• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi Pendidikan Islam

BAB II KAJIAN TEORI

6. Metodologi Pendidikan Islam

Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransper ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri.

Pengertian metode secara etimologi, berasal dari Bahasa Yunani “Metodos”, yaitu

meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “Jalan” atau “cara”.

Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

“metode” adalah: Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud. Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.39

Materi yang baik bukan merupakan jaminan bagi keberhasilan pendidikan. Dapat saja materi kurikulum yang baik akan berakibatkan buruk bagi anak didik, jika dalam pelaksanaan pendidikan digunakan metode yang keliru. Metode dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta didik).

Mohammad Athiyah al- Abrasy mendefinisikannya sebagai jalan yang kita ikuti untuk memberi paham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Metode adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas itu.40

Dan menurut Prof. Abd Al- Rahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik. Adapun Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan yang terarah bagi guru yang menyebabkan terjadi proses belajar-mengajar, hingga pengajaran menjadi berkesan.41

39

Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, Juli 2002), hlm. 39-42.

40

Jalaluddin dan Usman Said, op. cit., hlm. 52-53. 41

Barangkali masih banyak definisi-definisi tentang metode pendidikan yang dikemukakan para ahli pendidik, namun yang penting kita tangkap adalah makna pokok yang terkandung dalam pengertian metode itu sendiri. Makna pokok yang dapat disimak antara lain bahwa: (1) metode pendidikan adalah cara yang digunakan untuk menjelaskan materi pendidikan kepada anak didik; (2) cara yang digunakan merupakan cara yang tepat guna untuk menyampaikan materi pendidikan tertentu dalam kondisi tertentu; dan (3) melalui cara itu diharapkan materi yang disampaikan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik.

Mengacu kepada kepentingan tersebut, maka metode paling tidak harus disesuaikan dengan materi, kondisi dan keadaan anak didik. Karena itu metode yang digunakan dapat bervariasi. Suatu metode mungkin dinilai baik untuk materi dan kondisi tertentu, tapi sebaliknya kurang tepat digunakan pada penyampaian materi yang berbeda dan suasana yang berlainan.

Mohammad al-Toumy al-Syaibany menyodorkan pembagian metode dalam pendidikan Islam, yakni metode yang umumnya pernah digunakan dalam pendidikan Islam, antara lain:

a. Metode induksi (pengambilan kesimpulan)

Metode ini digunakan untuk mendidik agar anak didik dapat mengetahui fakta-fakta dan kaidah-kaidah umum dengan cara menyimpulkan pendapat. b. Metode Perbandingan (Qiyasiah)

Metode ini digunakan untuk mendidik agar anak didik dapat membandingkan kaidah-kaidah umum atau teori dan kemudian menganalisanya dalam bentuk rincian-rincian.

c. Metode Kuliah

Metode ini digunakan untuk mendidik anak didik agar mereka dapat mengintisarikan materi yang diberikan secara benar, sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Metode ini digunakan untuk mendidik anak agar mereka dapat mengemukakan kritik-kritik terhadap materi yang diberikan. Kritik dilakukan secara lisan melalui dialog antara guru dan anak didik.

e. Metode Halaqoh f. Metode Riwayat g. Metode Mendengar h. Metode Membaca i. Metode Imla’ j. Metode Hafalan k. Metode Pemahaman

l. Metode Lawatan untuk Menuntut Ilmu.

Selain dari ragam metode, al-Syaibany juga mengemukakan dasar-dasar penyusunan metode pendidikan Islam. Menurut penilaiannya, ada empat yang menjadi dasar pertimbangan penggunaan metode pendidikan Islam, yaitu:

1) Dasar agama, meliputi pertimbangan bahwa metode yang digunakan bersumber dari tuntunan al-Qur’an, sunnat Nabi, pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh para sahabat dan para ulama shalaf.

2) Dasar biologis, meliputi pertimbangan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia anak didik.

3) Dasar psikologis, meliputi pertimbangan terhadap motivasi kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat dan intelektual anak didik.

4) Dasar sosial, meliputi pertimbangan kebutuhan sosial di lingkungan anak didik.

Karena itu ungkap al-Syaibany selanjutnya bahwa metode pendidikan Islam merangkum empat tujuan pokok, yakni: (1). menolong anak didik mengembangkan kemampuan individunnya; (2). membiasakan anak didik membentuk sikap diri; (3). membantu anak didik bertindak efektif dan efisien; (4). membimbing aktivitas anak didik. Uraian ini menunjukkan bahwa metode

pendidikan Islam memiliki sifat yang luwes, sesuai dengan kebutuhan anak didik dan lingkungan zamannya.42

Menurut Armai Arief, pengembangan metode pendidikan Islam memiliki tiga masa, yaitu: 1) Masa Klasik (610-1258M) a) Ceramah; b) Hafalan; c) Membaca tadarus; d) Tanya jawab; e) Bercerita; f) Menulis; g) Metode khusus.

Instansi yang dipergunakan adalah antara lain: rumah, masjid, surau, dan pondok sebagai tempat berlangsungnya pendidikan antara Nabi saw, para sahabat dan kaum muslimin.

Pada masa ini Socrates mengemukakan metode dialektik atau metode penemuan, sebab pertanyaan yang dilontarkan guru menuntut siswa merumuskan dan menjelaskan suatu pengetahuan.

2) Masa Pertengahan (1258-1800M)

Pada masa ini metode yang dipergunakan antara lain: a) Ceramah;

b) Hafalan;

c) Membaca-menulis; d) Membaca-tadarus; e) Tanya jawab; f) Cerita lewat buku;

g) Menulis al-Qur’an mulai ada titik; h) Keyakinan / pembenaran;

i) Mudzakarah;

j) Umum dan sederhana;

42

k) Metode khusus; l) Menyeluruh; m) Pemberian contoh; n) Membimbing.

Pada akhir abad ke-11 dan 12, Skulatisisme menyumbangkan suatu metode deduktif analisis logis yaitu doktrin yang didasarkan atas logika dan metafisika Aristoteles.

Seiring dengan makin berkembangnya jumlah umat Islam dan keinginan memperoleh pengajaran, menuntut adanya kelembagaan yang lebih teratur dan terarah, maka didirikanlah al- Kuttab sebagai lembaga baru.

3) Masa Modern (1800-sekarang)

Metode berikut ini adalah pengembangan metode-metode di masa klasik dan pertengahan yaitu:

a) Ceramah menggunakan media; b) Hafalan mandiri;

c) Membaca dengan pemahaman; d) Murid bertanya dan menjawab; e) Cerita lewat media;

f) Menulis al-Qur’an secara utuh; g) Sintesis analisis; h) Diskusi; i) Deduktif; j) Induktif; k) Komprehensif; l) Demonstrasi;

Memasuki abad modern Johan Amos menggunakan metode ilmiah dalam pendidikan, dan John Locke menggunakan metode persepsi dan asosiasi dalam menekankan pentingnya pengalaman.

Karena lembaga al-Kuttab tidak mampu menampung aspirasi dan kebutuhan belajar yang lebih luas, maka dibentuklah madrasah atau sekolah. Madrasah

dilengkapi dengan perpustakaan. Institusi pendidikan Islam berkembang lagi, seperti zawiyah, perpustakaan, majlis taklim dan pendidikan individual / private. Pada dasarnya antara zaman klasik, pertengahan, dan modern, penggunaan metode pendidikan adalah sama, seperti metode ceramah, diskusi, hafalan, tanya jawab, dll. Namun hal membedakan antara ketiga periode tersebut adalah pengembangan dalam menggunakan metode dengan dibantu alat atau media yang semakin canggih. Penggunaan metode ceramah misalnya, berbeda antara zaman klasik yang hanya mengandalkan suara dan tempat terbatas, dengan periode pertengahan yang sudah menggunakan alat pengeras suara. Apalagi dibanding dengan masa modern yang tidak hanya menggunakan media pengeras suara dan dalam ruangan tertentu, tetapi dapat dijangkau keseluruh pelosok dunia melalui media audio, atau audio-visual, seperti radio, TV, Internet dll.43

B. Pendidikan Islam di Indonesia

Dokumen terkait