• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengenalan struktur anatomi dan dimensi serat

Pengenalan ciri-ciri suatu jenis kayu dilakukan dengan cara pendekatan yaitu secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil yang diperoleh dikombinasikan menjadi satu kesatuan ciri-ciri pengenalan suatu jenis kayu.

Pengamatan ciri makroskopis dilakukan langsung pada contoh uji yang diplih sedangkan pengamatan ciri mikroskopis dilakukan pada sayatan mikrotome dan preparat maserasi yang dipersiapkan secara khusus ( Sass, 1961).

2. Pengujian sifat fisik dan mekanis

Pengujian sifat fisik mengikuti Standar SNI-2135 (Anonim, 1975), meliputi kadar air kayu segar, berat jenis kayu kering udara serta penyusutan arah radial dan tangensial. Pengujian sifat mekanis meliputi keteguhan lentur statis, keteguhan pukul, keteguhan tekan sejajar serat, keteguhan tegak lurus serat dan kekerasan. Pengujian tersebut dilakukan pada contoh dalam keadaan basah dan kering udara dengan menggunakan mesin penguji merk Amsler.

3. Pengujian sifat penggerjaan dan pemesinan

Pengujian sifat pemesinan dilakukan dengan pengukuran karakteristik diameter dolok bagian pangkal, ujung dan kelengkungannya. Untuk

510 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

menetapkan nilai kebundaran, kelengkungan dan taper sesuai dengan standar pengujian kayu bulat rimba Indonesia (Anonim, 1980), juga diamati ada tidaknya retak/pecah bontos. Sifat pemesinan yang diuji meliputi sifat pengetaman, pembentukan, pemboran, pembuatan lubang persegi, pengampelasan dan pembubutan. Metode pengujian ukuran, bentuk dan cara pengambilan contoh uji dilakukan menurut metode ASIM D1666-64 dengan beberapa perubahan sesuai dengan alat yang tersedia.

4. Pengujian keawetan terhadap serangga

Pengujian keawetan terhadap serangga dilakukan secara laboratoris dan kuburan (graveyaerd test). Pengujian secara laboratoris dilakukan terhadap serangga perusak kayu berupa rayap kayu kering, rayap tanah dan bubuk kayu kering. Pengujian kuburan dilakukan pada dua kondisi yaitu di bawah atap dan di udara terbuka.

5. Pengujian ketahanan terhadap jamur

Metode yang digunakan yaitu metode Kolle-flash yang sesuai dengan pengujian pelapukan kayu terhadap jamur menurut standar DIN – 52176 yang dimodifikasi oleh Martawijaya (1975).

6. Ketahanan terhadap penggerek di laut

Diuji ketahanan kayu terhadap penggerek kayu di laut pada kayu berukuran 2,5 cm x 5 cm x 30 cm yang diletakkan secara horizontal di perairan laut. Intensitas serangan dinilai menurut standar Nordic Wood Preservation Council (NWPC) No. 1.4.2.2/73.

7. Pengujian sifat keterawetan

Pengujian sifat keterawetan dilakukan dengan metode IUFRO (Smith dan Tamblyn. 1970).

8. Pengujian sifat pengeringan

Sifat pengeringan yang diamati yaitu waktu pengeringan, pecah retak serta perubahan bentuk dan ukuran akibat pengeringan. Sifat-sifat tersebut akan diuji melalui tiga metode pengeringan yaitu secara alami, pengeringan buatan dan diterapkan pada tiga tingkat ketebalan.

9. Pengujian sifat pengkaratan

Pengujian pengkaratan dilakukan terhadap contoh uji berukuran 5 cm x 2,5 cm x 1,5 cm yang masing-masing diskrup pada bagian tengah oleh skrup yang telah diketahui beratnya. Balok kayu diikat dengan benang nylon dan digantung sedemikian rupa di dalam botol jampot yang berisi 25 ml 2 NH2SO4 dengan konsentrasi 90 % agar kelembaban di dalam jampot tetap tinggi. Botol ditutup rapat dan disimpan pada suhu kamar selama 12 bulan. Pada akhir percobaan skrup dilepas dari balok kemudian ditimbang kembali. Adanya korosi didasarkan atas rupa paku skrup dan perubahan beratnya dari berat awal.

10. Pengujian sifat venir dan kayu lapis

Pengujian sifat venir dan kayu lapis meliputi keterkupasan, rendemen venir, penyusutan venir, variasi tebal venir dan perekat. Keterkupasan, rendemen dan mutu venir ditetapkan berdasarkan SNI (Anonim, 1992), sedangkan pembuatan contoh uji dan pengujian sifat perekatan menurut tiga macam metode yaitu Indonesia tipe II (Anonim, 1990), Jepang (JAS), (Anonim, 1993), tipe II dan Jerman (DIN) tipe II (Anonim, 1975).

11. Pengujian sifat kimia dan nilai kalor

Analisis komponen kimia kayu dilakukan menurut standar TAPPI.

Komponen yang dianalisis dan standar yang digunakan adalah kadar lignin dengan T 13 m-45, kadar abu dengan T 15 m-58, kadar selulosa T 15 m-58, kadar pentoson T 19 m-50, kelarutan dalam air dingin dengan T 1 m-50, kelarutan dalam air panas dengan T1 m-59, kelarutan dalam NaOH 1% dengan T4 m dan kelarutan dalam alcohol-benzena 1 : 2 dengan T6 m-59. dimensi serat dan perhitungan nilai turunannya dilakukan menurut petunjuk Silitonga, et al. (1973) dan Priasukmana dan Silitonga (1972) sedangkan kualitas serat ditetapkan menurut pedoman Nurachman dan Siagian (1976).

12. Pengujian sifat dan pengolahan pulp untuk kertas

Pulp dari setiap jenis kayu diolah dengan proses sulfat. Sifat yang diuji pada masing-masing jenis adalah sifat pengolahan dan sifat pulp yang dihasilkan. Sifat pengolahan yang diamati meliputi rendemen pulp, konsumsi alkali dan permangganat, sedangkan sifat pulp yang diuji adalah panjang putus, faktor sobek dan faktor letak atau letup.

512 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

B. Sifat Dasar Bukan Kayu

1. Sifat Anatomi

Penelitian sifat anatomi rotan dan bambu menggunakan pembuatan sediaan maserasi dengan metode Tesoro (1989). Cara kerjanya dimulai cacahan sebesar kotak korek api diambil dari tiga bagian arah radial : dermal (bagian tepi), sub dermal (bagian tengah) dan central region (bagian tengah). Selain pembuatan sediaan maserasi juga dilakukan pembuatan sediaan mikrotom menggunakan metode Sass (1961). Parameter yang diamati adalah diameter phloem, ikatan pembuluh, parenkim dasar dan parenkin aksial.

2. Sifat fisis dan mekanis

Pengujian sifat fisis-mekanis meliputi kadar air rotan, bobot jenis.

Pengujian sifat mekanis meliputi keteguhan lentur statis dan keteguhan tekan sejajar serat. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan mesin penguji merek Amslar. Ukuran contoh uji dan pengujian sifat fisis dan mekanis seperti pada kayu sesuai dengan ASTM D.143-94.

3. Sifat kimia

1. Penetapan kadar lignin menggunakan standar TAPPI T 13 m - 45 2. Penetapan kadar pati menggunakan standar SII 0070 – 79.

4. Sifat keawetan

Pengujian keawetan dilakukan secara laboratorium. Pengujian dilakukan pada organisme perusak rotan terutama bubuk rotan kering. Jika ditemukan rotan berdiameter besar (Ф > 18 mm), maka pengujian dilakukan prosedur rotan diameter besar. Namun kalau ditemukan rotan berdiameter kecil (Ф

< 18 mm), maka pengujian dilakukan prosedur rotan berdiameter kecil.

5. Proses pengolahan

Rotan yang sudah dibawa dar lapangan, kemudian digoreng untuk rotan berdiameter besar dengan minyak tanah dan solar dengan perbandingan 9 : 1. Rotan digoreng dalam wajan penggorengan selama lebih kurang 15 menit setelah minyak panas. Setelah digoreng dikeluarkan dan ditiriskan, kemudian dikeringkan dengan rotan diberdirikan bersilang. Sedangkan rotan berdiameter kecil tidak dilakukan penggorengan akan tetapi langsung dijemur.

6. Industri rotan

1. Proses pengerjaan, dimana rotan yang sudah kering dipolis dengan mesin polis bagi rotan berdiameter besar, dan variabel yang diamati adalah serat berbulu dan serat patah. Sedangkan proses pengerjaan rotan dibelah bagi rotan berdiameter kecil, rotan dibelah menggunakan mesin belah

2. Proses pembuatan komponen produk, rotan yang sudah dipolis atau dibelah kemudian dibuat komponen produk sesuai dengan peralatan yang ada dan jenis produk yang akan dibuat disesuaikan dengan sarana dan prasarana industri.

Dokumen terkait