• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak membicarakan hubungan antara variabel sehingga tidak ada pengukuran variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian difokuskan pada pola komunikasi antara suami istri yang menikah siri tentang hak waris di Madiun, sehingga tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dan menggunakan analisa kualitatif.

Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggunakan indepth interview (wawancara mendalam) untuk mendapatkan jawaban narasumber. Dengan wawancara mendalam, hasil yang diharapkan dapat terjawab dengan sangat terperinci dan detail. Pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi yang normal dan tidak di manipulasi baik kondisi maupun keadaan obyek yang sedang diteliti dan juga bisa dikatakan menekankan pada deskripsi secara alami. Menurut Rachmat dalam bukunya riset komunikasi (2007 : 69), secara umum riset yang menggunakan metodologi kualitatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Intensif, partisipasi periset dalam waktu lama pada setting lapangan, periset

adalah instrument pokok riset.

2. Perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan-catatan di lapangan dan tipe-tipe lain dari bukti-bukti dokumenter.

3. Analisa data lapangan.

4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-kutipan) dan komentar.

5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap peneliti mengkreasi realitas sebagai bagian dari proses penelitiannya. Realitas dipandang sebagai dinamis dan produk konstruksi sosial.

6. Subjektif dan berada hanya dalam referensi peneliti. Periset sebagai sarana penggalian interpretasi data.

7. Realitas adalah holistik dan tidak dapat dipilah-pilah.

8. Periset memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi. 9. Lebih pada kedalaman (indepth) daripada keluasan ( breadth). 10. Prosedur riset : empiris rasional dan tidak berstruktur.

11. Hubungan antara teori, konsep dan data : data memunculkan atau membentuk teori baru.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang tidak menggunakan statistik atau angka-angka tertentu. Hasil penelitian kualitatif tidak dapat digeneralisasikan (membuat kesimpulan yang berlaku umum) atau bersifat universal, jadi hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan sesuai dengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan (Kountur, 2003 :29).

Pendekatan kualitatif dipilih dengan pertimbangan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara penulis dengan informan, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan

banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, meskipun mempunyai bahaya bias peneliti. Metode kualitatif yang digunakan adalah pendekatan fenomologis, artinya peristiwa dan kaitan-kaitannya orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu dengan menekankan pada aspek subyektif dari perilaku orang, dan pendekatan interaksi simbolik, yang berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran, dimana menjadi paradigma konseptual melebihi dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari, kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban peranan, resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat atau lingkungan fisik lainnya.

Untuk meneliti pola komunikasi dan perubahan gejala sosial yang ada peneliti menggunakan pendekatan fenomologis, dimana peneliti berusaha ”menggungkap” proses interpretasi dan melihat segala aspek ”subjek” dari perilaku manusia dengan cara masuk ke dunia konseptual orang-orang yang diteliti sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan pada peristiwa dalam kehidupan sehari-harinya. Pendekatan ini bukan berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang diteliti (Moeleong, 2002 : 4-12).

3.2. Konsep Operasional

Terdapat 4 Pola Komunikasi antara suami dan istri menurut Joseph Devito (2007 : 277-278) terkait permasalahan suami istri yang menikah siri tentang hak waris sebagai bantuan alat analisis dan pedoman dasar :

1. Pola Keseimbangan

Pola kesimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada prakteknya tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang penting. Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing-masing suami istri membagi sama dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin antara suami dan istri sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin atau pengikut, melainkan suami istri sama kedudukannya.

2. Pola Keseimangan Terbalik

Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing anggota keluarga (suami istri) mempunyai otoritas diatas daerah atau wewenang yang berbeda masing-masing. Suami istri adalah sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya (suami-istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami atau si istri, karena keduanya memiliki keahlian sendiri-sendiri untuk menyelesaikannya.

3. Pola Pemisah Tidak Seimbang

Dalam hubungan terpisah yang tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si suami atau istri) mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat kedua belah pihak (si suami atau istri).

4. Pola Monopoli

Dalam pola monopoli ini, si suami atau si istri sama-sama menganggap dirinya sebagai penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasehat daripada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat. Konflik sering terjadi dalam keluarga (suami istri) yang menganut pola komunikasi ini karena tidak bisa bebas untuk berpendapat.

3.3Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini menekankan pada pola komunikasi antara suami istri yang menikah siri tentang hak waris. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola komunikasi antara suami dan istri yang menikah secara siri dalam pembagian hak waris, yang mana istri tidak mendapatkan perlindungan dari hukum dan tidak adanya perjanjian dan peraturan yang sah untuk si istri mendapatkan hak waris jika kelak suami meninggal.

Proses komunikasi suami istri yang menikah siri tentang hak waris akan menentukan konsep hubungan antara keduanya dan membawa dampak di dalam perubahan perilaku dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hal ini dapat diamati dari bentuk-bentuk pola komunikasi yang terjalin antara keduanya.

Komunikasi interpersonal seperti apa yang mereka (suami istri) terapkan sehingga mendapatkan jalan keluar dari permasalahan hak waris yang tidak dapat perlindungan dari hukum karena pernikahan siri ini, sehingga akan menentukan

konsep hubungan antara keduanya dan membawa dampak di dalam perubahan perilaku, pemenuhan hidupnya dan masa depan keluarga.

3.4Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Madiun. Sebab daerah ini mempunyai komposisi penduduk yang heterogen. Selama ini banyak yang mengira permasalahan sosial hanya terdapat di kota metropolis saja seperti Jakarta dan Surabaya. namun kenyataannya di kota kecil seperti Madiun yang memiliki penduduk cukup padat juga banyak sekali berbagai permasalahan sosial yang terjadi.

3.5Unit Analisis Penelitian

Riset kulitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjalankan fenomena yang diteliti maka tidak perlu mencari

sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas)

data, bukan banyaknya (kuantitas) data.

Unit analisis data dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa narasi-narasi kualitatif yang dihasilkan dalam wawancara mendalam (indepth interview) yang berkaitan dengan pola komunikasi antara suami istri yang menikah siri tentang hak waris.

3.6Subyek dan Informan Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah informan yang merupakan suami istri yang menikah di Madiun dengan kategori usia 22-55 tahun. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa dan pencarian jati diri (ego, identity, menurut Erik Erikson) (Sarwono, 2004 : 14-15), tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual (menurut Freud) (www.e-psikologi.com), dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (Piaget) (www.psikologi.com) maksudnya merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan presasi formal.

2. Informan Penelitian

Informan penelitian ini tidak ditentukan jumlahnya, tetapi dipilih beberapa informan yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi penelitian ini. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian kualitatif tidak mempersoalkan berapa besar informan, melainkan yang terpenting adalah seberapa jauh penjelasan informan yang diperoleh dalam menjawab permasalahan (Suryabrata, 1998 : 89).

Namun demikian peneliti berusaha akan menjaring sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian dari beberapa sumber. Peneliti akan mencari variasi informasi sebanyak-banyaknya dari informasi dengan menggunakan teknik sampling indepth interview (wawancara mendalam), yaitu orang-orang yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi

sesuai substansi penelitian sehingga dapat menghasilkan data berupa kata-kata dan tindakan, memungkinkan narasumber untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan istilah-istilah mereka sendiri.

Berikut ini merupakan syarat untuk menjadi seorang informan dalam penelitian ini, antara lain suami dan istri yang menikah secara siri tentang hak waris.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama adalah wawancara mendalam (indepth interview) yang menghasilkan data berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Teknik ini dinilai paling sesuai, karena memungkinkan pihak yang diwawancarai dapat mendefinisikan dirinya sendiri serta lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan (Mulyana, 2002 : 183).

Dengan teknik ini diharapkan informan dapat lebih terbuka dan berani dalam memberikan jawaban serta merespon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Kelebihan lain adalah, peneliti secara personal dapat bertanya langsung dan mengamati respon terutama nonverbal mereka dengan lebih detail.

Teknik yang juga digunakan dalam penelitian ini selain wawancara mendalam juga didukung dengan teknik observasi yaitu melakukan pengamatan dengan

menggunakan penglihatan yang tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 2004 : 69).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan, yaitu : 1. Hal-hal apa yang hendak diamati

2. Bagaimana mencatat pengamatan 3. Alat Bantu pengamatan

4. Bagaimana mengatur jarak antara pengamat dan objek yang diamati

Hal-hal diatas hendaknya dipertimbangkan sebelum seseorang melakukan observasi, karena hal-hal tersebut di atas amat menentukan berhasil tidaknya pengamat melakukan tugasnya ( Burhan, 2007 : 117).

3.8Teknik Analisis Data

Setelah seluruh data diperoleh dari indepth interview, maka peneliti akan menggunakan teknik analisis data bersifat deskriptif yang akan menggambarkan fakta-fakta dan sifat-sifat informan melalui data yang diperoleh berdasarkan pola komunikasi keluarga dan mengkaji sesuai dengan konsep-konsep pola komunikasi keluarga yang ada untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi antara suami istri yang menikah siri tentang hak waris.

8 BAB IV

Dokumen terkait