• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilaksanakan di DAS Molompar yang memiliki luas wilayah sebesar 29.608 Ha, DAS tersebut merupakan bagian dari DAS Ratahan Pantai yang secara georgrafis berada pada 0o 54 57”-10o 09 LU dan 124o 41’-124” 55 BT terletak pada ketinggian 0-1556 mdpl. Penelitian dilakukan pada bulan maret sampai bulan mei 2009.

17 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data fisik hasil pengukuran di lapangan dan data sosial ekonomi. Data sekunder yang digunakan adalah data curah hujan 10 tahunan dari stasiun curah hujan yang terdekat, peta tanah, peta landuse, peta topografi dengan masing-masing skala 1:50.000 (BPDAS Tondano 2007).

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah peta kerja (hasil overlay), bor tanah, Abney level, kompas, ring sampel, pisau, cangkul, meteran, kantong plastik, alat tulis menulis, kertas label, alat dokumentasi, GPS (Global Positioning System) dan seperangkat computer PC (Personal Computer).

Pengumpulan Data

Tabel 2. Pengumpulan data primer dan data Sekunder

Jenis Data Metode Pengumpulan Data Kegunaan

Data Primer

Kemiringan lereng Pengukuran lapangan dan

Bakosurtanal Penentuan S

Panjang lereng Pengukuran di lapangan Penentuan L

Tekstur tanah Pengukuran di lapangan dan analisis lab. Kelas kemampuan lahan dan erodibilitas tanah Status dan luas lahan,

jumlah dan jenis tanaman yang digunakan, pendapatan usaha tani

Petani sampel Untuk menentukan

karakteristik sosek, kebutuhan fisik minimum dan kebutuhan hidup layak dan pendapatan petani

Sistem Agroteknologi Petani sampel Untuk menentukan

karakteristik sosek, kebutuhan fisik minimum dan kebutuhan hidup layak dan pendapatan petani

18 Tabel 2. Lanjutan

Jenis Data Metode Pengumpulan Data Kegunaan

Data Sekender

Peta topografi skala

1 : 50.000 Bakosurtanal, BPDAS

Untuk batas DAS, kelas lereng dan menentukan unit lahan dan kemampuan lahan

Peta penggunaan lahan

skala 1 : 50.000 Bakosurtanal, BPDAS

Untuk batas DAS, kelas lereng dan menentukan unit lahan dan kemampuan lahan

Peta jenis tanah skala

1 :50.000 Bakosurtanal, BPDAS

Untuk batas DAS, kelas lereng dan menentukan unit lahan dan kemampuan lahan

Iklim (curah hujan) Stasiun curah hujan Indeks erosivitas hujan Data kependudukan Kantor kecamatan Analisis ekonomi dan kebutuhan hidup layak

19

Penyempurnaan usaha tani AnalisisPrediksi

Aternatif pola tanam dan agroteknologi

Pendapatan bersih > standar hidup layak

Rekomendasi Penggunaan Lahan dan pola tanam agroteknologi

Evaluasi Pola Tanam dan Agroteknologi

A ≤ ETol Penyempurnaan pola

tanan dan Agroteknologi Ya

Analisis Sosial Ekonomi

Ya -Tekstur tanah -Struktur tanah -Permeabilitas -Bahan Organik -Kemiringan Lereng -Panjang Lereng -Curah Hujan -Erosi -Kedalam efektif -Drainase

Pengamatan, Pengukuran dan Pengambilan Data Fisik

Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan Data skunder Sosial ekonomi Evaluasi Penggunaan sesuai Perubahan penggunaan Lahan tidak Ya Peta Topografi

Peta Jenis Overlay Penentuan lokasi Pengamatan intensif Unit Lahan Survei Pendahuluan Peta Penggunaan Survei Utama tidak tidak

20

Gambar 2 Alur Penelitian Metode Penelitian Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap studi kepustakaan, yaitu meneliti dan mengkaji pustaka yang telah ada tentang keadaan lahan di lokasi penelitian serta data sekunder lainnya.

Salah satu sarana yang sangat penting untuk tahap ini adalah peta dasar, yaitu peta hasil tumpang tindih (overlay) dari peta penggunaan lahan, peta topografi, dan peta jenis tanah. Peta ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengamatan di lapangan, dan penetapan faktor K, LS, C dan P.

Tahap Survei Pendahuluan

Survai pendahuluan bertujuan untuk mempersiapkan pelaksanaan survai utama yang akan dilakukan. Selain menyiapkan urusan administrasi, survei pendahuluan juga bertujuan untuk melakukan orientasi di daerah penelitian untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kondisi lapangan dan mengidentifikasi permasalahan yang mungkin didapat di lapangan.

Dalam survei ini juga perlu dilakukan beberapa pengamatan pendahuluan tentang jenis tanah, penggunaan tanah serta keadaan penduduk dan lingkungan serta pencocokan peta unit lahan.

Tahap Survei Utama

Survei utama merupakan kegiatan utama di lapangan. Dalam survei utama dilakukan pengamatan langsung di lapangan seperti pengukuran kemiringan lereng dengan menggunakan abney level, pengamatan tekstur tanah, struktur tanah, keadaan batuan, kedalaman efektif, kejadian erosi, melakukan pengamatan vegetasi yang ada dan agroteknologi yang ada pada plot pengamatan intensif.

Pengambilan sampel tanah di lapangan dilakukan setelah penentuan plot sampel pada peta kerja untuk tiap luasan unit lahan. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul/skop untuk tanah sub soil yang kemudian dimasukkan ke dalam plastik untuk dianalisis di laboratorium. Sedangkan pengambilan sampel tanah untuk penetapan permeabilitas tanah dilakukan dengan menggunakan ring sampel.

21

Penentuan jenis tanah didasarkan atas pengamatan profil tanah di lapangan dibantu dengan hasil analisis tanah di laboratorium.

Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan secara purposif berdasarkan titik contoh pengambilan data fisik, dimana petani yang lahannya dijadikan titik contoh merupakan petani responden yang selanjutnya dilakukan wawancara dengan menggunakan kuisioner.

Analisis Data dan Penyajian Hasil

Data fisik lahan yang telah diperoleh digunakan untuk menentukan kelas kemampuan lahan dan prediksi erosi. Sedangkan data sosial ekonomi digunakan untuk analisis biaya dan pendapatan petani, dan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan alternatif penggunaan lahan dan usaha tani di Sub DAS Molompar.

Tahapan analisis untuk menyusun perencanaan penggunaan lahan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Evaluasi kemampuan lahan berdasarkan potensi lahan 2. Prediksi erosi dan penentuan ETol

3. Analisis usaha tani

4. Perencanaan penggunaan lahan

Evaluasi Kemampuan Lahan Berdasarkan Potensi Lahan

Evaluasi kemampuan lahan dilakukan berdasarkan kriteria klasifikasi kemampuan lahan yang dikemukakan oleh Klingebiel dan Montgomery (1973) yang pada Tabel 3.

22 Tabel 3. Evaluasi Kemampuan Lahan

Kelas kemampuan Lahan No Faktor Penghambat

I II III IV V VI VII VIII

1 Tekstur Lapisan Atas t₁t₂t₃ t₁t₂t₃ t₁t₂t₃t₄ t₁t₂t₃t₄ (*) t₁t₂t₃t₄ t₁t₂t₃t₄ t5 2 Tekstur Lapisan Bawah t₁t₂t₃ t₁t₂t₃ t₁t₂t₃t₄ t₁t₂t₃t₄ (*) t₁t₂t₃t₄ t₁t₂t₃t₄ t5

3 Lereng permukaan A B C D (*) E F G

4 Drainase d1 d2 d3 d4 d5 (**) (**) (**)

5 Kedalaman Tanah Ko k₁ k₂ k₃ (*) (*) (*) (*) 6 Tingkat Erosi e₀ e₁ e₂ e₃ (*) e₄ e₅ (*)

7 Banjir o₀ o₁ o₂ o₃ o₄ (*) (*) (*)

8 Kerikil/Batuan b₀ b₀ b₁ b₂ b₃ (*) (*) b₄ 9 Permeabilitas P₂P₃ P₂P₃ P₂P₄ P₂P₄ P₁ (*) (*) P₅ Keterangan : (*) : dapat mempunyai sembarana sifat faktor penghambat dari kelas

yang lebih endah (**): tidak berlaku

Penelitian ini hanya ditekankan pada 4 faktor penghambat, yaitu : lereng permukaan, tingkat erosi, kedalaman tanah, dan drainase. Penentuan kelas kemampuan lahan ditentukan dengan memasukkan ke empat faktor penghambat ke dalam kriteria klasifikasi kemampuan lahan dengan berpedoman pada skema hubungan antara kelas kempuan lahan dengan intensitas dan macam penggunaan lahan untuk menentukan kelas kemampuan lahan yang sesuai (gambar 1).

Prediksi Erosi dan Penentuan ETol

Prediksi erosi dilakukan pada satuan lahan homogen yang merupakan pewakil di lokasi penelitian pada lahan pertanian untuk menentukan kelayakan setiap jenis pengelolaan pertanian pada masing-masing unit kemampuan lahannya. Prediksi erosi dihitung dengan persamaan USLE (universal soil loss equation) menurut Wischmeier dan Smith (1978) sebagai berikut :

A = R x K x LS x C x P Dimana A = prediksi erosi tanah tahunan (ton/ha)

R = Erosivitas hujan K = Erodibilitas tanah

LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng P = Tindakan konservasi tanah

23 • Penentuan Nilai Erosivitas Hujan (R)

Nilai erosivitas hujan dihitung dengan menggunakan rumus Lenvain EI30 = 2,34 (Rain)m1,98

Dimana RM = erosivitas hujan bulanan, (Rain)m = curah hujan bulanan (cm), nilai R setahun diperoleh dengan menjumlahkan RM selama setahun.

• Penentuan Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Nilai K diperoleh dari hasil analisis sampel tanah pada satuan lahan pengamatan. Sampel tanah tersebut dianalisis di Laboratorium, sehingga hasil analisis akan diperoleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik tanah. Nilai K dihitung berdasarkan nilai K yang disesuaikan (Hammer 1981) sebagai berikut :

K = 1,292 {2,1 M1,14 (10 –4) (12 – a) + 3,25 (b – 2) + 2,5 (c – 3)} 100

dimana :

K = erodibilitas tanah

M = kelas tekstur tanah (% pasir halus + debu)(100 - % liat) a = % bahan organik

b = kode struktur tanah

c = kode permeabilitas profil tanah

• Penentuan Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Panjang dan kemiringan lereng diukur di lapangan. Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) dihitung menggunakan rumus (Arsyad 2000) :

2 00138 , 0 00965 , 0 0138 , 0 ( S S X LS = + +

dimana : X = panjang lereng (m), S= kecuraman lereng (%) • Penentuan Faktor Tanaman (C)

Nilai C untuk berbagai jenis tanaman seperti tanaman pangan baik yang monokultur maupun campuran, dan lain-lain berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan berdasar pada waktu pengamatan di lapangan dan wawancara.

24 • Penentuan Faktor Konservasi Tanah (P)

Nilai P ditentukan berdasar pengamatan di lapangan dan wawancara serta berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

• Erosi yang dapat Ditoleransikan (Tolerable Soil Loss)

Perhitungan Etol dilakukan untuk mengetahui apakah sistem pertanian yang dilakukan pada satuan lahan yang diamati dapat berkelanjutan. Jika hasil prediksi erosi lebih besar dari Etol maka sistem pertanian yang dilakukan tidak berkelanjutan dan perlu dilakukan alternatif-alternatif perubahan sistem pertanian terutama cara pengelolaan tanaman (C) serta teknik konservasi tanah (P). Untuk menghitung nilai erosi yang dapat ditoleransikan, digunakan persamaan (Hammer 1981) yang mengacu pada konsep kedalaman ekuivalen (equivalent depth) dan umur guna tanah (resources life). Persamaan yang digunakan adalah :

DE - Dmin

ETol = --- + LPT UGT

dimana : Etol = erosi yang dapat ditoleransikan (mm/thn)

DE = kedalaman ekuivalen (kedalam efektif tanah x faktor kedalaman (mm)

Dmin = kedalaman tanah minimum (mm) UGT = umur guna tanah (tahun)

LTP = Laju pembentukan tanah (mm/thn)

Analisis Usahatani

Pada analisis usahatani ada tiga variabel yang perlu diperhatikan dalam analisis pendapatan usahatani dan standar hidup layak, yaitu :

• Data tentang penerimaan

merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, persamaannya sebagai berikut :

TR = Yi.Pyi

dimana : TR = total penerimaan ; Yi = produksi yang diperoleh dalam satu musim tanam ke-i (kg) ; Pyi = harga komoditas ke-i (Rp)

25 • Biaya Usahatani

merupakan nilai semua masukan atau keluaran yang dipakai dalam satu musim tanam selama proses produksi, baik langsung maupun tidak, dengan persamaan sebagai berikut :

TC = Σ Xi.Pxi

dimana TC = biaya total ; Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap ; Pxi = harga input ke-i (Rp) dan i = macam komoditas yang dikembangkan dalam suatu usaha tani

• Pendapatan Usahatani

merupakan selisih dari total penerimaan terhadap total pengeluaran. PU = TR – TC

dimana : PU = pendapatan usahatani (Rp); TR = total penerimaan (Rp); dan TC = total biaya usahatani (Rp)

Cara analisis terhadap tiga variabel ini disebut dengan analisi anggaran arus uang tunai (cash flow analysis) (Soekartawi 1986).

Standar kebutuhan fisik minimun dan hidup layak ditentukan berdasarkan kebutuhan beras per kapita (KK) dan harga beras yang berlaku di suatu daerah. Nilai ambang kecukupan pangan (beras) untuk tingkat pengeluaran rumah tangga di pedesaan berkisar antara 240-320 kg/org/thn. Sedangkan untuk di perkotaan berkisar antara 360-480 kg/org/thn (Sajogyo dan Sajogjo 1990).

• Standar Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) (Sinukaban, 2007)

Adapun perhitungan untuk kebutuhan fisik minimum dan kebutuhan hidup layak dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :

1. Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) = kebutuhan beras satu rumah tangga x 100% x jumlah anggota keluarga x harga beras

2. Kebutuhan Hidup Tambahan (KHT) = pendidikan dan sosial + kesehatan dan rekreasi + asuransi dan tabungan.

- Kebutuhan untuk pendidikan dan kegiatan social = 50% KFM - Kebutuhan untuk kesehatan dan rekreasi = 50% KFM

26

3. Kebutuhan hidup layak (KHL) = KFM + KHT = kebutuhan equivalen beras satu rumah tangga x 250 % x jumlah anggota keluarga x harga beras. Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan

Perencanaan penggunaan lahan ditentukan pada setiap unit kemampuan lahan dengan menggunakan dasar nilai CP yang dapat diterapkan untuk berbagai jenis pengelolaan lahan melalui simulasi.

Kriteria untuk menetapkan CP maksimum yang akan direkomendasikan dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:

A < ETol RKLSCP < ETol

Dalam hal ini ditentukan nilai CP untuk setiap jenis penggunaan dan unit kemampuan lahan, nilai RKLS pada setiap satuan lahan homogen dianggap konstan, maka besar prediksi erosi selanjutnya sebanding dengan nilai CP yang dipilih selama simulasi.

Jika nilai CP yang diperoleh telah maksimal tetapi belum memenuhi syarat untuk standar hidup layak, maka harus ada penyempurnaan usahatani, seperti usaha ternak ataupun usaha keterampilan/kerajinan lainnya untuk memanfaatkan hasil pertanian, sehingga kebutuhan hidup petani dan keluarganya dapat terpenuhi atau standar hidup layak dapat tercapai.

27

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Dokumen terkait