Keterangan :
BA = Bottom ash; C = Cement; S = Soil
3.1 Metodologi dan Lokasi Penelitian I. Metode dan Lokasi
Penelitian ini merupakan pengujian yang dilakukan pada tanah sampel subbase yang dicampur dengan bottom ash di Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan dengan index properties yang terdiri dari uji kadar air, uji berat jenis, uji atterberg, dan analisa saringan. Selain itu, penelitian juga dilakukan dengan engineering properties yang terdiri dari uji proktor standar, uji CBR di laboratorium, dan uji UCST.
No Variasi persentase campuran Jumlah sampel 1 BA : C : S = 2% : 10% : 88% 30
II. Persiapan sampel
Tahap persiapan sampel yang akan diuji dijabarkan sebagai berikut.
1. Tanah diambil secara acak dari sekitaran Sibolga, Sumatera Utara. Tanah tersebut diharuskan tidak mengandung akar-akar tanaman dan humus.
Tanah yang akan digunakan sebagai sampel harus memiliki persyaratan IP > 10. Oleh karena itu, terlebih dahulu dilakukan permeriksaan Atterberg limits yang dilakukan langsung di lapangan pada tahap ini. Satu sampel bahan uji membutuhkan berat kurang lebih 15 kg.
2. Bottom ash sebagai materi uji, merupakan limbah dari pembakaran batu bara, sebanyak 250 kg. Kriteria bottom ash pada pengujian adalah bottom ash yang lolos ayakan No.200.
3. Penelitian dilakukan dengan pengujian terhadap 390 sampel.
Dokumentasi pengujian di laboratorium dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.2 Sampel Tanah yang akan diuji,bottom ash dan tanah yang diayak menggunakan ayakan No.200
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
III. Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan pengujian masing-masing dengan bottom ash dan semen yang tetap untuk semua pengujian.
IV. Pengujian Benda Uji
Pengujian laboratorium terdiri dari pengujian index properties dan engineering properties. Pengujian index properties meliputi dijabarkan sebagai berikut.
a. Water Content Test (ASTM D 2216-92)
Pengujian dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 2216-92,
“Test Method for Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock” untuk mendapatkan besaran kadar air (w).
Kadar air tanah (w) didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat butiran (Ws) dalam tanah tersebut, yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Kadar air tanah (w) dapat dinyatakan dalam persamaan:
𝑤 (%) = 𝑊𝑤
𝑊𝑠 𝑥 100 Langkah untuk mendapatkan nilai kadar air adalah dengan pengujian sampel tanah basah yang mula-mula ditimbang, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 230° F (110° C) hingga mencapai berat konstan. Berat contoh setelah dikeringkan adalah berat partikel solid. Perubahan berat yang terjadi selama proses pengeringan setara dengan berat air. Untuk tanah organik, penurunan suhu pengeringan hingga mencapai 140°F (60°C) sangat disarankan. Kadar air (w) diperlukan untuk menentukan properties tanah dan dapat dikorelasikan dengan parameter-parameter lainnya.
b. Sieve Analysis Test (ASTM C 136-95a,AASTHO T-27)
Pengujian index properties ini dilakukan berdasarkan ASTM D 854-92, “Standard Test Method for Specific Gravity of Soils”. Metode ini digunakan pada contoh tanah dengan komposisi ukuran partikel lebih kecil dari saringan No. 4 (4.75 mm). Untuk partikel dengan ukuran lebih besar dari saringan tersebut, prosedur pelaksanaan mengacu pada Test Method Specific Gravity and Absorptionof Coarse Aggregate (ASTM C 127-88).
Berat jenis tanah (Gs) didefinisikan sebagai perbandingan massa volume partikel tanah di udara dengan massa volume air pada suhu kamar (umumnya 68°F atau 20°C). Berat jenis tanah dapat dinyatakan dalam persamaan:
w2 = Berat piknometer + sampel tanah kering w3 = Berat piknometer + sampel tanah + air suling w4 = Berat piknometer + air suling
w4’= w4 x faktor koreksi suhu [k]
Berat jenis tanah (Gs) ditentukan berdasarkan jumlah dari pycnometer yang sudah di kalibrasi dengan massa dan suhu dari contoh tanah deaerasi/air distilasi yang telah diukur. Specific gravity dari tanah diperlukan untuk menentukan hubungan antara berat dan volume tanah, dan digunakan untuk perhitungan test Laboratorium lainnya.
c. Atterberg limit Test (ASTM D 4318-95,AASTHO T-89 & -90)
Pengujian ini dilakukan sesuai dengan ASTM D 4318-95, ”Test Method for Liquid Limit, PlasticLimit and Plasticity Index of Soils”.
Kadar air pada saat Batas Cair (Liquid Limit=LL) diperoleh dengan cara meletakkan pasta tanah dalam mangkuk kuningan, kemudian
digores tepat ditengahnya dengan alat penggores standar. Kemudian engkol pemutar digerakkan, sehingga mangkuk naik turun dari ketinggian 0.4 inci (10 mm) dengan kecepatan 2 drop/detik. Liquid limit dinyatakan sebagai kadar air dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0.5 inci (13 mm) sepanjang dasar contoh tanah dalam mangkuk sesudah 25 pukulan.
Kadar air pada saat batas plastis (plastic limit = PL) ditentukan dengan mengetahui secara pasti kadar air terkecil sampai pasta tanah dapat digulung hingga diameter 0.125 inci (3.2 mm) tanpa mengalami keretakan. Indeks Plastisitas (plasticity index = PI) diperoleh dari selisih nilai kadar air pada saat batas cair (LL) dengan nilai kadar air pada saat batas plastis (PL).
d. Specific Grafity Test (ASTM D 854-92, AASTHO T-100)
Prosedur pelaksanaan pengujian ini mengacu pada ASTM C 136-95a,”Method for sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates”.
Pengujian dilakukan dengan cara menyaring sejumlah sampel tanah dengan satu unit saringan berukuran 4,75mm (no.4) hingga 0,0075mm (No.200). Saringan tersebut lalu digetarkan dengan menggunakan sieve shaker machine. Setelah itu, berat sampel yang tertahan pada tiap-tiap saringan diukur, sehingga akan didapatkan nilai persentase butiran yang lolos dari tiap-tiap saringan.
3.2 Tahap Pengolahan Data
Pengujian-pengujian yang dilakukan di Laboratorium akan menghasilkan nilai-nilai index properties tanah yang dicampur dengan bottom ash 2% - 26%.
Selain itu, nilai-nilai parameter kompaksi untuk ke-390 sampel juga diperoleh dari pengujian-pengujian tersebut. Keseluruhan data hasil pengujian kemudian ditabulasi untuk memudahkan perhitungan pada tahap estimasi.
3.3 Tahap Estimasi Hubungan Parameter Kompaksi dengan Index properties
Estimasi hubungan parameter kompaksi dengan index properties dan pencampuran bottom ash dilakukan dengan menggunakan model Goswami. Pada tahap estimasi dengan menggunakan model Goswami, data yang diperlukan adalah nilai persentase butiran halus saja. Kemudian, masing-masing hasil estimasi tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan nilai klasifikasi tanahnya.
3.4 Tahap Analisa Hasil Estimasi
Analisa hasil estimasi dengan model Goswami dilakukan sehingga persamaan yang diperoleh menunjukkan hubungan parameter kompaksi dengan nilai fines (persen butiran halus) saja. Validasi data dilakukan untuk melihat tingkat kepercayaan, yakni untuk mendapatkan korelasi positif tingkat kepercayaannya. Nilai parameter kompaksi estimasi yang diperoleh dengan model Goswami tersebut kemudian diperbandingkan dengan nilai parameter kompaksi yang diperoleh dari laboratorium. Nilai parameter kompaksi estimasi juga dianalisa berdasarkan klasifikasi tanah yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan hasil yang diperoleh dari pengujian di laboratorium dan hasil estimasi parameter kompaksi.
4.1.1 Hasil Pengujian Tanah Asli di Laboratorium
Pengujian tanah yang dilakukan di laboratorium bertujuan untuk menentukan index properties dan parameter kompaksi tanah pada kondisi awal.
Sampel tanah yang diuji sebanyak 390 sampel untuk setiap pengujian agar data yang diperoleh lebih akurat. Dari pengujian di laboratorium, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Indeks Tanah Asli di Laboratorium
Sampel Tanah Asli 1 2 3 Rata-rata
Water content (%) 34,43 33,81 35,10 34,44
Specific Gravity (SG) 2,654 2,652 2,655 2,654
Liquid Limit (LL) (%) 44,26 44,87 42,65 43,93
Plastic Limit (PL) (%) 21,65 21,68 21,35 20,62
Plasticity Index (PI) (%) 22,61 22,19 21,33 22,04 Fines (Passing No.200) (%) 42,57 43,68 42,35 42,86
AASHTO A – 6 (4) A – 6 (3) A – 6 (3) A – 6 (3)
Maximum Dry Density (γdmax)(gr/cm3) 1,496 1,496 1,496 1,496 Optimum Moisture Content (Wopt) (%) 21,17 21,17 21.17 21,17
4.1.2 Hasil Pengujian Bottom ash + Cement + Soil di Laboratorium
Hasil pengujian Indeks Propertis di laboratorium terhadap tanah yang dicampur dengan 2% bottom ash dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Atterberg limit
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Persen Butiran Halus
Hasil pengujian kompaksi di laboratorium terhadap tanah yang dicampur dengan 2% bottom ash dapat dilihat pada Tabel 4.4, dan rangkuman hasil keseluruhan pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kompaksi
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Pengujian di Laboratorium
y = 1.5105x - 2.703
2.62 2.63 2.64 2.65 2.66 2.67 2.68 2.69 2.70 2.71 2.72
Berat Isi Kering (gr/cm3)
2.62 2.63 2.64 2.65 2.66 2.67 2.68 2.69 2.70 2.71 2.72
Kadar Air Optimum (%)
Log G
Konstanta m dan k
4.1.3 Hasil Estimasi Hubungan Parameter Kompaksi dengan Nilai Index properties
Grafik hubungan antara berat isi kering maksimum laboratorium dengan Log G menghasilkan nilai konstanta m dan k untuk persamaan Goswami. Dari Gambar 4.1 diperoleh nilai m = 1,5105 dan nilai k = - 2,703.
Gambar 4.1 Hubungan Berat Isi Kering Maksimum (γdmaks) dengan Log G Begitu pula untuk hubungan kadar air optimum laboratorium dengan Log G diperoleh konstanta m = -5,7488 dan k = 40,377 sebagaimana terlihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hubungan Kadar Air Optimum (wopt) dengan Log G
Sebagaimana diketahui pada campuran BA : C : S = 2% : 10% : 88%, besaran nilai G merupakan konstanta gradasi yang dipengaruhi oleh besaran nilai fines (F) dan % berat tertahan pada saringan tertentu. Besaran nilai F diambil = 1 karena semua sampel memiliki nilai indeks plastisitas (IP) > 10% dan % lewat saringan 0,075 mm di antara 41-60. Kemudian, nilai m dan k serta nilai parameter kompaksi laboratorium digunakan pada persamaan model Goswami untuk memperoleh berat isi kering maksimum estimasi (γdmax#) dan kadar air optimum estimasi (wopt#) dan dapat dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7.
Tabel 4.6 Berat Isi Kering Estimasi (γdmax#) Model Goswami
NO X1 X2 X3 G Log G γdmaks(gr/cm3) γdmax#(gr/cm3)
Tabel 4.6 Berat Isi Kering Estimasi (γdmax#) Model Goswami (lanjutan)
Tabel 4.7 Kadar Air Optimum estimasi (wopt#) Model Goswami
NO X1 X2 X3 G Log G wopt (%) wopt#(%)
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Parameter Kompaksi Model Goswami
No Sampel AASHTO LL(%) PL(%) PI(%) FINES(%) γdmax(gr/cm3) γdmax#(gr/cm3) wopt(%) wopt#(%)
1 1 A-6 (3) 37,19 25,33 11,86 49,52 1,415 1,388 24,02 25,84
2 2 A-6 (4) 35,52 24,69 10,83 52,29 1,423 1,392 24,21 25,78
3 3 A-6 (5) 37,17 24,12 13,05 54,23 1,332 1,395 25,16 25,73
4 4 A-6 (4) 35,55 24,71 10,84 53,44 1,349 1,394 25,51 25,75
5 5 A-4 (3) 34,27 24,37 9,90 53,10 1,356 1,393 25,53 25,76
6 6 A-6 (4) 35,86 24,77 11,09 52,25 1,373 1,392 25,32 25,78
7 7 A-6 (2) 34,30 24,23 10,07 47,99 1,402 1,386 24,92 25,88
8 8 A-4 (1) 30,44 24,39 6,05 46,65 1,412 1,384 23,97 25,91
9 9 A-6 (3) 34,23 23,25 10,98 48,38 1,404 1,387 24,71 25,87
10 10 A-6 (4) 36,06 24,05 12,01 53,13 1,387 1,393 25,94 25,76
11 11 A-6 (4) 34,72 24,41 10,31 56,06 1,428 1,398 23,43 25,68
12 12 A-6 (5) 36,72 23,50 13,22 55,07 1,421 1,396 24,53 25,71
13 13 A-6 (4) 34,27 24,04 10,23 54,92 1,422 1,396 24,38 25,71
14 14 A-6 (3) 32,83 22,28 10,55 53,27 1,383 1,393 25,16 25,75
15 15 A-4 (3) 32,24 22,41 9,83 55,06 1,370 1,396 25,15 25,71
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Parameter Kompaksi Model Goswami (lanjutan)
No Sampel AASHTO LL(%) PL(%) PI(%) FINES(%) γdmax(gr/cm3) γdmax#(gr/cm3) wopt(%) wopt#(%)
16 16 A-6 (3) 33,10 22,86 10,24 52,24 1,396 1,392 25,69 16
17 17 A-7-6 (5) 40,90 26,52 14,38 50,61 1,416 1,390 24,66 17
18 18 A-6 (4) 34,02 22,56 11,46 56,45 1,410 1,398 24,66 18
19 19 A-6 (5) 34,50 21,68 12,82 56,65 1,437 1,399 24,61 19
20 20 A-6 (7) 39,25 23,27 15,98 56,09 1,412 1,398 24,67 20
21 21 A-4 (3) 33,40 24,30 9,10 52,65 1,306 1,393 25,69 21
22 22 A-6 (5) 33,95 22,43 11,52 55,67 1,436 1,397 24,63 22
23 23 A-6 (3) 33,21 23,18 10,03 51,37 1,393 1,391 25,09 23
24 24 A-6 (4) 35,16 22,59 12,57 50,88 1,394 1,390 25,04 24
25 25 A-6 (4) 32,89 22,40 10,49 56,36 1,428 1,398 24,53 25
26 26 A-6 (4) 33,16 22,27 10,89 55,61 1,334 1,397 15,46 26
27 27 A-6 (3) 34,05 23,74 10,31 53,51 1,392 1,394 25,20 27
28 28 A-6 (4) 33,33 22,42 10,91 58,82 1,435 1,402 23,69 28
29 29 A-6 (6) 38,78 22,42 16,36 52,52 1,367 1,392 25,34 29
30 30 A-6 (4) 34,32 24,18 10,14 56,12 1,377 1,398 25,19 30
4.2 Analisa
Hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium menunjukkan bahwa penambahan bottom ash sebanyak 2% mengakibatkan perubahan index properties tanah. Perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9 Hasil dari pengujian index properties dan engineering properties
Nama Meningkat Menurun Hasil
Indeks Plastis ( IP ) (%) - 22,04 20,26
Batas Cair ( LL ) (%) 37,19 - 40,34
Berat isi Kering (γdmax) ( gr/cm3) - 1,496 1,341
Batas Plastis ( PL ) (%) - 20,62 20,08
Butiran Halus ( F ) (%) 42,86 - 52,37
Kadar air Optimum (wopt) ( %) 21,17 - 24,99
CBR (%) 6,84 - 8,31
USCT (kg/cm2) 1,365 - 1,749
Data pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai persentase CBR meningkat maksimum dari 6,84% menjadi 8,31% di pengujian bottom ash + cement + soil 16%, dan nilai UCST meningkat maksimum dari 1,365 kg/cm2 menjadi 1,749 kg/cm2 di pengujian bottom ash + cement + soil 14%. Hal ini membuktikan pernyataan Neubauer dan Thomson (1972) dan penelitian Australia Stabilisation Pavement Recycling And Stabilisation Association memiliki hasil yang sama.
Pengaruh penambahan 2% bottom ash terhadap nilai indeks plastisitas dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Pengaruh penambahan bottom ash terhadap nilai Indeks Plastisitas (IP) tanah
Hasil penelitian menggambarkan tingkat akurasi untuk rentang kepercayaan 95% terhadap model Goswami dan memberikan hasil korelasi positif yang nyata. Namun model ini hanya digunakan pada tanah untuk tanah golongan A-4, A-6, dan A-7, dan hanya untuk penambahan bottom ash 2%. Kemudian, untuk hasil estimasi menggunakan model Goswami dan hasil penelitian terkait, diperoleh hasil yang cukup relatif sama dan tidak jauh berbeda. Namun, pada penelitian terkait dilakukan pengujian dengan nilai atterberg limit dan persen butiran halus (fines), sedangkan dalam penelitian ini, yang digunakan hanya nilai persen butiran halus (fines). Berikut ini adalah metode-metode yang digunakan dalam penelitian terkait.
1. Penelitian Al-Khafaji (1993)
Peneliti melakukan pengujian untuk memprediksi nilai kompaksi dengan nilai pemadatan. Metode yang dihasilkan yaitu:
MDD = 2.44 – 0.22PL – 0.008LL OMC = 0.24LL + 0.63PL – 3.13
Dalam penelitian ini R2 merupakan acuan tingkat kepercayaan.
2. Penelitian B Metacalf et.al (2008)
Peneliti melakukan pengujian untuk memprediksi nilai kompaksi dengan nilai batas plastis dan modulus plastis. Metode yang dihasilkan yaitu:
MDD (t/m3) = 2,0513 – 0,0513*PL – 0,000016*PM + 0,2901*GR2
Tanah Asli Tanah Asli + 2% BA
R2 = 0,81; Standard Error = 0.074 (t/m3)
OMC (%) = 9,4169 + 0,0041*PM – 0,3095*GC + 0,3107*PL R2 = 0,78; Standard Error = 2,46 (%)
Dalam penelitian ini R2 merupakan acuan tingkat kepercayaan, dengan MDD menghasilkan nilai R2 0,81 dan OMC menghasilkan nilai R2 0,78.
Hasil ini menunjukkan tingkat kepercayaannya dikategorikan baik.
3. Penelitian Blotz, et.al (1998)
Peneliti melakukan pengujian untuk memprediksi nilai kompaksi dengan nilai pemadatan. Metode yang dihasilkan yaitu:
MDD= (2.27 log LL – 0.94) Log E – 0.16 LL+ 17.02 OMC = (12.39 – 12.21 log LL) log E + 0.67 LL + 9.21
Metode ini hanya digunakan pada tanah pada nilai plastic limit 17 dan liquid limit 70.
4. Penelitian Ugbe (2012)
Peneliti melakukan pengujian untuk memprediksi nilai kompaksi dengan nilai persentase butiran halus, batas cair, dan berat jenis. Metode yang dihasilkan yaitu:
MDD = 15.665SG + 1.526LL-4.313F + 2011.960 R2 = 0.895
OMC = 0.129F-0.0196LL-1.4233SG + 11.399 R2 = 0.795
Metode ini memiliki range yang cukup besar, yakni mencapai angka 80%
untuk MDD, dan 90% untuk OMC.
5. Muhammad Amir Wardana dan Yasruddin (2017)
a. Peneliti melakukan pengujian Terdapat 3 kombinasi campuran abu dasar, yaitu penggunaan abu dasar sebanyak 10%, 15%, serta 20%.
b. Campuran abu dasar 10%, semen 15%, serta 75% tanah asli menghasilkan nilai CBR paling tinggi di antara kombinasi lainnya.
Dalam penelitain ini 3 kombinasi campuran merupakan acuan pada abu dasar, semen, dan tanah asli.
6. Hui-Lan Chang, Wen-Chen Jau, Kung-Cheh Li, dan Cheng-Fang Lin (2004)
Karakteristik dasar dan hasil uji teknik menunjukkan bahwa abu dasar, setelah modifikasi, cocok untuk digunakan kembali sebagai agregat subbase. Namun, hasil analisis saringan yang tidak konsisten dengan gradasi subbase memiliki kemungkinan mempengaruhi kualitas teknik dari abu dasar sebagai subbase. Dalam penelitian ini karakteristik merupakan acuan pada subbase.
Kesimpulan yang diperoleh dari hubungan di atas adalah bahwa index properties sangat signifikan dapat mempengaruhi parameter kompaksi. Guerrero (2001) mangatakan bahwa jenis tanah dalam bentuk distribusi ukuran butiran, bentuk dari butiran, persentase dari butiran halus, memberikan pengaruh yang besar terhadap parameter kompaksi. Dengan penelitian-penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan lainnya, yaitu adanya sebuah metode yang mudah dalam memprediksi nilai parameter kompaksi (berat isi kering maksimum dan kadar air optimum). Analisa hubungan tersebut dapat berupa sebuah regresi linier atau hubungan berupa kurva kompaksi. Dengan demikian, penelitian-penelitian ini sangat signifikan dan sangat berguna untuk keperluan proyek jalan.
Penelitian terkait di atas dengan penelitian dengan model Goswami memiliki tujuan yang sama. Penelitian terkait menggunakan beberapa variabel untuk menghasilkan nilai kompaksi, sedangkan untuk model Goswami hanya menggunakan satu variable yaitu persen butiran halus (fines). Jelas terlihat dalam penelitian terkait dengan pengujian model Goswami memiliki tujuan yang sama, namun dalam efisiensi waktu pengujian dengan model Goswami adalah pengujian tercepat dibanding penelitian terkait.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa dari hasil analisa berdasarkan hubungan antara berat isi kering maksimum (γdmax) dan kadar air optimum (wopt) dengan nilai klasifikasi tanah (persen butiran halus) yang distabilisasi dengan 2% bottom ash menghasilkan data sebagai berikut.
1. Nilai kadar air optimum, batas plastis, dan persen butiran halus meningkat setelah ditambahkan bottom ash dan semen, sedangkan nilai berat isi kering maksimum, batas cair, dan indeks plastisitas menurun setelah ditambahkan 2 % bottom ash.
2. Estimasi dengan Model Goswami menunjukkan hubungan Log G dengan berat isi kering maksimum (γdmax) menghasilkan konstanta m dan k, yaitu m = 1,5105 dan k = -2,703
3. Estimasi dengan Model Goswami menunjukkan hubungan Log G dengan
kadar air optimum (wopt) menghasilkan konstanta m dan k, yaitu m = -5,7488 dan k = 40,377.
4. Estimasi dengan Model Goswami jelas terlihat lebih mudah dan lebih efektif karena hanya membutuhkan nilai persen butiran halus (fines).
5. Berdasarkan nilai klasifikasi diperoleh jenis tanah A4, A6 dan A7.
6. Hubungan berat isi kering maksimum (γdmax) dengan berat isi kering maksimum estimasi (γdmax*) memberikan korelasi positif yang nyata untuk rentang kepercayaan 95%.
7. Hubungan kadar air optimum (wopt) dengan kadar air optimum estimasi (wopt*) memberikan korelasi positif yang nyata untuk rentang kepercayaan 95%.
8. Berat isi kering maksimum (γdmax) dan kadar air optimum (wopt) memiliki hubungan yang signifikan terhadap persen butiran halus (fines).
5.2 Saran
1. Nilai korelasi dapat ditingkatkan dengan cara menambah jumlah data yang akan diteliti dan mewakili kondisi yang sebenarnya di lapangan.
2. Bahan stabilisasi tanah dicoba menggunakan aspal, bottom ash, atau bahan-bahan additive lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khafaji AN. 2015. Estimation of soil compaction parameters by means of Atterberg limits. Quarterly Journal of Engineering Geology. 26:359-368.
ASTM D-2216. 1992. Standard Test Method for Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock by Mass.
ASTM D-854. 1992. Standard Test Methods for Specific Gravity of Soil Solids by Water Pycnometer.
ASTM D-4318. 1995. Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils.
ASTM C-136-95A. 1995. Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates.
Chang LH, dkk. 2004. The evaluation of the feasibility of utilizing incineration bottom ash as subbase material. Environmental Informaties Archieves.
2:1033-1047
Hardiyatmo, Hary, Christady. 2010. Stabilisasi Tanah untuk Perkerasan Jalan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Matcalf JB, Romanoschi SA. 2008. Prediction Od Maximum Dry Density And Optimum Moisture Content From Simple Material Properties.
Muis ZA. 1998. Penentuan berat isi kering maksimum bahan aggregat base berdasarkan data klasifikasi tanah pada proyek jalan raya. Seminar Highway Engineering, Medan Academic Commitee (MAC), Teknik Sipil USU.
Muis ZA, Siagian D, 2013. Estimasi nilai parameter kompaksi bahan subgrade berdasarkan nilai index properties pada proyek jalan raya. Skripsi Sarjana Departemen Teknik Sipil USU.
Oglesby, Clarkson H, Hicks R, Gary. 1996. Teknik Jalan Raya Edisi ke IV Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Simbolon CA. 2017. Estimasi nilai parameter kompaksi berdasarkan nilai klasifikasi tanah yang distabilisasi dengan kapur pada proyek jalan raya.
Skripsi Sarjana Departemen Teknik Sipil USU.
Soedarsono, Untung D. 1979. Kontruksi Jalan Raya. Jakarta: Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Wardana MA, Yasrudin. 2017. Utilization of bottom ash material mixed soil layer basic in highway construction. Journal of Civil Engineering Departmen, Lambung Mangkurat University. 1:41-50