• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam. Oleh : NUR INAYATI NIM JURUSAN TARBIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam. Oleh : NUR INAYATI NIM JURUSAN TARBIYAH"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN METODE

ROLE PLAYING

PADA SISWA KELAS VI

MI REKSOSARI 03 KEC. SURUH KAB. SEMARANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

NUR INAYATI

NIM 114 08 061

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2010

(2)

MOTTO

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal

PERSEMBAHAN

Untuk suamiku tercinta dan anakku tersayang,

orang tuaku, dosen-dosenku, dan

teman-teman seperjuangan.

(3)

Alhamdulillahi robbil 'alaamin, kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar tanpa halanagan suatu apapun. Shalawat serta salam semoga selelu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Nur Illahi yang menyinari segenap alam dan yang semoga kita tergolong ummatnya yang akan mendapatkan syafaatnya besuk di hari qiyamah. Amin Allahumma Amin.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengerahan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih, dan dengan iringan doa semoga amal baik yang telah diberikan, mendapat pahala disisi Allah SWT.

Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Yth: 1. Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Ari Setiawan, S. Pd., M.M.. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang yang memberikan waktu kepada penulis, untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ibu guru Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya.

5. Bapak, Ibu, Suami dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(4)

kekurangan. Untuk itu sumbang saran dan kritik untuk terciptanya tulisan yang lebih sempurna sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya dan menjadi amal jariyah bagi penulis. Amiiin..

Salatiga, Juli 2010

Nur Inayati Penulis

(5)

dengan Metode Role Playing pada Siswa Kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2010. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ari Setiawan, S. Pd., M.M.

Kata kunci: hasil belajar dan metode role playing

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan metode pembelajaran yang relatif baru bagi pengajaran pelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah dapatkah penerapan metode role playing meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010?

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode role playing meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010

(6)

1 A. Latar Belakang Masalah

Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar. Salah satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar. Belajar sebagai suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Belajar dapat membawa perubahan, dan perubahan itu pada pokoknya adalah diperoleh kecakapan baru melalui suatu usaha.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

(7)

Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak pihak menggantungkan keberhasilan pencapaiannya berada di pundak guru sebagai pendidik. Hal ini tentu menuntut pendidik harus mampu melaksanakan tugas mulia tersebut dengan professional, termasuk di dalamnya adalah pendidik atau guru agama.

Salah satu pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan agama Islam adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang merupakan pelajaran yang diajarkan semenjak kelas IV Madrasah Ibtidaiyah. Pelajaran ini merupakan salah satu pelajaran yang menurut pengalaman penulis mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Sebagai gambaran bahwa pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Suruh Kab. Semarang dimana penulis mengajar pada akhir tahun ajaran 2009/2010 ini para siswa masih mengalami kesulitan untuk mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 6 pada tiga kali tes formatif terakhir nilai rata-rata kelas bahkan hanya mencapai nilai 5,6 saja.

Salah satu usaha guru yaitu dengan melalui pemilihan metode yang baik. Pembelajaran dengan metode yang benar berarti membantu guru agar tercapai peningkatan efektivitas dalam mengelola kelas. Metode yang tepat akan sangat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dengan lebih baik sehingga hasil belajar yang diharapkan juga akan lebih baik pula.

Dengan demikian penggunaan metode yang menarik dalam pelajaran SKI diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, sebab ada variasi yang menarik bagi siswa, dan tidak monoton. Disamping itu dapat untuk menghilangkan kesan abstrak atau melalui hafalan yang tidak praktis dan ini sesuai dengan kurikulum saat ini, yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

(8)

Selama ini metode yang banyak dipakai oleh guru SKI adalah metode ceramah, hafalan dan pemberian tugas. Hal ini tentu sangat membosankan dan melelahkan bagi anak didik khususnya siswa MI. Sebenarnya dalam konteks Kurikulum Berbasis Komptensi (KBK), mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, yang menempatkan siswa sebagai objek belajar dan guru sebagai subjek, akan tetapi mengajar harus dipandang sebagai proses pengaturan lingkungan agar siswa belajar. Yang dimaksud belajar itu sendiri bukan hanya sekedar menumpuk pengetahuan akan tetapi merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman belajar sehingga diharapkan terjadi pengembangan berbagai aspek yang terdapat dalam individu, seperti aspek minat, bakat, kemampuan, potensi dan lain sebagainya (Sanjaya, 2005: 29).

Faktor kekurangtepatan dalam memilih metode pembelajaran masih sering dijumpai di lapangan yang ditengarai dengan masih adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua metode mengajar secara terus menerus saja tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak optimal.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan mata pelajaran yang materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu, sehingga di sekolah guru sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan siswa apabila guru yang memberikan materi tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau

(9)

keadaan siswa selain itu metode tersebut membuat siswa kurang kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya. Karena itu jika terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh kepada minat siswa untuk mengikuti proses belajar.

Metode yang jarang dicoba dalam menyampaikan materi SKI adalah metode role playing atau bermain peran dimana anak akan mempelajari materi SKI dengan memainkan peran sesuai dengan materi pembelajaran sehingga siswa dapat melihat gambaran dengan lebih jelas terhadap kejadian atau suatu peristiwa dalam sejarah kebudayaan Islam.

Untuk itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian “PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKI MATERI SEJARAH ALI BIN ABI THALIB DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI MI REKSOSARI 03 KEC. SURUH KAB. SEMARANG TAHUN 2010”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakan di atas maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai pelajaran SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010 sebelum penggunaan metode role playing ?

2. Bagaimana penerapan metode role playing pada pelajaran SKI materi sejarah Ali bin Abi Thalib?

3. Apakah penerapan metode role playing dapat meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010?

(10)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai pelajaran SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010 sebelum penggunaan metode role playing

2. Untuk mengetahui penerapan metode role playing pada pelajaran SKI materi sejarah Ali bin Abi Thalib.

3. Untuk mengetahui penerapan perubahan dan peningkatan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010 setelah penerapan metode role playing.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”(Arikunto; 1996: 67). Dengan kata lain hipotesis adalah pernyataan sementara (Black, 2001: 109). Pada penelitian ini penulis menyusun hipotesis tindakan yang berbunyi:

”Penerapan metode role playing dapat meningkatkan prestasi belajar SKI

pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010”. Adapun indikator tercapainya keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar SKI siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010 setelah menggunakan metode role playing lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan metode role playing.

2. Hasil belajar SKI siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010 setelah menggunakan metode role playing mencapai Kriteria

(11)

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60 dan banyaknya siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas minimal 75%.

E. Kegunaan Penelitian

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode pembelajaran role playing

2. Sebagai salah satu strategi atau upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususya pada mata pelajaran SKI.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis.

5. Sumbangan pemikiran mengembangkan sistem kegiatan belajar mengajar di sekolah.

F. Definisi Operasional

Agar tidak menyimpang dari pokok masalah yang menjadi inti dari judul tersebut peneliti memberi batasan sebagai berikut

1. Peningkatan Prestasi Belajar

Adapun yang penulis dengan prestasi belajar di sini tentu sangat erat dengan hasil belajar mata pelajaran SKI. Prestasi belajar adalah suatu rangkaian pegertian yang terdiri dari rangkaian dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi berasal dari kata belanda yaitu prestatie. Kemudian dalan bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti “ hasil usaha”.

Kata "peningkatan" berasal dari kata "tingkat" yang berarti keadaan atau kualitas yang lebih tinggi. Sedangkan kata "peningkatan" berarti usaha atau proses meningkatkan. Sedangkan kata "hasil" berarti sesuatu yang

(12)

diadakan oleh suatu usaha. Sedangkan kata "belajar" berasal dari kata "ajar" yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang untuk diketahui. Sedangkan "belajar" berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;1994).

Sedangkan Menurut Poerwodarminto prestasi adalah hasil yang telah di capai, di lakukan dikerjakan dan sebagainya (Poerwodarminto; 1983: 891). Kata prestasi banyak di gunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pengajaran. Bahwa yang dimaksud prestasi adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Dengan demikian yang penulis maksud hasil belajar di sini adalah prestasi yang dicapai oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas

2. SKI

Kata SKI adalah singkatan dari Sejarah kebudayaan Islam yaitu nama salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah Ibtidaiyah. Apabila kita uraikan kata “sejarah” berarti kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan kebudayaan berasal dari kata “budaya” yang berarti pemikiran atau akal yang sudah maju. Bisa berarti juga dapat istiadat. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;1994). Adapun kata Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW berpedoman kepada kitab suci al Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.

Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang

(13)

berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik (Departemen Agama RI:2008).

3. Metode Role Playing

Kata metode berarti cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa denganmemerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati (Armai; 2002).

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Ada beberapa jenis penelitian pendidikan yang berbeda. Perbedaan tersebut terkait dengan jenis tindakan, setting, intrumen dan metode penelitian (Mishra; 2005: 43). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu bentuk teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai.

(14)

Selain itu penelitian ini juga bersifat eksperimental, karena bertujuan mendeskripsikan apa yang akan terjadi bila variabel- variabel tertentu dikontrol secara tertentu (Faisal; 1982, 42).

PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai:

a. Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas.

b. Alat pelatihan dalam jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya melalui pengajaran sejawat.

c. Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif.

d. Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti.

e. Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.

Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan (Suwarsih; 2009).

(15)

Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut ’penelitian tindakan kelas’ atau PTK.

Menurut Suharsimi Arikunto berdasarkan tujuannya, penelitian tindakan dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Penelitian tindakan partisapatisi (participatory action research) yang menekankan keterlibatan masyarakat agar merasa memiliki program tersebut.

b. Penelitian tindakan kritis (critical action research) yang menekankan adanya niat yang tinggi untuk memecahkan bertindak memecahkan masalah kritis.

c. Penelitian tindakan institusi (institutional action research) yaitu yang dilakukan pihak pengelola sekolah.

d. Penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru baik sendiri maupun bekerjasama dengan peneliti lain (Arikunto; 2008, ) .

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, di mana guru sangat berpengaruh sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian kelas ini ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan tindakan, observasi dan refleksi. Kehadiran

(16)

pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan. Hal ini bertujuan agar guru dapat:

a. Mengkaji/ meneliti sendiri praktek mengajarnya b. Melakukan PTK tanpa mengganggu tugasnya c. Mengkaji pemasalahan yang dialami

d. Mengembangkan profesionalismenya.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto; 2008: 57). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan kelas harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

(17)

a. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan.

b. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

c. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

d. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dan tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. e. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dan siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada sikius I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dan tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut

(18)

Gambar 1.2 Skema Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Penjelalasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan meliputi timdakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsepsi siswa serta mengamati hasil atau dampak dan diterapkannya metode role playing.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dan tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi dari pangamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya (Suharsimi; 2008).

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3 dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)

(19)

dan membahas satu bab pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Sikius ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

2. Subyek Penelitian a. Tempat penelitian

Sebagai suatu penelitian tindakan kelas maka tpenelitian ini penulis lakukan di lembaga pendidikan tempat penulis selama ini mengajar. Penelitian ini bertempat di ruang kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang.

b. Waktu penelitian

Penelitiatian ini penulis lakukan selama tiga minggu sejak akhir April sampai awal pertengahan mei. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Untuk pelaksanaan penelitian perhatikan tabel 1.1

Tabel 1.1 Pelaksanaan Penelitian

No Siklus Pertemuan I Pertemuan II Ket

1 Siklus I Sabtu, 24 April 2010 Sabtu, 1 Mei 2010 2 Siklus II Sabtu, 8 Mei 2010 Sabtu, 15 Mei 2010 3 Siklus III Sabtu, 22 Mei 2010 Sabtu, 29 Mei 2010

c. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah siswa siswi kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 02 Kec. Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010

(20)

sebanyak 15 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 7 orang dan siswa perempuan sebanyak 8 orang.

3. Langkah- Langkah

Dalam penelitian ini penulis mengikuti prosedur penilitian tindakan kelas yang sudah baku. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri 3 siklus . Tiap siklus dilaksanakan mulai perencanaan, persiapan tindakan , pelaksanaan tindakan, pemantauan, evaluasi individu dan kelompok serta refleksi tindakan, analisis dan dilakukan penyimpulan-penyimpulan (Suharsimi; 2008)..

a. Perencanaan

1) Menyusun tujuan instruksional 2) Membuat skenario pembelajaran 3) Menyusun scenario drama. 4) Menyusun pre-tes dan post-tes

5) Mendesain pedoman pemantauan pembelajaran untuk individu maupun kelompok

6) Mendesain pedoman observasi sistematis bagi kerja guru selama pelaksanaan tindakan

b. Tindakan

1) Melaksanakan pre-tes

2) Melaksanakan wawancara pada siswa

3) Analisis pre-tes dan wawancara untuk menempatkan siswa dalam kelompok bermain peran.

4) Penyusunan lembaran kerja/ tugas bagi siswa

(21)

6) Memberikan pengarahan kepada siswa tentang operasional pembelajaran dan tentang tugas yang akan diberikan

7) Melaksanakan skenario yang direncanakan

8) Presentasi dan diskusi kelompok ahli untuk mematangkan penguasaan materi

9) Observasi.

Pada tahap ini, siswa melakukan tindakan dan guru melakukan pemantauan (dengan pedoman pemantauan) terhadap kerja siswa, Selanjutnya menganalisis nilai pre-tes dan post-tes serta memberikan penilaian kelompok

c. Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi dikumpulkan, didiskusikan, dianalisis, dan dievaluasi oleh peneliti dan mitra, kemudian guru dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan yang telah dilakukan, faktor-faktor pendukung, penghambat, dari aspek internal dan eksternal guru dan siswa. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan-perbaikan bilaman perlu secara kualitas dan kuantitas berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi (Suharsimi; 2008).

d. Penilaian

Adapun penilaian dari kegiatan ini akan dilakukan dengan dua alat ukur yaitu:

(22)

1) Lembar Observasi

Lembar ini disiapkan oleh penulis dan dipakai oleh mitra penelitian. Kegunaannya untuk menilai jalannya penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Hasil penilaian mitra akan dijadikan bahan evaluasi bagi penulis pada siklus berikutnya 2) Tes Tertulis

Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Kegunaannya untuk mengatahu daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang ada dalam skenario. Hasil dari 3 siklus akan dibandingkan dengan 3 kali nilai harian sebelum menggunakan metode role playing. 4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pembelajaran ini merupakan suatu rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar.

b. Soal tes untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa, juga dilengkapi dengan alat-alat pengajaran yang mendukung.

c. Lembar observasi pengamatan pengelolaan metode role playing struktural dan lembar pengamatan perhatian siswa. Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran role playing dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan untuk mengukur perhatian siswa dalam penggunaan metode ini.

(23)

e. Skenario drama per siklus f. Intrumen Manusia 1) Peneliti

Dalam penelitian tidakan kelas sebenarnya peneliti juga masuk sebagai intrumen penelitian. Sebagai intrumen penelitian seorang peneliti haruslah memiliki karakter sebagai berikut:

a) Responsif b) Adaptif

c) Menekankan aspek holistic

d) Pengembangan berbasis pengetahuan e) Memproses dengan segera

f) Mampu memberikan klarifikasi dan kesimpulan g) Kesempatan eksplorasi (Rachiati, 2004: 96). 2. Mitra

Dalam penelitian tindakan kelas diperlukan peran mitra sejawat untuk melakukan observasi terhadap guru sebagai peneliti. Hal ini diperlukan untuk menilai efektifitas jalannya kegiatan belajar- mengajar. 5. Pengumpulan Data

a. Sumber Data 1) Dokumentasi.

2) Hasil tes tertulis kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang. 3) Hasil pengamatan teman sejawat yang membantu sebagai mitra. b. Cara Pengambilan Data

(24)

2) Lembar kerja siswa pada siklus I, II dan III. 3) Tes formatif I.

4) Lembar pengamatan dari teman sejawat sebagai kolaborasai dalam penelitian

6. Analisis data

Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :

a. Merekapitulasi hasil tes .Dalam penelitian tindakan kelas, peningkatan prestasi belajar siswa sebagai hasil tindakan merupakan aspek paling diharapkan berkaitan erat dengan analisis tentang prestasi belajar siswa seperti analisis daya serap, ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata.

b. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 60, sedangkan secara klasikal mencapai 85 % yang telah mencapai daya serap lebih dan sama dengan 60 %.

c. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada kegiatan pengelolaan pembelajaran dan lembar pengamatan perhatian siswa, penggunaan metode role playing

(25)

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II: Merupakan kajian pustaka yang meliputi prestasi belajar, pelajaran SKI, metode role playing, dan Kerangka Berfikir

Bab III: Merupakan laporan penelitian yang meliputi waktu pelaksanaan, tempat penelitian, subyek penelitian, intrumen penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II dan deskripsi pelaksanaan siklus III

Bab IV: Merupakan hasil penelitian meliputi gambaran setting penelitian, penjelasan per siklus, proses analisis data, deskripsi per siklus, pembahasan dan pengambilan kesimpulan.

Bab V : Merupakan bagian penutup yang meliputi kesimpulan, saran- saran dan penutup.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar SKI 1. Makna Belajar

Belajar oleh para ahli didefinisikan secara berbeda-beda. Namun sebelumnya mungkin kita akan membicarakan arti penting belajar. Mengapa manusia harus belajar? Perlu kita sadari bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang istimewa. Hal ini secara jelas tersurat dalam Q. S at Tiin: 5

Sesungguhnya kami jadikan manusia sebaik- baik kejadian.

Lalu dimanakah letak keistimewaan manuisa? Salah satunya adalah terletak pada kemampuan menggunakan akalnya. Kemampuan mengolah informasi pada manusia merupakan ciri penting yang membedakan manusia dengan makhluk lain (Martinis; 2005: 104). Di sinalah arti penting belajar. Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan seseorang secara optimal.

Belajar adalah perubahan, namun bagaimana proses perubahan tersebut terjadi? Berbeda aliran psikologis yang dipakai sebagai landasan untuk menjelaskan perilaku manusia, termasuk perubahannya, tidak sama. Ahli-ahli yang menganut aliran Kognitif berpendapat bahwa belajar adalah

(27)

peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar.

Kemampuan tersebut ialah kemampuan mengenal yang disebut dengan istilah kognitif. Berbeda dengan kosep belajar behavioristik, yang sangat mengandalkan pada lingkungan (stimulus), penganut aliran Kognitif memandang orang yang belajar sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk memahami obyek-obyek yang berada di luar dirinya (stimulus) dan mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu tindakan (respons) sebagai akibat pemahamannya itu. Perubahan dapat terjadi bila ada proses berfikir lebih dahulu dalam diri seseorang, yang kemudian menimbulkan respon berupa tindakan (Mertinis; 2005: 118).

Dari pendapat di atas dapat diambil pemahaman bahwa proses belajar pada diri seseorang mengandung tiga proses simultan. Pertama, proses untuk mendapatkan perolehan sesuatu dari informasi baru. Hal yang diperoleh dari informasi baru sering merupakan pengganti atau perbaikan atas pengetahuan sebelumnya. Kedua, proses tranformasi pengetahuan yang diperoleh disesuaikan dengan kebutuhan atau tugas. Dalam proses ini terjadi analisis atas informasi lalu diubah dalam bentuk lain seperti simbol-simbol. Ketiga, proses evaluasi. Dalam proses ini terjadi penilaian apakah transformasi yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan atau tugas yang akan dihadapi. Proses belajar pada dasarnya adalah proses simultan dari ketiga hal tersebut

Adapun memenurut Uzer Usman (2002:5) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu serta individu dan lingkunganya. Pada umumnya

(28)

belajar belajar dapat diartikan kegiatan-kegiatan fisik dan psikis, kedua aspek itu saling melengkapi dan bertalian satu sama lain. Sedangkan menurut Hilgard sebagaimana dikutip Wina Sanjaya (2002) belajar bukan hanya hasil, namun juga proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik dilakukan di laboratorium maupun lingkungan alamiah. Sehingga dapat dirangkum bahwa belajar adalah:

a. Aktivitas yang dirancang dan bertujuan. b. Perubahan perilaku secara utuh.

c. Bukan hanya hasil namun proses. d. Proses memecahkan masalah. 2. Belajar dan Prestasi Belajar

Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan (domain) kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil belajar tidak hanya satu macam saja, melainkan ada bermacam- macam. Menurut Gegne sebagaimana dikutip Nasution, dengan tujuan yang bermacam-macam dan mempelajari macam-macam hal itu diperlukan kondisi belajar tertentu yang khusus untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan (Nasution; 2008: 63).

Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang karena adanya interaksi (Usman, 1993: 4). Belajar akan membawa perubahan bila orang yang belajar bebas menentukan bahan pelajaran dan cara yang dipakai untuk mempelajarinya. Dengan demikian pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara

(29)

mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Tentu saja kebebasan yang dimaksud tidak keluar dari kerangka belajar. Prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik (Arifin, 1990: 3).

Secara sederhana prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, atau capaian yang diperoleh peserta didik untuk bidang studi tertentu. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi. Dari skor tersebut dapat diperoleh informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh siswa.

Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauhmana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Perbedaan prestasi belajar dikalangan peserta didik disebabkan oleh berbagai faktor seperti kematangan, bidang studi dan sebagainya (Rusya, 1989: 60). Namun secara adalah faktor individu dan lingkungan (Sukamdinata, 1998, 162).

(30)

Terdapat hubungan yang erat antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan, sedangkan evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan namun sebaliknya dengan ada tujuan pembelajaran yang telah terumuskan akan memberikan arah dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Dilihat dari segi proses langkah penyusunan alat evaluasi sudah barang tentu harus mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebaliknya, kegiatan pembelajaran juga harus mempunyai arah untuk keberhasilan evaluasi yang nantinya akan dilakukan.

Hasil belajar siswa harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian pencapaian kompetensi siswa harus dilakukan secara komprehensif selama proses pembelajaran berlangsung antara lain melalui ujian atau ulangan harian, mingguan, bulanan atau akhir semester. Hasil pencapaian kompetensi siswa perlu dianalisis secara berkesinambungan, yang hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program tindak lanjut berupa program pembelajaran remidial atau program pengayaan. Penggunaan sistem penilaian berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang pada

(31)

akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap peserta didik harus belajar tuntas untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

B.S. Bloom (1980) mengatakan: (1) Jika peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata pelajaran dan diajar sesuai dengan karakteristik mereka maka sebagian besar dari mereka akan mencapai ketuntasan. (2) Apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur maka semua peserta didik akan mampu menguasai semua bahan yang disajikan kepadanya. Sehingga belajar tuntas membutuhkan proses pembelajaran yang sistematis, terstruktur berkesinambungan untuk mencapai kompetensi yang disyaratkan (Martinis; 2005: 127-133).

Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang, meliputi: a. Faktor internal siswa, antara lain:

1) Bakat

Dasar kepandaiaan dan sifat pembawaan dari lahir yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa terhadap suatu bidang tertentu.

2) Minat

Minat dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, kalau seseorang menyenangi dan berminat terhadap matematika maka ia akan berusaha untuk berhasil dalam mengikuti seluruh proses pembelajaran sebaliknya apabila tidak menyenanginya maka ia akan

(32)

belajar dengan perasaan terpaksa, mengikuti proses pembelajaran hanya sekedar formalitas dan pembelajaran menjadi tidak bermakna. 3) Kemauan Belajar.

Salah satu tugas guru mengubah yang tidak mau belajar menjadi antusias belajar dan menyenangi pelajaran tersebut.

4) Sikap Mental Siswa

Sikap mental siswa sangat mempengaruhi dalan proses pembelajaran, sikap mental ini meliputi kematangan sosial emosional siswa dan pengetahuan prasarat yang dimilikinya untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

b. Faktor eksternal, antara lain: 1) Metode Pembelajaran

Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran adalah upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran meliputi metode, media, dan peralatan yang diperlukan dalam penyampaian informasi dalam proses pembelajaran. Pengaturan atau pemilihan metode, media, dan peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya. Dengan demikian, metode pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.

(33)

2) Kepribadian Guru.

Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran siswa. Guru menurut tokoh pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro, dihadapan mata anak harus dapat menjadi suri tauladan yang baik, di tengah aktivitas dengan siswa dapat membangun keinginan dan minat siswa untuk belajar dan dibelakang layar mampu memberdayakan siswanya untuk belajar lebih baik. 3) Lingkungan Belajar.

Lingkungan belajar siswa sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, jika lingkungan belajar siswa tertata dengan baik maka proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, agar lingkungan pembelajaran dapat mendukung usahakan:

a) Suasana pembelajaran memberi kesempatan siswa untuk melakukan penelitian

b) Bersikap yang tidak berlebihan (wajar) jika mendapatkan jawaban yang tidak benar dari siswa

c) Meningkatkan kompetensi keguruan dari guru agar keberhasilan siswa dalam belajar meningkat

3. SKI

Sejarah merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup manusia. Dalam sejarah tersebut Allah SWT memberikan pelajaran bagi manusia untuk

(34)

mengambil hikmah yang tersimpan di baliknya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Yusuf ayat 111:

ۗ

Artinya:Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman

Sejarah kebudayaan Islam yang terdapat di dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat

(35)

digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik (Departemen Agama RI:2008).

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai fungsi yang dapat menjelaskan ketercapaian yang tercantum dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan di madrasah. Fungsi dasar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi:

a. Fungsi edukatif

Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusanmenegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

b. Fungsi keilmuan

Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.

c. Fungsi transformasi

Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam merancang transformasi masyarakat.

Mata pelajaran Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

(36)

b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan

c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Acuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran dan memantau perkembangan mutu pendidikan adalah standar kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar Kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MI berisi mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di MI. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku aspek afektif , peserta didik memiliki: keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sesuai ajaran Agama Islam yang tercermin dalam perilaku sehari-hari memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta

(37)

menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik lingkup nasional maupun global. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berkenaan dengan aspek psikomotorik, memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global, memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari. Standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam juga mengacu pada struktur keilmuan mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam.

Adapun Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

a. Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad Saw.

b. Dakwah Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad Saw, hijrah Nabi Muhammad Saw ke Thoif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw.

c. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad Saw, peristiwa Fathul Mekah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah Saw .

(38)

e. Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing (Departemen Agama RI; 2008).

Sejarah Kebudayaan Islam secara substansial memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktekan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam menghadapi beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntunan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi Sejarah Kebudayaan Islam, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif, kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif. Kendala lain adalah lemahnya sumber daya guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam pengembangan pendekatan, metode yang lebih variatif serta dalam mengusahakan media yang digunakan untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam. Padahal guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan tenaga kependidikan dan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang mempunyai kedudukan strategis dan menentukan keberhasilan pembelajaran di sekolah. Untuk itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien. Strategi

(39)

pembelajaran baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien, jika Guru harus dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar. Keadaan siswa yang memiliki konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Siswa yang memiliki konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu, mereka mengingat informasi lebih lama.

Sedangkan standar kompetensi kelulusan mata pembelajaran SKI pada Madrasah Ibtidaiyah sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar kompetensi lulusan dan standarisasi pendidikan agama Islam dan bahasa arab di madrasah adalah

mengenal, mengidentifikasi, meneladani, dan mengambil ibrah dari

sejarah Arab pra-Islam, sejarah Rasulullah SAW, Khulafaurrasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah masing-masing B. Metode Role Playing

1. Metode Pembelajaran

Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang digunakan guru hanya berpusat pada metode ceramah. Lahirnya teori-teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mangajar (Suparta, 1998: 159).

Metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata metode di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode mengajar. Ada banyak metode mengajar dalam

(40)

literatur pendidikan baik secara umum maupun khusus pendidikan Islam. Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya. Metode-metode pangajaran umum tersebut bisa saja digunakan untuk mengajarkan ilmu pendidikan Islam untuk memperkaya metode pendidikan Islam (Tafsir; 1998: 131).

Seorang guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi, maka diperlukan adanya variasi metode yang dipakai. Ketrampilan mengadakan variasi ini bertujuan untuk (Usman; 2003: 84):

a. Menimbulkan dan membangkitkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang relevan.

b. Membarikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa.

c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.

Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru. Dan salah satu metode tersebut dikenal dengan nama role playing. 2. Role Playing

Pembelajaran dengan role playing adalah suatu cara penguasaan bahan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan

(41)

siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah yaitu: (a) dapat menjamin partisipasi seluruh siwa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama hingga berhasil; dan (b) permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa .

Pada dasarnya role playing adalah mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungan masalah sosial. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam al Qur’an yang menceritakan drama mengesankan antara Qobil dan Habil yang tersurat dalam Q.S Al Ma’idah ayat 5:

ۖ

Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa

Metode ini biasanya digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut (Suparta, 1998: 181):

(42)

b. Agar siswa dapat relajar bagaimana membagi tanggung jawab.

c. Agar siswa dapat relajar bagaimana mengambil keputusan secara spontan dalam situasi kelompok.

d. Untuk merangsang siswa agar berfikir dan memecahkan masalah.

Pembelajaran dengan role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa mesalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran dengan role playing ada tujuh tahap yaitu pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Pada tahap pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakanmasalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya. Tahap pemilihan peran memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain. Selanjutnya menyusun tahap-tahap bermain peran. Dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa bisa menambah dialog sendiri. Tahap berikutnya adalah menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran. Setelah semuanya siap maka dilakukankegiatan pemeranan. Pada tahap ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing sesuai yang terdapat pada skenario bermain peran. Dalam hal ini guru menghentikan permainan pada saat terjadi pertentangan agar memancing permasalahan agar didiskusikan. Masalah yang muncul dari bermain peran, dibahas pada tahap diskusi dan evaluasi. role playing disebut juga metode sosiodrama. Sosiodrama

(43)

pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial .

Role playing menurut Armai (2002) mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:

1). Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.

2). Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

3). Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.

4). Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya. 5). Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab

dengan sesamanya.

6). Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.

Namun demikian metode ini juga tidak luput dari berbagai kekurangan. Adapun kelemahan metode Role Playing adalah:

1). Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif. 2). Banyak memakan waktu.

3). Memerlukan tempat yang cukup luas.

4). Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat.

(44)

Adapun proses pelaksanaan metode Role Playing sebagai berikut:

1) Pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupanpeserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.

2) Pemilihan peran, memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.

3) Menyusun tahap-tahap bermain peran, dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa dapat juga menambahkan dialog sendiri.

4) Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.

5) Pemeranan, dalam tahap ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing yang terdapat pada skenario bermain peran.

6) Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari siswa.

7) Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan. Jadi pembelajaran dengan role playing merupakan cara belajar yang dilakukan dengan cara membagi siswa mwnjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok memerankan karakter sesuai dengan naskah yang telah dibuat dan materi yang telah ditentukan oleh guru, sehingga siswa lebih mudah memahami dan mengingat materi yang telah diperankan tersebut.

C. Kerangka Berfikir

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan menarik minat anak untuk belajar. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan

(45)

terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Metode pembelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan hasilnya maka minat dapat mempengaruhi kwalitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Maka apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap suatu bidang studi ia akan memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang studi tersebut.

Demikian pula halnya dengan menggunakan metode yang menarik akan meningkatkan minat siswa terhadap bidang studi SKI. Metode role playing adalah metode yang sangat menarik bagi anak karena membuat anak mampu mengambangkan imajinasinya dengan maksimal. Tentu saja ini akan menggugah minat anak terhadap mata pelajaran SKI. Apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap bidang studi SKI maka siswa tersebut akan memusatkan perhatiannya terhadap bidang studi SKI dan lebih giat dalam mempelajari bidang studi ini dan prestasinya pun akan memuaskan. Tujuan mempelajari sejarah Kebudayaan Islam adalah agar siswa mengetahui sejarah

(46)

Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari tokoh Islam masa lalu itu dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah, menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas fakta sejarah yang ada, dan juga untuk menggugah semangat untuk mendalami Islam yang lebih baik

(47)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN A. Waktu Penelitian

Penelitiatian ini penulis lakukan selama tiga minggu sejak akhir April sampai awal pertengahan Mei. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester genap tahun pelajaran 2009/2010. secara rinci dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian

No Siklus Pertemuan I Pertemuan II Waktu

1 Siklus I Sabtu, 24 April 2010 Sabtu, 1 Mei 2010 4 X 35 menit 2 Siklus II Sabtu, 8 Mei 2010 Sabtu, 15 Mei 2010 4 X 35 menit 3 Siklus III Sabtu, 22 Mei 2010 Sabtu, 29 Mei 2010 4 X 35 menit B. Tempat Penelitian

Penilitian yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKI MATERI SEJARAH ALI BIN ABI THALIB DENGAN METODE ROLE

PLAYING PADA SISWA KELAS VI MI REKSOSARI 03 KEC. SURUH KAB.

SEMARANG TAHUN 2010” ini sebagai suatu penelitian tindakan kelas maka penelitian ini penulis lakukan di lembaga pendidikan tempat penulis selama ini mengajar. Penelitian ini bertempat di ruang kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang. .

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang sebanyak 15 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Secara rinci dapat di lihat dalam tabel 3.2:

(48)

Tabel 3.2

Daftar nama siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun ajaran 2009/2010

No Nama Jenis Kelamin Usia

1 Adina Rosa Sabila P 8

2 Ahmad Hidayat L 7

3 Atini Suci Mustafida P 7

4 Chamid Maulana L 7

5 Deni Setyawan L 7

6 Dwi Setya Rini L 8

7 Fatma Az Zafra P 7 8 Fitri Cahyaningsih P 8 9 Lailatul Fajriyah P 7 10 Lintang Prasetya L 8 11 Lilis Pratwi P 7 12 M Ahsin L 8 13 M Chairul Amam L 7 14 Nisfa Kamalia P 8

15 Sinta Dewi Amira P 7

Sumber: MI Reksosari 03: 2010

D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Mata Pelajaran : SKI Kelas/ Semester : VI/2

Standar Kompetensi : Menceritakan silsilah, kepribadian, dan perjuangan kholifah Ali bin Abi Tholib

Kompetensi Dasar :1.2.Menggali informasi tentang perjuangan Ali bin Abi Tholib dalam dakwah Islam

(49)

Indikator :

Siswa menceritakan kisah Ali bin Abu Tholib menerima Islam

Siswa mempu menceritakan kegigihan Ali bin Abu Tholib dalam berdakwah sejak kecil

Siswa mampu menceriterakan keikutsertaan Ali bin Abu Tholib dalam menghadapai kaum kafir

Tujuan Pembelajaran

1. Menceritakan kisah Ali bin Abu Tholib menerima Islam

2. menceritakan kegigihan Ali bin Abu Tholib dalam berdakwah sejak kecil 3. Siswa mampu menceriterakan keikutsertaan Ali bin Abu Tholib dalam

menghadapai kaum kafir Materi Pembelajaran

Kisah kholifah Ali bin Ani Thalib Metode Pembelajaran

Role Playing

Bahan Ajar

1. Buku Paket SKI Kelas VI 2. LKS

3. Skenario Drama Penilaian

Peragaan Tes Tertulis

(50)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

a. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu Sejarah Kholifah Ali Bin Abi Thalib

b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Merancang pembelajaran dengan membentuk 3 kelompok kecil yang terdiri dari 5 anggota sesuai nomor urut absen.

d. Merancang soal-soal latihan untuk dikerjakan secara kelompok, soal tes formatif sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan siswa.

e. Merancang scenario drama tentang sejarah kholifah Ali Bin Abi Thalib. f. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna

mengetahui perubahan dan perkembangan. 2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus pertama, dalam 2 pertemuan yaitu sebagai berikut. a. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.

b. Guru membuka dan menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan materi pelajaran sesaui dengan materi.

c. Guru membagi kelompok.

d. Guru membagi peran pemain masing-masing kelompok. e. Siswa mempelajari dialog dalam skenaio.

f. Siswa berlatih per kelompok.

(51)

h. Guru mengadakan pemeriksaan/bimbingan terhadap latihan siswa masing-masing kelompok.

i. Siswa mempraktekkan drama masing-masing kelompok j. Mitra melaksanakan pengamatan

Kegiatan pengamatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data aktifitas pembelajaran, baik data pembelajaran guru maupun data pembelajar siswa. Adapun aspek yang diamati:

1) Kehadiran siswa

2) Perhatian siswa terhadap guru 3) Keaktifan siswa latihan

4) Penampilan siswa dalam pelaksanaan drama 5) Kehadiran Guru.

6) Pengaturan latar.

7) Penampilan guru di depan kelas. 8) Pembagian kelompok.

9) Pengelolaan kelas.

10)Bimbingan guru pada masing-masing kelompoknya. 11) Ketepatan waktu.

3. Refleksi

Dari 15 siswa ternyata banyak siswa yang kurang memperhatikan atau tidak memperhatikan sosio drama yang dilakukan. Hal ini disebabkan selain model pembelajaran yang baru dikenal, juga karena persiapan yang kurang matang dari guru khususnya dalam menyiapkan kelompok dan mempersiapkan setting panggung. Hal yang menonjol adalah kebingungan

(52)

siswa terhadap metode role playing ini. Pada Siklus I siswa masih menganggap soiso drama itu merupkan mainan saja yang tidak mengandung unsur pendidikannya, maka bimbingan guru dan motivasi sangat diperlukan agar siswa mengerti betul maksud dan tujuan kegiatan pembelajaran ini. Dalam mengikuti proses belajar mengajar pada siswa harus diberi motivasi agar semangat dalam proses belajar mengajar dapat tumbuh dengan baik, disamping itu juga diberi latihan-latihan soal yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Apabila siswa dapat menyelesaikan dengan benar guru memberi penguatan atau penghargaan agar siswa merasa senang.

Untuk mempermudah gambaran jalannya siklus II perhatikan gambar 3.1 Gambar 4.1

Denah Siklus I

E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Mata Pelajaran : SKI Kelas/ Semester : VI/2

Standar Kompetensi: Menunjukkan contoh-contoh nilai-nilai positif dari kekholifah-an Ali bin Abi Tholib

Perencanaan - Mempersiapkan materi - Menyusun RPP - Mempersiapkan Skenario drama - Mempersiapkan lembar observasi Tindakan - Pree Test - Pembagian kelompok - Penjelasan Guru - Latihan kelompok - Pelaksanaan drama - Pengamatan Mitra - Mengerjakan tugas formatif Refleksi - Perhatian anak masih kurang - Nilai ketuntasan

juga masih kurang

- Terjadi peningkatan

dari tes formatif sebelumnya - Masih terkendala pembagian kelompok - Siswa masih kebingunagan

Gambar

Gambar 1.2 Skema Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1.1  Pelaksanaan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kondisi diatas perma- salahan utama yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah : (1) Untuk mendapatkan solusi alternatif dari kendala yang terjadi dilapangan pada

Karena fokus penelitian pada gaya kepemimpinan dan upaya-upaya yang dilakukan Walikota Tidore Kepulauan dalam rangka mewujudkan kinerja aparatur yang baik, maka dalam

Yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul APLIKASI SISTEM ADMINISTRASI CALON JAMAAH

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:.. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Kemuhammadiyahan Kurikulum

Para wisudawan yang berbahagia, pesan yang sangat penting yang ingin saya sampaikan adalah Anda tidak perlu merasa pesimis dalam merajut masa depan, karena masa depan kita yang

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah yang dihadapi adalah bagaimana membandingkan penggunaan metode SAW dan

Lebih lanjut dinyatakan bahwa senam hamil merupakan program atau latihan gerak mempersiapkan secara fisik dan mental untuk persalinan cepat, aman dan sepontan Senam

Perpindahan ini bisa naik bisa turun, atau tetap pada tingkat yang sama tetapi dalam pekerjaan yang berbeda (Bruce J. Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu