• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.3. Usulan Perbaikan

6.3.1. Metode Single Minute Exchange of Dies (SMED)

Metode SMED memiliki tujuan utama yaitu untuk mengurangi waktu set up, dengan mengkonversi waktu set up internal menjadi eksternal. Langkah pertama yang dilakukan dengan metode SMED ini adalah memisahkan setiap

proses operasi yang bersifat internal dan eksternal yang telah dilakukan perbaikan proses dan dapat dilihat pada Tabel 6.2 dan Tabel 6.3 berikut ini.

Tabel 6.2. Pemisahan Internal dan Eksternal Set up Produksi Sprocket Belah

Proses Uraian Proses Waktu

Proses

Kondisi Operasi Eskternal Internal 1 Diangkut ke bagian pembubutan (diangkut

dengan hoist yg letaknya sudah menetap tetap)

2.00 - ✓

2 Bahan diukur sesuai spesifikasinya 1.00 - ✓

3 Mesin di- set up (set up pertama) 2.00 - ✓

5 Bagian bawah dibalikkan untuk dibubut 1.50 - ✓

6 Mesin di- set up (set up kedua) 2.00 - ✓

8 Diletakkan hasil di kereta sorong 2.00 - ✓

9 Diangkut ke daerah kerja bagian pemotongan as

1.00 - ✓

10 Set up awal mesin pemotongan as (pelepasan 1.00 jig dan pemasangan kembali)

- ✓

12 Dilepaskan jig pada mesin dan di set up untuk 0.30 pemotongan sprocket

- ✓

14 Dilepaskan jig dan dipindahkan sprocket ke kereta sorong secara manual

0.15 - ✓

16 Di set-up mesin untuk pemotongan belahan 0.50 kedua dengan jig

- ✓

19 Dilepaskan jig dan diangkut hasil potongan 0.50 kedua ke kereta sorong sementara dengan

manual

- ✓

20 Diangkut hasil sprocket yang telah dipotong ke daerah kerja mesin drill dengan kereta sorong

1.50 - ✓

21 Diangkut sprocket belah dari kereta sorong ke mesin drill secara manual

2.15 - ✓

22 Di set-up mesin untuk pemotongan sudut tepi 1.00 - ✓ 24 Dilepaskan jig kemudian di set mesin untuk 1.35

pembuatan ulir pada sprocket belah

- ✓

26 Dilepaskan jig dan diletakkan sprocket belah 3.25 di lantai kerja mesin bubut

- ✓

27 Dipasang mur untuk mengkaitkan kedua sisi sprocket belah tersebut

10.00 - ✓

28 Diangkut ke bagian penumpukan sementara 1.00 - ✓

Tabel 6.3. Pemisahan Internal dan Eksternal Set up pada Produksi Garbox

Proses Uraian Proses Produksi Waktu Proses

Kondisi Operasi Eskternal Internal 2 Diangkut bahan ke bagian pemotongan 2.50 - ✓ 3 Diukur besi sesuai ukuran dan diatur jig 2.00

penahan besi saat pemotongan

- ✓

5 Dilepaskan jig dan diangkut bahan ke 2.00 kereta sorong

- ✓

7 Diangkut ke bagian pembubutan 2.00 - ✓

8 Di set-up mesin untuk diameter besi 11 1.50 cm dan sepanjang 18 cm

- ✓

10 Di set-up mesin untuk diameter besi 13 1.50 cm dan sepanjang 16 cm

- ✓

12 Di set-up mesin untuk diameter besi 11 1.50 cm dan sepanjang 22,5 cm

- ✓

14 Di set-up mesin untuk diameter besi 1.50 9,95 cm dan sepanjang 68,5 cm

- ✓

19 Di set-up mesin untuk pembuatan ulir 1.50 dengan diameter 2,25 cm

- ✓

21 Dilepas jig dan diangkut ke kotak kayu 3.00 - ✓ 24 Diangkut kotak kayu ke penumpukan

sementara dan disimpan

2.00 - ✓

Total Waktu Proses 21.00

Dari Tabel 6.2 dan 6.3 diatas telah dipisahkan kegiatan yang bersifat internal dan eksternal pada proses produksi di lantai pabrik, setelah dilakukan perbaikan proses dan prosedur kerja mesin-operator. Namun ditemukan bahwa kegiatan set up sebelum dilakukan perbaikan, masih bersifat internal, yakni set up dilakukan ketika mesin mati, oleh karena itu digunakan metode SMED untuk mengubah kegiatan internal menjadi eksternal, dimana sebelumnya haruslah dipahami lebih detail kegiatan di lantai pabrik. Beberapa hal yang harus diterapkan agar dapat melakukan konversi kegiatan internal menjadi eksternal antara lain:

1. Operator harus mengambil tindakan atau berani mengambil resiko untuk mempercepat proses operasi set up.

2. Utilisasi mesin harus lebih optimum, dimana tidak terdapat mesin yang mati sedangkan mesin lainnya beroperasi untuk jenis operasi yang sama.

3. Tersedianya material handling yang lebih mudah digunakan, seperti kereta sorong. Dengan alat ini, transportasi operator dapat berkurang, begitu juga dengan total waktu operasi.

4. Operator haruslah menjalankan prosedur kerja seutuhnya untuk bisa memperlancar proses produksi.

5. Sebelum diperbaiki proses produksi dengan metode lean six sigma, set up pada;

a. Proses produksi sprocket belah, pada set up setiap mesin yang akan digunakan, mesin masih dalam keadaan mati, sehingga memperpanjang waktu proses.

b. Pada produksi garbox, sama halnya dengan sprocket belah bahwa proses set up masih dilakukan pada mesin dalam keadaan mati.

6. Proses perbaikan set up ini dilakukan dengan metode SMED dan eliminasi kegiatan berlebihan (excess motion) dengan Lean Six Sigma (5S), dengan tujuan memperkecil waktu set up dan waktu proses permesinan. Waktu set up dapat dikurangi dengan eliminasi kegiatan mencari dan meraih material atau part, sehingga set up lebih mudah dan lebih cepat dilakukan. Proses kegiatan konversi internal menjadi eksternal pada set up mesin dapat dilihat pada Tabel 6.4 dan Tabel 6.5 berikut.

Tabel 6.4. Pemisahan Internal dan Eksternal Set up Produksi Sprocket Belah Setelah Perbaikan

Proses Uraian Proses Waktu

Proses

Kondisi Operasi Eskternal Internal 1 Bahan diangkut ke bagian pembubutan

(diangkut dengan hoist yg letaknya sudah menetap tetap)

2.00 ✓ -

2 Bahan diukur sesuai spesifikasinya 1.00 ✓ -

3 Mesin di- set up (set up pertama) 2.00 - ✓

5 Bagian bawah dibalikkan untuk dibubut 1.50 ✓ -

6 Mesin di- set up (set up kedua) 2.00 - ✓

8 Diletakkan hasil di kereta sorong 2.00 ✓ -

9 Diangkut ke daerah kerja bagian pemotongan as

1.00 ✓ -

10 Set up awal mesin pemotongan as 1.00 (pelepasan jig dan pemasangan kembali)

- ✓

12 Dilepaskan jig pada mesin dan di set up 0.30 untuk pemotongan sprocket

- ✓

14 Dilepaskan jig dan dipindahkan sprocket ke kereta sorong secara manual

0.15 ✓ -

16 Di set-up mesin untuk pemotongan 0.50 belahan kedua dengan jig

- ✓

19 Dilepaskan jig dan diangkut hasil 0.50 potongan kedua ke kereta sorong

sementara dengan manual

- ✓

20 Diangkut hasil sprocket yang telah dipotong ke daerah kerja mesin drill dengan kereta sorong

1.50 ✓ -

21 Diangkut sprocket belah dari kereta sorong ke mesin drill secara manual

2.15 ✓ -

22 Di set-up mesin untuk pemotongan 1.00 sudut tepi

- ✓

24 Dilepaskan jig kemudian di set mesin 1.35 untuk pembuatan ulir pada sprocket

belah

- ✓

26 Dilepaskan jig dan diletakkan sprocket 3.25 belah di lantai kerja mesin bubut

- ✓

27 Dipasang mur untuk mengkaitkan kedua sisi sprocket belah tersebut

10.00 ✓ -

28 Diangkut ke bagian penumpukan sementara

1.00 ✓ -

Tabel 6.5. Pemisahan Internal dan Eksternal Set up Produksi Garbox Setelah Perbaikan

No Uraian Proses Produksi Waktu

Proses

Kondisi Operasi Eskternal Internal 2 Bahan diangkut bahan ke bagian pemotongan 2.50 ✓ - 3 Diukur besi sesuai ukuran dan diatur jig 2.00

penahan besi saat pemotongan

- ✓

5 Dilepaskan jig dan diangkut bahan ke kereta 2.00 sorong

- ✓

7 Diangkut ke bagian pembubutan 2.00 ✓ -

8 Di set-up mesin untuk diameter besi 11 cm 1.50 dan sepanjang 18 cm

- ✓

10 Di set-up mesin untuk diameter besi 13 cm 1.50 dan sepanjang 16 cm

- ✓

12 Di set-up mesin untuk diameter besi 11 cm 1.50 dan sepanjang 22,5 cm

- ✓

14 Di set-up mesin untuk diameter besi 9,95 cm 1.50 dan sepanjang 68,5 cm

- ✓

19 Di set-up mesin untuk pembuatan ulir dengan 1.50 diameter 2,25 cm

- ✓

21 Dilepas jig dan diangkut ke kotak kayu 3.00 - ✓ 24 Diangkut kotak kayu ke penumpukan

sementara dan disimpan

2.00 ✓ -

Prosedur Kerja Mesin Bubut Duduk

Penangggungjawab Operator: 1 orang Jumlah mesin: 1 unit Prosedur Kerja:

1. Nyalakan mesin bubut duduk untuk persiapan (pemanasan) selama 15 menit pada saat pertama kali dinyalakan.

2. Bahan yang telah diukur dengan jangka sorong, masukkan ke dalam mesin untuk dilakukan pembubutan.

3. Beberapa hal yang harus dilakukan ketika melakukan pembubutan, antara lain:

a. Pengukuran (pengecekan) dimensi bahan yang telah terbubut hanya dilakukan satu kali saja.

b. Ketika melakukan pergantian bagian bahan yang akan dibubut, ketinggian mata pahat haruslah sudah optimum, sekitar 50-70 cm dari wadah peletakan bahan, sehingga mata pahat tidak mengenai bahan ketika melakukan pergantian.

c. Dalam melakukan perpindahan dan pengambilan dan pemakaian dies, mesin haruslah dalam kondisi hidup.

4. Bahan yang telah selesai dibubut, diletakkan dan ditumpuk di kereta sorong.

5. Dicatat produk yang memiliki kecacatan dan diserahkan ke bagian supervisor, dan produk akan diteruskan ke bagian permesinan selanjutnya.

T

Prosedur Kerja Mesin Potong As

Penangggungjawab Operator: 1 orang Jumlah mesin: 2 unit Prosedur Kerja:

1. Nyalakan mesin potong as untuk waktu persiapan (pemanasan) selama 10 menit saat pertama kali dinyalakan.

2. Bahan yang telah diukur dengan jangka sorong atau meteran, letakkan tepat dibawah mata pisau, kemudian pasang jig agar bahan tidak goyang saat pemotongan.

3. Beberapa hal yang harus dilakukan ketika melakukan pemotongan, antara lain:

a. Marker yang digunakan untuk menandai ukuran adalah marker berwarna cerah.

b. Pada saat pemotongan, harus diperhatikan bahwa bahan benar-benar telah terpotong.

c. Setelah menggunakan setiap alat bantu, harus dikembalikan ke tempat semula yang telah disediakan, serta pemindahan dan pengambilan alat bantu dapat dilakukan pada kondisi mesin hidup.

4. Bahan yang telah selesai dipotong, diletakkan dan ditumpuk di kereta sorong. 5. Matikan mesin potong setelah selesai digunakan.

Prosedur Kerja Mesin Bubut Biasa

Penangggungjawab Operator: 1 orang Jumlah mesin: 2 unit Prosedur Kerja:

1. Nyalakan mesin bubut untuk waktu persiapan (pemanasan) selama 15 menit saat pertama kali dinyalakan.

2. Bahan yang telah diukur dengan jangka sorong atau meteran, masukkan kedalam jig sebagai penahan bahan, selanjutnya di set mesin untuk pembubutan.

3. Beberapa hal yang harus dilakukan ketika melakukan pembubutan, antara lain:

a. Marker yang digunakan untuk menandai ukuran adalah marker berwarna cerah.

b. Pada saat memindahkan bahan, mata pahat tidak boleh bersinggungan dengan bahan, karena akan menimbulkan goresan.

c. Setelah menggunakan setiap alat bantu, harus dikembalikan ke tempat semula yang telah disediakan, serta pada saat pengambilan alat bantu, mesin dalam kondisi hidup.

4. Bahan yang telah selesai dibubut, diletakkan dan ditumpuk di kereta sorong. 5. Matikan mesin bubut setelah selesai digunakan.

Prosedur Kerja Mesin Drilling

Penangggungjawab Operator: 1 orang Jumlah mesin: 1 unit Prosedur Kerja:

1. Nyalakan mesin drilling untuk waktu persiapan (pemanasan) selama 10 menit saat pertama kali dinyalakan.

2. Bahan yang akan dilobangi atau diulir, ukur dengan jangka sorong, kemudian letakkan tepat dibawah mata bor, dan ditahan dengan jig, selanjutnya di set mesin untuk pengeboran atau penguliran.

3. Beberapa hal yang harus dilakukan ketika melakukan drilling, antara lain: a. Marker yang digunakan untuk menandai ukuran adalah marker berwarna

gelap dan terang (tergantung jenis dan warna bahan).

b. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengeboran, haruslah diketahui jenis dan ukuran mata bor yang akan digunakan.

c. Setelah menggunakan setiap alat bantu, harus dikembalikan ke tempat semula yang telah disediakan.

4. Bahan yang telah selesai dibor atau diulir, diletakkan dan ditumpuk di kereta sorong.

Beberapa hal yang sudah ditentukan diatas dan prosedur yang telah ditetapkan, akan sangat membantu dalam konversi kegiatan internal menjadi eksternal. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan konversi ini bertujuan untuk mengurangi waktu total operasi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas operator dan mesin. Beberapa proses yang berubah dalam proses permesinan antara lain:

1. Proses produksi sprocket belah:

a. Pada mesin bubut duduk, sprocket bulat yang telah dibubut permukaannya, ditumpuk sementara di atas kereta sorong, untuk selanjutnya didorong operator mesin potong ke daerah mesin tanpa menggunakan hoist crane.

b. Pada mesin potong as, dimana terdapat dua mesin, namun pada saat beroperasi, seringkali salah satu mesin dalam kondisi mati. Oleh karena itu, penggunaan kedua mesin harus dioptimumkan.

c. Pada proses pemotongan, kecepatan rotor untuk menggerakkan belt masih terlalu lambat (rotasi maksimum 1420 rpm), sehingga waktu proses pemotongan mencapai 9-10 menit. Dengan mempertimbangkan keausan bahan logam saat dipotong, kecepatan dapat ditambah, sehingga waktu pemotongan dapat berubah menjadi 6-8 menit.

d. Hasil pemotongan ini, diletakkan atau ditumpuk rapi di kereta sorong secara manual, untuk selanjutnya didorong oleh operator mesin drill ke daerah mesin drill.

e. Setelah selesai dipotong sudut tepi dan diulir, sprocket belah diletakkan ke kereta sorong yang lain, untuk dibawa ke penyimpanan dan disatukan kedua belahan dengan mur.

2. Proses produksi garbox:

a. Pada mesin potong as, utilisasi mesin lebih dioptimalkan sehingga dapat mempercepat wakto produksi produk.

b. Pada proses pemotongan, kecepatan rotor untuk menggerakkan belt masih terlalu lambat (rotasi maksimum 1420 rpm), sehingga waktu proses pemotongan mencapai 30-40 menit. Dengan mempertimbangkan keausan bahan logam saat dipotong, kecepatan dapat ditambah, sehingga waktu pemotongan dapat berubah menjadi 25-30 menit.

c. Pada mesin bubut biasa, yakni mesin utama dalam pembuatan garbox, kecepatan proses pembubutan dapat ditingkatkan dengan menaikkan kecepatan spindle dan tingkat kedalaman pemakanan.

Selain perubahan pada proses operasi yang dilakukan, perubahan layout juga dapat diterapkan untuk membantu mempersingkat waktu total operasi dan mendukung konversi kegiatan. Pada gambar berikut, dijelaskan keadaan layout sebelum dan sesudah perbaikan.

Dokumen terkait