• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan Retrospektif. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis faktor risiko stroke terhadap kejadian stroke.

4.2Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 4.2.1 Populasi

Populasi penelitian adalah pasien yang dirawat inap di ruang rawat inap Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah pasien rata – rata sebelumnya yang dirawat inap mulai bulan Januari – April 2016 sebanyak 72 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah penderita stroke dan pasien yang memiliki faktor risiko stroke di Ruang Rawat Inap Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan

Jumlah sampel menurut Nursalam (2009) dengan rumus:

n=

( )

Dari rumus diatas, didapati jumlah sample 66 orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sesuai kriteria yang dibuat oleh peneliti. Dan pengambilan sampel menggunakan form cecklist yang dibuat oleh peneliti dan data rekam medik yang pasien stroke yang menjalani pelayanan rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan 17 Mei – 17 Juni 2016.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap Rindu A4 RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan Bulan 17 Mei - 17 Juni 2016.

4.4Pertimbangan Etik

Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada bagian pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan dan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah memperoleh persetujuan, peneliti meminta izin kepada direktur RSUP H. Adam Malik Medan untuk melakukan penelitian.

Responden pada penelitian ini adalah pasien stroke. Sebelum menyerahkan lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud, tujuan dan pelaksanaan penelitian kepada calon responden. Jika calon responden bersedia

menjadi responden maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Jika responden menolak untuk melibatkan diri dalam penelitian maka peneliti akan menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan maka peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya akan berisikan kode tertentu. Kerahasiaan informasi dari responden yang diberikan responden dapat dijamin oleh peneliti.

4.5Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah form pengumpulan data yaitu form checklist yang dibuat oleh peneliti dengan menyesuaikan variabel dalam defenisi operasional penelitian dan catatan rekam medik pasien.

4.6Prosedur Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara mencatat informasi dari responden kedalam form pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Data diolah menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menarik kesimpulan setelah dianalisis.

Tahapan pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut (Notoatmojo, 2010) :

1. Memberikan kode pada data (coding), yaitu memberi kode pada masing – masing data agar memudahkan peneliti memasukkan data.

2. Menyusun data (editing), yaitu menyeleksi data yang salah dalam pengumpulan data di lapangan.

3. Struktur data (data structure), yaitu penyusunan data sesuai dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis perangkat lunak yang akan digunakan.

4. Memasukkan data (data entry), yaitu memasukkan data secara komputerisasi.

4.7Analisis Data

Pada penelitian ini, analisis data dilakukan secara univariat untuk mengetahui apa saja faktor risiko yang dimiliki oleh pasien stroke, secara bivariat dengan menggunakan chi - square untuk mengetahui bagaimana hubungan faktor risiko terhadap kejadian stroke, dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya stroke pada pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Rindu A4 RSUP H. Adam Malik Medan priode 17 Mei – 17 Juni 2016 . variabel yang dapat dimasukkan kedalam model multivariat adalah variabel yang terlebih dahulu diuji hubungannya menggunakan chi – square. Variabel yang memiliki nilai signifikan <0.25 dapat dimasukkan ke dalam model multivariat. Variabel yang telah masuk kedalam model multivariat akan dianalisis secara bersama sama – sama. Nilai signifikan variaber yang lebih besar akan dikeluarkan dari model. Untuk menguji apakah variabel yang telah dikeluarkan masih dapat masuk kembali kedalam model, dilakukan perhitungan EXP (B) sebelum dikeluarkan dengan EXP (B) setelah dikeluarkan. Jika pesentase perubahan nilai EXP (B) variabel yang diuji <10% maka variabel tersebut tetap dikeluarkan, tetapi jika perubahan EXP (B) variabel yang diuji >10% maka variabel tersebut tetap masuk kedalam model,

demikian seterusnya sampai didapati model terakhir. Untuk menentukan variabel independen mana yang memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap variabel dependen, dapat dilihat dari besarnya nilai EXP (B) dalam model terakhir.

Setelah dilakukan langkah – langkah seperti diatas, maka didapati rumus regresi logistik berganda sebagai berikut:

Z = α + + + ... +

Bila nilai Z dimasukkan pada fungsi Z maka rumus fungsi Z adalah

f(Z) = ( ... )

Maka permodelan sebagai berikut :

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasaan mengenai distribusi frekuensi dan persentase faktor risiko stroke, hubungan faktor risiko terhadap kejadian stroke, dan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stroke pada 66 pasien stroke yang dirawat inap di RA 4 RSUP Adam Malik Medan.

5.1 Hasil penelitian

5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase faktor risiko stroke terhadap kejadian stroke.

Usia dibagi menjadi empat, yaitu : dewasa awal (1,5%), dewasa akhir (4,5), lansia awal (21,2%), lansia akhir (48,5%), manula (24%). Jenis kelamin laki – laki (37,9%), perempuan (62,1%), riwayat hipertensi (53%), riwayat hiperkolesterolemia (10,6%), riwayat penyakit jantung (12,1%), riwayat diabetes melitus (7,6%), riwayat merokok (18,2%), riwayat konsumsi alkohol (9,1%).

Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Risiko stroke terhadap Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan (n = 66)

Variabel Frekuensi Persentase

Usia 26 – 35 36 - 45 46 – 55 55 – 65 >65 1 3 14 32 16 1,5 4,5 21,2 48,5 24,2 Jenis kelamin Laki – laki Perempuan

Riwayat stroke di keluarga Ya Tidak Riwayat hipertensi Ya Tidak 25 41 7 59 35 31 37,9 62,1 10,6 89,4 53 47 Riwayat hiperkolestrolemia Ya Tidak

Riwayat penyakit jantung Ya Tidak 7 59 8 58 10,6 89,4 12,1 87,9 Riwayat DM Ya Tidak 5 61 7,6 92,4 Riwayat merokok Ya Tidak 12 54 18,2 81,8 Riwayat konsumsi alkohol

Ya Tidak

Riwayat aktivitas fisik Tidak 6 60 66 9,1 90,9 100

5.1.2 Hubungan faktor risiko terhadap kejadian stroke

Hubungan faktor risiko dengan kejadian stroke dapat nilihat dari nilai signifikansi, yaitu < 0,05.

Tabel 5.1.2. Hubungan Faktor Risiko Stroke terhadap Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan (n = 66)

Variabel Kejadian Stroke OR Sig Stroke Tidak Stroke N % N % Usia <55 >55 8 25 24,2 75,8 10 23 30,3 69,7 1,359 0,782 Jenis kelamin Pr Lk 17 16 51,5 48,5 24 9 72,7 27,3 0,398 0,128

Riwayat stroke keluarga Ada Tidak 3 30 9,1 90,9 4 29 12,1 87,9 0,725 0,689 Riwayat hipertensi Ada Tidak 24 9 72,7 27,3 11 22 33,3 66,7 5,333 0,001* Riwayat hiperkolesterolemia Ada Tidak 2 31 6,1 93,9 5 28 15,2 84,8 0,361 0,230

Riwayat penyakit jantung Ada Tidak 7 26 21,2 78,8 1 32 3 97 8,615 0,024* Riwayat DM Ada Tidak 2 31 6,1 93,9 3 30 9,1 90,9 0,645 0,642 Riwayat merokok Ada Tidak 9 24 27,3 72,7 3 30 9,1 90,9 3,750 0,056

Riwayat konsumsi alkohol Ada Tidak 5 28 15,2 84,8 1 32 3 97 5,715 0,199

5.1.3 Faktor risiko stroke yang dominan berpengaruh terhadap kejadian stroke

Untuk mengetahui hubungan faktor risiko terhadap kejadian stroke dapat dilihat dari nilai signifikan. Variabel independen yang mempunyai nilai signifikan < 0,25 memiliki hubungan terhadap varianel independen. Jenis kelamin laki – laki memiliki hubungan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,078. Riwayat hipertensi memiliki hubungan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,002. Riwayat hiperkolestrolemia memiliki hubungan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,245. Riwayat penyakit jantung memiliki hubungan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,051. Riwayat merokok memiliki nilai signifikan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,067. Dan riwayat konsumsi alkohol memiliku hubungan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,122. Variabel independen yang memiliki nilai signifikan terhadap variabel dependen secara langsung dapat dimasukkan kedalam model multivariat.

Tabel 5.1.3.1 Hubungan Faktor Risiko Stroke terhadap Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan (n = 66)

Variabel Sig

Usia 0.483

Jenis kelamin 0.079

Riwayat stroke di keluarga 0.690

Riwayat hipertensi 0.002

Riwayat hiperkolesterolemia 0.245

Riwayat penyakit jantung 0.051

Riwayat penyakit DM 0,644

Riwayat merokok 0.067

Riwayat Konsumsi alcohol 0.122

Menentukan faktor risiko dominan dilakukan dengan beberapa langkah.1) Memasukkan variabel independen yang memiliki hubungan terhadap variabel dependen ke dalam model. 2) Mengeluarkan variabel independen yang tidak signifikan dari model secara berurutan satu persatu dari nilai signigfikan yang terbesar. 3) selanjutnya melakukan penilaian konfonding, dengan cara mengeluarkan variabel satu per satu dimulai dari variabel yang memiliki nilai signifikan terbesar, bila setelah dikeluarkan diperoleh nilai odds ratio variabel utama antara sebelum dan sesudah variabel kovarian dikeluarkan lebih besar dari 10 %, maka variabel tersebut dinyatakan sebagai konfonding dan harus tetap berada dalam model. Setelang langkah – langkah diatas dilakukan, maka didapati model terahir. Untuk melihat variabel mana yang paling besar pengaruhnya

terhadap variabel independen, dilihat dari nilai exp (B) untuk variabel yang signifikan. Dari hasil analisis didapati Riwayat hipertensi dengan nilai signifikan sebesar 0,006 dan exp (B) 5,389 yang paling besar terhadap kejadian stroke.

Tabel 5.1.3.2 Faktor Risiko Dominan terhadap Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan Uji Regresi Logistik (n = 66)

Variabel Sig EXP (B)

Riwayat hipertensi 0,006 5,389*

Riwayat penyakit jantung 0,062 9,306

Riwayat merokok 0,242 3,190

Riwayat Konsumsi alkohol Jenis kelamin

0,326 0,114

4,310 0,377 *adalah faktor dominan

5.2 Pembahasan

5.2.1 Hubungan usia terhadap kejadian stroke

Pada penelitian ini, usia tidak memiliki hubungan yang yang signifikan terhadap kejadian stroke. Berdasarkan analisis bivariat diproleh nilai p = 0,782 dan nilai OR = 1,359. Usia > 55 tahun meningkatkat risiko 1,3 kali lebih besar dibandingkan dengan usia < 55 tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aisyah (2012) yang mendapatkan bahwa kelompok usia > 55 tahun berisiko adalah 3,6 kali dibandingakan kelompok umur <55 tahun. Peningkatan frekuensi stroke seiring dengan peningkatan usia berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi trmasuk pembuluh darah otak.

5.2.2 Hubungan jenis kelamin terhadap kejadian stroke

Pada penelitian ini jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke karena nilai p yang didapatkan adalah 0,128 tetap jenis kelamin perempuan memilki risiko 0,3 kali dibandingkan dengan laki – laki. Perempuan terkena stroke disebabkan karena faktor hormon. Perempuan akan menyusul setelah usia mereka mencapai monopouse. Hormon melindungi perempuan sampai mereka melewati masa – masa melahirkan. Laki – laki terkena stroke juga disebabkan karena persentasi laki – laki yang merokok dan mengkonsumsi alkohol lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Rokok dan alkohol dapat menyebabkan hipertensi dan arterosklerosis yang menyebabkan terjadinya stroke. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aisyah (2012) bahwa jenis kelamin

tidak memiliki hubungan terhadap kejadian stroke. Hal ini terjadi karena stroke disebabkan oleh multifaktorial, bukan hanya karena jenis kelamin, diantaranya karena penyakit pembuluh darah seperti hipertensi dan jantung. 5.2.3 Hubungan riwayat stroke di keluarga terhadap kejadian stroke

Pada penelitian ini, riwayat stroke dikeluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke dengan nilai p = 0,689 dan OR = 0,7 kali berisko tehadap kejadian stroke dibanding yang tidak memiliki riwayat stroke di keluarga. Adanya riwayat stroke pada orang tua, meningkatkan faktor risiko terjadinya stroke. Hal ini diperkirakan melalui beberapa mekanisme antara faktor genetik

5.2.4 Hubungan riwayat hipertensi terhadap kejadian stroke

Pada penelitian ini, hipertensi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke. Nilai p value yang didapatkan adalah 0,001 dan nilai OR = 5,3 kali lebih berisiko dibandingkan dengan faktor risiko lain. Hipertensi menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah karena adanya tekanan darah karena adanya tekanan darah yang melebihi batas normal dan pelepasan kolagen. Endotel yang terkelupas menyebabkan membran basal yang bermuatan positif menarik trombosit yang bermuatan negatif menarik, sehingga terjadi agregasi trombosit. Selain itu terdapat pelepasan trombokinase sehingga menyebabkan gumpalan darah yang stabil dan bila pembuluh darah tidak kuat lagi menahan tekanan darah yang tinggi akan berakibat fatal pecahnya pembuluh darah pada otak maka terjadilah stroke. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Muhammad (2011) sebanyak 80%

pasien stroke mengalami hipertensi dan hipertensi memiliki hubungan terhadap kejadian stroke. Terjadinya hipertensi disebabkan karena kecenderungan pasien mengkonsumsi garam yang berlebihan, obesitas, tingkat stres yang tinggi, kolesterol dan diabetes. Reaksi orang terhadap asupan garam yang ada di dalamnya yang memliki batas yang tinggi berpengaruh terhadap tekanan darah.

5.2.5 hubungan riwayat hiperkolestrolemia terhadap kejadian stroke

Pada penelitian ini, hiperkolesterolemia tidak memiki hubungan yang signifiak terhadap kejadia stroke dengan nilai p value = 0,230 dan OR = 0,3 kali lebih berisko terhdap kejadian stroke dibandingkan yang tidak hiperkolesterolemia. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Muhammad (2011). Pada penelitian Muhammad hiperkolesterolemia berhubungan dengan kejadian stroke. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang ada dalam tubuh manusia. Lemak mempunyai manfaat sebagai salah satu sumber enegi yang memberikan kalori yang cukup tinggi bagi lemak tubuh. Lemak, khususnya kolesterol dibutuhkan untuk pembentukan dinding sel dalam tubuh dan sebagai bahan dasar pembentukan hormon steroid. Akan tetapi, bila kolesterol dalam tubuh berlebihan maka, kelebihan kolesterol tersebut akan disimpan di dalam pembuluh darah. Jika kelebihan tersebut tidak terkontrol maka akan terjadi suatu kondisi yang disebut arterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke.

5.2.6 Hubungan riwayat penyakit jantung terhadap kejadian stroke

Pada penelitian ini, penyakit jantung memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke deng nilai p = 0,024 dan nilai OR = 8,6 kali lebih berisko meningkatkan stroke dibandingkan dengan faktor risiko lain. Penyakit jantung terjadi akibat penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah arteri pada organ jantung, menyebabkan aliran darah ke jantung terganggu sehingga menimbulkan efek kehilangan oksigen ke jantung karena aliran darah kejantung melalui arteri berkurang. Hal tersebut menyebabkan gangguan fungsi jantung seperti hanya kemampuan jantung memompa darah, dan kerusakan sistem yang mengontrol irama jantung. Dalam penelitian riwayat penyakit jantung, peneliti tidak meneliti jenis riwayat penyakit jantung yang dimiliki pasien. Oleh sebab itu, hal ini menjadi salah satu keterbatasan penelitian.

5.2.7 Hubungan riwayat Diabetes Melitus terhadap kejadian stroke

Pada penelitian ini, riwayat diabetes melitus tidak memiliki hubungna yang signifikan terhadap kejadian stroke dengan nilai p = 0,642, ttapi berisko 0,6 kali dibandingkan yang tidak memiliki riwayat diabets melitus. Diabetes melitus dapat menimbulkan perubahan pada sistem vaskular. Diabets melitus mempercepat terjadinya arterisklerosis yang lebih berat. Penlitian ini sejalan dengan penelitian Leny ( 2011) yang menyatakan bahwa diabetes melitus tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian stroke. Diabetes melitus tidak secara langsung menyebabkan stroke, karena penderita diabetes

akan terlebih dahulu mengalami hipertensi dan inilah yang akan menyebabkan stroke.

5.2.8 Hubungan riwayat merokok dengan kejadian stroke

Pada penelitian ini, merokok tidak memiki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke dengan nilai p = 0,056 dan OR = 3,7 kali lebih berisko terhadap kejadian stroke dibandingkan yang tidak merokok. Pasien yang memiliki kebiasaan merokok dapat menyebabkan aterosklerosis. Perlu diketahui, rokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis inilah yang memicu terjadinya stroke. Dalam penelitian ini, pasien yang mengaku memiliki riwayat merokok memiliki persentase yang kecil. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Mutmainna (2011) pasien yang memiliki riwayat merokok mmiliki hubungan terhadap kejadian stroke. Pada penelitian Mutmainna, respondennya adalah pasien stroke dan perokok aktif.

5.2.9 Hubungan riwayat Konsumsi alkohol terhadap kejadian stroke

Pada penelitian ini, kosumsi alkohol tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke dengan nilai p = 0,199 dan OR = 5,7 kali berisiko dibandinkan dengan yang tidak mengkonsumsi alkohol. Pasien stroke yang memiliki riwayat konsumsi alkohol memiliki persentase yang kecil. Nilai tersebut menyatakan bahwa alkohol tidak memiliki peran secara langsung terhadap kejadian stroke. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ivana (2012), Ivana mengatakan bahwa konsumsi alkohol tidak berperan

langsung dalam terjadinya stroke tetapi konsumsi alkohol berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Pada penelitian Ivana ini juga didapati bahwa pengkonsumsi alkohol sedang dan berat dapat meningkatkan tekanan sistol maupun diastol sebanyak 5 – 10 mmHg.

5.2.10 Faktor risiko dominan terhadap kejadian stroke

Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian stroke pada penelitian ini adalah riwayat hipertensi. Suatu peningkatan tekanan darah meningkatkan risiko penyakit jantung , penyakit ginjal, pengerasan dari arteri dan stroke. Makin tingginya tekanan darah, makin tinggi kemungkinan terjadinya stroke, baik perdarahan maupun iskemik (Misback, 1999). Pengendalian tekanan darah dapat mengurangi 38% insiden stroke (Black & Hawks, 2005). Penelitian ini bertolak belakang dengan peneltian Muhammad (2011). Pada penelitian Muhammad, faktor risiko yang dominan adalah hiperkolestrolemia. Terjadinya hiperkolestrolemia disebabkan karena kecenderungan pasien mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.

Dokumen terkait