• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miliar USD

Dalam dokumen RUPTL 2017 - Listrik.org RUPTL 2013 2022 (Halaman 137-141)

-0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Miliar USD

7.4. Kebutuhan Investasi Kelistrikan PLN dan IPP

Total dana investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan sistem kelistrikan Indonesia secara keseluruhan, termasuk proyek-proyek kelistrikan yang diasumsikan akan dibangun oleh swasta/IPP, adalah US$ 125,2 miliar selama tahun 2013 - 2022. Partisipasi swasta untuk 10 mendatang sebesar US$ 54,1 miliar atau 43% dari seluruh kebutuhan investasi. Disbursement dana tersebut diperlihatkan pada Tabel 7.5.

Tabel 7.5. Total Kebutuhan Dana Investasi Indonesia, PLN + IPP

Juta US$ Item 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Total Pembangkit PLN Fc 1.446 1.928 2.831 3.139 2.805 3.088 2.374 2.447 2.399 2.532 24.988 Lc 1.565 934 1.181 1.196 1.198 1.231 1.148 1.175 1.218 1.361 12.207 Total 3.011 2.862 4.012 4.334 4.003 4.319 3.522 3.622 3.617 3.893 37.196 Pembangkit IPP Fc 920 1.521 3.050 5.174 6.463 6.313 4.637 3.837 3.015 2.453 37.382 Lc 389 782 1.543 2.366 2.646 2.637 2.080 1.809 1.454 1.031 16.739 Total 1.309 2.304 4.592 7.540 9.110 8.951 6.717 5.646 4.469 3.483 54.121 Penyaluran Fc 2.193 2.374 2.360 2.600 3.004 1.753 749 433 351 95 15.912 Lc 541 637 579 580 513 300 162 87 47 52 3.500 Total 2.734 3.011 2.940 3.180 3.517 2.054 912 521 398 147 19.412 Distribusi Fc - - - - - - - - - - - Lc 1.437 1.238 1.266 1.381 1.465 1.433 1.526 1.561 1.555 1.625 14.489 Total 1.437 1.238 1.266 1.381 1.465 1.433 1.526 1.561 1.555 1.625 14.489 Total Fc 4.558 5.823 8.241 10.912 12.273 11.154 7.760 6.717 5.765 5.080 78.283 Lc 3.933 3.591 4.568 5.523 5.822 5.602 4.917 4.633 4.275 4.069 46.934 Total 8.492 9.414 12.809 16.435 18.095 16.757 12.676 11.351 10.040 9.149 125.218 -2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 20,0 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Total Investasi PLN Total Investasi PLN+IPP Pembangkit PLN+IPP

Tabel 7.5 menunjukkan bahwa sektor ketenagalistrikan Indonesia setiap tahunnya membutuhkan dana investasi yang sangat besar, yaitu rata-rata hampir US$ 12,5 miliar per tahun.

7.5. Sumber Pendanaan dan Kemampuan Keuangan PLN

Butir 7.5 ini menjelaskan bagaimana kebutuhan investasi yang diindikasikan dalam RUPTL ini akan dipenuhi, dan juga menjelaskan dampak dari rencana investasi ini terhadap keuangan PT PLN (Persero).

Rencana Investasi dan Sumber Pendanaan

Kebutuhan investasi PLN sebesar US$ 71,1 miliar59 sampai dengan tahun 2022 akan dipenuhi dari berbagai sumber pendanaan, yaitu APBN sebagai penyertaan modal Pemerintah (ekuiti), pinjaman baru, dan dana internal. Sumber dana internal berasal dari laba usaha dan penyusutan aktiva tetap, sedangkan dana pinjaman dapat berupa pinjaman luar negeri (SLA, sub-loan agreement), pinjaman Pemerintah melalui rekening dana investasi, obligasi nasional maupun internasional, pinjaman komersial perbankan lainnya serta hibah luar negeri.

a. Kemampuan Pendanaan Sendiri (APLN)

Kemampuan pendanaan internal PLN sesungguhnya sangat rendah karena sebelum tahun 2009 PLN tidak memperoleh marjin PSO, sehingga tidak ada investasi PLN yang didanai dari pendanaan internal (seluruh investasi didanai dengan hutang). Rasio hutang terhadap aset PLN sebelum program percepatan pembangkit 10.000 MW tahap 1 (fast track 1) adalah sekitar 30%, namun kemudian meningkat menjadi 53% pada tahun 2010 akibat seluruh pendaanaan proyek fast track 1 berasal dari pinjaman komersial dan obligasi. Rasio ini akan semakin besar apabila pendapatan PLN tidak meningkat.

Kebutuhan investasi PLN harus ditunjang dengan meningkatnya kemampuan Pendanaan Sendiri, dan menjaga rasio hutang terhadap aset PLN sehingga dapat secara terus menerus mendukung perkembangan penyediaan listrik .

Peningkatan pendanaan sendirinya, tentunya harus dilakukan dengan peningkatan pendapatan PLN akan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan PLN dalam melakukan investasi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan listrik.

b. Komposisi Sumber Pendanaan untuk Investasi

Sumber pendanaan investasi PLN berasal dari 3 sumber: (i) ekuitas Pemerintah dari APBN (ii) dana internal yang berasal dari laba operasi dan (iii) pinjaman.

APLN (dana internal perusahaan) berasal dari laba operasi yang sangat terbatas karena BPP lebih tinggi dari tarif rata-rata. APLN hanya didapat dari selisih antara marjin PSO + depresiasi aset dan pembayaran cicilan pokok.

PLN hanya dapat meminjam dalam jumlah yang sangat terbatas karena dibatasi oleh covenant pinjaman yang disyaratkan oleh lender dan bond holder. Kapasitas PLN dalam membuat pinjaman baru dapat ditingkatkan jika revenue PLN meningkat, baik dari tarif maupun marjin PSO.

Dengan melihat kemampuan pendanaan internal PLN dan kemampuan meminjam PLN yang sangat terbatas seperti dijelaskan di atas, maka peran APBN setiap tahun menjadi sangat penting untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh Pemerintah. Hal ini menjadi semakin penting karena secara politis sangat sulit menaikkan tarif ke tingkat yang lebih tinggi daripada BPP dalam waktu dekat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjaga kemampuan PLN dalam melayani pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh Pemerintah, maka harus dilakukan perbaikan antara lain sebagai berikut:

- Peningkatan pendapatan PLN. - Peningkatan dana dari APBN.

7.6. Kemampuan Finansial Korporat untuk Berinvestasi

7.6.1 Financial Leverage Perusahaan

Estimasi total investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan pembangkitan, transmisi dan distribusi sampai dengan 2022 adalah sebesar 125,2 miliar USD. PLN akan mendanai pengembangan pembangkitan, transmisi, dan distribusi sebesar 71,7 miliar USD (tidak termasuk interest during construction/IDC, development cost) sedangkan sisanya sebesar 54,1 miliar USD diharapkan dari partisipasi listrik swasta.

Selain tantangan pembangunan sarana ketenagalistrikan, penyediaan tenaga listrik saat ini juga dibebani oleh biaya produksi yang tinggi. Pendapatan dari pelanggan hanya menutupi sekitar 50-60% dari biaya produksi PLN. Selisih antara biaya produksi dan pendapatan PLN merupakan beban subsidi listrik pada APBN. Pada tahun 2012 subsidi listrik mencapai Rp 103,3 triliun. Subsidi listrik yang diberikan sejak tahun 2000–2012 cukup untuk menutupi biaya operasi, tetapi kurang memadai untuk menunjang investasi pengembangan sistem kelistrikan.

Penjelasan atas UU 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 66 Ayat 1 menyatakan bahwa jika BUMN diberikan penugasan khusus oleh Pemerintah yang secara fi nansial tidak feasible maka Pemerintah harus memberikan kompensasi atas biaya yang telah dikeluarkan termasuk margin yang diharapkan. Pemerintah menugaskan PLN menyediakan tenaga listrik dan meningkatkan rasio elektrifi kasi di Indonesia tetapi harga jual tenaga listrik ditetapkan oleh Pemerintah, dimana harga jual ini tidak sesuai dengan harga keekonomiannya. Oleh karena itu Pemerintah harus memberikan margin PSO ke PLN dengan besaran tertentu untuk memastikan keuangan PLN tetap sehat dan dapat memenuhi semua kewajiban korporasinya. Margin ini diperlukan oleh PLN untuk menjamin terciptanya laba perusahaan dan meminimalisir risiko-risiko unsur biaya pembentuk BPP seperti risiko fl uktuasi harga energi primer, risiko kurs, risiko beban pinjaman, dan sebagainya. Pada tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 Pemerintah mengalokasikan margin sebesar 5%, 8%, 8%, dan 7% untuk mendukung kemampuan meminjam PLN untuk investasi.

Program percepatan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara 10.000 MW yang ditugaskan Pemerintah kepada PLN melalui Perpres No.71 Tahun 2006 sepenuhnya didanai oleh pinjaman. Sejak program ini digulirkan, PLN untuk pertama kalinya harus melakukan pinjaman langsung secara besar-besaran, baik melalui penerbitan obligasi internasional maupun pinjaman kepada perbankan nasional dan internasional. Kondisi dengan pinjaman besar-besaran yang dilakukan, sementara struktur pendapatannya belum dibenahi, telah berakibat pada memburuknya neraca keuangan PLN (fi nancial leverage menjadi tinggi) yang ditunjukkan dengan meningkatnya Debt to Equity Ratio (DER) dari 28% pada tahun 2002 menjadi 187% pada akhir tahun 2012.

Sejak tahun 2005 sebagian besar dana pembangunan bersumber dari hutang. Hutang tersebut berasal dari hutang Pemerintah maupun hutang korporasi. Kedua jenis hutang tersebut memiliki kewajiban yang harus dijaga oleh PLN untuk menjamin kemampuan pengembalian hutangnya. Kewajiban tersebut adalah covenant pinjaman.

Covenant adalah komitmen untuk menjaga kondisi keuangan perusahaan yang dituangkan dalam sebuah perjanjian hutang. Dari beberapa covenant yang ada, umumnya covenant yang perlu dijaga oleh PLN terdiri dari 2 (dua) buah indikator: (i) Consolidated Interest Coverage Ratio (CICR) dan (ii) Debt Service Coverage Ratio (DSCR). CICR merupakan rasio antara Consolidated Cash Flow dengan Consolidated Interest Expense, yang merupakan persyaratan bond holder dari pendanaan Global Bond dengan angka mínimum 2 kali. DSCR adalah persyaratan pinjaman dari multilateral bank (2 lender utama PLN yaitu IBRD dan ADB) dengan angka minimum sebesar 1,5 kali. Masing-masing lender memberi defi nisi berbeda untuk DSCR :

“ e net revenues of PLN for the twelve months prior to the date of such incurrence shall be at least 1.5 times the estimated maximum debt service requirement of PLN for any succeeding fi scal year on all debts of PLN including the debt to be incurred.” (ADB).

“... the estimated net revenues of PLN for each fi scal year during the term of the debt to be incurred shall be at least 1,5 times the estimated debt services requirements of PLN in such year” (IBRD). Dalam kurun waktu 2002–2012, PLN masih mampu memenuhi covenant pinjaman (DSCR dan CICR) dalam posisi batas aman sebagaimana gambar 7.6.

Namun pada tahun-tahun mendatang PLN akan kesulitan untuk memenuhi covenant pinjamannya mengingat makin besarnya beban hutang. Dengan semakin besarnya beban hutang, maka diperlukan kepastian pendapatan yang semakin besar agar beban bunga dan cicilan tetap dapat dipenuhi melalui pendapatan.

Dalam dokumen RUPTL 2017 - Listrik.org RUPTL 2013 2022 (Halaman 137-141)

Dokumen terkait