• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka 1 Pengertian Irigasi Tetes

BAB VI IRIGASI TETES

6.4 Tinjauan Pustaka 1 Pengertian Irigasi Tetes

Sistem irigasi tetes merupakan suatu sistem irigasi yang menggunakan tabung dan drippers untuk menghantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini dilakukan untuk mencegah tanaman digenangi air. Air pada irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan sangat pelan dan mempertahankan tanah dan udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang sehat.

Prinsip dari sistem irigasi tetes adalah pemberian air pada tanaman yang dilakukan dengan menggunakan pipa bertekanan rendah yang dipasangi dengan penetes dan ditempatkan sepanjang garis-garis tanaman. Dasar operasi sistem irigasi tetes adalah memberikan air ketanaman dengan menggunakan jaringan pipa yang memiliki tekanan rendah dan dialiri oleh air. Salah satu ciri khas dari irigasi tetes adalah air yang dialirkan dari sumber ketanaman yang akan dialiri melalui jaringan pipa yang ekstensif.

Irigasi tetes pertama kali dilakukan dikawasan gurun dimana air sangat langka dan berharga. Untuk pertanian berskala besar, sistem irigasi tetes cocok untuk tanaman yang berjajar, untuk buah-buahan dan juga irigasi di dalam greenhouse. Bagi negara-negara maju, irigasi tetes menjadi sarana penting dalam

mensiasati pasokan air yang terbatas. Sistem irigasi tetes mudah dan cepat dalam perakitannya.

Sistem irigasi tetes biasanya diterapkan didaerah sebagai berikut : a. Air tersedia sangat terbatas dan mahal

b. Tanah berpasir, berbatu atau sukar didatarkan c. Tanaman dengan nilai ekonomis tinggi

Metode pemberian air pada irigasi tetes : 1. Irigasi tetes (drip irrigation)

pada metode ini, air irigasi diberikan dalam bentuk tetesan yang hampir terus- menerus dipermukaan tanah sekitar daerah perakaran dengan menggunakan emitter

2. Irigasi bawah permukaan

air irigasi diberikan dibawah permukaan dengan menggunakan emitter 3. Bubbler irigation

air irigasi diberikan dipermukaan tanah seperti aliran kecil menggunakan pipa kecil dengan bebit sampai dengan 225/jam

4. Irigasi percik

air irigasi diberikan dengan menggunakan penyemprot kecil kepermukaan tanah

Sistem irigasi tetes umumnya didesain dan dioperasikan untuk memberikan air irigasi dengan debit rendah dan kerap serta membasahi sebagian dari permukaan atanah. Desain irigasi tetes merupakan integrasi dari komponen- komponen emitter, pipa, katub, filter dll menjadi satu susunan sistem, pada kondisi tanah air, dan peralatan yang terbatas. Beberapa faktor ekonomis seperti kesesuaian, invertasi awal, tenaga kerja menjadi kendala desain. Ditambah lagi dengan peralatan yang mahal serta faktor ekonomi.

6.4.2 Komponen-Komponen Sistem Irigasi Tetes

Komponen-komponen yang digunakan dalam irigasi tetes meliputi : 1. Pipa : pipa merupakan saluran air pada sistem irigasi tetes yang berfungsi

mengalirkan air dari sumbernya ke unit penetes. 2. Nozzle : berfungsi sebagai penetes air ke tanaman. 3. Kran : berfungsi sebagai pengatur aliran air.

4. Pompa : berfungsi untuk menaikkan atau menghisap air dari sumber air kemudian membuat tekanan dan debit yang diperlukan untuk irigasi tetes sehingga air dapat terdistribusi dengan baik.

5. Filter : digunakan untuk menyaring debu-debu yang halus, bahan organik, lendir-lendir yang halus dan bakteri agar tidak terjadi penyumbatan.

6. Pipa lateral : berguna menyalurkan nutrisi dari setiap titik pengaliran pipa sub utama melalui selang mikro ke setiap emitter dan selanjutnya ke masing- masing tanaman.

7. Tabung Marihot

Tabung marihot merupakan tabung untuk mengalirkan air dengan head sesuai dengan rancangan (20 cm-250 cm). Menurut Tussi (2006), tabung marihot digunakan sebagai wadah atau tangki air irigasi dan larutan nutrisi yang dapat mengalirkan aliran debit tetap dan debit akan berubah pada elevasi yang berbeda. Bagian dari tangki dilengkapi dengan selang seling untuk saluran pemasukan udara dan aliran pengairan.

8. Kran

Kran berfungsi sebagai pengatur aliran air. 9. Tanah Inceptisol

Kata Inceptisol berasal dari kata inceptum yang artinya permukaan yang memiliki horizon belum berkembang dan cukup subur.

Sarana utama dari perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi yang baik adalah memperoleh kapasitas sistem yang bisa mencukupi kebutuhan air diseluruh tanaman. Hubungan anatara debit penetes minimum dan rata-rata merupakan faktor terpenting dalam pemakaian sistem irigasi tetes. Tingkat keseragaman sistem irigasi tetes ini dinyatakan sebagai keseragaman tetes.

6.4.3 Manfaat Irigasi Tetes

Adapun manfaat dari penggunaan irigasi tetes adalah :

1. Pemberian air pada tanaman bersamaan dengan nutrisi atau zat hara yang telah dicampur akan lebih efektif;

2. Irigasi tetes tidak memerlukan lahan yang luas untuk pemasangan sarana; 3. Tidak memerlukan tenaga yang banyak;

5. Membantu penyimpanan air dan menghemat persediaan air selama seminggu; 6. Menyalurkan air ke tempat yang kami inginkan; dan yang terpenting;

7. Mengusahakan tanah tempat media tumbuh tanaman selalu basah terairi tetesan air dan cukup untuk mengairi tanaman buah atau tanaman lain di halaman belakang rumah kami yang ada di dalam pot.

6.4.4 Kelebihan Irigasi Tetes

Irigasi tetes memiliki kelebihan, yaitu :

1. Tingkat perkolasi dan evaporasi lebih rendah dengan cara pengelolaan yang tepat

2. Kebutuhan tenaga kerja lebih rendah serta sistem irigasi tetes dapat dioperasikan secara otomatis

3. Pengontrolan laju air lebih mudah dikendalikan sehingga tidak terjadi pemborosan dalam penggunaan air

4. Bakteri dan hama penyakit yang tergantung pada lingkungan lembab dapat dikurangi

5. Air langsung dapat diserap oleh akar tanaman

6. Gulma lebih mudah dikendalikan, terutama pada daerah lahan yang tidak diairi. 6.4.5 Kekurangan Irigasi Tetes

Irigasi tetes memiliki kekurangan, yaitu :

1. Biaya investasi yang tinggi sehingga banyak para petani kalangan menengah kebawah yang mengeluh

2. Terjadinya penyumbatan pada komponen sistem

3. Emitter tidak bekerja tidak begitu baik untuk tanaman tertentu karena masalah salinitas.

4. Garam-garam cenderung tertumpuk disekitar tepian permukaan yang basah. Karena sistem ini biasanya hanya membasahi bagian dari volume potensial tanah-akar, perakaran tanaman bisa terbatas hanya pada volume tanah di dekat tiap emitter (Schwab, 1992).

6.4.6 Tanaman yang Cocok Dengan Irigasi Tetes adalah :

Tidak semua tanaman yang cocok dengan irigasi tetes. Hal ini dikarenakan dengan adanya perbedaan kebutuhan air tanaman pada setiap tanaman. Berikut contoh tanaman yang cocok untuk irigasi tetes :

1. Cabai merah

Cabai merah dalam pertumbuhan tidak terlalu banyak memerlukan air, untuk itu irigasi yang dalam penggunaan air yang sedikit seperti irigasi tetes sangat cocok diterapkan.

2. Sawi putih

Sama halnya dengan cabai merah, sawi putih juga tidak membutuhkan air yang banyak. Sehingga air yang berlebih dapat dimanfaatkan ke tanaman lainnya. 3. Jagung

Jagung merupakan tanaman yang tergolong sedikit dalam penggunaan air. Dalam budidaya jagung, air yang sedikit dapat dimanfaatkan.

4. Kedelai

Kedelai termasuk tanaman yang cocok untuk menerapkan sistem irigasi tetes karena kedelai tidak terlalu banyak dalam penggunaan air.

6.4.7 Negara yang Menggunakan Sistem Irigasi Tetes

Adapun beberapa negara yang menggunakan irigasi tetes yaitu: 1. Jerman

Salah satu tanaman yang dibudidayakan menggunakan irigasi tetes di negara Jerman yaitu salah satunya mentimun. Sedangkan tiap tanahnya yaitu tanah gambut ( jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk).

2. Indonesia

Tanaman yang dibudidayakan menggunakn irigasi tetes di Indonesi cukup banyak yaitu, cabai, tomat, durian dan lain lain. Selain itu ada tanaman cendana yang terdapat di Nusa Tenggara timur. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah marginal.

3. India

Tanaman yang dibudidayakan di negara ini yaitu tanaman tebu dan tanaman pisang, jenis tanahnya yang digunakn untuk irigasi tetes yaitu kebanyakan tanah gembur.

4. Amerika Serikat

Tanaman yang dibudidayakan menggunakan irirgasi tetes di negara ini adalah tanaman tembakau, jenis tanahnya tanah regosol ( tanah yang berbutir kasar dan berasal dari material gunung berapi).

6.4.8 Literatur Tanah yang Digunakan Pada Praktikum 1. Tanah gembur

Tanah gembur merupakan jenis tanah yang paling baik untuk tanaman. Pasalnya, tanah gembur memiliki rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan air dan udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tata udara yang baik dan kandungan air cukup akan menciptakan struktur yang baik bagi tanah. Karena kondisi ini menguntungkan bagi mikroorganisme tanah yang berperan dalam proses dekomposisi mineral dan zat organik tanah, sehingga zat h hara yang dibutuhkan tanaman mudah diserap oleh akar tanaman. Tingkat evaporasinya sedang, dikarenakan ruang pori jenis tanah ini cukup baik dibandingkan tanah padat.

2. Tanah pasir

Tanah pasir juga berstuktur kurang baik, sehingga hampir semua tanaman yang tumbuh diatasnya tidak akan subur. Partikel-partikel tanah pasir sangat kasar dan memiliki banyak rongga, sehingga air sangat mudah masuk kedalam pori-pori tanah. Sayangnya partikel pasir tidak saling melekat satu sama lain, Akibatnya air dan zat hara yang masuk sulit tersimpan. Memiliki laju perkolasi sebesar 13 mm/ hari. Tingkat evaporasi tanah ini termasuk rendah, dikarenakan tekstur tanah nya tidak mudah dilewati air.

3. Tanah padat

Tanah bertekstur padat atau gumpal memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Karena partikel-partikel tanah padat tersusun sangat rapat, bahkan saling merekat erat satu sama lain. Dengan merapatnya partikel-partikel tanah tersebut, maka hampir tidak ada lagi celah atau rongga yang tersisa untuk sirkulasi air dan udara

didalamnya. Akibatnya, udara, air dan unsur hara yang terlarut didalamnya sulit diserap akar tanaman kareana terjerat partikel tanah. Sedangkan tingkat evaporasi tanah berpasir termasuk tinggi, dikarenakan tekstur tanah yang mudah dilewati air.

Dokumen terkait