• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kawasan Agropolitan Bungakondang, Kabupaten Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah. Kawasan Agropolitan Bungakondang meliputi 34 desa yang terdapat dalam 4 kecamatan, yaitu kecamatan Bukateja, Pengadegan, Kejobong dan Kaligondang. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan September 2006.

N E W S PETA LOKASI PENELITIAN Kawasan agropolitan Bungakondang 30 50 00 30 50 00 3100 00 3100 00 31 50 00 31 50 00 320 000 320 000 32 50 00 32 50 00 330 000 330 000 33 50 00 33 50 00 34 00 00 34 00 00 91 75 00 0 917 50 00 91 80 00 0 918 00 00 91 85 00 0 918 50 00 91 90 00 0 919 00 00 91 95 00 0 919 50 00 92 00 00 0 920 00 00 92 05 00 0 920 50 00 Sumber :

Peta AEZ Kab. Purbalingga Skala 1 : 50.000 Kabupaten

Purbalingga

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Rancangan Penelitian

Untuk mencapai tujuan maka dalam penelitian ini dilakukan analisa-analisa sebagaimana tersebut dalam Gambar 3. Pengembangan kawasan agropolitan mensyaratkan suatu kawasan yang memiliki daya dukung dan potensi fisik wilayah yang memadai sebagai kawasan pertanian, antara lain kesesuaian lahan untuk beragam komoditas pertanian. Analisis fisik wilayah yang dilakukan adalah analisis spasial dengan delineasi terhadap peta agro ecological zone

Kabupaten Purbalingga skala 1:50.000. Hasil yang diperoleh berupa peta-peta kesesuaian lahan untuk beragam komoditas pertanian. Berdasarkan hasil kesesuaian lahan ini dapat dilakukan pewilayahan kawasan pertanian. Analisis selanjutnya adalah analisis hirarki wilayah untuk menentukan desa pusat pelayanan dan pertumbuhan dengan menggunakan analisis skalogram. Desa yang menjadi pusat pelayanan dan pertumbuhan adalah desa yang mempunyai indeks perkembangan wilayah tertinggi. Persyaratan kawasan agropolitan yang lain adalah memiliki sektor dan komoditas unggulan yang mampu menjadi prime mover kawasan tersebut. Untuk penentuan sektor unggulan dilakukan dengan analisis shift share dengan data PDRB kawasan agropolitan dan kabupaten dalam dua titik tahun. Penentuan komoditas unggulan dilakukan dengan analisis supply side yaitu Location Quotient (LQ), Localization Index (LI), Specialization Index (SI) serta analisis R/C ratio dan deskriptif pasar. Sedangkan dari sisi sosial dilakukan analisis persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. Hasil persepsi masyarakat yang telah diukur kemudian dilakukan analisis statistik non parametrik dengan chi-square untuk mengetahui hubungan antara lokasi dan jenis komoditas dengan tingkat persepsi. Sedangkan analisis chi square untuk partisipasi masyarakat dipergunakan untuk mengetahui hubungan faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi dengan tingkat partisipasinya. Sintesa penelitian ini berupa rangkuman serta keterkaitan dari analisis-analisis yang telah dilakukan berupa arahan pengembangan kawasan agropolitan.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi untuk penelitian ini adalah : a. Data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai lembaga atau dinas terkait, yaitu Biro Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga, Bappeda Kabupaten Purbalingga, Bagian Bina Perekonomian Setda Kabupaten Purbalingga, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga, dan instansi- instansi terkait lainnya.

b Data Primer berupa Wawancara dan Kuisioner

Data primer diperoleh dengan wawancara dan kuisioner. Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan informan- informan kunci, yaitu dengan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga, yaitu Bappeda Kabupaten Purbalingga dan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga. Sedangkan pengumpulan data dalam bentuk kuesioner dituj ukan kepada masyarakat (petani). Pemilihan responden petani dilakukan secara acak namun tetap representatif sesuai dengan pengelompokan karakterisik yang ditemui di lapangan. Karena itu, dalam penelitian ini metode sampling yang digunakan adalah stratified random sampling. Stratifikasi dilakukan berdasarkan lokasi desa yaitu di pusat agropolitan dan di desa hinterland-nya.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dan dikumpulkan langsung dari responden dan informan kunci di kawasan Agropolitan Bungakondang. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi- instansi yang terkait yang telah tersedia dalam bentuk dokumen, studi literatur maupun peta. Data dan informasi yang diperlukan antara lain dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Tujuan, metode analisis, data, sumber data dan output

No Tujuan Analisis Data Sumber data Output

1. Mengetahui pewi-layahan komoditas pertanian berda-sarkan kemampuan dan kesesuaian lahan. Analisis spasial dengan delineasi peta AEZ Keragaan fisik, biofisik wilayah dan persyaratan tumbuh tanaman

Peta Agro Eco-logical Zone 1:50.000 Peta kemampuan, kesesuaian lahan dan pewilayahan komoditas perta-nian pada kawasan agropolitan 2. Mengetahui hirarki desa-desa pusat pelayanan dalam wilayah agropo-litan Analisis Skalogram Infrastruktur & fasilitas desa, berupa sarana pemerintahan, perekonomian dan kemasya-rakatan Data Potensi Desa tahun 2003 Hirarki desa-desa pusat pelayanan dalam kawasan ag-ropolitan 3. Mengetahui sektor dan komoditas unggulan kawasan agropolitan Shift share Analisis Analisis LQ, spesialisasi dan lokalisasi indeks PDRB Kecamat-an dKecamat-an Kabupa-ten Produksi, komo -ditas pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan PDRB Keca- matan & Ka - paten th 2000 - 2002 Kabupaten & Kecamatan da-lam angka tahun 2005 Pertanian dalam angka tahun 2005 Indikasi sektor basis dan sektor unggulan

Indikasi komoditas dan

4. Mengetahui per-sepsi dan parti-sipasi masyarakat dalam pengem-bangan kawasan agropolitan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis Chi-Square Persepsi : aspek kognitif, konatif dan afektif. Partisipasi : tingkat, bentuk, kedalaman, komunikasi kera -gaman, kerja-sama, dengan faktor peubah umur, tingkat pendidikan, luas garapan, tingkat pendapatan, pendampingan, komunikasi & sosialisasi, keterbukaan, kelembagaan masyarakat, manfaat yang dapat diperoleh Wawancara & Kuisioner dengan metoda stratified ran-dom sampling Tingkat persepsi masyarakat dan tingkat partisipasi masyarakat serta faktor yang mem-pengaruhinya da-lam pengembangan kawasan agropo-litan

Kawasan Agropolitan

Peta Agro Eko- Data Podes PDRB sektoral Data produksi Kelompok Tani

logical Zone Kawasan Kaw. Agropolitan & pertanian tan. pangan, Kab. Purbalingga Agropolitan Kab. Purbalingga holtikultura, perkebunan, Skala 1:50.000 tahun 2006 tahun 2002 & 2004 peternakan& perikanan

Stratified random sampling terhadap lokasi tempat tinggal Analisis spasial Data sarana & parasarana Analisis shift share Analisis location quetien (LQ),

dengan SIG pemerintahan, kemasya- (laju pertumbuhan wilayah, localization indeks (LI), responden rakatan dan perekonomian pergeseran proporsional & specialization indeks (SI)

differential/competitivenes)

Analisis Skalogram Kuisioner persepsi & partisipasi Peta Kemampuan kontribusi sektor (%) Analisis R/C ratio dan serta faktor yang mempengaruhinya & Kesesuaian lahan deskriptif pasar komoditas

komoditas pertanian

Hirarki desa berdasarkan Analisis persepsi dengan Analisis partisipasi dengan Indeks perkembangan desa Sektor unggulan metode chi square terhadap metode chi square terhadap Komoditas unggulan lokasi dan komoditas faktor intrinsik&ekstrinsik Arahan Pewilayahan

Kawasan Pertanian

Persepsi dan hubungan Tingkat partisipasi dan Desa Pusat Pertumbuhan, faktor lokasi dan komoditas hubungan faktor yang

Kawasan pusat & hinterland mempengaruhinya

Arahan Pengembangan Kawasan Agropolitan

Metode Analisis

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Analisis yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah 1) analisis kemampuan dan kesessuaian lahan, 2) analisis pusat pertumbuhan dan pelayanan, 3) analisis sektor unggulan, 4) analisis komoditas unggulan, 5) analisis persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat serta faktor yang mempengaruhinya.

Analisis Kemampuan dan Kesesuaian Lahan

Metode ini dipergunakan untuk menentukan pewilayahan komoditas pertanian pada kawasan agropolitan Bungakondang berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahannya. Data yang dipergunakan adalah Peta Agro Ecological Zone (AEZ) Kabupaten Purbalingga skala 1:50.000 dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah pada tahun 2002. Dengan menggunakan peta AEZ tersebut dilakukan analisis desk study dengan analisis menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) terutama delineasi peta terhadap kemampuan dan kesesuaian lahan untuk berbagai macam komoditas pertanian pada kawasan agropolitan. Hasil yang diperoleh berupa peta-peta fisik kawasan dan kesesuaian lahan untuk beragam komoditas pada kawasan agropolitan, yaitu :

1. Peta topografi. 2. Peta landuse.

3. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian tanaman pangan dan sayuran, yaitu padi, jagung, ubi kayu, kedelai, kacang tanah, kacang panjang, cabai dan kubis.

4. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas perkebunan, ya itu cengkeh, kopi, lada, melati gambir dan kelapa.

5. Peta kelas kesesuian lahan untuk komoditas buah-buahan, yaitu durian, pisang, salak, jeruk siam, nanas dan rambutan.

6. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas empon-empon, yaitu jahe, kunyit, kapulaga dan kencur.

Selanjutnya ditentukan pewilayahan pertanian pada kawasan agropolitan tersebut berupa kawasan budidaya yaitu :

1. Kawasan pertanian intensif. 2. Kawasan pertanian semi intensif. 3. Kawasan pertanian non intensif.

Analisis Pusat Pertumbuhan dan Pus at Pelayanan

Analisis pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan kawasan agropolitan dengan cara menentukan hirarki desa-desa menggunakan metoda skalogram. Dalam metode skalogram, dilakukan identifikasi jenis dan jumlah fasilitas yang diperlukan sebagai SOC yang mendukung perkembangan perekonomian di kawasan agropolitan. Seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel. Fasilitas ini mencakup tiga kelompok utama, yaitu :

1. Prasarana pemerintahan, meliputi fasilitas pemerintahan umum, kesehatan, pendidikan dan lainnya.

2. Prasarana perekonomian, meliputi fasilitas pasar, perbankan, telekomunikasi dan lainnya.

3. Prasarana kemasyarakatan, meliputi fasilitas ibadah, kelembagaan masyarakat dan lainnya.

Data yang dipergunakan bersumber pada data Potensi Desa Kabupaten Purbalingga tahun 2003 yang dikeluarkan oleh BPS. Data-data potensi desa yang dipergunakan adalah :

1. Data kependudukan, yaitu jumlah penduduk, jumlah keluarga, jumlah keluarga yang menggunakan listrik PLN, jumlah keluarga yang menggunakan air bersih PDAM, jumlah keluarga yang memiliki telepon dan jumlah rumah permanen.

2. Data sarana dan prasarana dasar, yaitu kantor kecamatan, kantor desa, TK, SD, SLTP, SLTA, lembaga pendidikan & ketrampilan, pondok pesantren, program kejar paket A, program kejar paket B, perpustakaan, masjid, surau, gereja, pasar, pasar hewan, rumah sakit, rumah bersalin, poliklinik/ balai pengobatan, puskesmas, puskesmas pembantu, apotik/toko obat, tempat

praktek dokter, praktek bidan, polindes, kantor pos, kantor pos pembantu, koperasi/ KUD, toko/ kios, rumah makan, wartel, penyewaan video, lapangan olahraga, terminal, lapangan udara, penggilingan padi/RMU, kantor bank umum dan kantor BPR.

Tahap-tahap dalam penyusunan skalogram adalah sebagai berikut:

1. Menyusun fasilitas sesuai dengan penyebaran dan jumlah prasarana di dalam unit-unit desa. Fasilitas yang tersebar merata di seluruh desa diletakkan dalam urutan paling kiri dan seterusnya sampai prasarana yang terdapat paling jarang penyebarannya di dalam seluruh unit desa yang ada diletakkan di kolom tabel paling kanan.

2. Menyusun desa-desa sedemikian rupa dimana unit desa yang mempunyai ketersediaan fasilitas paling lengkap terletak di susunan paling atas, sedangkan unit desa dengan ketersediaan fasilitas paling tidak lengkap terletak di susunan paling bawah.

3. Menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal baik jumlah jenis fasilitas maupun jumlah unit fasilitas di setiap unit desa.

4. Menjumlahkan masing- masing unit fasilitas secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar di seluruh unit desa.

5. Dari hasil penjumlahan ini diharapkan diperoleh urutan, posisi teratas merupakan desa yang mempunyai fasilitas terlengkap. Sedangkan posisi terbawah merupakan desa dengan ketersediaan fasilitas paling tidak lengkap. 6. Jika dari hasil penjumlahan dan pengurutan ini diperoleh dua desa dengan

jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas yang persis, maka pertimbangan ke tiga adalah jumlah penduduk. Desa dengan jumlah penduduk lebih tinggi diletakkan pada posisi di atas.

Tabel 2 Skalogram kawasan agropolitan

Desa Penduduk Fasilitas Jumlah

Jenis Jumlah Unit Indeks Hirarki Jumlah

Disamping cara metode skalogram tersebut juga terdapat metode lain yang merupakan modifikasi dari metode skalogram yang disebut dengan penentuan

indeks perkembangan desa. Pada metode ini dilakukan perhitungan nilai standar deviasi dari jumlah fasilitas yang ada. Nilai ini akan digunakan untuk menghitung indeks perkembangan desa dan mengelompokkan unit desa tersebut dalam kelas hirarki. Pengelompokkan hirarki tersebut berdasarkan asumsi terdapat tiga kelompok kelas hirarki, yaitu :

1. Kelompok desa dengan tingkat perkembangan tinggi, jika nilai indeks perkembangan desa adalah lebih besar atau sama dengan (2 x standar deviasi + nilai rata-rata).

2. Kelompok desa dengan tingkat perkembangan sedang, jika nilai indeks perkembangan desa antara nilai rata-rata sampai (2 x standar deviasi + nilai rata-rata).

3. Kelompok desa dengan tingkat perkembangan rendah. jika nilai indeks perkembangan desa kurang dari nilai rata-rata.

Dari hasil skalogram dengan indeks hirarki ini dapat ditentukan hirarki desa-desa, dimana desa-desa yang mempunyai tingkat perkembangan tinggi mempunyai potensi sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan dalam kawasan agropolitan sedangkan desa-desa yang tingkat perkembangan sedang dan rendah cenderung sebagai wilayah hinterlandnya.

Analisis Sektor Unggulan

Untuk mengetahui tingkat perkembangan perekonomian dan menentukan sektor unggulan dalam kawasan agropolitan dipergunakan metoda shift share. Shift-share analysis merupakan salah satu metode untuk menganalisis pertumbuhan wilayah. Dengan analisis ini, penyebab-penyebab pertumbuhan dan potensi peningkatan pertumbuhan di masa mendatang dapat diidentifikasi (Nugroho & Dahuri, 2004). Shift-share analysis adalah teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Analisis shift-share menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) sektor tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan sektor dalam cakupan wilayah lebih luas, kinerja (performance) suatu sektor di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam wilayah

total, serta memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu sektor di suatu wilayah. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah aktivitas sektor-sektor perekonomian dalam kawasan agropolitan terhadap seluruh aktivitas perekonomian kawasan agropolitan dan terhadap aktivitas perekonomian kabupaten. Data yang dipergunakan adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektoral kecamatan-kecamatan dalam kawasan agropolitan dan PDRB sektoral Kabupaten pada dua titik tahun, yaitu tahun 2000 dan 2002.

Sebab-sebab terjadinya pergeseran aktivitas dalam sektor perekonomian tersebut menjadi menjadi tiga bagian yaitu 1) sebab yang berasal dari dinamika dalam kawasan agropolitan, 2) sebab dari dinamika aktivitas sektor dalam kabupaten, 3) sebab dari dinamika kabupaten. Hasil analisis shift share memberikan gambaran kinerja aktivitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari tiga komponen hasil analisis, yaitu :

1. Komponen laju pertumbuhan total (komponen share). Komponen ini menyatakan pertumbuhan kawasan agropolitan pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total aktivitas dalam kawasan agropolitan.

2. Komponen pergeseran proporsional (komponen proportional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total sektor tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam kawasan agropolitan yang menunjukkan dinamika sektor dalam kawasan agropolitan.

3. Komponen pergeseran diferensial (komponen differential shift). Komponen ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu sektor tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor tersebut dalam kawasan agropolitan. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan/ ketidakunggulan) suatu sektor tertentu di kawasan agropolitan terhadap sektor tersebut dalam kabupaten.

Persamaan analisis shift-share ini adalah sebagai berikut :

+ + =

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

SSA

t i t i t ij t ij t t t i t i t t ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 (

..

..

..

..

1 a b c

keterangan : a = komponen share

b = komponen proportional shift c = komponen differential shift, dan X.. = Nilai total sektor dalam kabupaten

X.i = Nilai total sektor tertentu dalam Kabupaten Xij = Nilai sektor tertentu dalam kawasan agropolitan

t1 = tahun 2002

t0 = tahun 2000

Melalui analisis shift share ini dapat diketahui perbandingan relatif tingkat perekonomian kawasan serta kecenderungannya dan menjelaskan kinerja suatu sektor tertentu dalam suatu kawasan dan membandingkan dengan kinerja di dalam wilayah yang lebih luas. Sehingga dapat diketahui sektor yang dominan dan unggulan yang dapat sebagai sektor prime mover pada kawasan agropolitan tersebut. Sektor unggulan didefinisikan sebagai sektor yang mempunyai nilai shift share lebih besar dari pada nilai komponen share serta mempunyai nilai differensial shif yang positif. Selain itu juga pangsa sektor tersebut relatif besar dan dominan terhadap perekonomian kawasan.

Analisis Komoditas Unggulan

Analisis untuk menentukan komoditas unggulan dipergunakan analisis Location Quotient (LQ), Localization Index (LI), Specialization Indeks (SI) serta analisis deskriptif pasar agribisnis. Data yang dipergunakan adalah data produksi komoditas pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan dalam kawasan agropolitan dan kabupaten pada tahun 2005. Data tersebut adalah : a. Produksi komoditas pertanian tanaman pangan, yaitu padi sawah, padi gogo,

jagung, ubi kayu, ketela rambat, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. b. Produksi komoditas perkebunan, yaitu kelapa dalam, kelapa deres, kopi,

cengkeh, mela ti gambir, lada, nilam, mlinjo, tebu dan empon-empon. c. Produksi komoditas peternakan, yaitu sapi, kambing dan unggas. d. Produksi komoditas perikanan darat.

Menurut Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Departemen Pertanian dalam Bachrein (2005), analisis komoditas unggulan dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut, yaitu:

1. Melakukan identifikasi komoditas pertanian yang dikelompokkan menjadi tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan yang dihasilkan dalam kawasan tersebut.

2. Analisis kuantitatif dengan parameter supply side dan analisis lokasi dengan menggunakan Location Quotient (LQ), Localization Index (LI), dan Specialization Index (SI). Koefisien LQ memberikan indikasi kemampuan suatu wilayah dalam memproduksi suatu komoditas dibandingkan dengan produksi komoditas tersebut pada wilayah yang lebih luas. Hasil analisis LQ perlu didukung oleh analisis koefisien lokalisasi (a), dan koefisien Spesialisasi (ß) yang memperlihatkan keunggulan komparatif masing- masing komoditas pada setiap wilayah.

Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah. Dalam penelitian ini, LQ merupakan rasio persentase dari total produksi suatu komoditas pada kawasan agropolitan terhadap persentase produksi total komoditas terhadap wilayah kabupaten. Persamaan dari LQ ini adalah :

I J I J I J L Q X X X X = / / . . .. keterangan :

Xij : derajat aktivitas produksi komoditas tertentu dalam kawasan agropolitan

Xi. : total aktivitas produksi komoditas dalam kawasan agropolitan X.j : total aktivitas produksi suatu komoditas pada wilayah kabupaten X.. : derajat aktivitas produksi total wilayah kabupaten

Interprestasikan hasil analisis LQ adalah sebagai berikut :

- Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi aktivitas produksi suatu komoditas di kawasan agropolitan secara relatif dibandingkan dengan wilayah kabupaten atau terjadi pemusatan produksi komoditas di kawasan agropolitan.

- Jika nilai LQij = 1, maka dalam kawasan agropolitan tersebut mempunyai pangsa aktivitas produksi setara dengan pangsa total dalam kabupaten atau konsentrasai aktivitas produksi di kawasan agropolitan sama dengan rata-rata total wilayah kabupaten.

- Jika nilai LQij < 1, maka dalam kawasan agropolitan tersebut me mpunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas produksi yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah.

Localization Index merupakan salah satu index yang menggambarkan pemusatan relatif suatu aktivitas produksi dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah. Indeks ini dipergunakan untuk mengetahui persen distribusi suatu aktivitas tertentu di dalam wilayah dan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk mengembangkan aktivitas tertentu. Persamaan Localization Index ini adalah sebagai berikut :

J IJ J I I n

L I

=

XX

XX

  =

1 2 1 . . ..

Interpretasi hasil analisis Localization Index tersebut adalah :

- Jika nilainya mendekati 0 berarti perkembangan suatu komoditas pada kawasan agropolitan cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah kabupaten. Tingkat perkembangan aktivitas akan relatif indifferent di seluruh lokasi atau aktivitas tersebut mempunyai peluang tingkat perkembangan relatif sama di seluruh lokasi.

- Jika nilainya mendekati 1 berarti aktivitas yang diamati akan cenderung berkembang memusat di kawasan agropolitan.

Specialization Index merupakan salah index yang menggambarkan pembagian wilayah berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada. Lokasi tertentu menjadi pusat bagi aktivitas yang dilakukan. Persamaan Localization Index ini adalah sebagai berikut :

I I J I J J P S I X X X X =   =1 2 1 . . ..

Interpretasi hasil analisis Specialization Index tersebut adalah :

- Jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada kekhasan. Artinya dalam kawas-an agropolitan tidak memiliki aktivitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan dengan kawasan lain.

- Jika nilainya mendekati 1 berarti terdapat kekhasan. Artinya dalam kawasan agropolitan memiliki aktivitas khas yang perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan kawasan lain.

3. Analisis keunggulan kompetitif untuk semua komoditas yang diunggulkan dengan perhitungan rasio penerimaan/ biaya (R/C ratio).

4. Seleksi kualitatif yaitu daya tarik serta daya saing agribisnis setiap komoditas dan seleksi kualitatif dengan memperhatikan orientasi pasar, daya saing serta tingkat komersialisasi komoditas tersebut.

5. Sehingga pada akhirnya dapat dikelompokkan menjadi komoditas unggulan, komoditas potensial dan komoditas spesifik lokasi masing- masing wilayah.

Dengan demikian dapat ditentukan komoditas unggulan dalam kawasan agropolitan tersebut. Komoditas unggulan didefinikan sebagai berikut :

a. Komoditas mempunyai jumlah produksi yang banyak, mampu mencukupi kebutuhan kawasan agropolitan dan mampu mensuplay kawasan lain (nilai LQ lebih besar dari 1);

b. Produksi komoditas cenderung memusat pada kawasan agropolitan (nilai LI mendekati 1);

c. Budidayanya komoditas mempunyai nilai ekonomis (nilai R/C rasio diatas 1). d. Komoditas mempunyai daya saing pasar agribisnis yang baik terhadap

komoditas lain.

Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat serta Faktor yang Mempengaruhinya

Pengukuran terhadap persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan kawasan agropolitan dilakukan dengan menggunakan kuisioner terstruktur terhadap responden petani yang berada di desa pusat pertumbuhan dan desa hinterland pada kawasan agropolitan Bungakondang. Metode pengambilan sampel responden dengan cara stratified random sampling. Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam terhadap pengelola program atau Pemerintah Daerah, yaitu Bappeda dan Dinas Pertanian & Kehutanan Kabupaten Purbalingga.

Dalam penelitian ini persepsi masyarakat terhadap program agropolitan diukur dengan indikator yang meliputi tiga aspek, yaitu : 1) aspek kognitif menekankan pada pengetahuan dan pandangan masyarakat, 2) aspek afektif menekankan pada perasaan, emosi dan ketertarikan, 3) aspek konatif menekankan pada keinginan untuk bertindak atau melakukan sesuatu atas suatu respon yang

dapat menunjang program agropolitan. Persepsi masyarakat terhadap program agropolitan adalah sejauhmana masyarakat mengetahui keberadaan kawasan agropolitan, kemanfaatan, harapan, ketertarikan, respon dan keinginan untuk

Dokumen terkait