• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

24

suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Jadi, metode merupakan suatu cara kerja (langkah-langkah) yang dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan dalam dunia pendidikan ialah Metode Socrates.

Menurut Evindonta (2015: 11) untuk menyelesaikan suatu masalah, Socrates membagi permasalahan itu kedalam suatu rangkaian pertanyaan-pertanyaan yang nantinya jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut secara bertahap dapat memberikan jawaban sesungguhnya terkait suatu permasalahan. Berdasarkan percakapan yang telah dilakukan Socrates, Socrates menganggap bahwa dirinya berposisi sebagai siswa dan lawan bicaranya sebagai seorang guru.

Jones, Bagford, dan Walen (Yunarti, 2016: 31) mendefinisikan metode Socrates sebagai sebuah proses diskusi yang dipimpin guru untuk membuat siswa mempertanyakan validitas penalarannya atau untuk mencapai sebuah kesimpulan. Magee (Khairi, 2017: 18) telah mendefinisikan metode Socrates sebagai “an approach by which one seeks the truth via a process of questions and answers”. Metode Socrates adalah sebuah pendekatan yang mencari satu kebenaran melalui proses tanya jawab. Selanjutnya, Maxwell (Muhammad, 2016: 13) mendefinisikan metode Socrates sebagai “a process of inductive questioning used to successfully lead a person to knowledge through small steps”, artinya metode Socrates merupakan suatu proses yang menggunakan pertanyaan induktif untuk mengarahkan seseorang pada pengetahuan melalui tahapan-tahapan kecil.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode Socrates adalah metode tanya jawab yang dilakukan oleh guru dan siswa dimana guru

25

memberikan pertanyaan-pertanyaan induktif kepada siswa untuk menguji validitas keyakinan siswa akan suatu objek, serta membimbing siswa untuk menarik kesimpulan yang benar akan objek tersebut secara konstruktif.

Yunarti (2016: 36) mengatakan bahwa metode Socrates menuntut siswa untuk menggali dan menganalisis sendiri pemahamannya sehingga ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa jawabannya benar atau salah. Hal tersebut disebabkan oleh ciri khas pertanyaan-pertanyaan Socrates yang menggali pemahaman siswa. Melalui pertanyaan-pertanyaan Socrates yang diberikan oleh guru diharapkan siswa dapat memandang suatu persoalan matematika tidak hanya dari satu sudut pandang saja, melainkan diarahkan untuk membuka pikiran mereka terhadap berbagai kemungkinan yang ada, sehingga pada akhirnya siswa mendapatkan pemahaman baru dari suatu persoalan matematika yang mereka hadapi.

Menurut Qosyim (Pahlevi, 2014: 8) metode Socrates memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut.

1. Dialektik, artinya bahwa metode Socrates dilakukan oleh dua orang atau lebih yang pro dan kontra, atau memiliki perbedaan pendapat.

2. Konfersasi, artinya bahwa metode Socrates dilakukan dalam bentuk percakapan atau komunikasi lisan.

3. Tentatif, artinya kebenaran yang dicari bersifat sementara tidak mutlak, dan merupakan alternatif-alternatif yang terbuka untuk semua kemungkinan. 4. Empiris dan induktif, artinya segala sesuatu yang dibicarakan dan cara

26

5. Konsepsional, artinya metode Socrates ditujukan untuk tercapainya penetahuan, pengertian dan konsep yang telah pasti dari pada sebelumnya.

Dalam setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk metode Socrates. Menurut Lammendola (Pahlevi, 2014: 10) metode Socrates memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:

1. Stimulates critical thinking, artinya membimbing siswa berpikir rasional dan ilmiah.

2. Constant feedback, artinya memupuk rasa percaya diri sendiri pada siswa. 3. Forces a reasonably well-prepared student to go beyond the “obvious” to

consider broader implications, artinya mendorong siswa untuk aktif belajar dan menguasai ilustrasi pengetahuan.

4. Force non-perticipating students to question their underlying assumptions of the case under discussion, artinya menumbuhkan motivasi dan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan pikiran sendiri.

5. Fosters an interactive and intersting learning environment, artinya meningkatkan partisipasi siswa dan berlomba-lomba dalam belajar yang menimbulkan persaingan yang dinamis.

Sedangkan kekurangan dari metode Socrates adalah sebagai berikut:

1. The socratic method subjects unprepared student to scrutiny, artinya dalam pelaksanaannya sulit diterapkan, sebab siswa belum mampu berpikir mandiri. 2. Can faster an unhealthy adversarial relationship between an instructor and

27

siswa karena siswa dianggap sebagai mesin yang selalu dapat digerakkan oleh guru.

3. Creates a fearful learning environment, artinya menciptakan lingkungan belajar yang menakutkan.

4. Generally more time-consuming than lecture-based environment, artinya Metode Socrates lebih banyak memakan waktu dibandingkan dengan metode konvensional.

Interaksi berupa percakapan yang terjadi antara guru dengan siswa merupakan sesuatu yang dimunculkan berdasarkan penggunaan serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru saat pembelajaran. Menurut Permalink (Sulistiowati, 2015: 26), Richard Paul telah menyusun enam jenis pertanyaan Socrates. Keenam jenis pertanyaan tersebut terdiri dari:

(1) pertanyaan klarifikasi (clarifying questions), (2) asumsi-asumsi penyelidikan (assumption questions), (3) alasan-alasan dan bukti penyelidikan (reason and evidence questions), (4) titik pandang dan persepsi (view point and perpective questions), (5) implikasi dan konsekuensi penyelidikan (implication and consequences questions), dan (6) pertanyaan tentang pertanyaan (origin and source questions).

Selanjutnya (Yunarti, 2016: 33) mengemukakan bahwa jenis-jenis pertanyaan Socrates beserta contohnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Jenis-jenis Pertanyaan Socrates dan Contohnya

No Tipe

Pertanyaan Contoh Pertanyaan

1. Klarifikasi Apa yang anda maksud dengan ….? Dapatkah anda mengambil cara lain?

Dapatkah anda memberikan saya sebuah contoh?

2. Asumsi-asumsi penyelidikan Apa yang anda asumsikan? Bagaimana anda bisa memilih asumsi-asumsi itu?

3. Alasan-alasan dan bukti penyelidikan

Bagaimana anda bisa tahu?

Mengapa anda berpikir bahwa itu benar? Apa yang dapat mengubah pemikiran anda?

28

No Tipe

Pertanyaan Contoh Pertanyaan

4. Titik pandang dan Persepsi Apa yang anda bayangkan dengan hal tersebut? Efek apa yang dapat diperoleh?

Apa alternatifnya? 5. Implikasi dan Konsekuensi

Penyelidikan

Bagaimana kita dapat menemukannya? Apa isu pentingnya?

Generalisasi apa yang dapat kita buat? 6. Pertanyaan tentang

pertanyaan

Apa maksudnya?

Apa yang menjadi poin dari pertanyaan ini? Mengapa anda berpikir saya bisa menjawab pertanyaan ini?

Terdapat enam tahapan prosedural metode Socrates yang dapat digunakan menurut Qosyim (Khairuntika, 2016: 91) yaitu:

(1) menentukan topik materi pokok bahasan apa yang akan dipelajari, (2) mengembangkan dua atau tiga pertanyaan umum dan memulai pelaksanaan tanya jawab, (3) melihat atau mengobservasi apakah pada diri siswa ada kemungkinan terjadi ketidakcocokan, pertentangan, atau konflik kognitif, (4) menanyakan kembali tentang hal-hal yang menimbulkan konflik kognitif, (5) melanjutkan tanya jawab sehingga siswa dapat memecahkan konflik sampai bergerak ke tingkat analisis lebih dalam, dan (6) me-nyimpulkan hasil tanya jawab dengan menunjukkan hal-hal penting yang seharusnya diperoleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode Socrates adalah suatu metode tanya jawab dalam proses pembelajaran yang menyajikan pertanyaan-pertanyaan, sehingga dapat membuat siswa harus menggali kemampuan yang dimilikinya untuk mencari tahu tentang kebenaran dari jawaban yang telah ia sampaikan.

Dokumen terkait