• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioproses Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia (Indonesian Oil Palm Research Institute) Medan dan pengambilan bahan penelitian diperoleh dari kebun percobaan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Bukit Sentang, kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dan kebun PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2011 – Desember 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelepah kelapa sawit yang mengalami sengkleh dan normal/tidak sengkleh yang diambil berdasarkan faktor elevasi lahan dan posisi pelepah. Bahan kimia safranin, xylol dan alkohol 30%, 50%, 70%, dan 100%.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran untuk mengukur contoh uji, neraca analitik digital Satorius untuk menimbang contoh uji, golok, mikroskop untuk mengamati contoh uji, kamera digital dan kamera mikroskop Olympus untuk mendapatkan dokumetasi, penggaris khusus pengukur kerapatan vascular bundle, penangas air untuk memanaskan contoh uji, cutter untuk mensayat contoh uji guna pengamatan dibawah mikroskop, preparat dan cover glass digunakan untuk tempat contoh uji guna pengamatan dibawah mikroskop, pipet tetes untuk menetesi bahan kimia, dan oven Gallen Kamp Model OV-165 digunakan untuk mengeringkan contoh uji.

Prosedur Penelitian

Pengambilan Bahan dan Pembuatan Contoh Uji

Pengambilan bahan penelitian yang dilakukan berdasarkan dua elevasi lahan yaitu pada elevasi lahan <200 m dpl di kebun percobaan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Bukit Sentang Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dengan tahun tanam 1998. Elevasi lahan 200–400 m dpl di Kebun PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar dengan tahun tanam kelapa sawit yaitu 1996.

Adapun posisi pelepah yang diamati adalah posisi 17, 25 dan 33. Pelepah kelapa sawit yang diambil adalah pelepah yang mengalami sengkleh untuk setiap pengujian penelitian dan pelepah yang normal/tidak sengkleh sebagai kontrol pada setiap pengujian.

Metode Penelitian

Pengamatan Anatomi Pelepah

Pengamatan dilakukan terhadap bahan penelitian dengan pembuatan preparat dan dilakukan pengamatan dibawah mikroskop dan difoto.

Pembuatan preparat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Contoh uji dibuat berukuran 2x2x10 cm dari bidang lintang. Kemudian contoh uji dilunakkan dengan cara dipanaskan pada penangas

- Contoh uji disayat dengan menggunakan cutter

- Sayatan direndam dalam safranin selama 5 menit kemudian dicuci dengan alkohol secara bertingkat, yaitu 30%, 50%, 70%, 95% dan 100% masing-masing dengan waktu ± 15 menit. Untuk pencucian terakhir menggunakan alkohol 100% yang dilakukan sebanyak dua kali

- Agar sayatan benar-benar bersih dari air sayatan, selanjutnya direndam dengan xylol

- Sayatan yang baik (tidak robek) ditempatkan di atas obyek glass, lalu ditutup dengan cover glass

- Diamati irisan melintang kelapa sawit tersebut berupa perubahan warna, keberadaan epidermis, parenkim, vascular bundle, xilem dan floem.

Pengujian Sifat Fisik

Pengujian sifat fisik bahan penelitian berupa pengujian kadar air pelepah, jarak patahan, berat pelepah, pengelompokan tipe dan bentuk pelepah dan kerapatan vascular bundle berdasarkan tingkat kerusakan.

Pengujian Kadar Air Pelepah

Kadar air adalah jumlah air yang terdapat pada kayu dibagi dengan berat kering tanur. Pengujian kadar air pelepah menggunakan British Standard 373-1975 Standard Test for Small Clear Spesimen. Cara penentuan kadar air pelepah dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm ditimbang berat awalnya (BA) kemudian di oven dengan suhu 103±20C sampai berat contoh uji konstan kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat kering oven (BKO).

Dihitung kadar air dengan rumus: KA Basah = BKO BKO BA− X 100% BA = Berat Awal

Pengukuran Berat dan Jarak Patahan

Pengukuran jarak patahan pelepah yang mengalami sengkleh dilakukan dengan mengukur jarak antara bagian pangkal pelepah hingga titik patahan (A) dan antara titik patahan hingga ujung pelepah (B) dan masing-masing (A dan B) ditimbang untuk mengetahui berat patahan pelepah.

Gambar 3. Pola Pengukuran Berat dan Jarak Patahan. Pengelompokan Pelepah Sengkleh

Pengelompokan tipe dan bentuk pelepah yang sengkleh dilakukan secara visual dan diidentifikasi tipe dan bentuk menurut tingkat kerusakan (ringan, sedang dan berat) kemudian difoto.

Penghitungan Kerapatan Vascular bundle

Penghitungan distribusi kerapatan vascular bundle berdasarkan penampang melintang pelepah dan sepanjang pelepah. Penghitungan kerapatan

vascular bundle dilakukan dengan menggunakan penggaris khusus penghitung

vascular bundle. Jumlah vascular bundle yang diperoleh dari pengukuran tersebut kemudian dikonversi menjadi jumlah vascular bundle per cm2.

B

Pada pengukuran penampang melintang pelepah dan distribusi vascular bundle sepanjang pelepah, masing-masing pelepah dibagi menjadi lima bagian (A, B, C, D, dan E). Seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3. Pola Pengukuran pengukuran distribusi vascular bundle sepanjang pelepah.

Pada pengukuran distribusi Vascular bundle sepanjang pelepah, masing-masing pelepah yang telah dibagi lima bagian dibagi menjadi 3 bagian sebagai ulangan A (a1, a2, a3), B (b1, b2, b3), C (c1, c2, c3), D (d1, d2, d3) dan E (e1, e2, e3). Pada masing-masing potongan tersebut ditempatkan alat pengukur pada posisi x1, x2 dan x3 hingga didapatkan x rata-rata, kemudian dihitung kerapatan

vascular bundle. Seperti terlihat pada Gambar 2:

Gambar 2. Pola Pengukuran Melintang Vascular Bundle. E D C B A X1 X2 X3

Analisa Data

Dari pengujian kadar air dan kerapatan vascular bundle yang telah dilakukan, selanjutnya data-data tersebut diolah untuk mengetahui pengaruh dari elevasi lahan dan posisi pelepah kelapa sawit terhadap adanya pelepah yang sengkleh. Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan dua faktor yaitu: elevasi lahan di atas permukaan air laut (m dpl) (<200 m dpl dan 200-400 m dpl) dan posisi pelepah (17, 25 dan 33). Model statistik dari rancangan percobaan ini adalah:

Yijkl = µ + αi +βj + (αβ)ij+ ∑ijk (Sastrosupadi, 2000)

dimana :

Yijkl = Nilai pengamatan elevasi lahan i, kondisi dan posisi pelepah ke-j serta ulangan ke-k

µ = Rataan umum/nilai tengah

αi = Pengaruh akibat perlakuan elevasi lahan ke-i βj = Pengaruh akibat posisi pelepah ke-j

(αβ)ij = Pengaruh Interaksi antara elevasi lahan ke-i dengan posisi pelepah ke-j

∑ijk = Kesalahan percobaan pada elevasi lahan ke-i dengan posisi pelepah ke-j serta ulangan ke-k

Hipotesis yang digunakan:

Ho: Perbedaan elevasi lahan dan posisi pelepah tidak berpengaruh nyata terhadap terjadinya pelepah sengkleh pada tanaman kelapa sawit.

H1: Perbedaan elevasi lahan dan posisi pelepah berpengaruh nyata terhadap terjadinya pelepah sengkleh pada tanaman kelapa sawit.

Untuk mengetahui pengaruh dari faktor perlakuan yang dicoba, dilakukan uji F dengan kriteria uji jika probabilitasnya >0,05 maka H0 diterima yaitu faktor perlakuan tidak mempengaruhi kadar air dan kerapatan vascular bundle pelepah kelapa sawit dan jika probabilitasnya <0,05 maka H0 ditolak dimana faktor perlakuan mempengaruhi sifat fisis pelepah kelapa sawit. Untuk mengetahui taraf perlakuan mana yang berpengaruh nyata diantara faktor perlakuan maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Uji Wilayah Berganda (Duncan’s Multiple Range Test) dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Dokumen terkait