• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kawasan Pegunungan Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2009 sampai Januari 2010. Di lokasi penelitian penulis dibantu oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo, Perhutani (Pemerintah Daerah), dan Tim Kerja Pemulihan Dieng (LSM).

Pemilihan lokasi lapangan berdasarkan hasil orientasi lapangan yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian dipilih 4 desa di Kecamatan Kejajar sebagai sampel lokasi penelitian secarapurposive sampling yaitu Desa Buntu, Kreo, Patak Banteng dan Sigedang. Desa Buntu dan Desa Kreo dipilih dengan alasan kedua desa tersebut dijadikan desa model dalam program rehabilitasi hutan dan lahan oleh Tim Kerja Pemulihan Dieng. Desa Patak Banteng dipilih karena sebagian besar masyarakatnya mengelola lahan pertanian kentang selama satu tahun penuh. Sedangkan Desa Sigedang dipilih karena sebagian besar wilayahnya bersinggungan langsung dengan kawasan hutan. Dengan ini diharapkan dapat mewakili karakteristik desa-desa di Kecamatan Kejajar.

Lokasi ini ditetapkan karena dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pengelolaan lahan pertanian sayur-sayuran bernilai ekonomi tinggi yang cenderung merusak lahan. Lokasi tersebut merupakan salah satu lokasi di Kawasan Pegunungan Dieng yang telah ada introduksi teknologi ramah lingkungan melalui pelaksanaan program rehabilitasi hutan dan lahan. Implementasi program rehabilitasi hutan dan lahan di kawasan Dieng sering berseberangan dengan pola pengelolaan lahan pertanian sayur-sayuran bernilai ekonomi tinggi sehingga proses belajar terhadap ide dan nilai baru masih berlangsung. Sebagian besar masyarakat terlibat dalam program rehabilitasi hutan dan lahan dan bertani sayur-sayuran bernilai ekonomi tinggi seperti tanaman kentang serta dalam implementasinya melibatkan berbagai pihak terkait. Dari pihak-pihak inilah ditelusuri proses-proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran sosial program rehabilitasi hutan dan lahan.

Kerangka Pemikiran

Analisis pembelajaran sosial kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di Kawasan Pegunungan Dieng sangat berkaitan dengan permasalahan sub sistem pertanian, kehutanan dan sosial ekonomi masyarakat. Dari permasalahan pengelolaan sub sistem tersebut, dianalisis bagaimana fasilitasi sosial mempengaruhi proses pembelajaran sosial dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Hubungan antara topik penelitian disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran “Pembelajararan Sosial dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan.”

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian metode eksplanatif, dimana penelitian difokuskan pada suatu gejala sosial untuk dapat dijelaskan penyebab dan keterkaitannya dengan gejala sosial yang lain. Gejala sosial yang menjadi fokus penelitian yaitu pola pengelolaan hutan dan lahan yang dipraktekkan oleh masyarakat baik sebelum introduksi budidaya pertanian sayur-sayuran bernilai ekonomi tinggi maupun sesudah introduksi budidaya pertanian sayur-sayuran bernilai ekonomi tinggi bersamaan dengan pelaksanaan program rehabilitasi hutan dan lahan. Gejala sosial fokus penelitian kemudian dianalisis dengan

Pola Pengelolaan Hutan dan Lahan Baru.

Ide dan Nilai Baru Ide dan Nilai Lama

Sub Sistem Kehutanan

Sub Sistem Pertanian

Sub Sistem Sosial Ekonomi masyarakat

Pembelajaran Sosial RHL. Pengambilan keputusan

Inovasi dan pemecahan masalah

Jalinan komunikasi dan pembentukan hubungan

Pembangunan kapasitas dan pengembangan masyarakat

12

mempergunakan konsep pembelajaran sosial (Social lesson learning) menurut dimensi pembelajaran sosial Wollenberget al. (2001).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif (positifisme) dan kualitatif (fenomenologis).

Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus karena gejala sosial yang dikaji adalah gejala sosial kontemporer yang dianalisis dan dipahami menurut sudut pandang subjek penelitian. program rehabilitasi hutan dan lahan merupakan upaya perbaikan yang sifatnya terpadu, menyeluruh, bersama-sama, dan terkoordinasi dengan melibatkan semua instansi pemerintah terkait swasta dan masyarakat, agar kondisi lingkungan hulu dapat kembali berfungsi sebagai daerah resapan air hujan secara normal dan baik. Oleh karenanya strategi studi kasus sangat sesuai untuk menggali informasi sedalam mungkin mengenai gejala pembelajaran sosial pada masyarakat kawasan Pegunungan Dieng sebagai pengelola lahan pertanian sayur-sayuran bernilai ekonomi tinggi seperti pertanian kentang dan pelaksana program rehabilitasi hutan dan lahan.

Unit analisis dalam penelitian ada tiga yaitu petani, Pemerintah Daerah (Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan Perhutani), dan LSM (Tim Kerja Pemulihan Dieng). Sudut pandang yang digunakan dalam penelitian adalah sudut pandang subjek penelitian (tineliti). Jadi, sudut pandang yang dipakai dalam penelitian yaitu sudut pandang petani, sudut pandang Pemerintah Daerah (Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan Perhutani) dan sudut pandang LSM (Tim Kerja Pemulihan Dieng).

Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder dari sasaran penelitian. Data primer meliputi: keadaan umum responden, luas lahan yang diusahakan serta pengelolaanya, serta persepsi terhadap keberlanjutan program rehabilitasi hutan dan lahan. Data primer diambil melalui wawancara semi terstruktur dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintah, meliputi keadaan lingkungan biofisik tempat penelitian dan data lain yang relevan dengan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Teknik Observasi, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

2. Teknik Survei, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan masyarakat (responden) serta pihak-pihak yang terkait dengan menggunakan responden.

3. Studi Pustaka, yaitu cara pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur, laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif yaitu data deskriptif berupa kata-kata yang diucapkan langsung dan kata-kata yang dituliskan oleh subjek penelitian dan informan tentang perilaku manusia yang dapat diamati (Sitorus 1998). Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif yaitu dengan cara wawancara mendalam, pengamatan, dan analisis data sekunder.

Wawancara mendalam dilakukan terhadap subjek penelitian dan informan. Informan berasal dari masyarakat desa, Pemerintah Daerah (Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan Perhutani) dan LSM/Tim Kerja Pemulihan Dieng. Teknik pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan teknik bola salju (Snowball) yaitu menjadikan tokoh dalam masyarakat sebagai informan kunci untuk menentukan pihak-pihak yang dapat dijadikan subjek penelitian. Menurut Sitorus (1998), subjek penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi tentang dirinya yang mencakup pendapat, perasaan, dan tindakan yang dilakukan. Misalnya tentang keterlibatan dirinya dalam program rehabilitasi hutan dan lahan dan pengelolaan lahan pertanian sayur-sayuran bernilai ekonomi tinggi, tentang perasaannya terhadap pelaksanaan program rehabilitasi hutan dan lahan dan pengelolaan lahan pertanian sayur-sayuran bernilai ekonomi tinggi dan sebagainya.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah petani anggota Kelompok Tani Desa, pengurus Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Pegawai Perhutani,

14

Pegawai Dishutbun Wonosobo dan relawan Tim Kerja Pemulihan Dieng yang menjadi pendamping desa.

Jumlah responden sebagai subjek penelitian dan informan sebanyak 39 responden. Informasi mengenai mereka diperoleh dari informan kunci. Pertama, penulis mengajukan beberapa kriteria kepada informan kunci. Kriteria tersebut antara lain adalah mengelola lahan pertanian sayur-sayuran bernilai ekonomi tinggi seperti kentang, ikut serta dalam pelaksanaan program rehabilitasi hutan dan lahan, terbuka serta tidak segan menyampaikan pendapatnya. Dari kriteria tersebut informan kunci memberikan nama-nama petani yang dapat diwawancarai. Wawancara dengan para petani tersebut akan menghasilkan data mengenai proses pembelajaran sosial, pola pengelolaan hutan, prinsip bermitra dan manfaat ekonomis.

Peneliti menggali informasi dari pegawai Dishutbun Wonosobo serta pegawai Perhutani mengenai konsep program rehabilitasi hutan dan lahan dan pengelolaan lahan serta pelaksanaanya selama ini. Agar informasi yang diperoleh memiliki tingkat realibilitas yang tinggi dilakukan cross check dengan aktivis TKPD. Dari aktivis TKPD juga diperoleh informasi mengenai kegiatan fasilitasi.

Wawancara mendalam dilakukan dengan berbagai cara. Petani kentang diwawancarai dengan mendatangi mereka di lahan garapan dan di rumah masing. Anggota kelompok tani desa dan LMDH diwawancarai di rumah masing-masing. Wawancara dengan Dishutbun Wonosobo dan aktivis TKPD dilakukan dengan mendatangi kantor keduanya.

Untuk menunjang data yang didapatkan dari wawancara mendalam dilakukan pula pengamatan lapangan. Hal-hal yang diamati adalah kehidupan keseharian masyarakat, pola pengelolaan hutan dan lahan yang diterapkan, interaksi antara petani, Dishutbun dan TKPD serta proses diskusi antar pihak yang terkait. Penulis menghadiri beberapa kegiatan dalam rangka upaya rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Wonosobo diantaranya Lokakarya Penyusunan Road Map Penyelamatan Dieng pada tanggal 29 Juni 2009 yang diikuti oleh pemerintah level pusat, propinsi, kabupaten, pelaku, pakar, LSM, dan lembaga donor. Selain itu penulis juga menghadiri Lokakarya Rehabilitasi Kawasan Dieng pada tanggal 23 Desember 2009 yang dikoordinasi oleh BP DAS Serayu Opak

Progo serta menghadiri Semiloka Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan di Kabupaten Wonosobo antara masyarakat, Perhutani dan LSM.

Untuk mendukung data yang diperoleh dari wawancara mendalam dan pengamatan maka dilakukan analisis terhadap data sekunder. Data sekunder berasal dari berbagai literatur, dokumen, tesis, dan disertasi. Dari literatur diperoleh informasi mengenai konsep pembelajaran sosial, konsep pengetahuan lokal dan konsep pengelolaan hutan dan lahan. Dari dokumen didapat data monografi desa dan data mengenai program rehabilitasi hutan dan lahan. Sedangkan dari tesis dan disertasi diperoleh informasi tentang hasil-hasil penelitian terdahulu terutama mengenai program rehabilitasi hutan dan lahan dan pertanian bernilai ekonomi tinggi. Penggunaan data sekunder bertujuan untuk membantu dalam mengarahkan dan memfokuskan penelitian.

Pertanyaan kunci, teknik dan unit analisis pengumpulan data dari keempat dimensi pembelajaran sosial dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Pertanyaan Kunci Dimensi Pembelajaran Sosial

Pertanyaan Kunci Teknik Unit Analisis Dimensi 1. Pengambilan keputusan

Bagaimana penetapan kebijakan pemerintah pusat dan daerah terkait pengelolaan hutan dan lahan pertanian bernilai ekonomi tinggi, sepihak atau bersama masyarakat?

Studi pustaka Survei Dishutbun Masyarakat LSM Bagaimana sejarah kepemilikan dan status lahan garapan

petani? Studi pustaka Survei Dishutbun Masyarakat

Bagaimana konflik hak pengelolaan lahan, adakah ketidaksamaan akses antar pihak dalam pengelolaan lahan?

Survei Dishutbun Masyarakat LSM Bagaimana kesesuaian kebijakan pemerintah dengan

pelaksana kerja fasilitator di lapangan?

Studi pustaka Survei Dishutbun Masyarakat LSM

Dimensi 2. Inovasi dan Pemecahan Masalah

Bagaimana pemahaman tentang konsep, nilai-nilai, kapasitas, cara pandang, metode, dan pengalaman sejarah dalam proses pembelajaran sosial program rehabilitasi hutan dan lahan?

Survei Dishutbun Masyarakat LSM Bagaimana kesesuaian nilai-nilai dan pengetahuan lokal

masyarakat dengan adanya introduksi program rehabilitasi hutan dan lahan?

16

Tabel 1 (lanjutan)

Pertanyaan Kunci Teknik Unit Analisis

Bagaimana peran fasilitator menjembatani kepentingan-kepentingan dalam pertukaran pandangan berbagai pihak?

Survei Observasi

Dishutbun Masyarakat LSM

Dimensi 3. Jalinan Komunikasi dan Pembentukan Hubungan

Bagaimana arus informasi pelaksanaan program rehabilitasi hutan dan lahan antara petani aktif, petani pengikut, Dishutbun dan LSM? Survei Studi pustaka Dishutbun Masyarakat LSM Bagaimana karakteristik petani aktif dan petani pengikut? Survei Masyarakat

LSM Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan

tindakan antara petani aktif dan petani pengikut?

Survei Masyarakat LSM Bagaimana dominansi interaksi yang terjalin antara berbagai

pihak? Observasi Survei Dishutbun Masyarakat LSM

Dimensi 4. Pembangunan Kapasitas dan Pengembangan Masyarakat

Bagaimana keikutsertaan masyarakat (Kelompok tani dan LMDH) dalam berbagai program dan penyuluhan tentang program rehabilitasi hutan dan lahan?

Studi pustaka Observasi Survei Dishutbun Masyarakat LSM

Bagaimana peran pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan dan pengembangan kapasitas masyarakat?

Studi pustaka Observasi Survei Dishutbun Masyarakat LSM

Bagaimana proses musyawarah dalam pembangunan dan pengembangan kapasitas masyarakat?

Studi pustaka Observasi Survei Dishutbun Masyarakat LSM

Teknik Pengolahan Data Kebutuhan Pangan

Perhitungan kebutuhan pangan terkait erat dengan kebutuhan lahan bagi masyarakat. Perhitungan kebutuhan pangan dihitung dari jumlah penduduk dikalikan dengan jumlah konsumsi pangan rata-rata per kapita. Konsumsi rata-rata per kapita tidak ditentukan berdasarkan survey, tetapi dengan menggunakan pendekatan angka normative menurut Simon (1994), yaitu konsumsi beras per kapita adalah 0,31 kg/hari.. Perbandingan antara kebutuhan pangan masyarakat dengan besarnya produksi pangan yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan apakah lokasi penelitian tersebut surplus atau defisit pangan.

Kebutuhan pangan penduduk dapat diformulasikan sebagai berikut: Kpg = 0,35 kg/hari x P

Keterangan:

Kpg : Jumlah pangan penduduk desa (kg/hari)

0,35 : angka normatif konsumsi beras perkapita (Simon 1994) P : Jumlah penduduk desa (jiwa)

Kebutuhan Pakan Ternak

Rasio kepemilikan ternak (ekor/KK) diperoleh berdasarkan jumlah data dan jenis ternak yang dimiliki oleh penduduk. Untuk memperkirakan kebutuhan pakan ternak diperlukan kepadatan ternak yang dinilai dengan satuan Unit Ternak (UT). Ternak sapi, kerbau, dan kuda rata-rata memiliki 0,75 UT per ekor, sedangkan ternak kambing dan domba 1/7 UT per ekor. Kebutuhan hijauan makanan ternak (HMT) digunakan kriteria kebutuhan HMT normal menurut Simon (1994), dimana: kerbau 45 kg/ekor/hari, sapi 30 kg/ekor/hari dan kambing maupun domba 10 kg/ekor/hari. Dari kebutuhan pakan ternak tersebut perlu diketahui besarnya pakan ternak yang berasal dari hutan dan lahan.

Angkatan Kerja dan Lapangan Pekerjaan

Angkatan kerja dihitung dari penduduk yang berumur antara 15 – 59 tahun. Kesempatan kerja yang tersedia di desa dihitung dengan pendekatan jumlah angka normal, yaitu luas normal sawah dan tegal yang dibutuhkan oleh satu keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan subsisten (kelumrahan) yaitu sebesar 0,79 Ha sawah tadah hujan (Simon 1994). Apabila sawah dan tegal yang ada dibagi dengan jumlah seluruh keluarga di desa hasilnya kurang dari 0,79 Ha, maka akan terdapat tenaga kerja yang tidak terserap dalam kegiatan pertanian atau menganggur.

Penentuan Persepsi

Penentuan persepsi responden terhadap keberlanjutan program dilakukan dengan melakukan sejumlah pernyataan melalui kuesioner. Jumlah responden untuk data persepsi sebanyak 25 responden yang dipilih secara purposive. Variabel dan pernyataan tersebut ditentukan sesuai bentuk kegiatan pelaksanaan program rehabilitasi hutan dan lahan yang dilakukan oleh responden. Metode yang digunakan yaitu metode rating yang dijumlahkan atau penskalaan Likert

18

(Mueller 1996) merupakan metode penskalaan pernyataan sikap/persepsi yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Responden akan diminta untuk menyatakan tingkat kepentingan terhadap isi pernyataan/indikator dalam tiga kategori jawaban, yaitu “Sangat Penting” (SP), “Penting” (P), dan “Kurang Penting“ (KP). Dari masing-masing kategori jawaban akan diberi nilai tergantung dari bentuk pernyataannya baik yang berupa pernyataan positif maupun negatif. Pemberian nilai dari 1 sampai 3 tergantung bentuk pernyataannya, apabila positif maka nilai terkecil untuk kategori jawaban tingkat kepentingan misalnya Sangat Penting (SP) adalah 1 sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif, nilai terbesar untuk kategori jawaban penolakan misalnya Kurang Penting (KP) adalah 3. Hasil dari kuesioner dicari nilai rata-rata dari tiap butir pernyataan dengan menjumlahkan nilai dari tiap jawaban dan membaginya dengan jumlah responden. Sehingga diperoleh nilai yang menggambarkan tingkat persepsi responden. Interval nilai rata-rata dari pernyataan/ tanggapan untuk tingkat persepsi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Tingkat Persepsi berdasarkan Skala Likert

Interval Nilai Tanggapan Tingkat Persepsi

0 – 1,0 Tinggi

1,1 – 2,0 Sedang

2,1 – 3,0 Rendah

Indikator-indikator persepsi yang mempengaruhi keberlanjutan program rehabilitasi hutan dan lahan di Kawasan Pegunungan Dieng dibedakan ke dalam 2 hal pengamatan, di dalam kawasan hutan negara dan lahan milik masyarakat. Indikator tersebut mencakup aspek-aspek, diantaranya aspek teknis, kelembagaan, pengelolaan dan ekonomi. Secara lebih lengkap disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3 Indikator yang Mempengaruhi Keberlanjutan Program RHL

No Di dalam kawasan hutan No Di lahan milik

Aspek Teknis Aspek Teknis

1. Penanaman pohon 1. Penanaman pohon 2. Pemeliharaan pohon 2. Pemeliharaan pohon

Aspek Kelembagaan Aspek Kelembagaan

1. Pengembangan organisasi dan usaha yang ada, termasuk koperasi

1. Pengembangan organisasi dan usaha yang ada, termasuk koperasi

No Di dalam kawasan hutan No Di lahan milik

2. Meningkatkan kapasitas instansi pelaksana / pemangku kepentingan

2. Meningkatkan kapasitas instansi pelaksana / pemangku kepentingan 3. Adanya ikatan sosial dengan konflik

sosial yang rendah

3. Adanya ikatan sosial dengan konflik sosial yang rendah

4. Adanya kesepahaman satu sama lain 5. Hubungan baik antara staf program dan

masyarakat

4. Hubungan baik antara staf program dan masyarakat

6. Konflik lahan harus diselesaikan dengan tuntas

7. Tersedianya lahan untuk dikelola masyarakat

8. Kerekatan antar koperasi / anggota organisasi masyarakat

5. Kerekatan antar koperasi / anggota organisasi masyarakat

9. Pembentukan lembaga baru 10. Kejelasan dalam pengelolaan

sumberdaya alam

6. Kejelasan dalam pengelolaan sumberdaya alam

11. Aturan main yang jelas 7. Aturan main yang jelas 8. Pemberdayaan organisasi 9. Inovasi pada aspek teknis dan

kelembagaan

Aspek Pengelolaan Aspek Pengelolaan

1. Transparansi 1. Transparansi

2. Pengembangan perencanaan partisipatif 3. Penurunan tingkat

penebangan/perambahan 2. Desa sekitar hutan dilibatkan dalam

pengelolaan hutan dan pengamanan

3. Dukungan pemerintah yang jelas 4. Dukungan pemerintah yang jelas 4. Proses peningkatan kesadaran

masyarakat

5. Proses peningkatan kesadaran masyarakat 5. Penyuluhan kehutanan 6. Penyuluhan kehutanan

6. Gangguan atau tekanan terhadap hutan dan lahan yang dapat ditangani / diatasi

7. Gangguan atau tekanan terhadap hutan dan lahan yang dapat ditangani / diatasi

Aspek ekonomi Aspek ekonomi

1. Mekanisme investasi kembali (re-investasi) yang jelas

1. Mekanisme investasi kembali (re-investasi) yang jelas

2. Pasaran yang pasti untuk produk kegiatan rehabilitasi

2. Pasaran yang pasti untuk produk kegiatan rehabilitasi

20

Analisis Data

Data-data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Untuk mendapatkan data yang sesuai dilakukan pemilahan dan penyederhanaan. Pemilahan data dimaksudkan untuk mempertajam analisis. Setelah data dipilah selanjutnya dikelompokkan menjadi bagian-bagian yang saling berkaitan. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk teks naratif. Dari hasil penyajian dapat ditarik berbagai kesimpulan (Sitorus 1998). Analisis data mulai dari pemilahan data sampai penarikan kesimpulan.

Analisis dilakukan untuk menemukan pola. Caranya dengan melakukan pengujian sistematik untuk menetapkan bagian-bagian, hubungan antar kajian, dan hubungan terhadap keseluruhannya. Untuk dapat menemukan pola tersebut peneliti akan melakukan penelusuran melalui catatan-catatan lapangan, hasil wawancara dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.

Proses analisis data ini peneliti lakukan secara terus menerus, bersamaan dengan pengumpulan data dan kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai dilakukan. Di dalam melakukan analisis data peneliti mengacu kepada tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman (1987) yang terdiri dari tiga tahapan yaitu: reduksi data (data reduction), penyajian data(data display) dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing verivication). Ketiga tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Reduksi Data. Pada tahap ini, data yang diperoleh dari lokasi penelitian (data lapangan) dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terinci. Laporan lapangan oleh peneliti akan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya (melalui proses penyuntingan, pemberian kode, dan pentabelan). Reduksi data ini dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.

2. Penyajian Data. Penyajian data atau display data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam melihat gambaran secara keseluruhan atau

bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data ke dalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya lebih utuh. 3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi. Dalam penelitian kualitatif, penarikan

data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan yaitu dengan cara mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang masih bersifat tentatif, akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus, maka akan diperoleh kesimpulan yang bersifat grounded . Dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung yang melibatkan interprestasi peneliti.

Gambar 2 Proses Analsis Data dalam Penelitian Kualitatif.

Keabsahan Data

Moleong (2000) mengemukakan bahwa ada 4 kriteria yang dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Untuk memeriksa keabsahan data hasil penelitian ini, akan dilakukan kegiatan sebagai berikut:

22

1. Derajat kepercayaan (credibility). Penerapan konsep kriteria derajat kepercayaan ini berfungsi untuk melaksanakan inquiry sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Selain itu berfungsi untuk menunjukkan derajat kepercayaan hasil penemuan dengan cara pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kredibilitas hasil penelitian adalah sebagai berikut:

a. Memperpanjang masa observasi. Dengan cara ini peneliti berharap mempunyai cukup waktu untuk mengenal situasi lingkungan dan melakukan hubungan baik dengan para informan di lokasi penelitian. Dengan demikian peneliti dapat mengecek kebenaran berbagai informasi dan data yang diperoleh sampai sudah dirasa benar.

b. Melakukan peer debriefing. Hasil kajian dari peneliti didiskusikan dengan orang lain yang mempunyai pengetahuan tentang pokok penelitian dan juga tentang metode penelitian yang diterapkan. Pembicaraan ini bertujuan antara lain untuk memperoleh kritik, saran dan pertanyaan-pertanyaan yang menguji tingkat kepercayaan dari kebenaran hasil penelitian.

c. Triangulasi. Triangulasi dilakukan untuk mengecek kebenaran data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan dengan menggunakan metode yang berlainan. Triangulasi dilakukan dengan tiga

Dokumen terkait