Sebagai komoditas unggulan nasional, pengusahaan bawang merah seringkali menghadapi berbagai kendala sedangkan permintaan terhadap bawang merah terjadi sepanjang waktu. Permintaan konsumen akan bawang merah ini harus senantiasa terpenuhi agar target keuntungan pelaku usaha dapat tercapai. Oleh karena itu, upaya peningkatan kinerja rantai pasok bawang merah menjadi sangat diperlukan.
Kabupaten Brebes sebagai penghasil bawang merah terbesar di Indonesia merupakan lokasi yang sangat strategis untuk dilakukan pengkajian mengenai upaya peningkatan kinerja rantai pasok bawang merah. Dalam rangka merumuskan upaya peningkatan kinerja rantai pasok bawang merah, diperlukan kajian terlebih dahulu mengenai kondisi rantai pasok bawang merah. Pengkajian kondisi rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes merujuk pada kerangka pembahasan FSCN (Food Supply Chain Network) yang dikembangkan oleh Van der Vorst (2006). Penggunaan kerangka pembahasan ini diharapkan dapat memperjelas kondisi rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes. Setelah diketahui kondisi rantai pasok bawang merah, hasilnya dapat dijadikan sebagai input dalam melakukan pengukuran kinerja rantai pasok bawang merah. Pengukuran kinerja rantai pasok bawang merah dilakukan dengan menggunakan metode rating scale. Indikator penilaian kinerja (metrik) diadaptasi dari model SCOR (Supply Chain Operations Reference). Untuk merumuskan upaya peningkatan kinerja rantai pasok bawang merah, dilakukan terlebih dahulu analisis kesenjangan antara kinerja rantai pasok saat ini dengan kinerja rantai pasok yang diharapkan dan analisis masalah rantai pasok bawang merah. Selanjutnya, dirumuskan rekomendasi/upaya peningkatan kinerja rantai pasok bawang merah. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu bulan Mei 2015 hingga April 2016. Pengukuran kinerja terhadap anggota rantai pasok bawang merah dilakukan pada musim kemarau (in season) yaitu bulan Mei-September tahun 2015 dan musim hujan (off
season)yaitu pada bulan Oktober-April tahun 2016.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengambil sampel yang mewakili populasi. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pemilihan responden untuk menganalisis kondisi rantai pasok bawang merah dilakukan dengan teknik
snowball sampling yaitu dengan menelusuri saluran rantai pasok bawang merah di
sebelumnya dari tingkat pedagang besar sampai ke petani. Sedangkan penentuan responden pada penilaian (pengukuran) kinerja rantai pasok bawang merah menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti keragaman objek penelitian serta keterbatasan dana, waktu, dan tenaga. Jumlah responden yang diambil sebagai sampel pengukuran kinerja rantai pasok bawang merah terdiri dari tiga orang pedagang besar, tiga orang pedagang pengumpul, dan tiga orang petani.
Pengukuran kinerja rantai pasok bawang merah : 1. Pemilihan metrik kinerja (Model SCOR)
2. Pembobotan metrik kinerja (Fuzzy pairwise comparison) 3. Perhitungan kinerja (rating scale)
Perumusan Upaya Peningkatan Kinerja Rantai Pasok 1. Analisis kesenjangan
2. Analisis Masalah (root cause analisis)
Analisis kondisi rantai pasok bawang merah (Analisis deskriptif)
Pengusahaan bawang merah banyak menghadapi kendala
Pentingnya upaya peningkatan kinerja rantai pasok bawang merah
Permintaan terhadap bawang merah terjadi sepanjang waktu
Kajian mengenai peningkatan kinerja rantai pasok bawang merah
Upaya Peningkatan Kinerja Rantai Pasok
Rencana aksi
Gambar 4 Kerangka pemikiran
Jenis dan Sumber Data
Data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian
No Tujuan Khusus Jenis data/ informasi Sumber data Metode pengumpulan data Alat analisis Output 1 Menganalisis kondisi
rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes Geografi dan demografi Bps Kabupaten Brebes
Wawancara mendalam Analisis deskriptif dengan kerangka pembahasan FSCN (Food Supply Chain Network) Informasi mengenai kondisi rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes Produksi dan produktivitas bawang merah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes Wawancara mendalam Struktur, manajemen, proses bisnis dan sumber daya rantai
Pelaku usaha bawang merah/ anggota rantai pasok bawang merah
Kuisioner dan wawancara mendalam
2 Mengukur kinerja rantai pasok bawang merah a Menentukan metrik kinerja pengukuran rantai pasok bawang merah Indikator penilaian kinerja anggota rantai pasok bawang merah
Petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar
Wawancara mendalam dan observasi
Model scor Terpilihnya indikator penilaian (metrik) kinerja yang sesuai dengan kondisi
b Menentukan bobot metrik yang terpilih
Bobot metrik kinerja Petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar
Kuisioner Fuzzy pairwise
comparison
Melihat tingkat kepentingan metrik
c Mengukur kinerja rantai pasok bawang merah
Nilai dari kinerja masing-masing anggota rantai pasok bawang merah
Petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar
Kuisioner Rating scale Kinerja rantai pasok bawang merah dapat terukur
3 Merumuskan upaya peningkatan kinerja rantai pasok bawang merah a Menganalisis
kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan
Nilai kinerja aktual Petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar
Kuisioner Gap analysis Data dan informasi adanya
kesenjangan Nilai kinerja target
b Menganalisis masalah
Informasi mengenai penyebab terjadinya masalah dalam rantai pasok bawang merah
Seluruh stakeholder rantai pasok bawang merah
Brainstorming, wawancara pakar, dan observasi
Root cause analysis (diagram sebab akibat) Diketahuinya faktor penyebab terjadinya masalah c Menyusun upaya/rekomendasi dan rencana aksi
Faktor penyebab terjadinya masalah
Pakar dan sumber pustaka/literatur
Studi literatur Analisis deskriptif
Rekomendasi
Wawancara pakar Rencana aksi
Metode Analisis Data Analisis Kondisi Rantai Pasok Bawang Merah
Kondisi umum rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Kondisi rantai pasok bawang merah dibahas secara deskriptif mengikuti kerangka pembahasan FSCN (Food
Supply Chain Network) yang dikembangkan oleh Van der Vorst (2006). Kerangka
pembahasan tersebut mencakup aspek struktur rantai, manajemen rantai, sumber daya rantai, dan proses bisnis rantai (Gambar 5). Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui kondisi rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Lampiran 1.
1. Struktur rantai
Struktur rantai menjelaskan pelaku/aktor rantai pasok utama dan peranannya, batasan-batasan dari jaringan rantai pasok, serta konfigurasi kelembagaan (elemen) yang mendukung jalannya rantai pasok.
2. Manajemen rantai
Manajemen rantai menggambarkan koordinasi dan struktur manajemen dalam pelaksanaan proses rantai oleh anggota rantai yang meliputi bentuk kemitraan atau ikatan kontraktual, sistem transaksi, dan peranan pemerintah. 3. Sumber daya rantai
Sumber daya rantai menerangkan sumber daya yang dapat digunakan dalam setiap proses pada setiap anggota rantai. Aspek sumber daya yang dibahas meliputi aspek sumber daya fisik (infrastruktur), teknologi, dan sumber daya manusia (SDM).
4. Proses bisnis
Proses bisnis merupakan aktivitas yang terukur dan terstruktur untuk memproduksi output tertentu untuk pelanggan tertentu. Proses bisnis menerangkan proses atau aktivitas yang terjadi di dalam rantai pasok bawang merah seperti proses logistik (operasi/produksi dan distribusi) dan tingkat integrasi dari proses dalam rantai pasok, aspek risiko, pengembangan produk, serta permodalan.
5. Tujuan rantai
Sebuah rantai pasok yang dikelola dengan baik umumnya memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Tujuan rantai menjelaskan mengenai tujuan dilakukannya proses rantai pasok bawang merah, dapat mencakup tujuan pasar maupun target/ objek dalam rantai pasok yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya.
Sejauh mana rantai pasok bawang merah mewujudkan tujuannya dapat dilihat dari performa rantai pasok. untuk mengetahui performa rantai maka dilakukan pengukuran performa/kinerja rantai berdasarkan indikator kinerja yang didasarkan pada kepuasan pelanggan.
Gambar 5 Kerangka pengembangan rantai pasok (Van der Vorst, 2006) Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Bawang Merah
1. Penentuan Metrik Kinerja
Salah satu tujuan penelitian ini yaitu mengukur kinerja rantai pasok bawang merah. Kinerja rantai pasok dapat diukur dengan mengadaptasi dari model SCOR (Supply Chain Operations Reference). Salah satu pilar dari SCOR yang akan dianalisis dan berkaitan dengan tujuan penelitian ini adalah pilar performance
(kinerja).
Dalam pengukuran kinerja rantai pasok, digunakan standar/indikator penilaian yang disebut dengan metrik. Sekelompok metrik yang digunakan untuk mengekspresikan strategi perusahaan disebut atribut kinerja. Pengkodean metrik telah diperkenalkan pada model SCOR versi 9.0. Tujuan dari pengkodean metrik adalah untuk menyederhanakan identifikasi, serta menghilangkan kebingungan dalam menduga hal yang sama tentang metrik dan terutama sekali menguntungkan dalam benchmarking berdasarkan pada atribut kinerja metrik. Bentuk dari kode dan nomor metriknya adalah XX.y.z, dimana XX = atribut kinerja.
Nilai-nilai yang mungkin untuk XX adalah : RL = Reliabilitas (Keandalan)
R = Responsivitas (Cepat Tanggap) AG = Agility (Ketangkasan)
CO = Cost (Harga)
AM = Asset Management (Manajemen asset) y = tingkat metrik
z = suatu nomor yang unik
Model SCOR mencakup 134 indikator atau metrik penilaian yang mengukur performa proses rantai pasok (Paul 2014). Kumpulan metrik berdasarkan atribut kinerja pada model SCOR 11.0 dapat dilihat pada Lampiran 2. Metrik yang digunakan dalam mengukur kinerja rantai pasok bawang merah diperoleh dari hasil observasi dan wawancara mendalam kepada stakeholder
2. Pembobotan Metrik Kinerja
Dalam pengukuran kinerja rantai pasok bawang merah, fuzzy pairwise
comparison digunakan untuk menentukan bobot metrik kinerja rantai pasok. Nilai
bobot tersebut menggambarkan tingkat kepentingan metrik kinerja dalam rantai pasok bawang merah. Proses pembobotan ini dilakukan dengan menggunakan variabel linguistik dalam metode perbandingan berpasangan (pairwise
comparison). Pendekatan fuzzy pairwise comparison digunakan untuk
memperbaiki ketidakjelasan dan ketidakpastian yang muncul dalam memutuskan tingkat kepentingan metrik kinerja rantai pasok bawang merah oleh para pengambil keputusan. Penggunaan fuzzy bertujuan agar pengambil keputusan merasa lebih yakin untuk memberi penilaian dalam bentuk rentang nilai daripada penilaian dalam bentuk nilai tertentu.
Variabel linguistik yang digunakan dalam penilaian metrik kinerja rantai pasok bawang merah yaitu :
Equal (E) : kedua elemen sama pentingnya
Weak (W) : elemen 1 sedikit lebih penting dari elemen 2
Strong (S) : elemen 1 jelas lebih penting dari elemen 2
Very Strong (VS) : elemen 1 sangat jelas lebih penting dari elemen 2
Absolutely (A) : elemen 1 mutlak lebih penting dari elemen 2
Setelah pembuatan variabel linguistik yang akan digunakan, langkah selanjutnya yaitu dilakukan fuzzifikasi dan defuzzifikasi kemudian dihitung nilai eigennya dengan cara manipulasi matriks (Hakimi 2007).
a. Fuzzifikasi
Fuzzifikasi pada penelitian ini menggunakan Triangular Fuzzy Number
(TFN). Bertitik tolak pada skala pairwise comparison, maka ditetapkan fungsi keanggotaan TFN seperti pada Tabel 9.
Tabel 9 Definisi dan fungsi keanggotaan TFN
Nilai Keterangan Fungsi keanggotaan Batas bawah Batas tengah Batas atas
A-1 elemen 2 mutlak lebih penting dari elemen 1 1/9 1/9 1/7
VS-1 elemen 2 sangat jelas lebih penting dari elemen 1
1/9 1/7 1/5
S-1 elemen 2 jelas lebih penting dari elemen 1 1/7 1/5 1/3
W-1 elemen 2 sedikit lebih penting dari elemen 1 1/5 1/3 1
E kedua elemen sama pentingnya 1/3 1 3
W elemen 1 sedikit lebih penting dari elemen 2 1 3 5
S elemen 1 jelas lebih penting dari elemen 2 3 5 7
VS elemen 1 sangat jelas lebih penting dari elemen 2
5 7 9
A elemen 1 mutlak lebih penting dari elemen 2 7 9 9
b. Agregasi Pakar
Agregasi pakar merupakan penggabungan pendapat dari para pakar. Penggabungan pendapat beberapa orang ahli atau pakar dapat dilakukan dengan rata-rata geometrik (Marimin 2004). Agregasi pakar ini dilakukan dengan cara
menghitung nilai rata-rata geometrik dari nilai batas bawah, batas tengah dan batas atas dari masing-masing pakar untuk mendapatkan nilai batas bawah, batas tengah dan batas atas gabungan pakar. Adapun rumus yang digunakan adalah:
1 n n bbi i BB
x
1 n n bti i BTx
1 1 i n n bai i BAx
Keterangan :BB = rata-rata geometrik batas bawah
BT = rata-rata geometrik batas tengah
BA = rata-rata geometrik batas atas
bbi
x
= nilai batas bawah dari hasil penilaian oleh pakar ke-ibti
x
= nilai batas tengah dari hasil penilaian oleh pakar ke-ibai
x
= nilai batas atas dari hasil penilaian oleh pakar ke-i n = jumlah pakari = pakar ke- 1,2,3,… dst. c. Defuzzifikasi
Defuzzifikasi dilakukan dengan rata-rata geometrik karena proses agregasi pakar juga menggunakan rata-rata geometrik. Tujuan dari defuzzifikasi ini adalah untuk memperoleh nilai tunggal (crisp) dari penilaian yang telah dilakukan oleh para pakar. Hasil proses defuzzifikasi ini berupa matriks awal hasil penilaian. Adapun rumus yang digunakan adalah :
3
crisp