan tidak terlalu cepat.
Menurut Rangkuti (2007:89) menjelaskan konsep just in time bertujuan untuk meminimalkan tingkat persediaan sehingga berakibat meminimalkan biaya penyimpanan. Apabila tingkat persediaan lebih rendah dari tingkat EOQ maka ordering cost akan meningkat dan total biaya akan lebih tinggi daripada optimal. Sedangkan menurut Nasution (2004:1), tujuan utama just in time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
2.4.3.2Metode Econonic Order Quantity (EOQ)
Menurut Rangkuti (2007:11) menyatakan Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Herjanto (2008:248)
bahwa EOQ, yaitu jumlah pemesanan yang memberiakan biaya total persediaan terendah.
Menurut Handoko (2000:339), metode Economic Order Quantity (EOQ) atau Econonic Lot Size (ELS) dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Perbedaan pokoknya adalah EOQ merupakan nama yang biasa digunakan untuk barang-barang internal, sedangkan ELS adalah biaya pemesanan meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikirimkan ke pabrik dan biaya penyiapan mesin-mesin yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan. Menurut Yamit (2005:246), metode EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan pesediaan.
Biaya (C)
Biaya total persediaan
Biaya penyimpanan (HQ/2) Biaya total
minimum Biaya pemesanan (DS/Q)
EOQ Kuantitas pemesanan (Q)
Gambar 4. Biaya Total Sebagai Fungsi Dari Kuantitas Pemesanan Sumber: Handoko (2000:339)
Berdasarkan Gambar 4, biaya pemesanan variabel dan biaya penyimpanan variabel mempunyai hubungan terbalik yaitu semakin tinggi frekuensi pemesanan, maka semakin rendah biaya penyimpanan variabel. Agar biaya pemesanan
variabel dan biaya penyimpanan variabel dapat ditekan serendah mungkin, maka perlu dicari jumlah pembelian yang paling ekonomis, yaitu dengan rumus:
EOQ =
√
Dimana:D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu S = Biaya pemesanan (per pesanan dan penyiapan mesin) per pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per periode waktu
Menurut Handoko (2000:341) menyebutkan bahwa model EOQ dapat diterapkan bila anggapan-anggapan berikut ini dipenuhi:
a. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui (deterministik).
b. Harga per unit produk adalah konstan.
c. Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan. d. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan.
e. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time – L) adalah konstan.
f. Tidak terjadi kekurangan barang atau back order.
2.4.3.3Metode Meterial Requirement Planning (MRP)
Menurut Kurniawan (2008:70) menyatakan bahwa berdasarkan sifatnya, bahan tergolong kedalam permintaan bebas dan permintaan terikat, dimana model persoalan sangat tergantung pada kedua sifat bahan tersebut. Menurut Tampubolon (2004:85), permintaan bebas adalah suatu permintaan yang bebas,
2 SD H
dimana tidak ada keharusan untuk membelinya sebagai kepentingan konversi. Sedangkan permintaan terikat disebabkan jika bahan tersebut tidak ada maka proses konversi suatu perusahaan tidak dapat berjalan.
Menurut Herjanto (2008:275) mendefinisikan Material Requirement Planning – MRP System merupakan suatu konsep dalam menejemen produksi yang membahas cara tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi. Sedangkan menurut Rangkuti (2007:144) Material Requirement Planning – MRP System adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang memerlukan beberapa tahap atau fase, dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang, sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yag akan dibuat.
Sistem MRP mengendalikan agar komponen-komponen yang diperlukan untuk kelancaran produksi dapat tersedia sesuai dengan kebutuhan. Menurut Herjanto (2008:276-277), sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan, diantaranya:
1. Meminimalkan persediaan
MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk produksi (master prodution schedule).
2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman
MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan komponen, sehingga dapat memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang dapat mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
3. Komitmen yang realistis
Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dapat dilakukan secara lebih realistis.
4. Meningkatkan efisiensi
MRP mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan jadwal produksi induk.
Menurut Herjanto (2008:278-281), penggunaan sistem MRP berkaitan dengan beberapa komponen, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Data persediaan (inventory record file)
Data ini menjadi landasan untuk membuat sistem MRP karena memberikan informasi tentang jumlah persediaan bahan baku dan barang jadi yang aman, jumlah barang yang terdapat digudang, jumlah barang yang telah dialokasikan, komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangannya serta waktu tenggang bagi setiap komponen.
2. Jadwal induk produksi (master production schedule)
Jadwal induk produksi merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana supplai atau penawaran, persediaan akhir serta kualitas yang dijanjikan tersediaan. Jadwal induk produksi berkaitan denagn pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi dan perencanaan kapasitas.
3. Spesifikasi produk (bill of material file)
Aplikasi MRP dimulai dengan mengetahui komponen-komponen dari produk yang akan diproses atau dirakit. Bill of material file dibuat sebagai bagian dari proses desain dan kemudian digunakan untuk menentukan barang apa yang harus dibeli dan barang apa yang harus dibuat.
Berdasarkan informasi dari jadwal induk produksi dapat diketahui permintaan dari suatu produk akhir, yang selanjutnya dengan mengetahui komponen yang membentuk produk akhir itu, status persediaan dan waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan bahan atu merakit kebutuhan komponen yang diperlukan. Sistem MRP merencanakan ukuran lot sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Menurut Taryana (2008:31), ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan biaya persediaan sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan. Menurut Herjanto (2008:282), metode MRP dapat dilakukan dengan menggunakan teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB.
1. MRP Teknik Lot For Lot (LFL)
Menurut Munawar (2008:48), metode LFL atau sering dikenal sebagai metode persediaan minimal, berdasarkan pada ide menyediakan persediaan sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin. Dalam kebijakan ini, ukuran lot untuk satu batch dipilih untuk memenuhi kebutuhan bersih satu periode tunggal. Menurut Hartiasih (2007:18), pemesanan yang dilakukan tepat sebesar kebutuhan yang akan dipakai. Berdasarkan hal tersebut perlu diketahui dalam menjalankan teknik lot for lot adalah besar dan waktu pemakaian bahan baku secara akurat yang didasarkan pada jadwal induk produksi dan waktu tenggang bahan baku.
2. MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Assauri (2004:182) EOQ adalah jumlah atau besarnya pesanan yang dimiliki jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per tahun yang paling minimal. Menurut Munawar (2008:49) teknik EOQ yang digunakan dalam persediaan barang-barang bebas dapat juga digunakan dalam teknik penentuan ukuran lot sistem MRP. Setelah diperoleh nilai kuantitas pesanan optimal dengan metode EOQ, maka dilakukan metode MRP seperti yang dilakukan dengan teknik Lot For Lot, besar pesanan adalah sebesar kelipatan EOQ yang lebih besar dan terdekat dengan kebutuhan bersih.
3. MRP Teknik Period Order Quantity (POQ)
Menurut Herjanto (2008:292), teknik POQ sering disebut juga sebagai teknik Uniform Order Cycle, merupakan pengembangan dari teknik EOQ untuk
jumlah permintaan yang tidak sama dalam beberapa periode. Menurut Hartiasih (2008:46) menjelaskan bahwa dalam teknik POQ, ukuran lot ditetapkan sama dengan kebutuhan aktual dalam jumlah periode yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga jumlah persediaan yang mungkin timbul dalam kebijakan EOQ.
Menurut Kurniawan (2008:54), keunggulan kebijakan POQ dibandingkan dengan kebijakan EOQ adalah dalam mengurangi biaya penyimpanan persediaan bila kebutuhan tidak uniform (seragam) karena persediaan berlebih dapat dihindarkan. Untuk menghitung jumlah periode kebutuhannya harus dipenuhi oleh satu lot tunggal, digunakan perhitungan sebagai berikut:
Jumlah pesanan = EOQ Permintaan rata-rata
4. MRP Teknik Part Period Balancing (PPB)
Menurut Herjanto (2008:290), PPB merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan memperkecil biaya total persediaan. Menurut Munawar (2008:52) menegaskan bahwa metode ini dapat menggunakan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan, dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama. Menurut Hartiasih (2008:47) untuk mencari ukuran lot dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagian periode ekonomis (Economic Part Period – EPP) yaitu dengan membagi biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan per unit per periode. Rumus mencari besarnya EEP adalah sebagai berikut:
EPP = biaya pemesanan biaya penyimpanan per periode