• Tidak ada hasil yang ditemukan

KODEFIKASI RPI 19. Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KODEFIKASI RPI 19. Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Sifat Dasar Kayu dan

KODEFIKASI

RPI 19

(2)
(3)

Lembar Pengesahan

 

LEMBAR PENGESAHAN 

                  

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF   (RPI) 

TAHUN 2010 ‐ 2014  

         

SIFAT DASAR  

KAYU DAN BUKAN KAYU

 

     

     

Jakarta,    Februari 2010   

             Disetujui Oleh: 

 

Kepala Pusat, 

  Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS. 

NIP. 19500703 197903 1 001   

  Koordinator 

 

   

Drs. Moch Muslich, M.Sc. 

NIP. 19500808 198203 1 003   

Mengesahkan :  Kepala Badan, 

Dr.Ir.Tachrir Fathoni M.Sc   NIP. 19560929 198202 1 001   

        

(4)
(5)

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ...501

Daftar Isi ...503

I. ABSTRAK ...505

II. LATAR BELAKANG ...505

III. RUMUSAN MASALAH ... 507

IV. HIPOTESIS ...508

V. TUJUAN DAN SASARAN ...508

VI. LUARAN ...508

VII. RUANG LINGKUP ...508

VIII. METODOLOGI ...509

IX. RENCANA TATA WAKTU ...513

X. RENCANA LOKASI...514

XI. RENCANA ANGGARAN ...514

XII. ORGANISASI ...515

XIII. DAFTAR PUSTAKA ...516

XIV. KERANGKA KERJA LOGIS ...518

(6)
(7)

I. ABSTRAK

Di Indonesia terdapat sekitar 4.000 jenis kayu, diperkirakan 400 jenis yang dianggap penting dan baru sebagian diketahui sifat dan kegunaannya. Sebanyak 267 jenis di antaranya sudah dikenal dalam perdagangan dan dapat dikelompokkan menjadi 120 jenis kayu perdagangan. Sisanya, yaitu 133 jenis digolongkan ke dalam kelompok kayu kurang dikenal. Penggunaan kayu kurang dikenal yang disesuaikan dengan sifat-sifatnya sebagai pemasok dan penghara bahan baku industri perkayuan dapat meningkatkan diversifikasi jenis, menghemat penggunaan jenis kayu yang sudah dikenal, dan menjamin pasaran bagi pengguna. Demikian juga dengan makin meningkatnya perdagangan hasil hutan bukan kayu seperti rotan dan bambu pada akhir-akhir ini, menyebabkan makin menipisnya jenis-jenis rotan elit oleh tekanan eksploitasi yang berlebihan pada jenis tertentu saja. Sedangkan jenis bambu di Asia Tenggara sekitar 1.000 jenis dalam 80 genera baru 60 jenis yang ditemukan di Indonesia yang datanya belum lengkap. Hasil hutan jenis kayu dan bukan kayu yang sudah dikenal, sudah banyak berkurang dan langka.

Untuk mengantisipasi hal itu, perlu dilakukan penelitian sifat dasarnya agar jenis yang kurang dikenal dapat dipakai sebagai subsitusi atau pengganti, sedangkan pengetahuan sifat dasar bambu akan sangat berguna dalam pengolahannya secara luas. Penelitian sifat dasar kayu yang dilakukan meliputi sifat anatomi dan dimensi serat, sifat fisis dan mekanis, sifat keawetan terhadap serangga, jamur dan penggerek di laut, sifat pengkaratan, sifat keterawetan, sifat pengeringan, sifat pengerjaan dan pemesinan, sifat venir dan kayu lapis, sifat kimia dan destilasi kering, serta sifat dan pengolahan pulp untuk kertas. Sedangkan untuk sifat dasar rotan dan bambu yang diteliti meliputi sifat anatomi, fisis mekanis, kimia, keawetan, keterawetan dan pengolahannya dan pembuatan komponen produk (untuk pengolahan rotan dilakukan proses penggorengan, pelengkungan dan pemolesan). Tujuan dari penelitian sifat dasar kayu dan bukan kayu tersebut adalah menyediakan informasi data sifat dasar kayu dan bukan kayu sebagai dasar diversifikasi penggunaan bahan baku untuk berbagai tujuan pemakaian dalam rangka efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan dalam mewujudkan pembangunan hutan lestari. Sasarannya adalah tersedianya informasi ilmiah mengenai jenis kayu, rotan dan bambu yang diteliti tersebut, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pemanfaatannya.

Kata kunci: Sifat dasar, kayu, rotan, bambu, diversifikasi jenis.

II. LATAR BELAKANG

Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 4.000 jenis kayu dengan diameter pohon 40 cm ke atas (Martawijaya, et al. 1981). Perkiraan ini didasarkan kepada material herbarium dan contoh kayu autentik yang

(8)

506 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

sudah dikumpulkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dari berbagai wilayah di Indonesia yang jumlahnya sudah mendekati 4.000 jenis pohon. Dari 4.000 jenis kayu tersebut di atas diperkirakan 400 jenis di antaranya dianggap penting karena merupakan jenis yang sekarang sudah dimanfaatkan atau karena secara alami terdapat dalam jumlah besar sehingga mempunyai potensi untuk memegang peranan penting pada masa yang akan datang (Anonim, 1952). Dari 400 jenis kayu yang dianggap penting itu baru sebagian diketahui sifat dan kegunaannya, 267 jenis di antaranya sudah dikenal dalam perdagangan dan dapat dikelompokkan menjadi 120 jenis kayu perdagangan. Sisanya, yaitu 133 jenis digolongkan ke dalam kelompok kayu kurang dikenal, dan mungkin saja merupakan kayu yang mempunyai potensi yang cukup besar serta cepat tumbuh. Kayu kurang dikenal jenisnya relatif banyak dan tumbuh tersebar dalam suatu areal hutan yang luas sehingga perlu pengelompokan dalam penyaluran dan pemanfaatannya. Untuk itu jenisnya perlu dikenal dengan baik.

Diameternya relatif kecil sehingga dengan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) relatif sedikit kayu yang dapat terambil dari hutan.

Akibatnya pada awal survei Hak Pengusahaan Hutan (HPH) potensi jenis kayu kurang dikenal hanya kurang dari 30 persen, setelah TPTI mungkin jadi kebalikannya.

Demikian juga rotan, sebagai salah satu jenis hasil hutan bukan kayu di Indonesia, memiliki 300–350 jenis rotan, tetapi baru ± 51 jenis saja yang sudah dimanfaatkan dan diperdagangkan (Jasni dan Rachman, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan rotan masih terbatas pada jenis-jenis yang sudah diketahui manfaatnya dan laku di pasaran. Jenis-jenis rotan ini sudah menipis persediaannya dan kalaupun ada sudah jauh terdapat ke dalam hutan. Konsekuensinya adalah semakin berkurangnya populasi jenis tersebut. Di sisi lain, penebangan rotan tidak diimbangi dengan usaha-usaha pembudidayaannya dan selama ini belum ada usaha-usaha untuk mencari alternatif jenis pengganti rotan, akibatnya pemenuhan kebutuhan semakin berkurang. Untuk merangsang pemanfaatan jenis- jenis rotan yang selama ini belum dimanfaatkan (lesser used species), maka perlu dilakukan penelitian yang komprehensif dan holistik. Penelitian akan mencakup penyebaran, botani, sifat dasar (anatomis, fisis mekanis, kimia dan keawetan), pengolahan (pengerjaan, pengeringan, pelengkungan) rotan, sehingga dapat diketahui penyebaran jenis, peruntukan dan kualitas secara lebih tepat untuk masing-masing jenis rotan.

Tidak kalah pentingnya dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, bambu memegang peranan penting. Bambu mempunyai

(9)

sifat yang baik untuk konstruksi rumah dan jembatan, barang kerajinan, bahan penghara industri alat musik, tirai, peralatan dapur, sumpit dan lain sebagainya. Kurang lebih 1000 species bamboo dalam 80 genera, sekitar 200 species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Wijaya, 1995), sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Dalam penggunaannya di masyarakat, bambu menemui keterbatasan dalam penggunaan. Faktor yang sangat berpengaruh adalah sifat fisik mekanik, ketidak seragaman panjang ruas dan ketidak awetan terhadap organisme perusak. Demikian data sifat dasar yang sangat terbatas sehingga penggunaan bambu masih sangat terbatas dan tidak efisien.

Data jenis kayu dan rotan kurang dikenal serta bambu yang sudah terkumpul masih sangat minim dan jauh dari memadai, karena itu penelitian sifat dasar dan kemungkinan kegunaan dan pemanfaatan yang mencakup ciri-ciri jenis tersebut perlu dilanjutkan. Dengan diperolehnya data hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh diversifikasi dalam pemanfaatannya yang lebih luas, baik untuk bahan baku industri maupun untuk keperluan lain. Pemanfaatan kayu, rotan dan bambu tidak hanya terbatas pada jenis tertentu, tetapi akan lebih meluas meliputi jenis yang kurang atau belum dikenal. Upaya ini dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan berbagai jenis kayu, rotan dan bambu yang selama ini tidak atau kurang digunakan sebagai penghara industri. Dengan demikian variasi jenis kayu, rotan dan bambu komersial menjadi lebih beraneka ragam untuk membantu penetapan pemungutan dan penggunaan jenis-jenis tersebut pada masa yang akan datang.

III. RUMUSAN MASALAH

Hutan Indonesia memiliki sekitar 4.000 jenis kayu, diperkirakan 400 jenis kayu yang dianggap penting baru sebagian diketahui sifat dan kegunaannya. Dua ratus enam puluh tujuh jenis di antaranya sudah dikenal dalam perdagangan dan dapat dikelompokkan menjadi 120 jenis kayu perdagangan. Sisanya, yaitu 133 jenis digolongkan ke dalam kelompok kayu kurang dikenal, kemungkinan merupakan kayu yang mempunyai potensi cukup besar serta cepat tumbuh. Demikian pula di Indonesia terdapat 300- 350 jenis rotan, namun baru 51 jenis yang telah dimanfaatkan, sehingga yang belum dimanfaatkan (lesser used species) sebesar 265 jenis belum diketahui sifat dan kegunaannya. Sedangkan bambu di Indonesia baru dikenal 60 jenis, sedangkan di Asia Tenggara terdapat sekitar 1000 jenis dari 20 genera. Data dari jenis kayu, rotan dan bambu yang sudah terkumpul masih sangat minim. Oleh karena itu perlu diteliti sifat dan kegunaanya agar dapat diperkenalkan dan dipromosikan.

(10)

508 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

IV. HIPOTESIS

Setiap jenis kayu, rotan dan bambu mempunyai sifat karakteristik dan kegunaan yang berbeda. Mengetahui sifat dasar kayu, rotan dan bambu, akan dapat dimanfaatkan dan digunakan secara tepat dan efisien.

V. TUJUAN DAN SASARAN A. Tujuan Penelitian

Menyediakan informasi sifat dasar kayu dan bukan kayu sebagai dasar diversifikasi penggunaan bahan baku untuk berbagai tujuan pemakaian dalam rangka efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan untuk mewujudkan pembangunan hutan lestari. Sasarannya adalah tersedianya informasi ilmiah mengenai jenis kayu dan rotan yang diteliti tersebut, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pemanfaatannya.

B. Sasaran Penelitian

Tersedianya informasi ilmiah mengenai sifat dasar jenis kayu, rotan dan bambu agar dapat disusun sebagai petunjuk penggunaannya.

VI. LUARAN

1. Tersedianya data sifat dasar jenis kayu kurang dikenal dan kurang dimanfaatkan.

2. Tersedianya data sifat dasar jenis rotan kurang dikenal dan kurang dimanfaatkan.

3. Tersedianya data sifat dasar jenis bambu Indonesia.

VII. RUANG LINGKUP

1. Struktur anatomi dan dimensi serat kayu berupa karakteristik anatomi serta susunan sel-selnya yang dimiliki setiap jenis kayu;

2. Sifat fisis dan mekanis kayu berupa pengujian contoh kayu yang diteliti mengikuti standar DIN-2135;

3. Sifat pengerjaan dan pemesinan dilakukan untuk mengetahui karakter kayu dalam proses pengerjaan;

4. Sifat keawetan kayu berupa pengujian terhadap serangga, jamur, dan binatang laut secara laboratoris dan lapangan, menggunakan kayu yang telah diawetkan maupun belum

(11)

5. Sifat keterawetan kayu berupa pengujian terhadap kemampuan kayu ditembus bahan pengawet mengikuti standar IUFRO;

6. Sifat pengeringan kayu dilakukan pengujian melalui metode pengeringan secara alami dan buatan;

7. Sifat pengkaratan kayu berupa pengujian terhadap kemampuan kayu mempengaruhi logam menjadi korosif;

8. Sifat venir dan kayu lapis dilakukan untuk mengetahui karakter kayu jika dikupas, atau direkat, dalam proses pembuatan venir dan kayu lapis;

9. Sifat kimia dan nilai kalor dilakukan dengan menganalisis kandungan kimia dalam kayu;

10. Sifat dan pengolahan pulp untuk kertas dilakukan pengujian terhadap sifat pengolahan dan pulp yang dihasilkan;

VIII. METODOLOGI A. Sifat Dasar Kayu

1. Pengenalan struktur anatomi dan dimensi serat

Pengenalan ciri-ciri suatu jenis kayu dilakukan dengan cara pendekatan yaitu secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil yang diperoleh dikombinasikan menjadi satu kesatuan ciri-ciri pengenalan suatu jenis kayu.

Pengamatan ciri makroskopis dilakukan langsung pada contoh uji yang diplih sedangkan pengamatan ciri mikroskopis dilakukan pada sayatan mikrotome dan preparat maserasi yang dipersiapkan secara khusus ( Sass, 1961).

2. Pengujian sifat fisik dan mekanis

Pengujian sifat fisik mengikuti Standar SNI-2135 (Anonim, 1975), meliputi kadar air kayu segar, berat jenis kayu kering udara serta penyusutan arah radial dan tangensial. Pengujian sifat mekanis meliputi keteguhan lentur statis, keteguhan pukul, keteguhan tekan sejajar serat, keteguhan tegak lurus serat dan kekerasan. Pengujian tersebut dilakukan pada contoh dalam keadaan basah dan kering udara dengan menggunakan mesin penguji merk Amsler.

3. Pengujian sifat penggerjaan dan pemesinan

Pengujian sifat pemesinan dilakukan dengan pengukuran karakteristik diameter dolok bagian pangkal, ujung dan kelengkungannya. Untuk

(12)

510 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

menetapkan nilai kebundaran, kelengkungan dan taper sesuai dengan standar pengujian kayu bulat rimba Indonesia (Anonim, 1980), juga diamati ada tidaknya retak/pecah bontos. Sifat pemesinan yang diuji meliputi sifat pengetaman, pembentukan, pemboran, pembuatan lubang persegi, pengampelasan dan pembubutan. Metode pengujian ukuran, bentuk dan cara pengambilan contoh uji dilakukan menurut metode ASIM D1666-64 dengan beberapa perubahan sesuai dengan alat yang tersedia.

4. Pengujian keawetan terhadap serangga

Pengujian keawetan terhadap serangga dilakukan secara laboratoris dan kuburan (graveyaerd test). Pengujian secara laboratoris dilakukan terhadap serangga perusak kayu berupa rayap kayu kering, rayap tanah dan bubuk kayu kering. Pengujian kuburan dilakukan pada dua kondisi yaitu di bawah atap dan di udara terbuka.

5. Pengujian ketahanan terhadap jamur

Metode yang digunakan yaitu metode Kolle-flash yang sesuai dengan pengujian pelapukan kayu terhadap jamur menurut standar DIN – 52176 yang dimodifikasi oleh Martawijaya (1975).

6. Ketahanan terhadap penggerek di laut

Diuji ketahanan kayu terhadap penggerek kayu di laut pada kayu berukuran 2,5 cm x 5 cm x 30 cm yang diletakkan secara horizontal di perairan laut. Intensitas serangan dinilai menurut standar Nordic Wood Preservation Council (NWPC) No. 1.4.2.2/73.

7. Pengujian sifat keterawetan

Pengujian sifat keterawetan dilakukan dengan metode IUFRO (Smith dan Tamblyn. 1970).

8. Pengujian sifat pengeringan

Sifat pengeringan yang diamati yaitu waktu pengeringan, pecah retak serta perubahan bentuk dan ukuran akibat pengeringan. Sifat-sifat tersebut akan diuji melalui tiga metode pengeringan yaitu secara alami, pengeringan buatan dan diterapkan pada tiga tingkat ketebalan.

(13)

9. Pengujian sifat pengkaratan

Pengujian pengkaratan dilakukan terhadap contoh uji berukuran 5 cm x 2,5 cm x 1,5 cm yang masing-masing diskrup pada bagian tengah oleh skrup yang telah diketahui beratnya. Balok kayu diikat dengan benang nylon dan digantung sedemikian rupa di dalam botol jampot yang berisi 25 ml 2 NH2SO4 dengan konsentrasi 90 % agar kelembaban di dalam jampot tetap tinggi. Botol ditutup rapat dan disimpan pada suhu kamar selama 12 bulan. Pada akhir percobaan skrup dilepas dari balok kemudian ditimbang kembali. Adanya korosi didasarkan atas rupa paku skrup dan perubahan beratnya dari berat awal.

10. Pengujian sifat venir dan kayu lapis

Pengujian sifat venir dan kayu lapis meliputi keterkupasan, rendemen venir, penyusutan venir, variasi tebal venir dan perekat. Keterkupasan, rendemen dan mutu venir ditetapkan berdasarkan SNI (Anonim, 1992), sedangkan pembuatan contoh uji dan pengujian sifat perekatan menurut tiga macam metode yaitu Indonesia tipe II (Anonim, 1990), Jepang (JAS), (Anonim, 1993), tipe II dan Jerman (DIN) tipe II (Anonim, 1975).

11. Pengujian sifat kimia dan nilai kalor

Analisis komponen kimia kayu dilakukan menurut standar TAPPI.

Komponen yang dianalisis dan standar yang digunakan adalah kadar lignin dengan T 13 m-45, kadar abu dengan T 15 m-58, kadar selulosa T 15 m-58, kadar pentoson T 19 m-50, kelarutan dalam air dingin dengan T 1 m-50, kelarutan dalam air panas dengan T1 m-59, kelarutan dalam NaOH 1% dengan T4 m dan kelarutan dalam alcohol-benzena 1 : 2 dengan T6 m-59. dimensi serat dan perhitungan nilai turunannya dilakukan menurut petunjuk Silitonga, et al. (1973) dan Priasukmana dan Silitonga (1972) sedangkan kualitas serat ditetapkan menurut pedoman Nurachman dan Siagian (1976).

12. Pengujian sifat dan pengolahan pulp untuk kertas

Pulp dari setiap jenis kayu diolah dengan proses sulfat. Sifat yang diuji pada masing-masing jenis adalah sifat pengolahan dan sifat pulp yang dihasilkan. Sifat pengolahan yang diamati meliputi rendemen pulp, konsumsi alkali dan permangganat, sedangkan sifat pulp yang diuji adalah panjang putus, faktor sobek dan faktor letak atau letup.

(14)

512 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

B. Sifat Dasar Bukan Kayu

1. Sifat Anatomi

Penelitian sifat anatomi rotan dan bambu menggunakan pembuatan sediaan maserasi dengan metode Tesoro (1989). Cara kerjanya dimulai cacahan sebesar kotak korek api diambil dari tiga bagian arah radial : dermal (bagian tepi), sub dermal (bagian tengah) dan central region (bagian tengah). Selain pembuatan sediaan maserasi juga dilakukan pembuatan sediaan mikrotom menggunakan metode Sass (1961). Parameter yang diamati adalah diameter phloem, ikatan pembuluh, parenkim dasar dan parenkin aksial.

2. Sifat fisis dan mekanis

Pengujian sifat fisis-mekanis meliputi kadar air rotan, bobot jenis.

Pengujian sifat mekanis meliputi keteguhan lentur statis dan keteguhan tekan sejajar serat. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan mesin penguji merek Amslar. Ukuran contoh uji dan pengujian sifat fisis dan mekanis seperti pada kayu sesuai dengan ASTM D.143-94.

3. Sifat kimia

1. Penetapan kadar lignin menggunakan standar TAPPI T 13 m - 45 2. Penetapan kadar pati menggunakan standar SII 0070 – 79.

4. Sifat keawetan

Pengujian keawetan dilakukan secara laboratorium. Pengujian dilakukan pada organisme perusak rotan terutama bubuk rotan kering. Jika ditemukan rotan berdiameter besar (Ф > 18 mm), maka pengujian dilakukan prosedur rotan diameter besar. Namun kalau ditemukan rotan berdiameter kecil (Ф

< 18 mm), maka pengujian dilakukan prosedur rotan berdiameter kecil.

5. Proses pengolahan

Rotan yang sudah dibawa dar lapangan, kemudian digoreng untuk rotan berdiameter besar dengan minyak tanah dan solar dengan perbandingan 9 : 1. Rotan digoreng dalam wajan penggorengan selama lebih kurang 15 menit setelah minyak panas. Setelah digoreng dikeluarkan dan ditiriskan, kemudian dikeringkan dengan rotan diberdirikan bersilang. Sedangkan rotan berdiameter kecil tidak dilakukan penggorengan akan tetapi langsung dijemur.

(15)

6. Industri rotan

1. Proses pengerjaan, dimana rotan yang sudah kering dipolis dengan mesin polis bagi rotan berdiameter besar, dan variabel yang diamati adalah serat berbulu dan serat patah. Sedangkan proses pengerjaan rotan dibelah bagi rotan berdiameter kecil, rotan dibelah menggunakan mesin belah

2. Proses pembuatan komponen produk, rotan yang sudah dipolis atau dibelah kemudian dibuat komponen produk sesuai dengan peralatan yang ada dan jenis produk yang akan dibuat disesuaikan dengan sarana dan prasarana industri.

IX. RENCANA TATA WAKTU

Kode

Kegiatan Kegiatan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

19.1.1.3 Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Potensial Jawa (11 kegiatan)

5 jenis 5 jenis 5 jenis 5 jenis 5 jenis

19.1.2.6 Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Dipterocarpaceae (2 kegiatan)

2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis

19.1.3.18 Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Potensial Sulawesi (2 kegiatan)

2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis

19.1.4.7 Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Andalan Sumatera (2 kegiatan)

2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis

19.1.5.19 Sifat Beberapa Jenis Kayu Andalan Papua (1 kegiatan)

- 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis

19.2.1.3 Sifat dan Kegunaan Jenis Rotan yang Kurang Dikenal

4 jenis 4 jenis 4 jenis 4 jenis 4 jenis

19.3.1.3 Sifat Dasar dan Kegunaan Beberapa Jenis Bambu (4 kegiatan)

2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis

(16)

514 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

X. RENCANA LOKASI

Kode

Kegiatan Luaran Penelitian Kegiatan Lokasi

19.1.1.3 Data Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu

Potensial Jawa (11 kegiatan) Sifat Dasar Kayu Kurang Dikenal Andalan Setempat

Jabar, Banten, DIY, Jateng dan Jatim

19.1.2.6 Data Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu

Dipterocarpaceae (2 kegiatan) Sifat Dasar Kayu Jenis Diptero- carpaceae

Kalimantan Timur

19.1.3.18. Data Sifat Dasar Beberapa Jenis

Kayu Potensial Sulawesi (2 kegiatan) Sifat Dasar Kayu

Kurang Dikenal Sulsel, Sulteng, Sultra 19.1.4.7 Data Sifat Dasar Beberapa Jenis

Kayu Andalan Sumatera (2 kegiatan) Sifat Dasar Kayu Kurang Dikenal Untuk Pulp/

Kertas

Sumatera Utara

19.1.5.19 Data Sifat Beberapa Jenis Kayu

Andalan Papua (1 kegiatan) Sifat Dasar Struktur Anatomi Jenis Kayu Manokwari

Manokwari

19.2.1.3 Data Sifat dan Kegunaan Jenis Rotan

yang Kurang Dikenal Sifat Dasar dan Pengolahan Rotan Kurang Dikenal

Sulawesi, Sumatera, kalimantan

19.3.1.3 Data Sifat Dasar dan Kegunaan

Beberapa Jenis Bambu (4 kegiatan) Sifat Dasar dan Kegunaan Bambu

Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi

XI. RENCANA ANGGARAN

Kode

Kegiatan Kegiatan Penelitian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

19.1.1.3 1. Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Potensial Jawa (11 kegiatan)

juta210 215

juta 220

juta 225

juta 230 juta 19.1.2.6 2. Sifat Dasar dan

Kegunaan Kayu Dipterocarpaceae (2 kegiatan)

75 juta 80 juta 85 juta 90 juta 95 juta

(17)

Kode

Kegiatan Kegiatan Penelitian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

19.1.3.18 3. Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Potensial

Sulawesi (2 kegiatan) 75 juta 80 juta 85 juta 90 juta 95 juta 19.1.4.7 4. Sifat Dasar Beberapa

Jenis Kayu Andalan

Sumatera (2 kegiatan) 75 juta 80 juta 85 juta 90 juta 95 juta 19.1.5.19 5. Sifat Beberapa Jenis

Kayu Andalan Papua

(1 kegiatan) - 125

juta 130

juta 135

juta 140 juta 19.2.1.3 6. Sifat dan Kegunaan Jenis

Rotan yang Kurang

Dikenal 70 juta 75 juta 80 juta 85 juta 90 juta 19.3.1.3 7. Sifat Dasar dan

Kegunaan Beberapa Jenis Bambu (4 kegiatan)

98 juta 98 juta 100

juta 100

juta 110 juta

XII. ORGANISASI

Penanggung Jawab Koordinator merangkap pelaksana

: Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan : Drs. Mohammad Muslich, MSc.

Kode Kegiatan Penelitian Pelaksana Kegiatan Unit Kerja 19.1.1.3 Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu

Potensial Jawa (11 kegiatan) Drs. Moh. Muslich,

MSc. P3HH Bogor

19.1.2.6 Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu

Dipterocarpaceae (2 kegiatan) Supartini, S.Hut. B2PD Samarinada 19.1.3.18 Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu

Potensial Sulawesi (2 kegiatan) Ir. Mody Lempang BPK Makasar 19.1.4.7 Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu

Andalan Sumatera (2 kegiatan) Gunawan Pasaribu,

S.Hut. BPK Aek Nauli

19.1.5.19 Sifat Beberapa Jenis Kayu

Andalan Papua (1 kegiatan) Pm Pm

19.2.1.3 Sifat dan Kegunaan Jenis Rotan

yang Kurang Dikenal Dra. Jasni, MSi P3HH Bogor 19.3.1.3 Sifat Dasar dan Kegunaan

Beberapa Jenis Bambu (4 Kegi- atan)

Dra. Sri Rulliaty, MSc. P3HH Bogor

(18)

516 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

XIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1952. Nama-nama kesatuan untuk jenis-jenis pohon yang penting di Indonesia. Pengumuman Istimewa No. 6. Balai Penyelidikan Kehutanan. Bogor.

______, 1973. Japanese Agricultural Standard for common plywood and its commentary. The Japan Plywood Manufacturer’s Association.

_______.1975. DIN Taschenbuch 60 Beuth Verlag Gm BH, Koln. Frankfurt (Main). Berlin.

_______,1980. Guideline for utilization and marketing of tropical wood species. Food and Agricultural Organization of the United Nation, Rome.

_______,1995. Annual book of ASTM Standards. Volume 04.10 wood.

Section 4. Philadelphia.

_______, 1992. Mutu Kayu Lapis Penggunaan Umum Standar Indonesia SNI 01-2704-1992. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta.

_______, 1990. Japanese Agricultural Standar of Common Plywood. The Japan Plywood Manufactures Association Tokyo.

_______, 1993. Japanese Agricultural Standar for Structural Plywood. The Japan Plywood Inspection Corporation Tokyo.

Den Berger, L.G. 1923. De grondslagen voor de classificatie van Ned. Indische Timmerhout soorten. Tectona vol.16.

Jasni dan O. Rachman. 2000.Pemanfaatan rotan. Laporan Kegiatan Working Group. Research and Development For Forest Product in Indonesia (ASOF). Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan.

Martawijaya, A. 1975. Laboratory test on the durability of Indonesian timbers against fungi. Roving Worshop on Housing and Construction, Bandung.

Martawijaya, A. dan G. Sumarni. 1978. Daya tahan sejumlah kayu Indonesia terhadap Cryptotermes cynocephalus Light. Laporan No. 129 LPHH, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.

Martawijaya, A., I. Kartasudjana, K. Kadir, dan S.A. Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor.

(19)

Metcalfe, C.R. dan I.Chalk. 1983. Anatomy of the Dicotyledons. 2nd edition.

Vol.II. Wood structure and conclusion of the general introduction.

Oxford: Clarendon Press.

Nurachman, A. dan R.M. Siagian. 1976. Dimensi serat jenis kayu Indonesia.

Laporan No. 2. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Priasukmana, S. dan T. Silitonga. 1972. Dimensi serat beberapa jenis kayu Jawa Barat. Laporan No. 2. Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor.

Sass, J.E. 1961. Botanical microtechnique. The IOWA State University Press.

Senft, J.F., M.J. Quanci, and B.A. Bendtsen. 1986. Property profile of 60-year old Douglas-fir. Proc. o a Cooperative Technical Workshop of Juvenile Wood. Forest Product Research Society, Madison, USA. Pp 17 – 28.

Silitonga, T., R.M. Siagian dan A. Nurachman, 1973. Cara pengukuran serat di Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Publikasi Khusus No. 2. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Smith, D.N.R. and N. Tamblyn, 1970. Proposed scheme for international standard test for the resistance of timbers to impregnation with preservatives. Ministry of Technology, Forest Products Research Laboratory.

Terazawa, S. 1965. An easy methods for the determination of wood drying schedule. Wood Industry Vol. 20 (5), Wood Technological Association of Japan.

Tesoro, F.O. 1989. Methodology for Project 8 on Corypha and Livistona.

FIRDI, College, Laguna 4031. Philipines.

Turner, R.D. 1966. A survey and illustrated catalogue of the teredinidae.

Harvard University, Cambridge, Mass.

_______, R.D. 1971. Identification of marine wood-boring mollusks. Marine borers, fungi and fouling organisms of wood. Organisation for Economics Co-operation and Development, Paris.

Wheeler, E.A., P.Baas and E.Gasson. 1989. IAWA list of microscopic features for hardwood identification. IAWA Bulletin. N.s. 10(3): 219-332

(20)

518 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

XIV. KERANGKA KERJA LOGIS

No. Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi

1. Tujuan Umum:

Menyediakan informasi sifat dasar kayu dan non kayu sebagai dasar diversifikasi penggunaan bahan baku untuk berbagai tujuan pemakaian dalam rangka efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan untuk mewujudkan pembangunan hutan lestari

1. Promosi jenis 2. Alokasi baru

penggunaan tepat guna 3. Intensifikasi

penggunaan jenis kayu dan non kayu kurang dikenal

Sintesa hasil penelitian RPIPPTP RPTPLHP

Kebijakan pemerintah dan ketersediaan dana dan peralatan yang mendukung dan memfalisitasi Partisipasi penuh peneliti, pengguna hasil hutan kayu dan non kayu serta lembaga yang terkait dalam penelitian Tersedianya peneliti pelaksana dan komoditi hasil hutan kayu dan non kayu yang terdapat dalam lokasi penelitian 2. Tujuan khusus 1:

Menghasilkan informasi sifat anatomi kayu dan non kayu sebagai dasar untuk mengetahui sifat karakteristik secara umum dan struktur anatomi sebagai dasar optimasi pemanfaatan

1. Didapatkan data identifikasi kayu sitaan atau jenis kayu bermasalah 2. Penyempur-

naan xylarium data base Tujuan Khusus 2:

Menghasilkan informasi sifat fisis dan mekanis kayu dan non kayu sebagai dasar untuk penggunaan kayu pertukangan dan konstruksi bangunan serta penggunaan lainnya

Diketahui sifat kayu dalam peruntukannya sebagai konstruksi ringan atau berat dan penggunaan lainnya

Tujuan Khusus 3:

Menghasilkan informasi sifat pemesinan dan pengerjaan kayu dan non kayu sebagai dasar untuk mengetahui karakter dalam proses pengerjaan

Diketahui:

1. Spesifikasi mesin 2. Bahan

pertimbangan dalam proses pengerjaan

(21)

No. Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi Tujuan Khusus 4:

Menghasilkan informasi teknis sifat biodeteriorasi kayu dan non kayu untuk mengetahui sifat keawetan kayu dan non kayu terhadap jamur, serangga dan penggerek di laut

Dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pemakaian kayu

Tujuan Khusus 5:

Menghasilkan informasi teknis sifat keterawetan kayu berupa pengujian terhadap kemampuan kayu ditembus bahan pengawet

Dipakai sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya dilakukan proses pengawetan Tujuan Khusus 6:

Menghasilkan informasi sifat pengeringan kayu melalui pengeringan alami dan buatan

Peningkatan mutu dan stabilitasi dimensi kayu dan non kayu dalam penggunaan Tujuan Khusus 7:

Menghasilkan informasi sifat pengkaratan terhadap kemampuan kayu mempengaruhi logam menjadi korosif

Bahan pertimbangan dalam

pemanfaatan yang berkaitan dengan logam

Tujuan Khusus 8:

Menghasilkan informasi sifat venir dan kayu lapis untuk mengetahui karakter kayu jika dikupas atau direkat dalam proses pembuatan venir dan kayu lapis

Diketahui kualitas sifat venir untuk kayu lapis

Tujuan Khusus 9:

Menghasilkan informasi sifat kimia dan nilai kalor untuk mengetahui komposisi kimia kayu dan non kayu melalui analisis kimia

Diketahui komponen kimia kayu dan nilai kalor dalam pemanfaatan yang lebih luas

(22)

520 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

No. Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi

Tujuan Khusus 10:

Menghasilkan informasi sifat dan pengolahan pulp/kertas dilakukan melalui pengujian terhadap sifat pengolahan dan pulp yang dihasilkan

Diketahui kualitas produk pulp/kertas

3. Output/Luaran:

1. Basis data ciri umum, struktur anatomi, dimensi serat dan dimensi sel jenis kayu dan non kayu 2. Basis data sifat

fisis dan mekanis kayu dan non kayu sebagai dasar untuk penggunaan 3. Basis data sifat

pemesinan dan pengerjaan kayu dan non kayu sebagai dasar untuk mengetahui karakter dalam proses pengerjaan 4. Basis data sifat

keawetan kayu dan non kayu terhadap jamur, serangga dan penggerek di laut 5. Basis data sifat

keterawetan kayu berupa pengujian terhadap kemampuan kayu ditembus bahan pengawet 6. Basis data sifat

pengeringan kayu melalui pengeringan alami dan buatan 7. Basis data sifat

pengkaratan terhadap kemampuan kayu mempengaruhi logam menjadi korosif

Minimal 30 laporan ilmiah sifat dasar kayu dan bukan kayu yang kurang dikenal

(23)

No. Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi 8. Basis data sifat venir

dan kayu lapis untuk mengetahui karakter kayu jika dikupas atau direkat dalam proses pembuatan venir dan kayu lapis 9. Basis data sifat

kimia dan nilai kalor untuk mengetahui komposisi kimia kayu dan non kayu melalui analisis kimia 10. Basis data kualitas

sifat dan pengolahan pulp/kertas

4. Kegiatan:

1. Pengenalan struktur anatomi dan dimensi serat

2. Pengujian sifat fisis dan mekanis kayu dan non kayu 3. Pengujian sifat

pemesinan dan pengerjaan 4. Pengujian sifat

keawetan kayu dan non kayu terhadap jamur, serangga dan binatang laut 5. Pengujian sifat

keterawetan 6. Pengujian sifat

pengeringan 7. Basis data sifat venir

dan kayu lapis untuk mengetahui karakter kayu jika dikupas atau direkat dalam proses pembuatan venir dan kayu lapis 8. Pengujian sifat venir

dan kayu lapis 9. Pengujian sifat kimia

dan nilai kalor 10. Pengujian sifat dan

pengolahan pulp dan kertas

(24)

522 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Lampiran 1. Jenis-jenis kayu sebagai bahan penelitian

No. Nama Daerah Suku Nama Botani

1. Anggih/orang-aring

2. Balau penyau Dipterocarpa-ceae Upuna borneensis Sym.

3. Balsa Ochroma sp.

4. Betele Caesalpiniaceae Kongiodendron alternifolium Merr. Et Rolfe

5. Bengkal Rubiaceae Nauclea orientalis L.

6. Bintaro Apocynaceae Cerbera manghas L.

7. Cancaratan

8. Cantigi Proteaceae Helicia lanceolata K. et V.

9. Cangkring

10. Caruy Sterculiaceae Pterospermum sp.

11. Cayur

12. Cempaka Magnoliaceae Magnolia sp. / Michelia sp.

13. Delimas Caesalpinaceae Acrocarpus sp.

14. Gamdana Anacardiaceae Bouea gandaria Bl.

15. Gempol

16. Gudang Moraceae Ficus variegata B.

17. Huru gading Angiaceae Alangium javanicum Wang.

18. Huru lier

19. Huru mentek, huru

batu Lauraceae

20. Huru koneng Lauraceae Litsea diversifolia Bl.

21. Huru batu, huru

tanduk Lauraceae Litsea glutinosa C.B.Roxb.

22. Huru bako, huru

kacang, Lauraceae Litsea resinosa Bl.

23. Huru hiris, huru leuer Lauraceae Percea rimosa Bl.

24. Jentikan Euphorbiaceae Baccaurea javanica Muell. Arg.

25. Kandole Sapotaceae Diploknema oligomera H.J.L.

26. Kondang 27. Kalimurot

28. Kayu besi Euphorbiaceae Chaetocarpus castanocarpus Thw.

29. Kayu hanja Euphorbiaceae Bridelia minutiflora

(25)

No. Nama Daerah Suku Nama Botani 30. Kayu kembang Euphorbiaceae B. sumatrana J.J.S.

31. Kayu bahang Boraginaceae E. javanica Bl.

32. Kayu ringgit Cunoniaceae Weinmania blumei Planch.

33. Kandole Sapotaceae Diplokema oligomera H.J.L.

34. Kapak kapas Hamamelidaceae Exbucklandia populnea R.W.Brromn.

35. Kemang /binglu

36. Kendal kerbau Boraginaceae Ehretia acuminata R. Br.

37. Ki bancet Stapyleaceae Turpinia sphaerocarpa Hassk.

38. Ki bayawak Alangiaceae Alangium rotundifolium Bloem.

39. Ki bonin

40. Ki bonteng Aquifoliaceae Ilex pleiobrachiota Loes.

41. Ki candu Oleaceae Fraxinus griffithii Clarke.

42. Ki careuh Alangiaceae Alangium chinensis Harms.

43. Ki hantap 44. Ki hiur 45. Ki hiyeng 46. Ki honje 47. Ki julang

48. Ki kedanca Icacinaceae Platea latifolia Bl.

49. Ki kendal

50. Ki keuyeup Tiliaceae Pentace polyantha Hassk.

51. Ki kundang

52. Ki kuya Euphorbiaceae Aporosa arborea Muell. Arg.

53. Ki pedali Bignoniaceae Radermachera gigantia Miq.

54. Ki sampang Rutaceae Evodia aromatica Bl.

55. Ki teja Lauraceae Cryptocarya densiflora Bl.

56. Klepu 57. Kriwilan 58. Kuanitan

59. Langgadei Rhizophoraceae Bruguiera parviflora W. et.

60. Majegau 61. Manglid 62. Mara

(26)

524 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

No. Nama Daerah Suku Nama Botani

63. Merlapang Alangiaceae Alangium javanicum Wang 64. Merpitis Erythroxylaceae Erthroxylon cuneatum Kurz.

65. Nyatuh Sapotaceae Pouteria duclitan (Blanco) Baehni 66. Nyatuh abang Sapotaceae Maducha sericea H.J.L.

67. Pangkal buaya

68. Pelawan telang Mytaceae Tristania obovata R.Br.

69. Pulai hitam

70. Rufu Rhamnaceae Alphitonia sisyphoides A. Qray 71. Sampora Tiliaceae Colomna javanica (Blume) Burret 72. Sasoan

73. Selumar terung Rubiaceae Mussaendopsis beccariana Bail.

74. Seminai Sapotaceae Maducha crassipes H.J.L.

75. Sembung Compositae Vernonia arborea Ham.

76. Sentul

77. Sibau Euphorbiaceae Blumeodendron kurzii J.J.Sm.

78. Siluk Ulmaceae Gironiera subaequalis Planch

79. Sintok lancang Lauraceae Cryptocarya javanicum Bl.

80. Rambai punai Euphorbiaceae Glochidion philippicun Robins.

81. Telesai Lecythidaceae Planchonia grandis Ridl.

82. Tenggulung Burceraceae Protioum javanicum Burm.

83. Tungguerunk

84. Utap-utap Magnoliaceae Aromadendron elegans Bl.

85. Jenis-jenis kayu lainnya yang belum diketahui sifat dasarnya

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian proses pembelajaran pada anak usia dini yang dilakukan melalui kegiatan bermain juga memberikan penambahan pengetahuan, sikap, dan

Penelitian ini perlu dilanjutkan terutama untuk mengisolasi kapang Duddingtoniaflagrans baik dari sample tinja maupun tanah karena kapang jenis ini lebih baik efeknya dibanding

Lignin sabut kelapa sawit masih lebih tinggi dari rumput gajah sehingga nutrien sabut kelapa sawit fermentasi banyak yang terbuang melalui feses, terlihat pada kecernaan bahan

Persepsi guru terhadap penggunaan sumber-sumber kuasa guru besar didapati wujudnya hubungan yang sederhana kuat dengan etika profesion guru iaitu kuasa pakar, kuasa ganjaran, dan

Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan menerapkan metode PBL (Poject Based Learning) atau Pembelajaran Berbasis Proyek menggunakan media Asana pada mata pelajaran

Given the importance of under- standing teachers’ beliefs, novice language learning course teachers’ beliefs about the interaction strategies and pedagogical roles to promote

Adapun sebanyak 40,72% mahasiswa calon guru menyatakan tidak selalu menyiapkan media pembelajaran berbasis TIK sebelum proses belajar mengajar dan mahasiswa calon

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan literasi wujud variasi bahasa yang terdapat dalam tayangan Kick Andy episode “Ngelmu sampai Mati”. Metode yang digunakan