• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Metode Role Playing 1. Metode Pembelajaran

Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang digunakan guru hanya berpusat pada metode ceramah. Lahirnya teori-teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mangajar (Suparta, 1998: 159).

Metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata metode di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode mengajar. Ada banyak metode mengajar dalam

literatur pendidikan baik secara umum maupun khusus pendidikan Islam. Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya. Metode-metode pangajaran umum tersebut bisa saja digunakan untuk mengajarkan ilmu pendidikan Islam untuk memperkaya metode pendidikan Islam (Tafsir; 1998: 131).

Seorang guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi, maka diperlukan adanya variasi metode yang dipakai. Ketrampilan mengadakan variasi ini bertujuan untuk (Usman; 2003: 84):

a. Menimbulkan dan membangkitkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang relevan.

b. Membarikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa.

c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.

Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru. Dan salah satu metode tersebut dikenal dengan nama role playing. 2. Role Playing

Pembelajaran dengan role playing adalah suatu cara penguasaan bahan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan

siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah yaitu: (a) dapat menjamin partisipasi seluruh siwa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama hingga berhasil; dan (b) permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa .

Pada dasarnya role playing adalah mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungan masalah sosial. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam al Qur’an yang menceritakan drama mengesankan antara Qobil dan Habil yang tersurat dalam Q.S Al Ma’idah ayat 5:

ۖ

Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa

Metode ini biasanya digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan

sebagai berikut (Suparta, 1998: 181):

b. Agar siswa dapat relajar bagaimana membagi tanggung jawab.

c. Agar siswa dapat relajar bagaimana mengambil keputusan secara spontan dalam situasi kelompok.

d. Untuk merangsang siswa agar berfikir dan memecahkan masalah.

Pembelajaran dengan role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa mesalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran dengan role playing ada tujuh tahap yaitu pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Pada tahap pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakanmasalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya. Tahap pemilihan peran memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain. Selanjutnya menyusun tahap-tahap bermain peran. Dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa bisa menambah dialog sendiri. Tahap berikutnya adalah menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran. Setelah semuanya siap maka dilakukankegiatan pemeranan. Pada tahap ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing sesuai yang terdapat pada skenario bermain peran. Dalam hal ini guru menghentikan permainan pada saat terjadi pertentangan agar memancing permasalahan agar didiskusikan. Masalah yang muncul dari bermain peran, dibahas pada tahap diskusi dan evaluasi. role playing disebut juga metode sosiodrama. Sosiodrama

pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial .

Role playing menurut Armai (2002) mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:

1). Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.

2). Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

3). Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.

4). Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya. 5). Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab

dengan sesamanya.

6). Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.

Namun demikian metode ini juga tidak luput dari berbagai kekurangan. Adapun kelemahan metode Role Playing adalah:

1). Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif. 2). Banyak memakan waktu.

3). Memerlukan tempat yang cukup luas.

4). Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat.

Adapun proses pelaksanaan metode Role Playing sebagai berikut:

1) Pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupanpeserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.

2) Pemilihan peran, memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.

3) Menyusun tahap-tahap bermain peran, dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa dapat juga menambahkan dialog sendiri.

4) Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.

5) Pemeranan, dalam tahap ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing yang terdapat pada skenario bermain peran.

6) Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari siswa.

7) Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan. Jadi pembelajaran dengan role playing merupakan cara belajar yang dilakukan dengan cara membagi siswa mwnjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok memerankan karakter sesuai dengan naskah yang telah dibuat dan materi yang telah ditentukan oleh guru, sehingga siswa lebih mudah memahami dan mengingat materi yang telah diperankan tersebut.

Dokumen terkait