• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam dokumen BAB-I PENDAHULUAN. Latar Belakang (Halaman 31-46)

Penelitian dilakukan untuk mencapai sebuah manfaat atau tujuan sesuai yang diharapkan. Demi pencapaian penelitian membutuhkan sebuah cara atau metode untuk melakukannya [49]. Hal ini dilakukan karena dengan metode ilmiah akan menghasilkan data dengan manfaat dan fungsi tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan .

Bahan dan Alat 3.1

Penelitian dilaksanakan dengan survei yaitu memberikan kuesioner kepada objek yang dipilih secara purposive random sampling. Topik utama dalam penelitian dititikberatkan faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi perangkat desa dan kelurahan dalam penginputan data secara berkala serta diperlukan konfirmasi atau menanyakan hubungan antar variabel. Penelitian ini bersifat sebab akibat karena didalamnya akan terdapat veriabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (variabel yang dipengaruhi) maka hal tersebut dapat dinamakan penelitian dengan metode asosiatif kausal [50]. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data guna memperoleh hasil yang akurat, deskriptif serta sistematik, dari data yang nantinya diperoleh akan dianalisa, diolah secara kuantitatif.

Bahan 3.1.1.

Dalam penelitian sumber data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang berasal dari survei langsung dan di dapatkan dari jawaban atas sampel yang dipilih. Data sekunder adalah data yang berasal dari kajian pustaka berupa informasi media elektronik dan media massa, hasil penelitian relevan yang telah ada, dan litelatur lainya.

Alat 3.1.2.

Guna mendukung kelancaran penelitian, maka diperlukan perangkat komputer, kuesioner, alat pengolah data survei. Pada penelitian ini responden di ambil dari jumlah acak yang telah ditentukan.

a). Perangkat Komputer

Perangkat yang digunakan untuk pemprosesan dan perhitungan analisa hasil penelitian yang bersumber dari kuesioner. Fasilitas ini memudahkan pengolahan dalam penelitian serta pengkalkulasian perhitungan angka pada kuesioner yang ada.

b). Kuesioner

Kuesioner akan dibuat berdasarkan dimensi faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat partisipasi perangkat desa dan kelurahan dalam penginputan data dalam sistem informasi profil desa dan kelurahan. Model kuesioner ada tiga yaitu :

Kuesioner terbuka (open quesioner) yang berarti jenis kuesioner ini memberikan pertanyaan yang nantinya responden dapat menjawab dengan bebas baik dengan opini maupun narasi, dan bentuk penelitian biasanya belum jelas arah permasalahan yang dihadapi.

Kuesioner tertutup (close quesioner) yang berarti jenis kuesioner ini memberikan pertanyaan yang nantinya responden hanya memilih dua jawaban yang telah disediakan, dengan kata lain jawaban telah tergabung sehingga responden tidak dapat memberikan jawaban yang mungkin di kehendaki oleh responden.

Yang terakhir adalah Jenis kuesioner campuran atau terbuka dan tertutup, yang didalamnya berisi kombinasi antara jawaban yang telah disiapkan untuk dipilih dan jawaban yang bersifat naratif atau dapat memberikan jawaban lebih luas,namun apabila pertanyaan telah sesuai dengan pilihan responden tidak perlu memberikan opini lebih lanjut.

Dilihat dari sisi latar belakang permasalahan telah jelas maka dalam penelitian ini dipilih menggunakan jenis kuesioner campuran, dengan responden mengisi jawaban yang telah disiapkan sesuai dengan karakteristik responden[51]. Instrument dalam mendukung kuesioner ini menggunakan skala likert. Hal ini dilakukan karena skala tersebut berguna untuk pengukuran sikap, pendapat dan presepsi seseorang tentang fenomenal sosial.

Terdapat 6 tingkatan dalam pengukuran yang akan dipakai pada penelitian ini yaitu:

1. Sangat setuju, dengan skor bernilai 6. Nilai ini akan mempresentasikan pernyataan yang terdapat dalam kuesioner sangat sesuai dengan keadaan yang dialami dan dirasakan oleh responden.

2. Setuju, dengan skor bernilai 5. Nilai ini akan menggambarkan kesesuaian yang ada dalam pernyataan kuesioner dengan kondisi responden.

3. Cukup setuju, dengan skor bernilai 4. Nilai ini akan memberikan kondisi dimana pernyataan yang ada dalam kuesioner cukup sesuai dengan keadaan responden. 4. Kurang setuju, dengan skor bernilai 3. Nilai ini mempresentasikan kurang

sesuainya antara pernyataan yang terdapat dalam kuesioner dengan kondisi yang dirasakan oleh responden.

5. Tidak setuju, dengan skor bernilai 2. Nilai ini sebagai gambaran tidak setujunya responden terhadap pernyataan yang ada dalam kuesioner.

6. Sangat tidak setuju, dengan skor bernilai 1. Nilai ini akan mempresentasikan pernyataan yang terdapat dapat kuesioner sangat tidak sesuai dengan kondisi yang dialami oleh responden, dalam hal ini pengguna sistem informasi PRODESKEL.

Skala likert dengan 6 akan memiliki tingkat kehandalan yang tinggi, meminimalisir penyimpangan keputusan yang bersifat pribadi. Skala likert 6 apabila dilihat dari sisi peneliti, akan memudahkan dalam menganalisa terhadap pola jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pernyataan yang ada dalam kuesioner. Skala likert 6 tepat dipergunakan dalam penelitian dengan banyak variabel karena akan mendapatkan nilai reliabilitas yang tinggi dibandingkan dengan skala likert 5[17], [52]. Skor jawaban yang di dapat dari responden akan diukur berdasarkan variabel–variabel yang ada dalam model penelitian.

c). Alat Pengolah Survei.

Alat untuk pengukuran, menguji hasil survei dengan teknik statistik salah satunya dalah Structural Equation Model (SEM). Model SEM terdiri dari 2 yaitu basis variance dan kovarian. Dalam penelitian dapat disebut basis variance karena parameter yang diestimasi dalam satu variabel laten tanpa mengkorelasikan dengan indikator yang

ada dalam sebuah model penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan SEM berasis variance sehingga dapat dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS). Proses perhitungan dengan PLS melalui dua tahapan yaitu validasi dari pengukuran dan dilanjutkan dengan pengujian model yang ada. PLS mengutamakan konfirmasi bukan pendalaman sehingga tepat apabila dipergunakan untuk penelitian berbasis kuantitatif[53].

PLS dapat mengukur variabel laten dengan parameter – parameter yang ada atau estimasi sebuah indikator. Hal tersebut dapat dilakukan pengujian secara eksplisit tingkat konsistensi alat ukur dan realibilitas suatu model yang bila ditarik secara teoritis hubungan antar variabel laten memiliki estimasi yang akurat.

PLS adalah analisis (SEM) yang berbasis variance, secara simultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model struktural. Model pengukuran digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas, sementara model struktural digunakan uji kausalitas (pengujian hipotesis dengan model prediksi)[53]. PLS merupakan salah satu metode statistik berbasis varian yang dirancang untuk menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran sampel penelitian kecil, adanya data yang hilang (missing values) dan multikolinearitas[54]. Penelitian akan menggunakan metode Partial Least Square (PLS) mengingat kompleksitas variabel yang ada dalam penelitian.

Pelaksanaan penelitian baiknya memberikan pemahaman awal mengenai variabel yang akan dipergunakan. Adapun pemahaman mengenai variabel dapat ditentukan dengan definisi operasional yang terlihat pada Tabel 3.1.

d). Responden

Pada sebuah penelitian karena tujuan akhir adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat partisipasi perangkat desa dan kelurahan dalam penginputan data dalam sistem informasi profil. Berdasar model purposive random

sampling yang telah dirumuskan, diketahui jumlah responden sebanyak 148 perangkat

Tabel 3.1 Definisi operasional evaluasi profil PRODESKEL dan perkembangan desa serta kelurahan di Kabupaten Semarang

Variabel Penelitian Uraian referensi

Faktor manusia, terdiri dari variabel :

Harapan kinerja (HK) Seberapa tinggi kepercayaan pengguna dalam menggunakan sebuah sistem akan berdampak positif terhadap pekerjaan yang dilakukannya

[11], [17], [33]

Harapan usaha (HU) Tingkatan usaha oleh pengguna dalam penggunaan sistem serta kemudahan yang diperoleh

[11], [17], [33]

Pengaruh sosial (PS) Seberapa kuat dorongan dari lingkungan sekitar dalam meningkatkan motivasi dalam

penggunaan sebuah sistem

[14], [15], [55]

Pengaruh teman Sebaya (TS)

Presepsi pengguna PRODESKEL yang seusia, dalam mempengaruhi dan mendorong

penggunaan terhadap sistem yang diberikan

[11], [34]

Faktor teknologi, terdiri dari variabel : Kualitas informasi

(KI)

Mengukur kualitas hasil dari PRODESKEL, meliputi akurasi, manfaat dan ketepatan waktu

[17], [23], [32] Kualitas layanan (KL) Mengukur dukungan dari pemerintah di atas nya

mengenai kendala yang terjadi dalam

penggunaan sistem informasi PRODESKEL

[23], [32]

Kualitas sistem (KS) Mengukur kualitas antar muka, kehandalan dan keamanan sistem informasi PRODESKEL

[23], [32]

Faktor organisasi, terdiri dari variabel : Kondisi fasilitas

pendukung (FP)

Mengukur tingkat kepercayaan pengguna terhadap infrastruktur pendukung sistem informasi PRODESKEL

[32], [33][15]

Dukungan organisasi (DO)

Mengukur dukungan yang diberikan oleh organisasi, seperti mengenai berjalannya sebuah sistem, strategi terhadap implementasi sistem informasi PRODESKEL

Dukungan pimpinan (DP)

Pandangan pimpinan terhadap manfaat dan pentingnya implementasi sistem informasi PRODESKEL sehingga mempengaruhi dalam penggunaan sistem informasi PRODESKEL

[18][47]

Lingkungan organisasi (LO)

Sejauh mana peran serta personil yang terlibat disekitar pengguna sistem informasi

PRODESKEL termasuk hubungan operasional, komunikasi yang terjalin dalam mendukung implementasi sistem informasi PRODESKEL

[15][37]

Variabel dependent niat penggunaan (NP), menggambarkan niat dan perilaku yang akan mempengaruhi pengguna dalam implementasi sistem informasi PRODESKEL

[15], [17], [18], [23]

Variabel dependent kepuasan pengguna (KP), menggambarkan penilaian oleh pengguna terhadap sistem yang telah diberikan

[10], [32][15], [17], [18] Variabel dependent manfaat Bersih (MB), memberikan gambaran

diberikan dan dilaksanakan secara terus menerus akan memberikan manfaat bersih dari sistem informasi terhadap pengguna dan organisasi

[16], [18], [32], [42]

Populasi dan Sampel 3.2

Populasi dan sampel diperlukan agar hasil penelitian dapat dipenuhi. Populasi dimasukan dalam metodologi dikarenakan penelitian bersifat kuantitatif yang memerlukan populasi dalam mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi lemahnya tingkat partisipasi dalam penggunaan sistem informasi. Sampel adalah bagian yang terdapat di dalam populasi. Sampel yang nantinya diberikan kuesioner untuk kemudian menjawab pertanyaan yang diajukan dalam lembar kuesioner. Penjabaran lebih mendalam akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab 3.2.1 dan 3.2.2.

Populasi 3.2.1.

Sistem informasi Profil Desa dan Kelurahan (PRODESKEL) diberlakukan menyeluruh se-Kabupaten Semarang, yaitu di 208 desa dan 27 kelurahan di 19 kecamatan [56]. Desa dan kelurahan tersebar di 4 eks kawedanan di Kabupaten

Semarang, dalam pelaksanaan Sistem informasi PRODESKEL 94% telah melakukan entri data dan 6% belum melaksanakan penginputan data, namun dari seluruh Desa dan Kelurahan yang telah menginputkan belum ada desa dan kelurahan yang melakukan pembaharuan data secara berkala. Mendasari permasalahan tersebut diperlukan penelitian guna mengetahui faktor yang berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap rendahnya peran serta pokja, perangkat desa dan kelurahan dalam memperbaharui dan menggunakan Sistem informasi tersebut secara berkala serta agar peningkatan partisipasi masyarakat dalam menggunakan Sistem informasi dapat terlaksana dengan baik yang pada akhirnya mendapatkan data analisis yang akurat guna perencanaan pembangunan diwilayahnya. Adapun jumlah populasi yang tersebar di 19 kecamatan terdapat dalam Tabel 3.2. Pada Tabel 3.2 diperlihatkan terdapat 235 pengguna yang bertugas dalam penginputan secara berkala. Berdasarkan hal tersebut populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 235 orang.

Sampel 3.2.2.

Pengambilan sampel untuk mendapatkan hasil yang diinginkan menjadi kewajiban dalam penelitian [57]. Besaran atau ukuran sampel sangat tergantung dari jumlah populasi yang ada dan seberapa besar tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan oleh peneliti. Penelitian ini jumlah populasi yaitu sebanyak 235. Metode pengambilan sampel dengan purposive random sampling yaitu sampel yang dikhususkan bagi operator PRODESKEL yang telah menggunakan sistem lebih dari 3 kali. Salah satu penentuan jumlah sampel adalah dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Yamane dalam Israel [58].

=

( )²………(3.0)

Pada persamaan 3.0 diketahui “n” merupakan nilai sampel yang akan didapat. “N” yaitu jumlah populasi dan “e” adalah tingkat presisi yang diinginkan. Pada penelitian ini tingkat presisi yang diinginkan adalah sebesar 5% atau 0,05. Berdasarkan persamaan 3.0 maka akan didapat jumlah sampel yang dapat dilihat pada persamaan 3.1.

=

( , ) ………..…..………..……….(3.1)

= 148

Sampel yang dibutuhkan sesuai dengan persamaan 3.1 adalah 148 orang. Adapun sampel akan diambil dari 19 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Semarang. Tabel 3.3. merupakan gambaran pembagian jumlah kuesioner di tiap kecamatan berdasarkan penyesuaian dengan jumlah desa yang ada sehingga didapat nilai seimbang. Begitu pula kuesioner yang diberikan kepada kelurahan, karena sebaran kelurahan tidak terdapat di seluruh kecamatan maka disesuaikan juga dengan kondisi diwilayah tersebut.

Tabel3.2 Identifikasi Populasi dalam Penelitian evaluasi PRODESKEL4

Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Kelurahan

01. Getasan 13 - 02. Tengaran 15 - 03. Susukan 13 - 04. Kaliwungu 11 - 05. Suruh 17 - 06. Pabelan 17 - 07. Tuntang 16 - 08. Banyubiru 10 - 09. Jambu 9 1 010. Sumowono 16 - 011. Ambarawa 2 8 012. Bandungan 9 1 013. Bawen 7 2 014. Bringin 16 - 015. Bancak 9 - 016. Pringapus 8 1 017. Bergas 9 4 018. Ungaran Barat 6 5 019. Ungaran Timur 5 5 Jumlah 208 27 Jumlah Populasi 235

Sebagai contohnya adalah di Kecamatan Bawen dan Kecamatan Ungaran Timur, karena di Kecamatan Bawen hanya terdapat 2 kelurahan dan di Kecamatan Ungaran Timur terdapat 5 Kelurahan maka pembagian sesuai sampel di Kecamatan Bawen hanya diberikan 1 kuesioner yang diberikan kepada Kelurahan yang mewakili dan di Kecamatan Ungaran Timur dari 5 Kelurahan diberikan 3 Kuesioner.

Langkah-langkah Penelitian 3.3

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan langkah-langkah guna kinerja yang sistematis serta tidak menyimpang dari tujuan awal. Tahapan penelitian juga memasukan jadwal pelaksanaan penelitian guna estimasi ketepatan waktu dalam penyelesaian penelitian. Tahapan penelitian akan dibahas pada subbab 3.3.1 s.d 3.3.8.

Langkah-1 3.3.1.

Pada tahap ini dimulai dengan menggali latar belakang yang mendasari dilaksanakan penelitian. Pengidentifikasian permasalahan yang ada di Kabupaten Semarang yaitu kebiasan (behavior) perangkat baik di desa maupun kelurahan mengenai masalah dalam memperbaharui data profil secara berkala.

Langkah-2 3.3.2.

Peneliti melakukan literatur terhadap penelitian–penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya baik dari buku, internet, jurnal yang berhubungan dengan pokok penelitian. Literatur befungsi untuk mencari gap-sentence atau pembeda dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila kebaharuan telah diketemukan, objek penelitian beserta variabel yang berhubungan dengan yang akan diteliti telah ditetapkan maka dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya. Pada tahap ini dibentuk pula sebuah model penelitian yang berguna sebagai pedoman dasar dalam pembuatan kuesioner.

Langkah-3 3.3.3.

Pada langkah ini peneliti mendeskripsikan permasalahan dengan mengacu pada masalah-masalah yang dapat diamati serta mencari dan mengumpulkan informasi data mengenai gejala-gejala dan fenomena yang berkaitan dengan masalah atas tidak konsistensi perangkat desa dan kelurahan dalam penginputan data terbaru secara

berkala. Pada langkah-3 ini akan dirancang sebuah kuesioner yang berfungsi sebagai alat ukur saat dilaksanakan evaluasi.

Tabel 3.3. Sebaran Kuesioner penelitian 5

Kecamatan Sebaran Kuesioner Desa Sebaran Kuesioner Kelurahan 01. Getasan 9 02. Tengaran 8 03. Susukan 9 04. Kaliwungu 7 05. Suruh 10 06. Pabelan 10 07. Tuntang 9 08. Banyubiru 7 09. Jambu 6 1 010. Sumowono 7 011. Ambarawa 1 5 012. Bandungan 6 1 013. Bawen 6 1 014. Bringin 10 015. Bancak 7 016. Pringapus 5 1 017. Bergas 7 2 018. Ungaran Barat 4 3 019. Ungaran Timur 3 3 Jumlah 131 17

Total Sebaran Kuesioner 148

Sebelum kuesioner diberikan ke responden secara keseluruhan, kuesioner harus diuji sehingga mendapatkan kuesioner yang validasi dan reliabel. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SEM berbasis variance dengan kata lain disebut dengan PLS. Sistem informasi yang digunakan untuk analisis data adalah SmartPLS. Hal ini dilakukan karena model penelitian yaitu second order factor model. Model ini dianalisis menggunakan pendekatan repeated indicators approach. Hal yang menjadi unggulan utama penggunaan PLS ini dikarenakan sistem mampu memodelkan banyak variabel dependent dan independent yang komplek. Penelitian secara tidak

langsung akan terdapat data yang tidak normal, dengan Sistem informasi SmartPLS ini tetap dapat menghasilkan analisa yang baik. Pada analisis PLS juga dapat mengatasi kendala regresi linier antar variabel independen yang ada. Adapun dalam pengujian validitas dan reliabel dengan PLS, pengujian dilakukan dengan dua tahap.

Model Pengukuran (Outer Model).

1.

Pada model ini akan dilakukan pengukuran blok-blok tiap indikator yang berhubungan dengan variabel laten. Kriteria pada model pengukuran ini terdapat tiga kriteria :

a). Validitas Convergen (Convergent Validity)

Validitas pada umumnya memiliki pengertian instrument yang dipergunakan dalam mengukur sesuatu adalah instrument yang tepat atau sesuai keperuntukannya. Pengujian validitas tidak lain memiliki tujuan menguji ketepatan ukuran suatu instrument agar mendapatkan hasil yang baik. Model validitas konvergen dilakukan guna mendapatkan gambaran reflektif dari nilai yang dihitung berdasarkan korelasi antara component score dengan construct score. Adapun perhitungan ini juga dilakukan dalam methode PLS. hasil pengukuran secara individual pada konstruk akan bernilai tinggi apabila dapat berkorelasi dengan baik dengan konstruk yang ingin diukur. Adapun yang dimaksud bernilai tinggi apabila korelasi antar konstruk memiliki nilai lebih dari 0,7. Pada setiap pengukuran konstruk terdapat nilai kurang dari 0,7. Bilamana hal ini terjadi maka sebaiknya konstruk tersebut dihapus atau di drop.

b). Validitas diskriminan (Discriminant Validity)

Hal lain yang tidak kalah penting dalam pengujian instrument adalah dengan pengujian validitas diskriminan. Validitas ini berguna untuk mengetahui dan membuktikan sebuah konstruk laten akan memprediksi nilai yang dihasilkan oleh konstruk tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan blok konstruk yang lainnya. Lebih tepatnya guna memberikan penjabaran mengenai validitas diskriminan ini adalah menguji dan memastikan alat ukur secara tepat mengukur pada konstruk yang akan diukur. Guna melihat hasil pengujian discriminant validity akan muncul pada nilai cross

korelasi antar indikator dengan suatu konstruk lebih besar dari nilai korelasi antar indikator dengan konstruk lainya. Dengan kata lain secara matematis dapat dijabarkan validitas diskriminan dikatakan baik apabila akar AVE di suatu korelasi antar indikator dan konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk lainya. Adapun rumus AVE terlihat pada persamaan (3.1)

(∑ ²)

(∑ ²) ∑( ²) ……….……...…………..………...(3.1)

Dalam rumus (3.1) i adalah component loading ke indikator yang diukur. Langkah selanjutnya adalah menghitung akar AVE. adapun rumus akar tersebut dapat dilihat pada persamaan (3.2).

= √ ……….……...………(3.2)

Bilamanan nilai component loading telah ditemukan selanjutnya yaitu menghitung besaran korelasi antar konstruk. Adapun rumus korelasi terdapat pada persamaan (3.2)

= (∑ )(∑ )

(∑ ) (∑ )………..…………..(3.2)

c). Reliabilitas

Pada sebuah pengujian instrument setelah melalui tahapan validitas yaitu tahapan reliabilitas (Reliability). Tahap ini guna mengetahui apakah sebuah instrumen yang diberikan dapat memberikan hasil yang konsisten bilamana diperuntukan dalam pengujian pada penelitian yang sejenis namun pada waktu dan lingkungan yang berbeda. PLS dapat menguji tingkat konsistensi atau reliabel pada masing-masing indikator dengan melihat construct reliability. Pengukuran construct realibility dilakukan dengan dua kriteria. Pertama yaitu dengan composite reliability dan yang kedua adalah dengan cronbach alpha. Pengukuran ini dilakukan pada indikator yang mengukur konstruk. Pengujian instrument konstruk dinyatakan baik dan dikatakan reliabel bilamana nilai pada kriteria composite reliability dan cronbach alpha lebih besar dari 0,7. Adapun guna mendapatkan nilai kedua kriteria tersebut dapat menggunakan rumus composite reliability pada persamaan (3.3) dan rumus cronbach

= (∑ )(∑∑(

²)………..…………..………(3.3)

= 1 − ²

² ………..………(3.4)

Pada persamaan (3.4) terdapat simbol “r”, “k”. simbol-simbol tersebut memiliki arti yaitu :

“r” : Koefisien reliabilitas cronbach’s alpa.

“k” : Banyaknya butir pertanyaan yang diuji tingkat reliabilitasnya. ∑σb² : Total varian butir

∑t² : Total varians

Model Stuktural (Inner Model)

2.

Model Struktural atau disebut dengan inner model berdasarkan pada Substantive

Model merupakan penggambaran hubungan antar variabel laten. Pengujian dengan

model structural (inner model) merupakan pengujian atau evaluasi hubungan antar konstruk laten. Adapun konstruk laten diketahui pada penelitian ini adalah berupa hipotesis. Pengujian dengan model ini menggunakan beberapa alat bantu. Adapun alat bantu tersebut antara lain :

a). R-Square.

R-Square adalah alat bantu untuk pengujian atau evaluasi pada konstruk

dependent suatu model penelitian. Lebih dalam R-Square merupakan uji goodness-fit

model. Uji ini menggambarkan kekuatan prediksi dari model yang dibentuk. Nilai

besaran Square adalah lebih besar dari 10% (0,1). Perubahan nilai yang ada pada

R-Square dapat dipergunakan untuk melihat nilai seberapa besar pengaruh antara variabel

laten independen dengan variabel dependent. Dalam menghitung nilai R-Square dapat dilihat pada persamaan (3.5).

− = )……….………(3.5)

Pada persamaan (3.5) terdapat simbol β dan Hi. Adapun simbol β adalah menyatakan tentang nilai path coefficient dan “Hi” adalah hipotesis dan “i” menunjukan urutan hipotesis.

b). Stone Geisser Q-Square test

Stone Geisser Q-Square test adalah alat bantu yang dipergunakan untuk menguji

predictive relevance, uji-t dan nilai signifikansi yang dihasilkan oleh koefisien

parameter pada jalur structural pada sebuah penelitian. Nilai Q-Square berguna untuk mengukur seberapa baik nilai yang dihasilkan dari observasi sebuah model. Observasi ini akan memunculkan nilai predictive relevance. Guna mengindikasikan observasi bernilai baik bila nilai predictive relevance bernilai lebih dari 0.

Langkah-4 3.3.4.

Langkah ini adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang telah ditentukan dengan batas waktu yang telah ditentukan. Kuesioner dibuat berdasarkan pada model usulan yang terlihat pada gambar 2.5. yang menghasilkan 9 hipotesis dengan memperhitungkan faktor penentu rendahnya partisipasi masyarakat dalam penginputan Sistem informasi secara berkala.

Langkah-5 3.3.5.

pengujian dilakukan untuk melihat hasil dari data kuesioner yang telah diberikan kembali dari responden kepada peneliti. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan suatu kuesioner dalam variabel penelitian. Kuesioner berguna untuk mengetahui pendapat dari responden atas permasalahan yang sedang diteliti. Pengujian juga dilakukan dengan kalkulasi statistik agar menghasilkan penyelesaian masalah yang akurat dan baik.

Langkah-6 3.3.6.

Pada langkah-6 adalah menyimpulkan temuan pada saat penelitian. Hal ini dapat dilaksanakan bila telah memiliki hasil penelitian serta jawaban atas masalah yang diteliti.

Langkah-7 3.3.7.

Pada langkah-7 akan memberikan rekomendasi mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan dari Sistem informasi profil desa dan kelurahan, adapun rekomendasi akan diberikan kepada pemerintah yang dalam hal ini Kementrian Dalam Negeri guna evaluasi ditingkat pusat mengenai dinamika implementasi program profil desa dan kelurahan di berbagai daerah yang salah satunya adalah Kabupaten Semarang.

Gambaran mengenai langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.6. gambaran ini bermaksud agar memudahkan untuk melakukan proses penelitian yang terarah dan sistematis.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen BAB-I PENDAHULUAN. Latar Belakang (Halaman 31-46)

Dokumen terkait