• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miliki dan Praktekkan Sikap Rasa Berkecukupan dalam Hidup Sehari-hari.

Dalam dokumen BISAKAH KITA KAYA.pdf (Halaman 36-38)

TERHADAP KEKAYAAN MATER

3. Miliki dan Praktekkan Sikap Rasa Berkecukupan dalam Hidup Sehari-hari.

Untuk menghindari atau melawan sifat ketamakan, Alkitab memberi satu obat yang sangat manjur. Mari kita lihat Firman Tuhan dibawah ini:

“Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.” (Fil. 4:11)

Kata “mencukupkan diri” berasal dari kata “autarkes”12 yang berasal dari kata “autos” yang berarti “self”13 dan kata “arkeo” yang berarti “be contend, be sufficient.”14 Jadi arti “autarkes” berarti “self contend, self sufficient” atau “merasa cukup.” Kata ini menjelaskan suatu kebenaran besar kepada kita, yaitu: kecukupan bukan masalah berapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa jauh hati kita memiliki perasaan berkecukupan itu. Ada banyak orang kaya yang tidak merasa cukup, dan banyak juga orang miskin yang merasa cukup.

Saat membicarakan kemewahan diatas, kebanyakan kita akan mengatakan bahwa kemewahan itu relatif. Bagi pemilik bank, memiliki mobil Mercedes Benz tahun terakhir bukanlah kemewahan, tetapi bagi kebanyakan kita merupakan kemewahan. Benarkah demikian? Ternyata jawabannya

12

Strong’s Hebrews and Greek Dictionaries G842.

13

tidak!. Alkitab tidak pernah merelatifkan hal ini, karena definisi kecukupan didalam Alkitab sederhana saja: asal ada makanan dan pakaian sudah cukuplah.

“Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” (1Tim. 6:8)

Jadi kalau kita menginginkan suatu kuantifikasi dari kecukupan, maka menurut Alkitab kebanyakan dari kita sudah hidup lebih dari cukup, atau kata lainnya: orang kaya. Namun seperti yang kita katakan diatas, masalah kecukupan adalah masalah hati, dan Alkitab memerintahkan kita agar memiliki rasa berkecukupan tersebut, terlepas dari sedikit banyaknya harta yang kita punyai:

“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu,” (Ibr. 13:5) “Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab

Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." (Luk. 3:14)

Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kita untuk meminta makanan kita secukupnya: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” (Mat. 6:11)

Dengan memiliki rasa berkecukupan itu kita akan menjadi seorang Kristen yang tangguh, yang tidak cengeng jika mengalami kekurangan, sanggup menanggung segala sesuatu seperti rasul Paulus.

“Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.

Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Fil. 4:11-13)

Tapi mengapa banyak orang terus mencari uang dan tidak pernah merasa cukup? Bahkan Salomo melakukan hal yang sama dan berkesimpulan bahwa pengejaran uang tidak akan menghasilkan kepuasan:

“Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. “ (Pengkh. 5:9)

Jawabannya sama dengan jawaban Tuhan terhadap pertanyaan para murid tentang siapa yang dapat diselamatkan jika orang kaya lebih sulit masuk kedalam Kerajaan Allah dari pada seekor unta masuk kedalam lubang jarum, yaitu: perlu anugerah Allah. Penjelasannya adalah karena apa yang tidak mungkin bagi manusia, bagi Allah hal itu mungkin (Mat. 19:24-26).

Memang memiliki rasa kecukupan sepertinya suatu kemustahilan bagi kita karena hati kita yang pada dasarnya cenderung tidak baik (band. Rom. 7:18-19), namun jika Tuhan memerintahkan kita untuk dapat mencukupkan diri dengan apa yang ada pada kita, tentu Tuhan juga memberi kita kemampuan untuk memiliki rasa berkecukupan itu. Jadi dari manakah kita mendapat kesanggupan untuk memiliki rasa berkecukupan itu? Dan apakah tindakan yang perlu kita lakukan dari pihak kita agar kita dapat memiliki rasa berkecukupan itu? Mari kita menelitinya.

Sumber Rasa Berkecukupan

Mari kita lihat Firman Tuhan berikut:

“Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.” (2Kor. 9:8)

Dalam ayat diatas, asal kata “berkecukupan” diatas adalah “autarkeia”, kata benda dari “autarkes” yang berarti “self satisfaction” atau rasa cukup/rasa berkecukupan.15 Kata yang sama dipakai dalam perkataan Paulus dibawah ini:

“Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.” (1Tim. 6:6)

Dalam 2Kor. 9:8 diatas dikatakan bahwa Allah sanggup memberikan segala kasih karunia kepada kita sehingga kita senantiasa memiliki rasa berkecukupan dalam segala sesuatu, malah diberi sifat bajik (terutama suka memberi dan membagi,- ay. 9) secara berkelimpahan. Jadi jelas bagi kita bahwa rasa berkecukupan itu berasal dari Allah. Namun jika kita memeriksa konteksnya, baik konteks ayat maupun antar ayat, kita mengerti bahwa pemberian rasa berkecukupan dalam ayat 8 itu tidak terlepas dari kerelaan jemaat Korintus untuk memberi persembahan untuk membantu orang- orang kudus (ay. 1-7, khususnya ay. 5-7). Artinya, tindakan jemaat Korintus yang memberi dengan rela akan dikaruniai Tuhan dengan 2 hal:

1. kemampuan untuk merasa berkecukupan senantiasa dalam segala sesuatu (ay. 8) dan 2. sifat kebajikan yang berlebih (ay. 8) atau mempergunakan kata lain, diperkaya dalam

kemurahan hati (ay.11).

Semakin rela dan sukacita mereka memberi semakin banyak mereka menuai buah-buah kebenaran (ay. 6, 8, 10). Tujuan akhir dari keduanya adalah ucapan syukur kepada Allah (ay. 12).

Karena itu juga rasa berkecukupan ini dikatakan sebagai harta yang sesungguhnya. Lihatlah terjemahan bebas dari Alkitab versi Contemporary English Version (CEV) dari 1Tim. 6:6-7:

“Dan ibadah/agama memang membuat hidupmu kaya, dengan jalan membuat engkau merasa

berkecukupan dengan apa yang ada padamu. Kita tidak membawa suatupun kedalam dunia ini, dan kita tidak akan membawa apa-apa saat kita pergi nanti.” (1Tim. 6:6-7)

Jadi kesimpulannya adalah bahwa rasa berkecukupan, yang merupakan suatu harta yang sebenarnya, akan ditambahkan kepada kita jika kita belajar untuk memberi dengan kerelaan. Sekarang kita mengerti bahwa obat yang Alkitab ajarkan untuk memerangi sifat ketamakan adalah BELAJAR MEMBERI DENGAN SUKA-RELA. Dan ini perlu suatu latihan (1Tim. 4:7-8).

Dalam dokumen BISAKAH KITA KAYA.pdf (Halaman 36-38)