• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Valuasi Ekonomi SDAL

Dalam dokumen Paper Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingk (Halaman 47-54)

V. VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

3. Metode Valuasi Ekonomi SDAL

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mengukur nilai ekonomi SDAL menurut Turner, Pearce dan Bateman (1993), yaitu:

Monetary Valuation Method D-Curve Approaches Expression Inference Method Contingent Valuation Method Welfare Measures Revealed Preference Method Travel Cost Method Hedonic Pricing Method Consumer Surplus Measures Non-D-Curve Approaches Dose-Response Method Replacement Cost Mitigation Behavior Opportunity Cost

46 D-CURVE APPROACHES

1. Expression Inference Method

a. Contingent Valuation Method (CVM)

Metode ini digunakan untuk membuat perkiraan nilai ekonomi untuk hampir semua ekosistem atau jasa lingkungan. CVM dapat digunakan untuk memperkirakan nilai-nilai penggunaan dan nilai-nilai non-penggunaan. Merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk memperkirakan nilai- nilai non-penggunaan, atau nilai-nlai "penggunaan pasif". Metode ini dilakukan dengan cara meminta orang untuk langsung menyatakan kesediaan mereka untuk membayar jasa lingkungan tertentu, berdasarkan skenario hipotetis. CVM karena bersifat contingent (tergantung) di mana informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun.

CVM secara langsung melibatkan partisipasi masyarakat dalam survei dengan cara menanyakan kepada masyarakat berapa banyak mereka akan bersedia membayar untuk jasa lingkungan tertentu. Dalam beberapa kasus, orang ditanyakan tentang seberapa besar jumlah kompensasi yang bersedia mereka terima untuk jasa lingkungan tertentu. Hal ini disebut "kontingen" penilaian, karena orang diminta untuk menyatakan kesediaan mereka untuk membayar, tergantung pada skenario hipotetis tertentu dan deskripsi jasa lingkungan. Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:  Dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan.

 Dengan teknik survei.

Didalam tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahap kegiatan (proses), yaitu sebagai berikut:

 Tahap I: membuat hipotesis pasar.

 Tahap II: mendapatkan nilai lelang (bids).

 Tahap III: menghitung rataan WTP (willingness to pay) dan WTA (willingness to accept).

 Tahap IV: memperkirakan kurva lelang (bid curve).  Tahap V: mengagregatkan data.

47 2. Revealed Preferences Method

a. Travel Cost Method (TCM)

Merupakan metode tertua yang digunakan untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung. Metode ini seringkali digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation) seperti memancing, berburu, hiking dan lain sebagainya. Metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas. Dengan mengetahui pola ekspenditur dari konsumen ini, maka dapat dikaji berapa nilai yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan yang dikunjunginya.

Metode TCM ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat:  Perubahan biaya akses (tiket masuk) di suatu tempat rekreasi.

 Penambahan tempat rekreasi baru.

 Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi.  Penutupan tempat rekreasi yang ada.

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM yaitu:

 Pendekatan sederhana melalui zonasi.

 Pendekatan individual TCM menggunakan data sebagian besar dari survei. b. Hedonic Pricing (HP)

Teknik Hedonic Pricing pada prinsipnya adalah mengestimasi nilai implisit karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk dan mengkaji hubungan antara karakteristik yang dihasilkan tersebut dengan permintaan barang dan jasa. Misalnya, permintaan rumah yang dibangun di tepi danau akan banyak ditentukan oleh karakteristik yang dihasilkan dari danau itu (keindahan, kebersihan dan sebagainya). Di sisi lain, nilai properti (perumahan) juga banyak ditentukan oleh kualitas lingkungan dan diasumsikan bahwa semakin buruk kualitas lingkungan, maka semakin menurun nilai properti tersebut.

48  Tahap I: penentuan variabel kualitas lingkungan yang akan dijadikan studi (fungsi HP) dan pengkajiannya memerlukan ketersediaan data spasial dan data harga suatu objek yang akan dinilai.

 Tahap II: penentuan fungsi permintaan dari kualitas lingkungan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Tahap I. Penentuan fungsi permintaan ini akan dipengaruhi oleh informasi mengenai sisi penawaran pasar.

Masalah yang timbul dalam melakukan HP dengan menggunakan metode regresi sederhana untuk menghitung tingkat permintaan, yaitu:

 Ada variabel yang tidak termasuk dalam regresi (omitted variables) saat pemilihan variabel bebas, di mana ada kemungkinan variabel yang semestinya mempengaruhi fungsi permintaan tidak dimasukkan ke dalam model sehingga akan menghasilkan nilai R2 yang kecil dan koefisien yang bias.

 Adanya multi kolinieritas, di mana variabel bebas yang dipilih dalam model kemungkinan saling terkait satu sama lain sehingga menimbulkan kolinieritas. Munculnya kolinieritas ini bisa saja menghasilkan tanda yang salah untuk koefisien peubah bebas.

 Pemilihan fungsi HP juga harus diperhatikan sebab apakah sudah tepat jika fungsi tersebut dimodelkan secara linier dan bukan non-linier. Kesalahan memilih fungsi ini akan menghasilkan interpretasi yang keliru.

NON D-CURVE APPROACHES 1. Dose-Response Method

Ini merupakan prosedur tidak langsung valuasi biaya lingkungan dan manfaat. Dosis analisis metode Response hubungan antara mengatakan, polusi dan efek yang dimilikinya, misalnya, efek kesehatan. Ini adalah proses karakterisasi hubungan antara dosis agen diberikan, dan terjadinya efek yang merugikan kesehatan antara terkena. Insiden efek ini kemudian diperkirakan sebagai fungsi dari paparan agen. 'Dosis' menunjukkan jumlah agen sementara 'respon' mengacu pada pengaruh agen sekali diberikan. Hubungan dosis-respon ditentukan secara grafis dengan menentukan efek dari berbagai dosis diberikan pada respon. Secara umum, meningkatkan dosis agen berbahaya akan menghasilkan peningkatan proporsional

49 dalam kedua kejadian efek samping serta keparahan efek. Metode ini biasanya diberikan ketika penduduk terkena tidak menyadari efek dari polusi karena tidak langsung; itu juga digunakan di negara-negara berkembang di mana ada kurangnya data untuk metode penilaian tersebut.

2. Replacement Cost

Damage Cost Method, Replacement Cost, dan Subtitute Cost Method merupakan metode yang memperkirakan nilai jasa ekosistem berdasarkan biaya untuk menghindari kerusakan akibat layanan yang hilang terkait, biaya penggantian jasa ekosistem, atau biaya penyediaan jasa pengganti. Metode ini tidak memerlukan pengukuran yang ketat dari nilai-nilai ekonomi, yang didasarkan pada kesediaan masyarakat untuk membayar untuk suatu produk atau jasa. Sebaliknya, mereka menganggap bahwa biaya untuk menghindari kerusakan atau mengganti ekosistem atau jasa dengan memberikan perkiraan yang berguna dari nilai ekosistem atau jasa tersebut. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa, jika orang mengeluarkan biaya untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh layanan ekosistem hilang, atau untuk mengganti jasa ekosistem, maka layanan tersebut harus bernilai setidaknya apa yang orang membayar untuk menggantikan mereka. Dengan demikian, metode ini paling tepat diterapkan dalam kasus di mana penghindaran kerusakan atau penggantian pengeluaran benar-benar telah dibuat.

3. Mitigation Behavior

Mitigation Behavior (perilaku mitigasi) adalah metode untuk melihat perilaku masyarakat yang mengalami suatu peristiwa/bencana lingkungan yang belum pernah dialami sebelumnya, misal bencana banjir. Orang tanpa pengalaman banjir cenderung meremehkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh peristiwa semacam itu.

Metode ini digunakan untuk melihat orang-orang yang terkena dampak bencana banjir yang dibandingkan dengan orang yang tidak terpengaruh, tetapi juga tinggal di daerah rawan banjir. Metode ini dilakukan dengan wawancara dengan orang- orang yang terkena bencana (misal banjir). Hasil menunjukkan bahwa orang tanpa pengalaman banjir yang dibayangkan konsekuensi dari banjir berbeda dari orang-

50 orang yang benar-benar mengalami kerugian parah akibat banjir. Orang-orang yang tidak terkena banjir akan meremehkan dampak negatif akibat bencana tersebut. Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa komunikasi risiko tidak harus fokus hanya pada aspek teknis; untuk memicu motivasi untuk perilaku mitigasi, komunikasi yang sukses juga harus membantu orang untuk membayangkan konsekuensi emosional negatif dari suatu bencana alam.

4. Opportunity Cost

Opportunity Cost of Capital (OCC) adalah nilai ekonomi yang hilang akibat pemilihan penggunaan modal suatu investasi, ketika memilih investasi yang lainnya. Pada umumnya OCC diukur melalui tingkat IRR (Internal Rate Return) dari suku bunga pinjaman bank.

Penerapan otonomi daerah memberikan dampak tekanan yang tinggi terhadap pengelolaan kawasan konservasi. Menimbulkan negoisasi-negoisasi dengan pemerintah daerah setempat terutama pemanfaatan lahan. Tidak jarang menimbulkan konflik kepentingan antara pengelola kawasan konservasi dengan pemerintah daerah setempat dimana secara teritorial kawasan konservasi terletak di daerah setempat. Apalagi kepentingan mengejar PAD (Pendapatan Asli Daerah) oleh pemerintah daerah setempat dan pertimbangan OCC kawasan konservasi yang lebih menguntungkan apabila dapat digunakan sebagai peruntukan lainnya seperti pertanian.

51

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Sumberdaya Air. 2004. Sebanyak 65 DAS dalam Kondisi Semakin Kritis. Harian Kompas tanggal 20 Agustus 2004, hal. 15, Jakarta.

Dudley, N. and Stolton, S. Running Pure: The Importance of Forest Protected Areas to Drinking Water. http://www.forest-alliance.org.

Fauzi, A., Ph.D. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi, Cetakan Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hadi, D. P. dan Van Noordwijk, M. Agro-ecosystems, Their Population Densities and Land Cover in Indonesia in The Context of Upland-Lowland Relationships. ICRAF SE Asia, RUPES Working Paper.

Haryono. 2001. Nilai Hidrologis Bukit Kars. Makalah dalam Seminar Nasional Eko Hidrolik, Teknik Sipil Universitas Gajah Mada.

Jonkowski, Jerzy. 2001. Geol 9111 Groundwater Environments. UNSW Groundwater Centre, University of New South Wales, New South Wales.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2003. Kajian Strategi Nasional Mengenai Mekanisme Pembangunan Bersih di Sektor Kehutanan. Jakarta.

Mandel, S, 1981, Groundwater Resources: Investigation and Development, Academic Press, New York.

Munasinghe, M., dan E. Lutz. 1993. Environmental Economics and Valuation in Development Decisionmaking. Environmental Economics and Natural Resource Management In Developing Countries. Edited by Mohan Munasinghe, compiled by Adelaide Schwab. Committee of International Development Institution on the Evironment (CIDIE), distributed for CIDIE by The World Bank Washington, DC.

Noordwijk, Meine, F., et.al. 2004. Peranan Agroforestry dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). AGRIVITA Vol. 26. No. 1. Pearce David, W. and Turner R. Kerry. 1990. Economic of Natural Resources and The

Environment. Harvester Weatsheaf New York London, Toronto Sydney Tokyo.

Pearce, D. 1992. Economic Valuation and the Natural World. Working Papers, World Development Report. Center for Social and Economic Research on the Global Environment, London and Norwich, UK.

52 Ramdan, H., Yusran dan Dudung Darusman. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Otonomi Daerah: Perspektif Kebijakan dan Valuasi Ekonomi. Alqaprint, Jatinangor, Sumedang.

Reksohadiprodjo, Sukanto dan Andreas Budi P.B. 1997. Ekonomi Lingkungan, Suatu Pengantar, Edisi Pertama, Cetakan Kelima. BPFE. Yogyakarta.

Rosa, H., Kandel, S., dan Dimas L. 2005. Kompensasi untuk Jasa Lingkungan dan Masyarakat Pedesaan: Pelajaran dari Negara -Negara Amerika. RUPES Program, ICRAF-SEA Bogor.

Savenije, H.H.G.,Van der Zaag, P. 2001. Demand Management and Water as an Economic Good Paradigms with Pitfalls, Value of Water. Research Report Series No. 8, IHE Delft The Netherlands.

Turner, R. Kerry, David W. Pearce dan Ian Bateman. 1993. Environmental Economics: An Elementary Introduction. Johns Hopkins University Press. Maryland, USA.

UNEP. 2004. Challenges of Water Scarcity, A Business Case for Financial Institutions. Stockholm International Water Institute (SIWI).

WHO. 2003. Right to Water, Health and Human Rights Publication Series no. 3. World Health Organization.

Dalam dokumen Paper Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingk (Halaman 47-54)

Dokumen terkait