• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi Praktikum

BAB VI IRIGASI TETES

6.5 Metodologi Praktikum

6.5.1 Lokasi dan Waktu

Praktikum irigasi tetes ini dilakukan pada hari minggu tangal 24 Oktober 2015 pukul 06.30 sampai selesai. Praktikum dilakukan di belakang bengkel Teknik Pertanian, Universitas Andalas.

6.5.2 Alat dan Bahan a. Alat 1. Selang infus; 2. Manometer air; 3. Gelas ukur; 4. Penampung air; 5. Stopwatch;

6. Kran pengatur debit; 10. Unit penetes; 11. Tabung infus; 12. Polibek; 13. Tali raffia; 14. Penggaris; 15. Pisau carter. 16. Gelas aqua b. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum irigasi tetes, yaitu: 1. Tanah gembur 4 polibek;

2. Tanah padat 2 polibek; 3. Tanah pasir 1 polibek; 4. Tali raffia.

6.5.3 Metode Praktikum

Gambar 33. irigasi tetes

Sumber : ftsl.itb.ac.id 1. Siapkan semua alat dan bahan;

2. Semua tanah sudah dalam keadaan kering;

3. Letakkan masing-masing tanah dengan jarak yang sesuai dengan emitternya; 4. Letakkan tanah yang ada di dalam polibek tepat berada di tengah-tengah

penetes;

5. Pasang penetes dengan jarak seragam pada lateral. Atur jarak antara emitter dengan permukaan tanah;

6. Alirkan air melalui lateral dengan tekanan air yang diatur dengan kran pengatur debit;

7. Atur waktu air yang jatuh ke tanah dan ke gelas aqua yaitu 1 tetes/detik; 8. Tunggu selama 1 jam.dengan waktu air menetes dari emitter ke gelas dan

aqua yaitu 1 tetes/detik;

9. Gunting polibek yang berisi tanah tersebut; 10. Ukur diameter dan tinggi tanah yang terkena air; 11. Catat hasil pengukuran tersebut.

6.6 Hasil dan Pembahasan 6.6.1 Hasil

Tabel 11. Data Infus

Jenis tanah Diameter (cm) Tinggi (cm) Volume (m3) Debit (m3/s) Tanah berpasir 11,6 8,8 9,295 x 10-4 2,582 x 10-7 Tanah padat 1 10,3 14,1 1,174 x 10-3 3,261 x 10-7 Tanah Gembur kapalo koto 14,9 14,4 2,509 x 10-3 6,971 x 10-7 Tanah gembur pasar baru 14 910,6 1,631 x 10-3 4,530 x 10-7

Sumber : Hasil Analisis Praktikum

Tabel 12. Data Volume Infus

V (ml) V (m3) t (s) Q (m3/s)

185 185 x 10-6 3600 5,138 x 10-8

Sumber : Hasil Analisis Praktikum Tabel 13. Pipa Bertekanan Rendah Jenis tanah Diameter

(cm) Tinggi (cm) Volume (m3) Debit (m3/s) Debit 190 x 10-6 5,278 x 10-8 Tanah padat 2 8,9 15,6 9,700 x 10-4 2,694 x 10-7 Tanah gembur kuranji 9,5 10,6 7,509 x 10-3 2,086 x 10-7

Sumber : Hasil Analisis Praktikum

Tabel 14. Data Volume Pipa Bertekanan Rendah

V (ml) V (m3) t (s) Q (m3/s)

190 190 x 10-6 190 x 10-6 5,278 x 10-8

Sumber : Hasil Analisis Praktikum 6.6.2 Pembahasan

Pada saat praktikum irigasi tetes ini menggunakan infus dan pipa bertekanan rendah serta menggunakan lima jenis tanah yang digunakan, tanah-tanah tersebut adalah tanah berapsir, tanah padat, tanah gembur kapalo koto, pasar baru, dan kuranji. Pemilihan berbagai jenis tanah ini dimaksud untuk menilai jenis tanah apa yang bagus untuk irigasi tetes dan juga menilai tingkat lengas tanah sehingga bisa di jadikan sebagai perbandingan . Tanah yang digunakan sebelumnya dkeringkan terlebih dahulu agar tanah tidak jenuh dengan air dan tidak mengganggu pada saat pengambilan data.

Setelah praktikum dilaksanakan dilakukan perhitungan diameter basah dari masing-masing tanah. diameter basah yang paling tinggi pada alat tabung inpus adalah Tanah gembur kapalo koto dengan nilai 14,9 cm. Hal ini mungkin saja karena memiliki postur yang gembur dengan porositas yang tinggi. Sedangkan diameter yang paling kecil adalah tanah padat dengan nilai 10,3 cm, hal ini dikarenakan tanah padat mempunyai tekstur yang berbongkah-bongkah dan sulit untuk menyerap air. Urutan tingkatan diameter basah tanah pecobaan yang terbesar hingga terkecil berurut dimulai dari tanah gembur kapalo koto 14,9 cm, pasar baru 14 cm, tanah berapsir11,6 cm, dan terakhir tanah padat 10,3 cm.

Dilihat dari data hasil praktikum dengan menggunakan pipa bertekanan rendah, dapat dilihat jenis tanah yang memiliki diameter terbesar adalah tanah gembur kuranji dengan nilai 9,5 cm dan yang terkecil adalah tanah padat dengan nilai 8,9. Tanah yang digunakan untuk pipa bertekanan rendah ini digunakan dua jenis tanah yaitu padat dan gembur yang diambil diwilayah kuranji.

Dilihat dari ketinggian tanah yang basah pada percobaan menggunakan tabung infus dan pipa bertekanan rendah jika dirata-ratakan tanah padat memiliki ketinggian yang paling tinggi dengan nilai 14,85 cm. Hal ini dikarenakan tanah padat memiliki banyak rongga-rongga kosong yang terdapat didalamnya, sehingga jika terkena air akan langsung meloloskan air kebawah permukaan. Sedangakn menurut data yang didapatkan, tanah yang memiliki ketinggian basah yang terkecil adalah tanah berpasir dengan nilai 8,8 cm. Hal ini dikarenakan pada tanah berpasir terdapat partikel-partikel tanah yang sangat halus dan bisa dianggap debu yang membuat rongga-rongga pada permukaan tanah menjadi tertutup dan membuat air susah mengalir kebawah permukaan tanah.

Berdasarkan data yang didapatkan dari praktikum debit yang mengalir pada tabung infus lebih kecil dari pipa bertekanan rendah.namun perbedaan debitnya tidak begitu besar hanya 0,13889 m3/s dan dapat dikategorikan sama. Perbedaan ini mungkin saja terjadi kekurangan cermatan dalam mengukur tetesan air yang keluar dari slang. Pada saat praktikum terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan irigasi tetes seperti permukaan tanah yang tidak rata, keceatan angin, tanah yang kurang kering sehingga sulit untuk melihat diameter basah pada tanah percobaan.

6.7 Penutup 6.7.1 Kesimpulan

Pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa diameter basah tanah ditentukan oleh postur tanah dan tingakt porositas tanah. Kedalaman basah tanah ditentukan tingkat banyak atau tidaknya rongga yang terdapat pada tanah untuk meloloskan air kebawah permukaan. Dimameter tanah terbesar yabg didapatkan saat praktikum adalah tanah gembur kapalo koto dengan nilai 14,9 cm dan yang terkecil adalah tanah padat dengan nilai 10,3 cm. Dalam pemberian air pada sistem irigasi tetes dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti human error, dan arah angin serta kedataran permukaan tanah. Untuk sistem irigasi tetes, metode yang paling cocok digunakan adalah metode infus karena volume air yang diberikan dapat diatur dengan baik dan mudah.

Jumlah volume air yang dikeluarkan oleh tabung infus lebih kecil jika dibandingkan dengan pipa bertekanan rendah. Hal ini mungkin saja karena factor human error pada saat pengukuran jumlah tetesan dalam satuan detik.

6.7.2 Saran

Adapun saran yang dapat diperhatikan untuk praktikum selanjutnya yaitu : 1. Sebelum melakukan praktikum, harap terlebih dahulu menyediakan alat dan

bahan;

2. Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu pahami prosedur kerja serta literatur yang menjelaskan tentang sistem irigasi tetes;

3. Harap tidak bermain-main saat melakukan praktikum agar tidak terjadi kesalahan/ human error yang dapat berakibat data yang didapatkan tidak akurat;

4. Hindari melakukan kesalahan-kesalahan dan perhatikan pendistribusian air yang dilakukan;

5. Diharapkan asisten pendamping agar lebih mejelaskan tentang irigasi tetes dan menjelaskan cara penerapan yang baik;

6. Asisten bersedia menjelaskan kembali disaat praktikan kurang memahami; 7. Jika alat dan bahan tidak lengkap, maka praktikan akan gagal dalam objek

Dokumen terkait