• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

3. Pedagang Besar

Hasil pengukuran kinerja pedagang besar bawang merah di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa saat musim panen (in season) pedagang besar memperoleh nilai 4.03 pada metrik pemenuhan pesanan sempurna. Namun, saat off season kinerja pedagang besar menurun menjadi 3.59. Saat musim panen, hasil panen bawang merah menunjukkan jumlah yang besar sehingga pedagang besar relatif lebih mudah dalam mendapatkan bawang merah, sedangkan musim bukan panen menunjukkan kebalikannya. Hal ini menjadi salah satu penyebab rendahnya atribut kinerja reliabilitas pedagang besar pada saat musim bukan panen.

Kinerja atribut responsivitas pedagang besar dapat dilihat dari metrik waktu siklus pemenuhan pesanan yang memperoleh nilai sebesar 3.86 pada in season.

Jika ada pesanan dari konsumen, pedagang besar hanya membutuhkan waktu selama 10 hari untuk memenuhinya yang terdiri dari waktu pemilihan pemasok dua hari, waktu siklus penerimaan barang tiga hari, waktu panen dan pascapanen tiga hari, waktu pengemasan setengah hari, waktu muatan kendaraan setengah hari dan sehari untuk lama pengiriman. Pada saat off season, nilai responsivitas menurun menjadi 3.38. Saat off season, pedagang besar membutuhkan waktu lebih lama dari saat in season yaitu 13 hari dengan rincian waktu pemilihan pemasok tiga hari, waktu siklus penerimaan barang empat hari, waktu panen dan pascapanen empat hari, waktu pengemasan setengah hari, waktu muatan kendaraan setengah hari serta lama pengiriman sehari.

Jika terjadi peningkatan pesanan dari pelanggan, pedagang besar fleksibel dalam menanggapi pesanan tersebut yang ditunjukkan dengan nilai metrik fleksibilitas rantai pasok atas sebesar 4.00 pada waktu in season. Pedagang besar mampu memenuhi peningkatan pengadaan karena memiliki relasi yang kuat dengan banyak petani maupun pedagang pengumpul. Selain itu, pada waktu in

season ketersediaan bawang merah melimpah. Sebaliknya, saat ketersediaan

Tabel 17 Hasil pengukuran kinerja pedagang besar Nomor

Level Metrik Bobot

Skor Skor

terbobot in of in of RELIABILITAS

RL.1.1 Pemenuhan pesanan sempurna 0.16 4.03 3.59

RL.2.1 Pesanan terkirim secara utuh 0.39 4.08 3.77

RL.3.1

Ketepatan jenis barang yang

terkirim 0.77 4.00 4.00

RL.3.2 Ketepatan jumlah yang terkirim 0.23 4.33 3.00

RL.2.2 Kinerja pengiriman 0.22 4.00 3.35

RL.3.3 Ketepatan lokasi tujuan pengiriman 0.35 4.00 4.00

RL.3.4 Ketepatan waktu pengiriman 0.65 4.00 3.00

RL.2.3 Kondisi sempurna 0.39 4.00 3.55

RL.3.5 % Bebas kerusakan/ kehilangan 0.17 4.00 3.00

RL.3.6 % Kesesuaian dengan standar mutu 0.83 4.00 3.67

RESPONSIVITAS

RS.1.1 Waktu siklus pemenuhan pesanan 0.16 3.86 3.38

RS.2.1 Waktu siklus pengadaan 0.30 3.88 3.00

RS.3.1 Waktu pemilihan pemasok 0.35 3.67 3.00

RS.3.2 Waktu siklus penerimaan barang 0.65 4.00 3.00

RS.2.2 Waktu siklus produksi 0.40 3.74 3.21

RS.3.3 Waktu panen dan pascapanen 0.79 3.67 3.00

RS.3.4 Waktu pengemasan 0.21 4.00 4.00

RS.2.3 Waktu pengiriman 0.30 4.00 4.00

RS.3.5 Waktu loading ke truk 0.29 4.00 4.00

RS.3.6 Lama pengiriman 0.71 4.00 4.00

FLEKSIBILITAS

FL.1.1 Fleksibilitas rantai pasok atas 0.12 4.00 3.00

FL.2.1

Fleksibilitas peningkatan

pengadaan 0.21 4.00 3.00

FL.2.2 Fleksibilitas pengiriman 0.79 4.00 3.00

BIAYA

BI.1.1 Total biaya pelayanan 0.23 3.38 3.08

BI.2.1 Biaya pengadaan 0.39 3.75 3.00

BI.3.1 Biaya Pembelian barang 0.75 3.67 3.00

BI.3.2 Biaya penyimpanan 0.25 4.00 3.00

BI.2.2 Biaya penanganan/ produksi 0.39 3.21 3.21

BI.3.3 Biaya panen dan pascapanen 0.79 3.00 3.00

BI.3.4 Biaya pengemasan 0.21 4.00 4.00

BI.2.3 Biaya pengiriman 0.22 3.00 3.00

BI.3.5 Biaya pengangkutan 1.00 3.00 3.67

ASET

AS.1.1 Waktu siklus kas 0.33 4.00 4.00

AS.2.1 Lama pembayaran utang 0.29 4.00 4.00

AS.2.2 Lama penerimaan piutang 0.71 4.00 4.00

Atribut biaya rantai pasok yang digambarkan melalui metrik total biaya pelayanan mendapatkan kinerja terendah yaitu sebesar 3.38 saat in season dan 3.08 saat off season. Nilai ini menunjukkan tingkat kemampuan pedagang besar dalam mengeluarkan uang untuk membiayai rantai pasok bawang merah cukup efisien. Biaya pengadaan saat off season cenderung lebih tinggi dibanding saat in

season karena saat off season harga bawang merah melambung tinggi. Selain itu,

saat off season melakukan penyimpanan bawang merah dengan waktu yang relative lebih lama dari in season sehingga biaya penyimpanan saat off season

lebih tinggi.

Kinerja metrik waktu siklus kas mendapatkan nilai sebesar 4.00 pada kedua musim. Nilai ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan pedagang besar dalam memutar siklus kasnya relatif cepat. Hal ini terjadi karena pedagang besar memiliki bargaining position yang kuat baik di mata pemasok maupun konsumen.

Bargaining position yang dimiliki pedagang besar tidak terlepas dari kepemilikan

modal yang besar serta kekuatan jaringan yang telah dibentuk.

Agregasi dari perkalian antara bobot dan nilai metrik level satu akan diperoleh nilai akhir kinerja pedagang besar dalam rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes sebesar 3.81 saat musim panen dan 3.50 saat musim bukan panen. Hasil perhitungan pada dua musim yang berbeda tersebut menunjukkan perbedaan nilai kinerja. Pada musim in season kinerja pedagang besar cenderung lebih tinggi dibandingkan musim off season.

Dari kelima atribut rantai pasok, atribut reliabilitas yang diwakili metrik pemenuhan pesanan sempurna memperoleh nilai tertinggi (saat musim panen) dibandingkan metrik level satu lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa pedagang besar memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi pesanan dari konsumen. Pedagang besar selalu berusaha memenuhi pesanan dari konsumen dengan mencari dari pedagang pengumpul maupun petani. Bila tidak dapat memenuhi barang yang sesuai, maka pedagang besar menyampaikan ketidaksanggupannya di awal perjanjian/kesepakatan.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja anggota rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes, diperoleh informasi mengenai nilai kinerja dari masing-masing anggota rantai yang dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes sebesar 3.57 pada saat in season dan 3.28 pada saat off season. Nilai tersebut diperoleh dari hasil agregasi nilai kinerja seluruh anggota rantai, yaitu petani sebesar 3.39 (in season) dan 3.20 (off season), pedagang pengumpul sebesar 3.49 (in season) dan 3.14 (off season), serta pedagang besar sebesar 3.84 (in season) dan 3.50 (off season).

Tabel 18 Rekapitulasi Nilai Kinerja Anggota Rantai Pasok Bawang Merah di Kabupaten Brebes

Waktu (musim) Pedagang besar

Pedagang

pengumpul Petani Rata-rata

in season 3.84 3.49 3.39 3.57

Perumusan Upaya Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Bawang Merah Analisis kesenjangan

Dalam bidang bisnis dan manajemen, analisis kesenjangan diartikan sebagai suatu metode pengukuran bisnis yang memudahkan perusahaan untuk membandingkan kinerja aktual dengan kinerja potensialnya. Dengan demikian, pelaku usaha dapat mengetahui sektor, bidang atau kinerja yang sebaiknya diperbaiki atau ditingkatkan. Analisis kesenjangan bermanfaat untuk mengetahui kondisi terkini dan tindakan apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

Nilai kesenjangan (gap) dalam rantai pasok bawang merah merupakan indikator mengenai besar tidaknya upaya perbaikan yang perlu dilakukan pada proses-proses di dalam rantai pasok terkait dengan metrik kinerja yang digunakan. Selain itu, nilai gap ini dapat dijadikan bahan evaluasi untuk merencanakan proses perbaikan kinerja sehingga peningkatan kinerja di masa mendatang dapat dicapai. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan analisis yang lebih mendalam pada setiap tahapan proses di dalam rantai pasok melalui metrik kinerja yang digunakan selama pengukuran. Hasil analisis kesenjangan antara kinerja aktual dengan kinerja potensial/kinerja target dapat dilihat pada Tabel 19-21.

Tabel 19 Gap performakinerja petani Atribut

Kinerja Metrik level 3

Gap Tki in season of season in season of season R el iabi li tas

Ketepatan jenis barang 0.00 0.00 100.00 100.00 Ketepatan jumlah barang -0.67 -2.67 86.67 46.67 % Bebas kerusakan/kehilangan -0.67 -1.33 83.33 66.67 % Kesesuaian dengan standar

mutu -0.33 -0.67 91.67 83.33 R es pons iv it as

Waktu persiapan lahan -2.00 -1.33 60.00 73.33 Waktu persiapan saprotan 0.00 0.00 100.00 100.00

Waktu pembibitan -2.00 -2.00 60.00 60.00 Waktu budidaya -2.00 -1.67 60.00 66.67 Waktu panen 0.00 0.00 100.00 100.00 Waktu pascapanen -1.00 -1.67 80.00 66.67 B iaya Biaya saprotan -1.67 -1.67 66.67 66.67 Biaya pembibitan -1.33 -1.67 73.33 66.67

Biaya sewa lahan -1.33 -1.33 73.33 73.33

Biaya proses budidaya -2.00 -2.33 60.00 53.33 Biaya panen dan pascapanen -1.67 -1.67 66.67 66.67

A

se

t Lama pembayaran utang -2.00 -2.00 60.00 60.00

Tabel 20 Gap performakinerja pedagang pengumpul Atribut

Kinerja Metrik level 3

Gap Tki in off in off R el iabi li tas

Ketepatan jenis barang yang terkirim 0.00 0.00 100.00 100.00 Ketepatan jumlah yang terkirim -0.33 -2.00 93.33 60.00 Ketepatan lokasi tujuan pengiriman -0.33 -0.67 93.33 86.67 Ketepatan waktu pengiriman -1.00 -1.00 80.00 80.00 % Bebas kerusakan/kehilangan -0.33 -1.00 91.67 75.00 % Kesesuaian dengan standar mutu 0.00 -0.67 100.00 83.33

R

es

pons

iv

it

as Waktu pemilihan pemasok -1.00 -2.00 80.00 60.00

Waktu siklus penerimaan barang -2.00 -2.00 60.00 60.00

Waktu pascapanen -1.33 -1.67 73.33 66.67

Waktu pengemasan -1.00 -1.00 80.00 80.00

Waktu loading ke truk -1.00 -1.00 80.00 80.00

Lama pengiriman -1.00 -1.33 80.00 73.33 F leks i bil it a

s Fleksibilitas peningkatan pengadaan 0.00 -1.33 100.00 66.67

Fleksibilitas pengiriman 0.00 -1.00 100.00 75.00

B

iaya

Biaya pembelian barang -1.00 -2.00 80.00 60.00

Biaya pengemasan 0.00 0.00 100.00 100.00

Biaya lapak penjemuran 0.00 0.00 100.00 100.00 Biaya panen dan pascapanen -2.00 -2.00 60.00 60.00

Biaya pengangkutan -2.00 -2.00 60.00 60.00

A

se

t Lama pembayaran utang -2.00 -2.00 60.00 60.00

Lama penerimaan piutang -2.00 -2.00 60.00 60.00 Tabel 21 Gap performa kinerja pedagang besar

Atribut

Kinerja Metrik level 3

Gap Tki in off i off R el iabi li tas

Ketepatan jenis barang yang terkirim 0.00 0.00 100.00 100.00 Ketepatan jumlah yang terkirim -0.67 -2.00 86.67 60.00 Ketepatan lokasi tujuan pengiriman 0.00 0.00 100.00 100.00 Ketepatan waktu pengiriman -1.00 -2.00 80.00 60.00 % Bebas kerusakan/kehilangan 0.00 -1.00 100.00 75.00 % Kesesuaian dengan standar mutu 0.00 -0.33 100.00 91.67

R

es

pons

iv

it

as Waktu pemilihan pemasok Waktu siklus penerimaan barang -1.00 -1.00 -2.00 -2.00 80.00 80.00 60.00 60.00

Waktu panen dan pascapanen -2.00 -2.00 60.00 60.00

Waktu pengemasan -1.00 -1.00 80.00 80.00

Waktu loading ke truk -1.00 -1.00 80.00 80.00

Lama pengiriman -1.00 -1.00 80.00 80.00 Fle k si b il it

as Fleksibilitas peningkatan pengadaan Fleksibilitas pengiriman 0.00 0.00 -1.00 100.00 -1.00 100.00 75.00 75.00

B

iaya

Biaya Pembelian barang -1.00 -2.00 80.00 60.00

Biaya penyimpanan -1.00 -2.00 80.00 60.00

Biaya panen dan pascapanen -2.00 -2.00 60.00 60.00

Biaya pengemasan 0.00 0.00 100.00 100.00

Biaya pengangkutan -2.00 -1.33 60.00 73.33

A

se

t Lama pembayaran utang 0.00 0.00 100.00 100.00

Tabel 19-21 memperlihatkan kesenjangan kinerja dari masing-masing anggota rantai. Berdasarkan hasil analisis kesenjangan dari masing-masing anggota rantai pasok bawang merah, terdapat metrik kinerja yang mengalami selisih (gap) nilai dari kondisi saat ini (existing) dengan target yang ingin dicapai. Selisih tersebut merupakan angka yang menerangkan besarnya profit lost pada setiap atribut performa yang belum dijalankan secara optimal (Syafi 2009). Profit lost tersebut dikategorikan ke dalam tiga aspek, yaitu lost opportunity (hilangnya kesempatan/ keuntungan), canceled orders (pesanan yang dibatalkan), dan market share lost (hilangnya pangsa pasar).

Para pedagang bawang merah baik pedagang pengumpul maupun pedagang besar memiliki nilai kinerja yang dibawah target terutama saat off season.

Kemampuan pedagang dalam memenuhi jumlah barang yang diinginkan konsumen serta ketepatan jadwal pengiriman kadang dibawah ekspektasi konsumen. Hal ini menyebabkan hilangnya kesempatan untuk memenuhi pesanan dari calon pembeli (lost opportunity). Nilai gap yang tinggi pada metrik pemenuhan pesanan saat off season mendorong para pedagang untuk meningkatkan kinerjanya pada metrik ini terutama di waktu off season.

Pada metrik siklus pemenuhan pesanan (atribut responsivitas), nilai gap

yang diperoleh tidak terlalu signifikan. Pemenuhan pesanan yang terlalu lama menyebabkan kekecewaan dari pihak pembeli yang lebih jauh dapat berdampak pada pembatalan pesanan. Metrik yang berpengaruh besar terhadap lamanya waktu siklus pemenuhan pesanan yaitu waktu budidaya, persiapan lahan dan waktu pemilihan pemasok.

Analisis Masalah rantai pasok bawang merah

Pada umumnya semua produk dihasilkan setelah melalui suatu proses produksi atau proses kerja. Kinerja proses produksi perlu ditingkatkan performansinya secara terus menerus agar mampu memuaskan pelanggan secara terus menerus pula, dimana selera atau kebutuhan pelanggan selalu berubah-ubah (Nasution 2004). Rantai pasok bawang merah merupakan sebuah proses aliran bawang merah dari pemasok hingga ke konsumen yang disertai dengan aliran uang dan informasi. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kinerja anggota rantai pasok bawang merah serta analisis kesenjangan, ditemukan performansi rantai pasok bawang merah yang belum sesuai harapan. Untuk itu, diperlukan suatu upaya perbaikan dalam rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes.

Kunci perbaikan proses pertama kali adalah mengidentifikasi masalah dan memfokuskan perhatian pada masalah tersebut. Oleh karena itu, langkah awal yang ditempuh adalah menganalisis masalah atau faktor-faktor penyebab terjadinya masalah tersebut. Untuk mengetahui informasi mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya masalah, langkah yang dilakukan adalah menjalani proses

brainstorming dan wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait dengan

rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes.

Faktor-faktor penyebab timbulnya suatu masalah yang berhasil diidentifikasi kemudian dirumuskan dalam analisis diagram tulang ikan (fishbone

diagram). Diagram tulang ikan atau diagram ishikawa merupakan grafik yang

merepresentasikan hubungan antara akibat dan penyebab yang mungkin. Penyebab yang mungkin berpotensi sumber masalah terbagi ke dalam kategori

dan subkategori yang digambarkan ke dalam kerangka tulang ikan (Rampersad 2001).

Berdasarkan analisis kondisi dan hasil pengukuran kinerja, dapat diketahui bahwa nilai kinerja rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes cukup rendah dan dibawah ekspektasi (harapan) para pelaku rantai pasok yang ditunjukkan secara detil dalam analisis kesenjangan (gap analysis). Kesenjangan antara kinerja existing dengan kinerja target menandakan bahwa rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes saat ini belum efektif dan efisien. Rantai pasok yang tidak efektif dan efisien mempengaruhi ketersediaan bawang merah di pasaran. Jika pasokan bawang merah rendah maka harga akan naik begitupun sebaliknya ketika pasokan meningkat maka harga akan turun. Kondisi ini menyebabkan fluktuasi harga bawang merah. Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi, bahwa fluktuasi harga terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara volume permintaan dan penawaran. Harga bawang merah di Kabupaten Brebes selama lima tahun terakhir (2011-2015) dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Grafik harga bawang merah Kabupaten Brebes tahun 2011-2015 Jadi, masalah utama yang dihadapi dalam rantai pasok bawang merah Kabupaten Brebes adalah rantai pasok yang belum efektif dan efisien. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan analisis penyebab munculnya masalah dengan menggunakan diagram fishbone. Hasil analisis melalui diagram fishbone dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan gambar tersebut penyebab rantai pasok yang belum efektif dan efisien ada lima yaitu ketersediaan bawang merah rendah terutama saat off season, belum adanya sistem persediaan bawang merah, distribusi belum berjalan dengan baik, perbedaan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen sangat jauh dan sistem informasi yang belum optimal. Diagram fishbone ini ditetapkan sebagai diagram fishbone induk. Kemudian, dari masing-masing faktor penyebab diagram fishbone induk, dipecah kembali ke dalam diagram fishbone anak.

Rantai pasok belum efektif dan efisien Ketersediaan bawang merah

rendah saat off season

Belum adanya sistem persediaan bawang merah yang tepat

Perbedaan harga di tingkat produsen dan konsumen tinggi Terbatasnya ketersediaan

informasi pasar Distribusi belum berjalan

dengan baik

Gambar 13 Diagram fishbone rantai pasok belum efektif dan efisien 1. Ketersediaan bawang merah rendah terutama saat off season

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dan analisis kesenjangan, diketahui bahwa atribut kinerja yang bernilai rendah dan berada dibawah ekspektasi disebabkan ketersediaan bawang merah rendah terutama saat off season. Rendahnya ketersediaan bawang merah disebabkan oleh hasil panen yang rendah saat off season, sebagian besar petani tidak menggunakan SOP budidaya (Standar

Operational Procedure), biaya produksi tinggi, kemampuan memutar siklus kas

rendah, tingkat kesuburan lahan menurun, dan tingkat kerusakan bawang tinggi. Diagram fishbone penyebab ketersediaan bawang merah rendah terutama saat off

season dapat dilihat pada Gambar 14.

Ketersediaan bawang merah rendah terutama saat off season

Hasil panen rendah saat off season

Sebagian besar petani tidak menggunakan SOP

Tingkat kerusakan bawang tinggi Tingkat kesuburan lahan

menurun Kemampuan memutar siklus kas

rendah

Tanaman bawang merah mengalami kelebihan air karena dampak hujan Tanaman bawang merah terkena serangan OPT

Terjadinya alih fungsi lahan dengan adanya penanaman komoditas lain

Penggunaan pupuk anorganik tinggi Tingkat kejenuhan

lahan tinggi Harga benih tinggi

Biaya produksi tinggi

Bargaining position

lemah Sistem kemasan pada proses transportasi

dan distribusi

Penyakit dapat muncul karena kelembaban tinggi

Biaya input seperti pupuk dan obat obatan tinggi

Teknik pascapanen belum optimal Sikap tertutup

Sistem pembayaran yang tidak tunai dari konsumen

Gambar 14 Diagram fishbone ketersediaan bawang merah rendah terutama saat off season

Gambar 14 menunjukkan bahwa penyebab dari rendahnya hasil panen saat

off season diantaranya adalah tanaman bawang merah kelebihan air karena

Pengganggu Tanaman), dan terjadinya alih fungsi lahan akibat penanaman komoditas lain.

Sebagian besar petani di Kabupaten Brebes tidak menggunakan SOP budidaya (Standar Operational Procedure), baik saat off season maupun in season. Hal ini disebabkan adanya sikap tertutup dari masyarakat yang enggan menggunakan teknologi baru dalam budidaya bawang merah. Petani lebih memilih teknik budidaya sendiri berdasarkan pengalaman sebelumnya.

Kerusakan pada bawang merah dapat berupa keropos, berjamur, berakar, dan lainnya. Kerusakan tersebut dapat diakibatkan proses penyimpanan, pengeringan dan sistem kemasan pada proses transportasi dan distribusi. Hal ini disebabkan oleh teknik pascapanen yang masih konvensional. Prawiro (2014) menyebutkan bahwa bibit bawang merah (hasil pengeringan dengan penjemuran di bawah sinar matahari selama 2-14 hari) yang disimpan dalam suhu ruang selama dua bulan memiliki tingkat kerusakan sekitar 4-19%.

Penggunaan lahan untuk penanaman bawang merah yang dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan tingkat kesuburan menurun yang diindikasikan karena tingkat kejenuhan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh pemakaian pupuk anorganik yang tinggi.

Umumnya anggota rantai pasok bawang merah memiliki kemampuan yang rendah dalam memutar siklus kasnya. Hal ini disebabkan sistem pembayaran yang tidak tunai oleh konsumen. Kejadian ini umumnya dialami oleh sebagian besar petani. Penyebabnya adalah petani memiliki bargaining position yang lemah.

Biaya produksi seperti biaya bahan baku tinggi disebabkan kemampuan permodalan yang rendah, subsidi belum merata dan tingginya harga benih. Harga benih yang tinggi disebabkan beberapa faktor diantaranya terjadi penyusutan selama penyimpanan, proses penyimpanan memakan tempat yang luas dan waktu yang lama, proses penyimpanan menggunakan bahan pengawet dan ketergantungan pada harga bawang merah yang berfluktuasi (Gambar 15). Karakteristik bawang merah yang cepat busuk (perishable) dan memakan tempat

(bulky) dapat menyebabkan biaya untuk proses pembibitan tinggi sehingga harga

benih menjadi mahal.

Harga benih tinggi Terjadi penyusutan

selama penyimpanan Proses penyimpanan memakan

tempat dan waktu (bulky)

Proses penyimpanan menggunakan bahan pengawet Harga benih bergantung

pada harga bawang merah

2. Belum adanya sistem persediaan yang tepat

Keragaan harga bawang merah dipengaruhi perkembangan produksi bawang merah. Pola produksi bawang merah ada dua yaitu in season dan off season. Pada saat in season di musim kemarau, bawang merah mengalami musim panen. Sedangkan saat off season yaitu saat musim penghujan, bawang merah mengalami kekurangan stok persediaan karena tidak terjadi panen raya. Produksi bawang merah yang bersifat musiman ini menyebabkan terjadinya kesenjangan antara pasokan (supply) dan permintaan (demand). Pada waktu yang sama, kebutuhan akan bawang merah tetap. Adanya perbedaan pola produksi dan permintaan menyebabkan terjadinya gejolak harga pada waktu tertentu, berupa lonjakan kenaikan harga pada saat permintaan lebih tinggi dari pasokan, atau harga merosot pada saat pasokan lebih tinggi dari permintaan. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem persediaan bawang merah yang tepat untuk menangani permasalahan mengenai fluktuasi pasokan bawang merah.

Persediaan bawang merah didefinisikan sebagai stok bawang merah yang menunggu untuk didistribusikan/ dijual atau disimpan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sistem persediaan merupakan serangkaian kebijakan dan pengendalian yang mengawasi dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus disediakan dan seberapa besar pesanan yang harus dilakukan (Rangkuti 2000). Sistem persediaan bertujuan untuk menentukan jumlah persediaan dalam kualitas dan kuantitas pada waktu yang tepat dalam rangka meminimalkan biaya persediaan.

Persediaan diperlukan untuk menyediakan produk musiman sepanjang tahun. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam jumlah tertentu, produk musiman seperti bawang merah dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu dengan menerapkan sistem persediaan yang tepat. Hal ini bermanfaat untuk menekan terjadinya fluktuasi harga bawang merah.

Kondisi saat ini belum terbentuk model sistem persediaan bawang merah baik di tingkat pusat maupun daerah, baik pihak pemerintah maupun swasta. Penyebabnya antara lain belum adanya studi mengenai sistem persediaan bawang merah, belum diterapkannya sistem penyimpanan yang tepat untuk komoditas bawang merah, fasilitas penyimpanan yang belum termanfaatkan dengan baik serta perencanaan produksi yang belum terlaksana dengan baik. Diagram fishbone

penyebab belum adanya sistem persediaan yang tepat dapat dilihat pada Gambar 16.

Sebagai komoditas pertanian, bawang merah memerlukan kondisi penyimpanan yang tepat agar mutunya dapat relatif bertahan. Oleh karena itu, dibutuhkan teknik penyimpanan yang tepat agar tidak mengalami perubahan kualitas saat penyimpanan. Penyimpanan merupakan cara untuk memperpanjang umur simpan suatu komoditas. Penyimpanan dapat ditujukan untuk proses menunggu saat harga jual yang tepat.

Teknik penyimpanan yang diterapkan saat ini masih konvensional sehingga tidak mampu menyimpan bawang merah dalam jangka waktu yang lama. Teknologi penyimpanan bawang merah sebenarnya telah banyak diteliti oleh lembaga penelitian maupun institusi pendidikan. Beberapa studi yang berkaitan mengenai penyimpanan bawang merah diantaranya desain gudang penyimpanan (Adinoto 1987), penyimpanan dalam gudang berpendingin (Prasetyawan 2003), penyimpanan bersuhu rendah (Mardiana 2016, Mutia 2015, Prawiro 2014),

penyimpanan dalam in store drying (Balai Besar Pascapanen), dan penyimpanan dengan teknik atmosfer terkendali (Controlled Atmosphere Storage) yang telah dikembangkan oleh sektor privat yaitu Bapak Jacob Busono (PT Pura Group).

Belum adanya sistem persediaan yang tepat

Belum diterapkan sistem penyimpanan yang tepat

Belum ada studi mengenai sistem persediaan bawang merah

tingkat kepraktisan dari sebuah teknologi rendah

Kesadaran masyarakat akan penerapan teknologi masih minim

kurangnya sosialisasi mengenai teknologi tepat guna Aspek ekonomi

Perencanaan produksi belum terlaksana dengan baik

pengaturan pola tanam belum terintegrasi baik antar daerah maupun antar produsen (petani).

Fasilitas penyimpanan belum termanfaatkan dengan baik

Alih fungsi gudang penyimpanan Pengelolaan yang buruk

Gambar 16 Diagram fishbone penyebab belum adanya sistem persediaan yang tepat

Namun, dalam prakteknya, penemuan tersebut belum dapat diaplikasikan karena terkendala beberapa hal diantaranya 1) aspek ekonomi (mahalnya teknologi), 2) kesadaran masyarakat akan penerapan teknologi masih minim, 3)

Dokumen terkait